Anda di halaman 1dari 15

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan uterus secara periodik, yang terjadi kira-kira


14 hari setelah terjadi ovulasi. Lama mestruasi rata-rata adalah 28 hari,
namun adanya variasi umum terjadi. Durasi rata-rata terjadinya menstruasi
adalah 5 hari (berkisar 1 hingga 8 hari), kehilangan darah rata-rata
sebanyak 50 ml (berkisar 20 hingga 80 ml), namun ini semua bervariasi.
Usia wanita, status fisik dan emosional, serta lingkungan juga
mempengaruhi regulitas siklus menstruasinya (Lowerdermilk, Perry,
Cashion, 2013). Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik
dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan (deskamasi) endometrium
(Proverawati dan Misaroh 2009).

Menurut Manan (2011), menstruasi adalah pelepasan dinding rahim


(endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi setiap
bulannya kecuali pada saat kehamilan. menstruasi merupakan pertanda
masa produktif pada kehidupan wanita di mulai dari menarche sampai
menopause.

2. Hormon-hormon siklus haid

Menurut Verawaty & Rahayu (2011) ada 4 hormon yang mengendalikan


siklus menstruasi, yaitu :

a. Estrogen adalah hormon yang secara terus menerus meningkat


sepanjang dua minggu pertama siklus menstruasi. Estrogen
mendorong penebalan dinding rahim atau endometrium. Estrogen juga
menyebabkan perubahan sifat dan jumlah lendir serviks.

STIKes Faletehan
8

b. Progesteron adalah hormon yang diproduksi selama pertengahan akhir


siklus menstruasi. Progesteron menyiapkan uterus sehingga
memungkinkan telur yang telah dibuahi untuk melekat dan
berkembang. Jika kehamilan tidak terjadi, level progesteron akan
turun dan uterus akan meluruhkan dindingnya menyebabkan
dindingnya menyebabkan terjadinya perdarahan.

c. Follicle stimulating hormone (FSH) berfungsi untuk merangsang


pertumbuhan folikel ovarium, sebuah kista kecil didalam ovarium
yang bercengkram sel telur.

d. Luteinizing hormone (LH) adalah hormon yang dilepaskan oleh otak


dan bertanggung jawab atas pelepasan sel telur dari ovarium atau
ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi sekitar 36 setelah

3. Siklus Menstruasi

Menurut Hamilton (2011) siklus menstruasi adalah serangkaian periode


dari perubahan yang terjadi berulang pada uterus dan organ-organ yang
dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause. Siklus
tersebut bervariasi dari 18 sampai 40 hari, rata-rata 28 hari (mens berarti
bulan). siklus menstruasi dibagi menjadi empat fase ditandai dengan
perubahan pada endometrium uterus, yaitu :

a. Fase menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus,


yang disebebakan oleh rontoknya endometrium. Keluaran terdiri dari
sel-sel pecahan endometrium dan stromal, sel-sel darah tua dan sekresi
kelenjar. Lamanya rata-rata sekitar 5 hari. Pada awal menstruasi
menstruasi, kadar estrogen, progesteron dan LH menurun atau pada
kadar terendahnya selama siklus, dan kadar FSH baru mulai
meningkat. Pada ovarium, ovum baru mulai matur dalam vesikula
atau ovisak yang disebut folikel graafian.

STIKes Faletehan
9

b. Fase proliferasi/fase folikuler, lapisan dinding uterin tumbuh dan


menebal 8-10 kali lipat, sampai seluruh dindingnya menebal saat
ovulasi. Pertumbuhan ini sebagai akibat dari peningkatan kadar
estrogen yang dihasilkan oleh folikel graafian yang tumbuh pada
ovarium. Fase proliferasi berakhir sekitar 9 hari atau sampai hari ke 14
dari siklus 28 hari.

Ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu


kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel
dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi
kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak
dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH
dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat
memperbaiki dinding endometrium yang robek.

c. Fase ovulasi/ fase luteal (sekresi). diawali oleh ovulasi sebagai respon
terhadap tingginya kadar LH dari kelenjar pipuitari. Dengan rupturnya
ovum dari folikel graafian, terbentuk korpus luteum dan menghasilkan
jumlah progesteron dan estrogen yang banyak. Hormon ini
menyebabkan kelenjar pada dinding uterus melebar dan menjadi
berbelit-belit. Progesteron dan estrogen menyebabkan sel-sel pada
kelenjar ini mensekresi lendir kental yang mengandung glikogen.
Ketiga lapisan uterus yang matur dipersiapkan untuk menerima dan
memelihara ovum yang dibuahi. Implantasi tersebut pada umumnya
terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi, atau pada hari ke 32
pada siklus 28 hari. Ovum yang dibuahi, kini menjadi troploblas,
menghasilkan gonadotrofin khorionik manusia, yang secara terus
menerus menstimulasi pembentukan progesteron dan estrogen oleh
korpus luteum. Hormon ini membantu mempertahankan ketebalan
uterus. Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel
ovum pada hari ke 14 sesudah menstruasi. Sel ovum yang matang
akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah

STIKes Faletehan
10

menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk mempertebal


dinding endometrium yang kaya pembuluh darah.

d. Fase premenstrual atau fase iskemik, bila ovum tidak dibuahi. Korpus
luteum menurun, kadang progesteron dan estrogen menurun, arteri
pada endometrium berkonstriksi dan dinding uterus menjadi menyusut
dan mati karena iskemia (kurang darah). Proses ini membutuhkan
waktu sekitar 3-5 hari, berakhir sekitar dari ke 24 dan 28 dari siklus 28
hari. Dengan hancurnya bagian-bagian kecil dari dinding
endometrium serta pemaparan terhadap pembuluh, menstruasi dimulai
dan siklus berulang.

Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan


berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat
sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif
mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron
maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga
menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase
perdarahan/ menstruasi. Saat ini dapat deibedakan lapisan atas yang
padat (stratum compactum) yang hanya ditembus saluran-saluran
keluar dari kelenjar-kelenjar, lapisan mampung (strarum spongiosum)
yang banyak lubangnya karena terdapat rongga dari kelenjar-kelenjar
dan lapisan bawah (stratum basale). Stadium ini berlangsung hari ke
14 sampai ke 28. Jika terjadi kehamilan maka endometrium
dilepaskan kembali dan terjadi perdarahan (berulang kembali siklus
dari awal.

4. Proses terjadinya menstruasi

Apabila tidak ada pembuahan, korpus luteum beregenerasi dan ini


mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun.
Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri
yang berlekuk-lekul di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan

STIKes Faletehan
11

hyperemia diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjdi degenerasi
serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik maka
keluarlah darah menstruasi (Pudiasturi, 2012).

5. Gangguan pada Menstruasi dan Siklus Menstruasi

Kusmiran (2011) mengatakan gangguan pada menstruasi dan siklus


menstruasi dibagi menjadi :
a. Polimenorea
Polimenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memendek dari
panjang siklus menstruasi klasik, yaitu kurang dari 21 hari per
siklusnya, sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau
lebih banyak dari volume perdarahan menstruasi biasanya.
b. Oligomenorea
Oligomenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang dari
panjang siklus menstruasi klasik, yaitu lebih dari 35 hari per
siklusnya. Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume
perdarahan menstruasi biasanya. Siklus menstruasi biasanya juga
bersifat ovulatoar dengan fase proliferasi yang lebih panjang di
banding fase proliferasi siklus menstruasi klasik.
c. Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang dari
panjang siklus menstruasi klasik (oligemenorea) atau tidak terjadinya
perdarahan menstruasi, minimal 3 bulan berturut-turut. Amenorea
dibedakan menjadi
dua jenis :
1) Amenorea Primer
Amenorea primer yaitu tidak terjadinya menstruasi sekalipun pada
perempuan yang mengalami amenorea.

2) Amenorea Sekunder
Amenorea sekunder yaitu tidak terjadinya menstruasi yang di
selingi dengan perdarahan menstruasi sesekali pada perempuan
yang mengalami amenorea.
d. Hipermenorea (Menoragia)

STIKes Faletehan
12

Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan menstruasi yang terlalu


banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya (lebih dari 8
hari).
e. Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih sedikit dari


biasanya tetapi tidak mengganggu fertilitasnya.

6. Faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi

Kusmiran (2011) mengatakan penelitian mengenai faktor risiko dari


variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

a. Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi


menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan
gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada
ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti
berat badan yang kurang/kurus, dan anorexia nervosa yang
menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan
amenorrhea.

b. Aktifitas Fisik
Tingkat aktifitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi
menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki risiko
untuk mengalami amenorrhea, anovulasi dan defek pada luteal.
Aktifitas fisik yang berat merangsang inhibisi gonadotropin releasing
hormone (GnRH) dan aktifitas gonadotropin sehingga menurunkan
level dari serum estrogen.
c. Stres

Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya


system persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau
endogen opiat yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan
menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea.

STIKes Faletehan
13

d. Diet

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan


dengan anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel
yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10
kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus
menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging
merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.

e. Gangguan Endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta


hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi
amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes.
Penyakit polystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi
insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan oligomenorrhea pada
perempuan dengan penyakit polystic ovarium berhubungan dengan
insensitivitas hormone insulin dan menjadikan perempuan tersebut
obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih
lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid berhubungan dengan
polymenorrhea dan menorraghia.

g. Gangguan Pendarahan
Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu: perdarahan yang
berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang
sering. Dysfungsional Uterin Bleding (DUB) adalah gangguan
perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan
kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi menopause.

B. Stres

1. Definisi Stres

Secara umum, stres adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam
bahasa sehari-hari dikenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut

STIKes Faletehan
14

individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Hans Selye (1976)


dalam Mubarak, Indrawati dan Susanto (2015) mengatakan stres
merupakan situasi suatu tuntutan yang sifatnya spesifik dan
mengharuskan seseorang memberikan respon atau mengambil tindakan.
Sedangkan, Lazarus dan Folkman (1986) dalam Manurung (2016) stres
adalah keadaan internal yang diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh
atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan,
tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
Stres juga adalah suatu keadaan tertekan baik secara fisik maupun
psikologis (Chapplin, 1999) dalam Manurung (2016).

Berdasarkan dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stres dapat


disimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi pada individu yang
tidak menyenangkan dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada individu. Kondisi ini
yang dirasakan tidak menyenangkan itu disebabkan karena adanya
tuntutan-tuntutan dari lingkungan yang dipersepsikan oleh individu
sebagai sesuatu yang melebihi kemampuannya atau sumber daya yang
dimiliki, karena dirasa membebani dan merupakan suatu ancaman bagi
kesejahteraan.

2. Indikasi/Gejala stres

a. Gejala psikologis antara lain denyut jantung bertambah cepat, banyak


keringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa
tegang, sering ingin buang air kencing, sulit tidur, gangguan lambung,
dan lain-lain.
b. Gejala psikologis antara lain resah, sering merasa bingung, sulit
berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau
perasaan kewalahan (exhausted), dan lain sebagainya.
c. Tingkah laku antara lain berbicara cepat sekali, menggigit kuku,
menggoyang-goyangkan kaki, gemetaran, berubah nafsu makan
(bertambah atau berkurang).

STIKes Faletehan
15

3. Macam stres

Menurut Mubarak, Indrawati dan Susanto (2015) ditinjau dari


penyebabnya, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, yaitu :
a. Stres fisik
Stres yang diakibatkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur
yang tinggi atau yang amat rendah, suara yang bising, sinar matahari
atau karena tegangan arus listrik.
b. Stres kimiawi
Stres disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat
racun, asam basa, faktor hormone atau gas dan prinsipnya karena
pengaruh senyawa kimia.
c. Stres mikrobiologik
Stres disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau
parasit.
d. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh
diantaranya gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ adan lain-
lain.
e. Stres perubahan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti pada pubertas dan proses lanjut usia.

f. Stres psikis atau emosional


Stres ini disebabkan karena gangguan psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan.

4. Dampak akibat stres

Dampak stres dibedakan dalam tiga kategori.


a. Dampak fisiologik
Secara umum orang yang mengalami stres mengalami sejumlah
gangguan fisik seperti mudah masuk angin, mudah pening-pening,
kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang
tidak dapat dijelaskan, serta juga bisa menderita penyakit yang lebih

STIKes Faletehan
16

serius seperti kardiovaskular, hipertensi, dan lain sebagainya. Secara


rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut.
1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam suatu sistem tertentu,
misalnya muscle myopathy, otot tertentu mengencang/melemah,
tekanan darah naik (kerusakan jantung dan arteri), sistem
pencernaan terjadi gastritis , diare.
2) Gangguan pada sistem reproduksi, misalnya amenore (tertahannya
menstruasi), kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria,
kurang produksi semen pada pria, kehilangan gairah seks.
3) Gangguan pada sistem pernafasan, misalnya asma, bronkitis.
4) Gangguan lainnya, seperti pening (migrain), tegang otot, rasa
bosan, dan lain-lain
b. Dampak psikologik
1) Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama
dan punya peran sentral bagi terjadinya “burnout.
2) Terjadi ‘depersonalisasi’, yaitu dalam keadaan stres
berkepanjangan seiring dengan kewalahan/keletihan emosi, kita
dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan
memperlakuan orang lain sebagai sesuatu daripada seseorang.
3) Pencapaian pribadi yang bersamgkutan menurun, sehingga
mengakibatkan pula menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses.
c. Dampak perilaku (behavior)
Saat stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Level stres
yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat
informasi, mengambil keputusan dan mengambil langkah tepat. Stres
adalah suatu kondisi normal pada waktu menghadapi perubahan dan
ancaman dengan respon yang dapat adaptif.

5. Sumber stres

Faktor yang menimbulkan stres dapat berasal dari sumber internal (yaitu
dari diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat dan
lingkungan)
a. Internal yang bersumber dari diri sendiri. Stresor individual dapat
timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi

STIKes Faletehan
17

keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami,


masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki, dan sebagainya.
b. Eksternal yang bersumber dari keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Stresor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya
perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota
keluarga yang mengalami kecanduan narkoba dan sebagainya.
Sumber stresor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari
lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial atau lingkungan fisik.
Sebagai contoh, adanya atasan yang tidak pernah puas di tempat kerja,
iri terhadap teman-teman yang berstatus sosialnya lebih tinggi,
adamya polusi udara dan sampah di lingkungan tempat tinggal, dan
lain-lain.

6. Tingkat stres

Tingkatan stres berdasarkan skala pengukuran menggunakan DASS


(Depression Anxiety Stress Scale) menurut Psychology Foundation of
Australia (2014) yaitu:
a. Normal
Apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS tidak pernah dialami
atau jarang di alami.
b. Stres ringan
Apabila gejala yang tercantum dalam DASS jarang dialami tetapi
hanya kadang-kadang.
c. Stres sedang
Apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS terkadang hingga
sering dialami, namun lebih dominan terjadi kadang-kadang saja.
d. Stres berat
Apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS terkadang dialami
hingga sering dialami, namun lebih dominan sering.
e. Stres sangat berat

Apabila gejala stres tercantum dalam DASS sering dialami.

7. Mekanisme Stres Secara Fisiologis

STIKes Faletehan
18

Stressor akan mengaktifkan hipotalamus, selanjutnya hipotalamus akan


mengendalikan sistem saraf simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem
saraf akan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di
bawah pengendaliannya contohnya, ia akan meningkatkan kecepatan
denyut jantung serta dilatasi pupil. Selanjutnya sistem saraf simpatis juga
akan memberi sinyal ke medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan
norepinefrin ke aliran darah. Selain itu hipotalamus akan mensekresi
ACTH yang akan merangsang korteks adrenal untuk menstimulasi
sekelompok hormon, contohnya kortisol yang akan mempengaruhi
regulasi gula darah. Sekresi ACTH juga akan memberi sinyal ke kelenjar
endokrin lain untuk melepaskan beberapa hormon, sehingga efek
kombinasi berbagai hormon stres tersebut akan di bawa melalui aliran
darah serta peran dari aktivasi neural cabang simpatik dari sistem saraf
otonomik yang berperan dalam fight or flight respon (Nasution, 2007).

8. Pengukuran tingkat stres

Depression Anxiety Stress Scale (DASS) oleh Lovibond (1995) adalah


seperangkat dari tiga skala laporan diri yang dirancang untuk mengukur
emosi negatif yang terdiri dari depresi, kecemasan dan stress. DASS telah
memenuhi persyaratan dari para peneliti dan dokter-dokter yang menjadi
ilmuwan profesional (Mcauley, 2010).

DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk


mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres.
Lovibond dalam Psychology Foundation of Australia (2014) mengatakan
bahwa, DASS berisi 14 item untuk setiap skala yang dibagi menjadi
beberapa subskala, dan terdapat 2-5 item dengan isi yang serupa. Skala
depresi menilai disforia, keputusasaan, devaluasi kehidupan, penolakan
diri, kurangnya minat, anhedonia, dan kelemahan. Skala kecemasan
menilai gairah pribadi, efek otot rangka, kecemasan situasional dan
pengalaman subjektif yang mempengaruhi kecemasan. Skala stres menilai

STIKes Faletehan
19

kesulitan santai, kegugupan dan mudah marah atau gelisah, kepekaan atau
ekspresi yang berlebihan dan ketidaksabaran.

Skor depresi, kecemasan, dan stres dihitung dengan menjumlahkan skor


untuk item yang relevan. Item skala depresi adalah 3, 5, 10, 13, 16, 17,
21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Item skala kecemasan adalah 2, 4, 7, 9, 15,
19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41. Item skala stres adalah 1, 6, 8, 11, 12,
14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Skala dalam DASS telah terbukti
memiliki konsistensi internal yang tinggi untuk mengukur keadaan saat
ini atau perubahan pada suatu bagian dari waktu ke waktu, sehingga
instrumen ini tidak memerlukan uji validitas maupun reliabilitas. DASS
mempunyai tingkatan discriminant validity dan mempunyai nilai
reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah berdasarkan penilaian cronbach's
alpha.

Damanik (2014) telah melakukan uji validitas dan reliabilitas pada


masyarakat Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas
dengan menggunakan formula cronbach's alpha ditemukan bahwa tes ini
reliabel (α = .9483). Selanjutnya berdasarkan pengujian validitas dengan
menggunakan teknik validitas internal ditemukan telah valid. Hal ini
berarti item yang mengukur konstruk general psychological distress dan
dapat membedakan antara subyek yang memiliki tingkat general
psychological distress tinggi dan rendah. Adapun norma dibuat
berdasarkan t score yang dibagi menjadi lima kategori yaitu: normal,
mild, moderate, severe, dan extremely Severe. Selain ditakukan
pengkategorian subyek berdasarkan total skor ketiga skala tersebut
(general psychological distress), juga dilakukan pengkategorian
berdasarkan skor total masing-masing skala (depression, anxiety dan
stress). Selanjutnya, untuk melihat profit DASS pada kedua kelompok
sampel yang diteliti, dilakukan juga pembandingan terhadap data
demografis subyek yang berupa tempat tinggal, jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan terakhir dan pekerjaan.

STIKes Faletehan
20

C. Hubungan Tingkat Stres dengan Gangguan Menstruasi

Menurut Proverawati (2009) stres menyebabkan perubahan sistemik dalam


tubuh, khususnya sistem persyaratan dalam hipotalamus melalui perubahan
prolactin atau endogenousopiat yang dapat mempengaruhi elevasi kortisol
basal dan menurunkan hormone luteinizing hormone (LH) yang menyebakan
amenorrhea.

Secara teori, tingkat stres memiliki hubungan dengan terganggunya siklus


mentruasi. Stresor yang membuat satu tuntutan baru bagi suatu pekerjaan,
meningkatkan panjang siklus menstruasi, jadi menunda periode setiap
bulannya (Graha, 2010). Stres pada seseorang akan memicu pelepasan
hormon kortisol dalam tubuh seseorang, dimana hormon ini akan bekerja
mengatur seluruh sistem didalam tubuh, seperti jantung, paru-paru,
peredaran darah, metabolisme tubuh dan sistem kekebalan tubuh dalam
menghadapi stres yang ada. Biasanya hormon kortisol ini dijadikan tolak
ukur untuk melihat derajat stres seseorang. Semakin stres seseorang, kadar
kortisol dalam tubuhnya akan semakin tinggi (Graha, 2010). Ini
disebabkan karena stres yang dialami mempengaruhi kerja hormon kortisol
diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar pituitary (Yustinus, 2009).

Dengan dimulainya aktivitas hipotalamus ini, hipofisis mengeluarkan FSH


dan proses stimulus ovarium akan menghasilkan estrogen. Jika terjadi
gangguan pada hormon FSH dan LH tidak akan menyebabkan
terbentuknya sel telur. Jika demikian, hormon estrogen dan progesteron
juga tidak akan terbentuk sebagaimana seperti seharusnya. Estrogen
merupakan hormon feminim yang mengakibatkan perubahan fisik pada
wanita ketika remaja, seperti perkembangan payudara, munculnya
menstruasi dan estrogen juga mempengaruhi rangkaian siklus menstruasi
(Carole, 2009)

Menurut Prawirohadjo dalam Kusyani (2012) stres seringkali membuat siklus


menstruasi yang tidak teratur. Hal ini terjadi karena stres sebagai rangsangan

STIKes Faletehan
21

sistem saraf yang diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu limbic system
melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonomy diteruskan ke
kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga mengeluarkan secret (cairan)
neurohormonal menuju hipofhisis melalui sistem prontal guna mengeluarkan
gonadotropin dalam bentuk FSH (Folikell Stimulazing Hormone) dan LH
(Leutenizing Hormon). Produksi kedua hormon tersebut dipengaruhi oleh RH
(Realizing Hormone) yang di salurkan dari hipotalamus ke hipofisis.
Pengeluaran RH sangat di pengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus sehingga mempengaruhi proses menstruasi.

Beberapa hal sering dikaitkan sebagai penyebab ketidakteraturan siklus


menstruasi, salah satunya adalah stres. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan ketidakteraturan siklus menstruasi seperti berat badan, aktivitas
fisik dan stres (Kusmiran, 2012). Secara psikis rasa cemas dapat muncul
sebagai respon adanya ketidakteraturan siklus menstruasi yang dialami,
yang menandakan stres lanjutan dapat saja terjadi dan tidak hanya sebagai
penyebab melainkan juga sebagai dampak adanya ketidakteraturan siklus
menstruasi yang dialami (Brunner dan Suddart, 2009).

Tingkat stres yang tinggi pada mahasiswa semester akhir kemungkinan karena
banyaknya tugas yang harus diselesaikan. Sehingga dapat disimpulkan
semakin tinggi tingkat stres responden maka semakin besar kemungkinan
responden akan mengalami gangguan siklus menstruasi.

STIKes Faletehan

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Pendahuluan Katarak
    Laporan Pendahuluan Katarak
    Dokumen10 halaman
    Laporan Pendahuluan Katarak
    SunggingPanduWijaya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Air Jernih
    Air Jernih
    Dokumen12 halaman
    Air Jernih
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • MenghadapiHidup
    MenghadapiHidup
    Dokumen3 halaman
    MenghadapiHidup
    Dewi Alwi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    elfirasuci
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Snake Bite
    Leaflet Snake Bite
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Snake Bite
    Muhammad Sofian
    0% (1)
  • MenghadapiHidup
    MenghadapiHidup
    Dokumen3 halaman
    MenghadapiHidup
    Dewi Alwi
    Belum ada peringkat
  • Fullpapers Akk60199870a9full
    Fullpapers Akk60199870a9full
    Dokumen5 halaman
    Fullpapers Akk60199870a9full
    heriwaluyo
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Optimasi Dan Simulasi
    Jurnal Optimasi Dan Simulasi
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Optimasi Dan Simulasi
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Sap HT
    Sap HT
    Dokumen7 halaman
    Sap HT
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Leflet
    Leflet
    Dokumen2 halaman
    Leflet
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Oponen
    Oponen
    Dokumen1 halaman
    Oponen
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • TB Paru Efusi
    TB Paru Efusi
    Dokumen5 halaman
    TB Paru Efusi
    Syamsul Arifin
    Belum ada peringkat
  • Format Asuhan Keperawatan Gadar (Icu)
    Format Asuhan Keperawatan Gadar (Icu)
    Dokumen15 halaman
    Format Asuhan Keperawatan Gadar (Icu)
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Askep Gadar Icuu
    Askep Gadar Icuu
    Dokumen9 halaman
    Askep Gadar Icuu
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • 2b Laporan Prak Kesling
    2b Laporan Prak Kesling
    Dokumen44 halaman
    2b Laporan Prak Kesling
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • SAP-Kejang-Demam Elfira
    SAP-Kejang-Demam Elfira
    Dokumen12 halaman
    SAP-Kejang-Demam Elfira
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Kepemimpinan Dan Perubahan
    Kepemimpinan Dan Perubahan
    Dokumen6 halaman
    Kepemimpinan Dan Perubahan
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • 2b Laporan Prak Kesling
    2b Laporan Prak Kesling
    Dokumen44 halaman
    2b Laporan Prak Kesling
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen5 halaman
    Dapus
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen21 halaman
    Bab Iv
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Halaman Pengesahan
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Fix
    Bab Iv Fix
    Dokumen9 halaman
    Bab Iv Fix
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Fix
    Kata Pengantar Fix
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Fix
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Muhammad Sofian
    Belum ada peringkat