PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Percobaan ini didasari oleh percobaan – percobaan sebelumnya dan untuk
membuktikan percobaan – percobaan dari Newton yang lebih dikenal dengan hukum
Newton, dimana kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara
dua elemen zat cair. Keberadaan kekentalan ini menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga
selama pengaliran atau diperlukan energi untuk menjamin adanya aliran.
Selain dari percobaan Newton, percobaan ini juga mengacu pada persamaan
Bernaulli dimana percobaan ini merupakan perkembangan dari percobaan Newton. Setiap
aliran melalui pipa atau aliran fluida atau saluran terbuka melalui sekeliling suatu objek akan
senantiasa menimbulkan hambatan disebabkan gesekan antara fluida dan permukaan
didalam pipa, alat saluran terbuka atau objek yang bersentuhan dengan aliran fluida.
Gesekan ini menimbulkan kerugian energi mekanis yang menyebabkan penurunan tekanan
resultan dari hambatan viskos ( Viskos Drug ) dan aliran turbulen.
B. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat aliran fluida tak termampatkan
(income pressible fluid) di dalam pipa. Melalui percobaan ini akan diketahui sifat-sifat aliran
fruid terutama hubungan perubahan tekanan dengan debit aliran fluida melalui pipa.
Selain itu, percobaan ini untuk mengetahui debit aliran, baik melalui fruid friction
apparatus, venturi dan pancaran fluida , dan untuk mengetahui seberapa besar kerugian
tekanan yang terjadi serta faktor gesekan di sepanjang pipa.
BAB II
LANDASAN TEORI
Aliran pipa (conduit flow) atau dinamakan aliran tertutup dapat mengalir pada
keadaan mantap (steady flow) maupun tidak mantap (non steady flow). Persamaan
penentu (governing equation) untuk aliran mantap pada aliran pipa mengacu pada
persamaan Bernoulli sebagai berikut ini.
B
Za Zb
A
Garis referensi
Menurut hukum Bernoulli (lihat pada Gambar 1. di atas), dapat dituliskan bahwa
persamaan yang berlaku pada aliran pipa di atas adalah sebagai berikut ini.
Ea Eb
2 2
Pa V Pb V
Za a
Zb b
hf
2g 2g
dengan
Za, Zb = tinggi energi potensial fluida pada titik A & B (m)
Pa/, Pb/ = tinggi energi tekanan fluida pada titik A & B (m)
Va2/(2g) = tinggi energi kinetik fluida pada titik A (m)
hf = kehilangan energi (karena gesekan) (m)
dari persamaan di atas nilai f harus ditrial sedemikian sehingga ruas kiri sama
dengan ruas kanan.
3. Persamaan Manning
10.29359 n 2 L Q 2
hf
D16 / 3
dengan
hf = kehilangan energi karena gesekan fluida dengan pipa (m)
L = panjang pipa
D = diameter pipa (m)
Q = debit aliran (m3/dt)
n = koefisien manning dari bahan pipa
Baik untuk persamaan Hazen William maupun persamaan Manning digunakan untuk
aliran turbulen.
Nilai kekasaran pipa, nilai koefisien Hazen William dan koefisien Manning untuk
masing-masing pipa disajikan pada tabel berikut ini.
Dalam perencanaan nilai k, CHW dan Manning dapat langsung dipakai dengan
mengasumsikan nilai k, CHW danmanning yang paling kasar, untuk sisi keamanan
perencanaan. Akan tetapi nilai k, CHW dan n dapat dicari di laboratorium dengan mengamati
debit yang lewat, perbedaan tinggi tekanan (pada piezometer), menghitung kecepatan yang
terjadi dan menghitung nilai kekasaran dengan persamaan yang telah ada.
III.2.I Alat
III.2.2 Bahan
III.4.2. Perhitungan
Pengukuran debit air secara tidak langsung kayu dan tangkai dengan
menggunakan pelampung
1. Pelampung tangkai
Diketahui : 1. Panjang lintasan/saluran = 50 m
2. Lebar saluran 2,6 m dengan interval 50 cm
3. Ukuran setiap interval
Interval 50 :
1=0
2 = 44 cm
3 = 45 cm
4 =42 cm
5 = 48 cm
6=0
Hitung Σh :
Σh = 44 + 45 + 42 + 48 = 179 cm = 1,79 m
A = Σh .Δx
= 1,79 x 50 = 89,5 m
Penyelesaian :
1. Pengukuran pelampung tangkai
Ulangan 1 1 menit 28 detik 88 detik
2 1 menit 42 detik 102 detik
3 1 menit 27 detik = 87 detik +
277 detik : 3 = 92,3 detik
λ =
=
= 0,16
= 1-0,1166 ( )
= 1- 0,1166 ( )
= 1- 0,1166 (0,92- 0,1)
= 1- 0,1166 (0,82)
= 1- 0.096
= 0,9
= 0,542 x 0,9
=0,49 m/detik
= 89,5 m2x 0,49 m/detik
= 43, 855 m3/s
2. Pelampung permukaan
Ulangan : 1 1 menit 34 detik = 94 detik
2 1 menit 35 detik = 95 detik
3 1 menit 25 detik = 85 detik +
274 : 3 = 91,3 detik
Penyelesaian :
= 0, 55 x 0,86
= 0, 47 m/detik
= 89,5 m2 x 0,47 m/detik
= 42,065 m3/detik
III.4. FLUID FRICTION APPARATUS TANPA RESERVOIR
A. Tujuan
1. Mahasiswa memahami prinsip kehilangan energi karena gesekan pipa dengan zat
alir
2. Mahasiswa memahami kehilangan energi sekunder (karena perubahan tampang,
dan belokan-belokan).
3. Mahasiswa dapat menentukan nilai kekasaran pipa maupun koefisien gesek (f)
dengan pengamatan di laboratorium.
Ea = Eb
P V 2a P V b2
Z a
Z b
h f
a b
2 g 2 g
jika pipa mendatar, maka Za sama dengan Zb, dan jika diameter pipa sama maka
Va2/(2g) sama dengan Vb2/(2g), sehingga persamaan tersebut menjadi sebagai
berikut.
Pa Pb
hf
Untuk kasus perbesaran maupun pengecilan tampang, pada pipa mendatar,
persamaan Bernoulli dapat ditulis sebagai berikut ini.
Pa Pb Va2 Vb2
hf
2g
besarnya (Pa-Pb)/ sama dengan perbedaan pada tinggi piezometer titik A dan B. Va
& Vb perlu dihitung untuk menghitung hf.
3. Dari hf dan kecepatan atau debit, dapat dibuat grafik yang menghubungkan antara
keduanya.
Hf = K Q2 (mengacu persamaan manning)
Dengan least square error nilai K dapat ditentukan sebagai berikut ini
Log(Hf) = log(K) + 2 Log(Q)
Yi = C + 2 Xi
Prinsip least square error
Y C 2 X min imum
2
i i
Y i nC 2 X i
C
Y 2 X
i i
n
K 10 C
dari hitungan ini digambarkan grafik antara hf, Q2 dan persamaan yang telah didapat
(KQ2)
Dari persamaan tersebut (KQ2), hf, dengan panjang antara titik A & B yang telah
diketahui (L), Diameter pipa diketahui maka nilai kekasaran manning untuk pipa PVC
dapat diketahui dari persamaan ini.
10.29359 n 2 L Q 2
hf
D16 / 3
Dengan cara yang sama nilai kekasaran Hazen William juga dapat ditentukan
dengan persamaan regresi
hf kQ1.852
Log (hf ) log K 1.852 Log (Q )
Yi C 1.852 X i
C
Y 1.852 X
i i
n
K 10 C
Nilai kekasaran manning dan Hazen William tersebut selanjutnya dicocokan dengan
tabel yang telah ada dan dianalisis mengapa terjadi perbedaan.
Nilai kekasaran PVC (k) dapat juga ditentukan dari persamaan sebagai berikut ini.
k 106
1/ 3
f 0.0055 1 20000 (jika Re > 4000)
D Re
L V2
hf f
D 2g
dari dua persamaan tersebut nilai k dapat ditentukan, dan dicocokkan dengan tabel
kekasaran (k) yang telah ada. Jika aliran bersifat laminer, maka nilai f yang
berpengaruh adalah nilai viskositas kinematik, nilai kekasaran pipa tidak ada
pengaruhnya.
D1 D2
Langkah analisis
Membuat persaman dengan hf = K. V2/(2g)
Nilai K dapat ditentukan dengan least square error seperti di atas. Nilai K dapat juga
didekati dengan fungsi perbandingan diameter antara diameter pipa dengan diameter
lubang.
Hf = (1 – A. (Dlubang/Dpipa))2.V2/(2g)
Nilai A dapat ditentukan dengan nilai A rerata dari percobaan 1 sampai percobaan
4.
P1 P2
D1
10 30 11 405 390 15
Belokan 3/4''
Waktu/ Diameter Tinggi Air Manometer Kehilangan Energi
Detik Ember (cm) Dalam Ember
(cm) Awal Akhir
10 30 12 435 400 35
Catatan :
Tinggi air hampir sama karena memakai pompa atau mesin, jika memakai gravitasi
maka tinggi air akan berbeda.
Untuk menghitung debit air (Q) adalah volume dibagi waktu dengan volume diperoleh
dari luas kaleng dikali tinggi muka air dari dasar kaleng. Semakin besar volume dan
semakin kecil waktu, maka debit semakin besar.
Untuk menghitung kecepatan aliran adalah debit air dibagi dengan luas penampang
pipa.
Mencari nilai kehilangan energi akibat gesekan pipa dengan rumus bernoully adalah
dengan selisih tekanan per satuan berat jenis, dengan besar berat jenis (γ) = 1000
kgf/m3 = 9,81 KN/m3
Menghitung renould (Re) adalah kecepatan dikali diameter pipa dibagi dengan
kekentalan kinematika ( ). Nilai kekentalan kinematika = 0,8418× 10−2 cm2/det.
Setelah dari data yang kita peroleh dan hitung ternyata nilai Re>4000 yang menunjukan
bahwa aliran tersebut termasuk jenis turbulance.
Karena hasil renould lebih dari 4000 maka aliran disebut aliran turbulence, sehingga
menghitung nilai koefisien gesekan pipa dengan menggunakan persamaan f =
1/3
k 106
0,0055 (1 + (2000 D + Re
) )
Untuk mencari kekasaran pipa kita harus mencari nilai hf, digunakan rumus hukum
Bernoully, dimana persamaan awalnya adalah
E1 E2
2 2
P1 v1 P v
Z1 Z2 2 2
2g 2g
Karena panjang pipa sama, maka kecepatan yang mengalir pun juga sama,
sehingga keduanya pun juga dapat dihilangkan. Karena pipa lurus, maka Z1=Z2,
sehingga dapat dihilangkan pula Sehingga persamaannya menjadi
P1 P2
hf=
L v2
adalah mencari nilai f Dengan menggunakan rumus hf= f
D 2g
Jika v2/2g konstant/tetap, maka nilai k akan semakin kecil jika hf diperkecil juga,
sebaliknya, semakin besar kehilangan energi maka kekasaran pipa juga akan
semakin besar/pipa semakin kasar. maka nilai f akan ketemu, semakin besar nila hf
maka semakin besar pula nilai f semakin kecil kehilangan energi maka koefisien
geseknya semakin kecil
Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kehilangan energi karena gesekan fluida
dengan pipa tergantung koefisien nilai kekasaran pipa dari masing–masing percobaan.
Semakin besar nilai koefisien kekasaran pipa maka semakin besar pula kehilangan
energinya (Hf)
BAB IV
PENUTUP
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah Kami panjatkan Kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, inayah serta kekuatan kepada Kami sehingga Kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Mekanika Fluida ini dengan baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dalam memahami mata kuliah Mekanika Fluida dan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan.
Dengan ini kami dapat mengambil hikmah berupa pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi kami dan kehidupan, dan tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Tidak lupa juga Kami ucapkan kepada banyak pihak yang telah membantu Kami dalam
menyusun Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis