Disusun Oleh :
2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
teknik radiografi 2 ini yang berjudul “Teknik Radiografi 2 tentang Pharynx, Larynx,
dan Trakea”
Makalah teknik radiografi 2 ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah teknik radiografi 2 ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah teknik radiografi 2 ini dapat
memberikan manfaat dan menambah bagi ilmu pembaca.
Penyusun
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
2. Menjadi lebih mampu menegakkan diagnosis dokter
3. Menjadi lebih mampu memberikan terapi pada pasien secara tepat dan cepat sesuai
dengan penyebab
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Faring, laring, dan trakea merupakan sebagian organ dari sistem pernafasan yang
memiliki fungsinya sendiri. Faring merupakan organ berbentuk corong sepanjang 15 cm
yang tersusun atas jaringan fibromuscular yang berfungsi sebagai saluran pencernaan dan
juga sebagai saluran pernapasan. Faring terdiri atas nasofaring, orofaring, dan faringofaring.
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atasdan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV - VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih
tinggi. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih
terpancung dan bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Trakea hanya merupakan suatu
pipa penghubung ke bronkus. Dimana bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu
disebut pohon trakeobronkial.
5
BAB 3
PEMBAHASAN
Cartilages of Larynx
Anterior view
(Interactive Atlas of Human Anatomy v.3)
Keterangan
5
1. Epiglottis
1 6 2. Thyrohyoid membrane
3. Superior thyroid notch
2 7 4. Cricoid cartilage
8 5. Hyoid bone
3 9 6. Superior horn of thyroid cartilage
10 7. Thyroid cartilage lamina
4
0 8. Median cricothyroid ligament
9. Inferior horn of thyroid cartilage
10. trachea
6
asaassa
Keterangan
2 1 1. epiglottis
3 2. Hyoid bone
4 3. T
8 4. 2
5
5. 2
6 9
6. 2
7. 2
10 8. 2
7
9. 2
11
10. 2
11. 123
asaassa
Keterangan
1 1. 2
6 2. 0
2
3. 2
7
3 4. 2
8 5. 2
6. 2
9 7. 2
4 10 8. 2
11
9. 2
5 10. 0
11. 0
7
2) Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada kartilago tiroid
dan pada kartilago arytenoid serta kartilago krikoid.
Pembuka di antara kedua pita ini adalah glottis.
a)) Saat bernapas, pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring, dan
glotis berbentuk triangular.
b)) Saat menelan, pita suara teraduksi (tertarik menutup), dan glotis membentuk
celah sempit.
c)) Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glotis
dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara.
2. Faring
Faring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar
tulang tengkorak sampai esophagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring dan
laringolaring
a. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah roongga nasal
melalui dua naris internal (koana).
1) Dua tuba Eustachius (auditorik)menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.
Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga.
2) Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan lifatik yang terletak didekat
naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara.
b. Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muscular, suatu
perpanjangan palatum keras tulang.
1) Uvula (“anggur kecil”) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur ke
bawah dari bagian tengahh tepi bawah palatum lenak.
2) Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior.
c. Laringolaring mengililingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang
untuk system respiratorik selanjutnya.
8
3. Trakea
Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter
2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esophagus. Tuba ini merentang dari laring
pada area vertebra serviks keenam samapai area vertebra thoraks kelima tempatnya
membelah menjadi dua bronkus utama.
a. Trakea dapat tetap terbuka karena adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk-
C. Ujung posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga
memungkinkan ekspansi esophagus.
b. Trakea dilapisi epitelium respiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang
mengandung banyak sel goblet.
B. Patofisiologi
1. Laringitis
Laringitis adalah Radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara.
Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alcohol, atau
banyak bicara.
9
2. Faringitis
Radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit
dan tampak berwarna merah, rasa haus dan kering pada tenggorokan, kadang bersamaan
dengan pembesaran tonsil. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotik.
3. Kanker Laring
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan. Kanker di laring hampir selalu merupakan karsinoma sel skuamosa.
Ia kanker yang biasa terjadi pada perokok.
4. Epliglotitis
Epligotitis adalah suatu infeksi epiglottis, yang bisa menybabkan penyumbatan
saluran pernafasan.
10
5. Retropharyngeal Abses
Retropharyngeal abses adalah infeksi tenggorokan seperti radang tenggorokan dan
tonsil yang disebabkan oleh serangan bakteri pada jaringan tenggorokan, sehingga dapat
mengganggu jalannya system pernafasan.
C. Proyeksi
1. Proyeksi AP Laring Faring
a. Posisi pasien: Supine di meja pemeriksaan dan tangan rileks di samping tubuh
b. Posisi objek:
1) Tempatkan MSP tubuh pada pertengahan bucky
2) Mengatur kedua bahu simetris
3) Mengatur tepi atas kaset setinggi auricle
4) Meletakkan pertengahan kaset setinggi C4 atau jakun
5) Kepala ekstensi dan pandangan lurus kedepan, agar tidak superposisi antara
mandibula dengan area laryngeal
c. CR : Vertical tegak lurus terhadap kaset
d. CR : C4 atau jakun
e. FFD : 100 cm
f. Faktor eksposi : 55-60 kVp, 16-20 mAs (pada saat eksposi, melakukan ponasi “E”
(Merril’s Atlas))
g. Soft tissue teknik
h. Kriteria Proyeksi AP Larynx dan Pharynx
1) Kolimasi meliputi sebagian os occipitale sampai vertebrae cervical ke-7
11
2) Semua bagian laring dan faring terlihat jelas
3) Tidak overlap pada laring dengan mandibula
4) Leher tidak rotasi
5) Atur densitas radiografi pada gambaran dari struktur pharyngolaryngeal
a. PP : Berdiri menyamping pada salah satu sisi yang diperiksa dekat dengan
kaset
b. PO :
1) Mengatur MCP tubuh pada pertengahan bucky
2) Tepi atas kaset setinggi dengan auricle
3) Tekan bahu dan letakkan tangan pada posterior tubuh
4) Pandangan lurus kedepan
c. CR : Horizontal tegak lurus kaset
d. CP : Pada C4 atau jakun
e. FFD : 120 cm
f. FE : 60-65 kVp, 16-20 mAs
g. Soft tissue teknik
h. Kriteria Proyeksi Lateral Faring dan Laring
1) Terlihat soft tissue pada structur pharyngelaryngeal
2) Tidak ada superposisi trakea terhadap bahu
3) Tidak terjadi superposisi bahu dengan laring
4) Superimpose bayangan mandibular
12
5) Gambaran udara pada faring dan laring
3. Proyeksi AP Trakea
13
4. Proyeksi Lateral Trakea
14
15
D. Kasus
Pasien sesak nafas sejak 1 bulan terakhir dan bertambah berat sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Suara serak sejak 1 tahun terakhir dan sebulan terakhir suara semakin serak dan
mulai menghilang. Riwayat merokok kretek 1 bungkus per hari selama ± 30 tahun dan
berhenti merokok sejak 1 bulan terakhir. Dicurigai tumor glotis.
Tuan AP usia 33 tahun dating ke rumah sakit karena keluhan benjolan di leher kiri kurang
lebih sejak 6 bulan yang lalu disertai penurunan penglihatan terutama pada mata kanan
dengan keadaan umu terlihat lemas. Gejala lain yang menyertai antara lain:
3. Kasus Trakea
Seorang penderita anak laki-laki berusia 10 tahun dikonsulkan dari ruang rawat inap
Departemen Pediatri ke Unit Rawat Jalan (URJ) THT-KL RSUD Dr. Soetomo Surabaya
tanggal 4 Mei 2015 dengan keluhan sesak napas disertai nafas bunyi , nyeri tenggorokan dan
suara parau sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas bertambah berat pada
hari ke-3 rawat inap. Penderita dapat makan dan minum dengan lancar. Saat datang penderita
telah dilakukan trakeotomi 4 hari yang lalu dan dipasang kanul trakea. Penderita didiagnosa
sementara stenosis trakea
4. Penyelesaian Kasus
Untuk penyelesaian studi kasus pada organ laring, faring, trakea bisa menggunakan
pemeriksaan radiologi konvensional dengan menggunakan media kontras menggunakan
proyeksi AP dan proyeksi lateral. Selain itu, bisa menggunakan pemeriksaan CT Scan dan
MRI untuk melihat objek pemeriksaan secara lebih optimal. Bisa pula menggunakan
laringoskopi untuk melihat objek secara asli dan lebih jelas
16
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil radiograf sudah memenuhi standar teknik pemeriksaan, hanya saja perlu
selalu mengingat untuk mengekstensikan kepala pasien pada poroyeksi AP dan
lateral dan menarik shoulder pasien kebelakan pada proyeksi lateral. Perlunya
meningkatkan faktor eksposi untuk menghasilkan kontras dan densitas yang
cukup pada proyeksi AP trakea maupun laring dan faring.
2. Kasus medis yang didapatkan sudah sesuai dengan jenis-jenis patologi yang sudah
dipaparkan penulis, yaitu patologi laringitis dan eppiglotitis (diagnosa awal).
3. Penegakan diagnose pada kasus sudah sama dengan teknik pemeriksaan faring
dan laring yang telah dipraktekkan yaitu proyeksi lateral untuk memperlihatkan
patologi laringitis dan epiglotitis.
B. Saran
1. Proyeksi AP Trakea
Mencoba menggunakan modalitas lain agar mendapatkan kontras dan densitas
yang maksimal dengan faktor eksposi yang sama pula. Dan jangan lupa untuk
meletakkan marker pada bagian kaset yang masuk dalam lapangan penyinaran,
sehingga marker tidak terpotong.
2. Proyeksi Lateral Trakea
Jangan lupa untuk mengekstensikan kepala pasien dan menarik shoulder pasien
ke belakang pada pasien yang sesungguhnya agar mandibula tidak superposisi
dengan vertebrae cervikal dan shoulder tidak menutupi rongga trakea.
3. Proyeksi AP Faring dan Laring
Jangan lupa untuk mengekstensikan kepala pasien pada pasien yang
sesungguhnya agar mandibula tidak superposisi dengan objek. Dan jangan lupa
untuk mengatur kaset dengan baik agar seluruh bagian objek seperti nasofaring
dapat masuk terproyeksikan pula.
4. Proyeksi Lateral Faring dan Laring
Jangan lupa untuk mengekstensikan kepala pasien pada pasien yang
sesungguhnya agar mandibula tidak superposisi dengan vertebrae servikal. Dan
mengatur luas kolimasi dengan baik agar bagian objek tidak terpotong.
17
DAFTAR PUSTAKA
18