Anda di halaman 1dari 15

AS 3UHAN BAYI BARU LAHIR DALAM 2 JAM PERTAMA

DI BUAT OLEH KELOMPOK 4:


1. THASYA AYA SOFIA
NIM : PO0324217038
2. ERIKA ANANTASYA
NIM: PO0324217008
3. LARASATI
NIM : PO0324217028
4. NADILA DWI PUTRI
NIM : PO0324216034
5. NURDIANTI SUNDARI
NIM : PO0324217035

DOSEN : MIRA ARNITA, SST

TINGKAT : II

KEMENTRIAN KESEHATAN REPBULIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
KOTA LANGSA 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN BAYI BARU LAHIR
DALAM 2 JAM PERTAMA”. Pada penulisan makalah ini, kami berusaha
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua orang,
sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih


banyak kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah ini, baik dalam segi
bahasa dan pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi mencapainya suatu kesempurnaan
dalam makalah ini.

Langsa, 27 September 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 32 per 1.000
kelahiran hidup (SDKI 2012). Angka tersebut berhasil diturunkan dari 34 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. AKN memberikan kontribusi terhadap
59% kematian bayi sehingga menjadi hal yang penting untuk mendapat perhatian.
Angka Kematian Neonatal (AKN) berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya
menurun 1 point dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran
hidup.
Masalah pada bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan
kematian, kesakitan dan kecacatan. Masalah pada bayi baru lahir yang dapat
menyebabkan kematian neonatus (0-28 hari) dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti gangguan pernafasan, bayi lahir premature dan sepsis (Kemenkes
2009). Gangguan pernafasan (asfiksia) merupakan penyebab tersering yang
menimbulkan kematian neonatus dengan memberikan angka 19% pada kematian
bayi di dunia (WHO). Hal ini merupakan akibat dari ketidakmampuan bayi dalam
beradaptasi dengan baik pada lingkungan di luar uterus, kesehatan Ibu yang jelek,
serta perawatan neonatal yang tidak adekuat.
Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga
kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir.
Angka kematian neonatal dapat diturunkan dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan,
saat lahir hingga masa neonatal.

Masa neonatal merupakan langkah awal bayi dalam menyesuaikan diri


dengan kondisi sekitarnya yang baru. Asuhan masa neonatal yang diberikan
haruslah dibuat secara menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada
langkah sebelumnya atau sesuai dengan kondisi bayi pada saat itu, sehingga
menjadi suatu asuhan yang berkesinambungan. Banyak informasi yang harus
disampaikan serta ajarkan kepada orang tua bayi agar saat kembali ke rumah,
mereka dapat melaksanakannya sendiri.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan pada Bayi Baru Lahir Dalam 2 Jam Pertama?

C. Tujuan Penulisan
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui asuhan yang akan diberikan pada bayi
baru lahir dalam 2 jam pertama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bayi Baru Lahir Normal


1. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42
minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Depkes RI, 2007). Sedangkan
menurut Mitayani, bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan
usia kehamilan atau masa gestasi yang dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu
36-40 minggu ( Mitayani, 2010:1). Bayi baru lahir normal harus menjalani
proses adaptasi dari kehidupan didalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di
luar rahim (ekstrauterin). Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke
ekstrauterin dipengaruhioleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik dan
termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernafasan dan sirkulasi
pada bayi baru lahir normal ( Mitayani, 2010:1-2).

2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal


Adapun ciri-ciri dari bayi baru lahir normal menurut Depkes RI yaitu:
a. Berat badan 2500 – 4000 gram
b. Panjang badan 48 – 52 Cm
c. Lingkar dada 30 – 38 cm
d. Lingkar Kepala 33 – 35 cm
e. Frekuensi jantung 120 – 160 x / menit
f. Pernafasan 40 –6 0 x /menit
g. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genetalia
1) Perempuan (Labia mayora sudah menutupi labia minora)
2) Laki – laki (Testis sudah turun, skrotum sudah ada)
k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Refleks morrow atau gerakan memeluk bila dikagetkan sudah baik
m. Refleks mengenggam sudah baik
n. Eliminasi baik mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama. Mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
3. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut Indrayani dalam buku update asuhan persalinan dan bayi baru lahir
(2016), manajemen asuhan bayi baru lahir diantaranya:
a. Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan byi diatas kain yang bersih dan kering
yangsudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka
letakkan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut
dalam keadaan bersih dan kering. Segera lakukan penilaian awal pada
bayi baru lahir :
1) Apakah bayi bernafas dan/atau menangis kuat tana kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak aktif?
3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah
ada sianosis
Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas maka lakukan tindakan
resusitasi pada bayi baru lahir.

b. Merawat tali pusat


Memotong dan Mengikat Tali Pusat
1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi
lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat
dipotong.
2) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm
dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah
ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan
tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari
tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
6) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi
Menyusu Dini.

Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat


1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali
pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga
kepada ibu dan keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan
bayi:
a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih,
sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan
air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama
dengan menggunakan kain bersih.
d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada
kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika
terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa
bayinya ke fasilitas kesehatan.

c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyus dini adalah bayi muali
menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibunya dibiarkan setidaknya setalah satu jam segera setelah lahir,
kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi
melakukan IMD ini dinamakan the berst crawl atau merangkak mencari
payudara.
1) Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan
resusitasi, letakkan bayi di atas perut ibunya (bila sectio,bayi
diletakkan diatas dada) dan keringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya. Bau
cairan amnion pada tangan bayi akan membantunya mencari
puting ibu yang mempunyai bau yang sama. Maka agar baunya
tetap ada, dada ibu juga tidak boleh dibersihkan. Mengeringkan
tubuh bayi tidak perlu sampai menghilangkan verniks karena
verniks dapat berfungsi sebagai penahan panas pada bayi.
2) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas
perut ibu dengan kepala bayi menghadap kearah kepala ibunya.
3) Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan
menyelimuti ibu dan bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi.
4) Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade memperlihatkan
bahwa bayi-bayi yang tidak mengalami sedasi mengikuti suatu
pola perilaku prefeeding yang dapat diprediksi. Apabila bayi
dibiarkan tengkurap di perut ibu, selama beberapa waktu bayi
akan diam saja tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya.
5) Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan
menendang, menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi
ini akan membantu uterus untuk berkontraksi. Meskipun
kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat areola
mammae yang berwarna lebih gelap dan bergerak menuju ke
sana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini
merupakan stimulasi yang menyerupai pijatan pada payudara ibu.
6) Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera
penciuman dan dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi
akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai
menyusu. Hal tersebut dapat tercapai antara 27 - 71 menit.
7) Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama
berlangsung sebentar, sekitar 15 menit, dan setelah selesai,
selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan bayi untuk
menyusu. Selama menyusu bayi akan mengkoordinasi gerakkan
menghisap, menelan, dan bernapas.
8) Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan
asuhan keperawatan seperti menimbang, pemeriksaan
antropometri lainnya, penyuntikkan vitamin K1, dan pengoleskan
salep pada mata bayi dapat dilakukan.
9) Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau
pada hari berikut.
10) Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan
sesuai keinginan bayi (rooming in / rawat gabung).

d. Bounding Attachment

Bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara


ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah
kelahiran bayi. Dalam hal ini, kontak ibu dan ayah akan menentukan
tumbuh kembang anak menjadi optimal. Pada proses ini terjadi
penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang
tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
keperawatannya.

 Tahap-tahap Bounding Attachment


Menurut Klaus Kenell dalam Lusa (2010), bagian penting dalam
bounding attachment adalah :
1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak
mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera
setelah mengenal bayinya.
2) Bounding (keterikatan)
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu
dengan individu lain.
 Elemen-Elemen Bounding Attachment
1) Sentuhan – Sentuhan atau indera peraba
2) Kontak mata
3) Suara
4) Aroma
5) Entrainment
6) Bioritme
7) Kontak dini

 Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bounding Attachment


1) Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2) Sentuhan orang tua pertama kali.
3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang
tua ke anak.
4) Kesehatan emosional orang tua.
5) Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6) Persiapan PNC (Perinatal Care) sebelumnya.
7) Adaptasi.
8) Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk
merawat anak.
9) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam
memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta
memberi rasa nyaman.
10) Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11) Penekanan pada hal-hal positif.
12) Perawat maternitas khusus (bidan).
13) Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari
keluarga, teman dan pasangan.
14) Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
e. Pemberian ASI Awal
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan
mencoba untuk menyusukan bayinya segera setlah tali pusat diklem dan
dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.

 Keuntungan peberian ASI


 Merangsang produksi air susu ibu
 Memperkuat reflek menghisab bayi
 Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
 Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui
kolostrum
 Merangsang kontraksi uterus

 Posisi untuk menyusui


 Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara urus agar muka bayi
menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan puting susu
ibu.

 Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang


seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.

 Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap


puting susu.

 Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting


susu di payudaranya.
1) Dagu menyentuh payudara ibu.
2) Mulut terbuka lebar.
3) Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
4) Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
5) Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-
kadang berhenti.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Risiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 2 jam pertama
kehidupan. Pada fase ini, dibutuhkanlah asuhan bayi baru lahir yang dapat
mencegah suatu hal yang tidak diinginkan. Asuhan bayi baru lahir merupakan
suatu asuhan yang diberikan kepada bayi pada jam pertama kelahiran dan
diteruskan sampai dengan 24 jam setelah kelahiran yang bertujuan untuk deteksi
dini adanya kelainan dan komplikasi. Asuhan bayi baru lahir dapat berupa
penilaian bayi baru lahir segera setelah lahir, merawat tali pusat, inisiasi meyusu
dini, bounding attachment, dan pemberian ASI awal.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk
meningkatkan pelayanan lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan
saran sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan setelah mengetahui asuhan yang dilakukan pada bayi baru
lahir normal dapat memberikan asuhan bayi baru lahir normal sesuai
dengan teori yang ada sebagai upaya deteksi dini dan penanganan
komplikasi.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan setelah adanya makalah ini dapat mengedukasi
masyarakat luas pada umumnya agar dapat bersikap dengan bijak dalam
membuat keputusan terutama pada orangtua bayi pada 2 jam pertama
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. Jakarta: JNPK-KR

Indrayani. 2016. Update Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: Trans Info
Media.
KemKes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta:Kemenkes.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai