Anda di halaman 1dari 41

PELATIHAN ROAD DESIGN ENGINEER

(AHLI TEKNIK DESAIN JALAN)

MODUL
RDE - 04: SURVEI PENENTUAN TRASE JALAN

2005

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Modul ini berisi pembahasan dalam garis besar mengenai survai penentuan trase jalan
meliputi : survai pendahuluan, pengukuran topografi untuk penentuan trase jalan,
pemanfaatan data hasil survai geoteknik, pemanfaatan hasil survai hidrologi,
pemanfaatan data hasil pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan dan penggunaan
data-data tersebut untuk menentukan trase jalan.
Modul ini hanya menggarisbawahi salah satu butir yang diperlukan untuk penyiapan
dokumen pembangunan jalan baru, yaitu “membuat alinyemen baru” yang tentu akan
diawali dengan memilih trase jalan baru. Kesalahan memilih trase jalan baru akan
memberikan dampak yang tidak kecil karena selain nantinya akan berkaitan dengan
permasalahan pembiayaan pembangunan jalan tetapi juga berpengaruh terhadap
fungsi jaringan jalan, baik dalam skala lokal, regional, maupun nasional. Oleh karena
itu, penetapan trase jalan tersebut memerlukan standar yang terukur, di samping
prosedur dan batasan-batasan yang digunakan tidak boleh menyimpang dari kriteria
teknis yang berlaku untuk penanganan jalan di Indonesia.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi
materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan modul ini.
Demikian mudah-mudahan modul ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) i


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) ii


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

LEMBAR TUJUAN

UDUL PELATIHAN : Pelatihan Ahli Teknik Desain Jalan (Road


Design Engineer)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu membuat desain jalan mencakup
perencanaan geometrik dan perkerasan jalan termasuk mengkoordinasikan
perencanaan drainase , bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:

1. Melaksanakan Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK dan UU Jalan.


2. Melaksanakan Manajemen K3, RKL dan RPL.
3. Mengenal dan Membaca Peta.
4. Melaksanakan Survei Penentuan Trase Jalan.
5. Melaksanakan Dasar-dasar Pengukuran Topografi
6. Melaksanakan Dasar-dasar Survei dan Pengujian Geoteknik.
7. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Drainase.
8. Melaksanakan Rekayasa Lalu-lintas.
9. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap dan
Perlengkapan Jalan.
10. Melaksanakan Perencanaan Geometrik.
11. Melaksanakan Perencanaan Perkerasan Jalan.
12. Melakukan pemilihan jenis Bahan Perkerasan Jalan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) iii


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

NOMOR : RDE-04

JUDUL MODUL : SURVAI PENENTUAN RENCANA TRASE


JALAN

TUJUAN PELATIHAN :

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) :


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan
pengetahuannya tentang survai pendahuluan, pengukuran topografi, serta
pemanfaatan data hasil survai: geoteknik, hidrologi, hasil pengelolaan/mitigasi
dampak lingkungan untuk penetapan rencana trase jalan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan latar belakang dan lingkup pekerjaan
2. Melaksanakan survei pendahuluan
3. Menggunakan data pengukuran topografi
4. Memanfaatkan data hasil survei geoteknik
5. Memanfaatkan data hasil survei hidrologi
6. Memanfaatkan data hasil pengolahan/mitigasi dampak lingkungan
7. Melakukan penentuan trase jalan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) iv


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


LEMBAR TUJUAN ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN AHLI TEKNIK PERENCANAAN
JALAN (Road Design Engineer) ..................................................... vi
DAFTAR MODUL ........................................................................................ vii
PANDUAN INSTRUKTUR ......................................................................... viii

BAB 1 LATAR BELAKANG DAN LINGKUP


PEKERJAAN .............................................................................. I-1
1.1 Latar Belakang........................................................................ I-1
1.2 Lingkup Pekerjaan .................................................................. I-2
BAB 2 SURVEY PENDAHULUAN ............................................................ II-1
2.1. Umum ...................................................................................... II-1
2.2. Lingkup Kegiatan ..................................................................... II-1
BAB 3 PENGUKURAN TOPOGRAFI ........................................................ III-1
3.1. Umum ..................................................................................... III-1
3.2. Lingkup Kegiatan .................................................................... III-1
3.3. Perhitungan dan Penggambaran ............................................ III-5
3.4. Pelaporan ............................................................................... III-6
BAB 4 MEMANFAATKAN DATA HASIL SURVEY
GEOTEKNIK .............................................................................. IV-1
4.1. Umum ..................................................................................... IV-1
4.2. Rincian Jenis Data .................................................................. IV-1
4.3. Data Apa Yang Harus Dimanfaatkan? .................................... IV-4
BAB 5 MEMANFAATKAN DATA HASIL SURVAI
HIDROLOGI ............................................................................... V-1
5.1. Jenis Data ............................................................................... V-1
5.2. Cakupan Data ......................................................................... V-1

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) v


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

5.3. Manfaat data hidrologi untuk penentuan


trase jalan ....................................................................................... V-1
BAB 6 MEMANFAATKAN DATA HASIL
PENGELOLAAN/ MITIGASI DAMPAK
LINGKUNGAN............................................................................ VI-1
6.1. Umum ..................................................................................... IV-1
6.2. Jenis data yang perlu dimanfaatkan ....................................... VI-1
6.3. Mengolah Data ....................................................................... VI-2
BAB 7 PENENTUAN TRASE JALAN ....................................................... VII-1
7.1. Umum ..................................................................................... VII-1
7.2. Standar Perencanaan Geometrik ........................................... VII-1
7.3. Penggambaran ....................................................................... VII-2
7.4. Penyiapan Laporan dan Gambar Trase
Rencana Jalan ................................................................................ VII-3
7.5. Penutup .................................................................................. VII-3

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) vi


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN AHLI TEKNIK DESAIN JALAN
(Road Design Engineer)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Teknik


Desain Jalan (Road Design Engineer) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Teknik Desain
Jalan (Road Design Engineer) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus
Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-
masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Teknik Desain
Jalan (Road Design Engineer).

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) vii


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Road Design Engineer (RDE)

Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 RDE – 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK, dan UU Jalan

2 RDE – 02 Manjemen K3, RKL dan RPL

3 RDE – 03 Pengenalan dan Pembacaan Peta

4 RDE – 04 Survai Penentuan Trase Jalan


5 RDE – 05 Dasar-dasar Pengukuran Topografi

6 RDE – 06 Dasar-dasar Survai dan Pengujian Geoteknik

7 RDE – 07 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Jalan

8 RDE – 08 Rekayasa Lalu Lintas

9 RDE – 09 Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap

10 RDE – 10 Perencanaan Geometrik

11 RDE – 11 Perencanaan Perkerasan Jalan

12 RDE – 12 Bahan Perkerasan jalan

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) viii


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : AHLI TEKNIK DESAIN JALAN


(Road Design Engineer )

KODE MODUL : RDE - 04

JUDUL MODUL : SURVAI PENENTUAN TRASE JALAN

DESKRIPSI : Modul ini membicarakan mengenai survai yang


diperlukan untuk penyiapan rencana trase jalan
baru sebagai bagian dari proses membuat
perencanaan teknis jalan. Ada tahapan-tahapan
kegiatan yang harus dilakukan mulai dari
persiapan, survai pendahuluan, survai detail
yang intinya adalah memaanfaatkan data-data:
Pengukuran Topografi, Data Hasil Survey
Geoteknik,
Hasil Penyelidikan Tanah dan Material, Hasil
Survey Hidrologi, Data Hasil Pengelolaan/
Mitigasi Dampak Lingkungan, serta pembuatan
rencana trase jalan setelah seluruh data yang
dikumpulkan dijadikan bahan masukan dan
pertimbangan.

TEMPAT KEGIATAN : Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitas


yag diperlukan.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) ix


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

B. RENCANA PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah : Pembukaan

 Menjelaskan tujuan instruksional  Mengikuti penjelasan TIU OHP.


(TIU dan TIK) dan TIK dengan tekun dan
 Merangsang motivasi peserta de- aktif
ngan pertanyaan ataupun penga-  Mengajukan pertanyaan
lamannya dalam melakukan pe- apabila ada yang kurang
kerjaan jalan jelas

Waktu : 10 menit

2. Ceramah : Bab 1, Latar Belakang


dan Lingkup Pekerjaan

Memberikan penjelasan ataupun ba- OHP.


hasan singkat berkaitan dengan:  Mengikuti penjelasan instruk-
tur dengan tekun dan aktif
 Latar belakang
 Mengajukan pertanyaan
 Lingkup Pekerjaan
apabila ada yang kurang
jelas
Waktu : 10 menit
 Mengikuti diskusi yang
diadakan.

3. Ceramah : Bab 2, Survey


Pendahuluan

Memberikan penjelasan ataupun urai-  Mengikuti penjelasan instruk- OHP.


an tentang survai dan pengumpulan tur dengan tekun dan aktif
data lapangan, mencakup :  Mengajukan pertanyaan
 kegiatan pengumpulan data apabila ada yang kurang
primer, jelas
 penentuan rencana awal trase
jalan berdasarkan data primer
dan
 melakukan survey lapangan
untuk menganalisa serta
menentukan trase definitif yang
memenuhi syarat teknis,
ekonomis dan lingkungan.

Waktu : 10 menit

4. Ceramah : Bab 3, Pengukuran


Topografi

Memberikan penjelasan, bahasan atau  Mengikuti penjelasan instruk- OHP.


tur dengan tekun dan aktif
uraian mengenai :
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Bagaimana merintis atau
membuka sebagian daerah

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) x


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung


pengukuran yang masih tertutup  Mengajukan pertanyaan a-
dengan vegetasi (hutan, belukar), pabila ada yang kurang jelas
sehingga pengukuran dapat  Melakukan diskusi dengan
dilaksanakan dengan lancar dan instruktur mengenai hal-hal
baik. yang belum dipahami
 Melakukan pengukuran topografi
di sepanjang rencana trase jalan
(dalam koridor pengukuran) dan
melakukan pengukuran-
pengukuran tambahan pada
daerah persilangan dengan
sungai/jalan

Waktgu : 15 menit

5. Ceramah : Bab 4, Memanfaatkan


data hasil survai geoteknik

Memberikan penjelasan, uraian atau-  Mengikuti penjelasan instruk-


pun bahasan mengenai manfaat jenis tur dengan tekun dan aktif
data yang perlu diambil dari hasil OHP.
survey geoteknik mencakup:  Mencatat hal-hal yang perlu
 data pemetaan penyebaran
tanah/batuan dasar termasuk  Mengajukan pertanyaan a-
kisaran tebal tanah pelapukan, pabila ada yang kurang jelas
 informasi tentang stabilitas badan  Melakukan diskusi dengan
jalan jika kita memilih lokasi instruktur mengenai hal-hal
dimaksud untuk dijadikan badan yang belum dipahami
jalan, jenis dan karakteristik
bahan jalan, serta
 identifikasi lokasi sumber bahan
jalan termasuk perkiraan
kuantitasnya

Waktu : 10 menit

6. Ceramah : Bab 5, Memanfaatkan


data hasil survai hidrologi

Memberikan penjelasan, bahasan  Mengikuti penjelasan instruk-


a-taupun uraian mengenai tur dengan tekun dan aktif
bagaimana memanfaatkan semua OHP.
data yang diperlukan untuk  Mencatat hal-hal yang perlu
menghitung banjir rencana,
mencakup:  Mengajukan pertanyaan a-
 Data curah hujan dan banjir pabila ada yang kurang jelas
tahunan pada daerah  Melakukan diskusi dengan
tangkapan instruktur mengenai hal-hal
 Data sungai yang akan yang belum dipahami
dipotong oleh trase jalan
sehingga memerlukan
pembangunan jembatan

Waktu : 10 menit

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) xi


Modul RDE-04 : Survai Penentuan Trase Jalan Kata Pengantar

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

7. Ceramah : Bab 6, Memanfaatkan


data hasil pengelolaan/ mitigasi
dampak

Bagaimana menuangkan rencana


trase jalan yang dipilih ke dalam  Mengikuti penjelasan instruk- OHP.
gambar rencana dengan mengikuti tur dengan tekun dan aktif
standar geometrik yang berlaku
 Mencatat hal-hal yang perlu
Waktu : 10 menit
 Mengajukan pertanyaan a-
pabila ada yang kurang jelas
 Melakukan diskusi dengan
instruktur mengenai hal-hal
yang belum dipahami

8. Ceramah : Bab 7, Penentuan Trase


Jalan

Memberikan penjelasan, bahasan a-


taupun uraian mengenai pengelolaan
/ mitigasi dampak lingkungan  Mengikuti penjelasan instruk- OHP.
mecakup data untuk mengkaji hal-hal tur dengan tekun dan aktif
yang berkaitan dengan aspek
lingkungan pada lokasi yang  Mencatat hal-hal yang perlu
direncanakan, menerapkannya dalam
rencana teknis serta menyusun  Mengajukan pertanyaan a-
rekomendasi pengelolaan/mitigasi pabila ada yang kurang jelas
dampak lingkungan pada tahap  Melakukan diskusi dengan
pelaksanaan konstruksi instruktur mengenai hal-hal
yang belum dipahami
Waktu : 15 menit

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) xii


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab I Latar Belakang dan Lingkup Pekerjaan

BAB I
LATAR BELAKANG DAN LINGKUP PEKERJAAN

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sistem transportasi secara


keseluruhan dari jaringan jalan, tidak tertutup kemungkinan akan dihadapi
kondisi bahwa ”planning, programming and budgeting” untuk pekerjaan
pemeliharaan dan preservasi jalan dan jembatan tidak mampu menjawab
tuntutan peningkatan kapasitas dan kualitas dimaksud. Dari aspek teknis, untuk
mengatasi hal ini kadangkala perlu diambil keputusan penanganan jalan dan
jembatan antara lain sebagai berikut :
- Melakukan pelebaran jalan yang ada menjadi 4 jalur terpisah, bisa berupa
pelebaran jalan lama atau memilih alinyemen baru.
- Memperbaiki manajemen lalu lintas perkotaan untuk meningkatkan
kapasitas jaringan jalan.
- Membuat bypass di daerah perkotaan.
- Membuat interchange atau overpass untuk persilangan antara jalan raya
dengan jalan lain atau jalan kereta api.
- Membuat jalan baru atau alinyemen baru, termasuk membuat jalan tol.
Penanganan jalan dan jembatan seperti contoh-contoh tersebut di atas pada
umumnya memerlukan biaya konstruksi yang relatif tinggi, tidak dapat dicakup
dalam penanganan yang harus dibiayai dengan program pemeliharaan dan
preservasi jalan dan jembatan. Jadi harus ada program khusus yang dapat
dicakup dalam ”planning, programming and budgeting” yang fokusnya adalah
sebagai ”major works project”. Dari sisi pembiayaan, major works project ini
termasuk proyek yang mahal namun jika memenuhi kelayakan ekonomi, tentu
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak meloloskan ”major works project” ini ke
dalam planning, programming and budgeting program. Ada hal-hal khusus yang
perlu dipertimbangkan sebelum major works project ini layak dimasukkan ke
dalam program:

Pelatihan Road design Engineer (RDE) I-1


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab I Latar Belakang dan Lingkup Pekerjaan

- Proyek dengan biaya tinggi, artinya kecil kemungkinan dapat dibiayai


dengan dana APBN, jadi alternatif yang mungkin perlu dipertimbangkan
adalah dibiayai dari dana pinjaman luar negeri.
- Ditinjau dari aspek lingkungan dan sosial menguntungkan, jadi memerlukan
ANDAL.
- Memerlukan perencanaan teknis yang memadai, dalam pengertian ada
kejelasan umur perkerasan yang ingin dicapai, misalnya 10 tahun.
- Memberikan dampak yang positif terhadap pengembangan jaringan jalan,
dalam pengertian dapat mendorong peningkatan kapasitas pada ruas-ruas
jalan di dalam jaringan jalan terkait.
- Major works project memerlukan detail planning dan studi kelayakan.

Modul ini hanya menggarisbawahi salah satu butir dari major works tersebut di
atas, yaitu “membuat jalan baru atau alinyemen baru” yang tentu akan diawali
dengan memilih trase jalan baru. Kesalahan memilih trase jalan baru akan
memberikan dampak yang tidak kecil karena bukan hanya berkaitan dengan
permasalahan pembiayaan pembangunan jalan saja akan tetapi juga fungsi
jaringan jalan, baik dalam skala lokal, regional, maupun nasional. Oleh karena
itu, penetapan trase jalan tersebut memerlukan standar yang terukur, di
samping prosedur dan batasan-batasan yang digunakan tidak boleh
menyimpang dari kriteria teknis yang berlaku untuk penanganan jalan di
Indonesia. Persisnya, untuk dapat menentukan trase jalan baru, maka
perencana tidak cukup hanya melihatnya dari aspek pengukuran topografi saja
akan tetapi aspek lain juga harus dijadikan bahan masukan yaitu antara lain
data geoteknik, hidrologi dan hasil-hasil AMDAL.

1.2 LINGKUP PEKERJAAN

 Menyiapkan rencana trase jalan baru sebagai bagian dari proses membuat
perencanaan teknis jalan.
 Tahapan kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan tersebut di atas antara
lain adalah:
 Persiapan
 Pengumpulan Data Lapangan
 Survey Pendahuluan

Pelatihan Road design Engineer (RDE) I-2


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab I Latar Belakang dan Lingkup Pekerjaan

 Survey Detail:
 Melakukan Pengukuran Topografi
 Memanfaatkan Data Hasil Survey Geoteknik
 Memanfaatkan Hasil Penyelidikan Tanah dan Material
 Memanfaatkan Hasil Survey Hidrologi
 Memanfaatkan Data Hasil Pengelolaan/Mitigasi Dampak
Lingkungan
 Penentuan Trase Jalan
 Pembuatan Gambar Rencana Trase Jalan
 Pelaporan

Pelatihan Road design Engineer (RDE) I-3


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab II Survey Pendahuluan

BAB II
SURVEI PENDAHULUAN

2.1. UMUM

Survei Pendahuluan atau Reconnaissance Survey meliputi kegiatan pengumpulan


data primer, penentuan rencana awal trase jalan berdasarkan data primer dan
melakukan survey lapangan untuk menganalisa serta menentukan trase definitif
yang memenuhi syarat teknis, ekonomis dan lingkungan.

2.2. LINGKUP KEGIATAN

Survey Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan antara lain :

 Penyiapan peta dasar berupa peta topografi dengan skala 1: 250.000 s/d 1:
100.000 dan peta-peta pendukung lainnya seperti peta geologi, peta tata guna
tanah, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan analisa mengenai dampak
lingkungan, dan dokumen-dokumen lain yang lazim digunakan dalam studi
kelayakan jalan. Informasi yang diperoleh dari dokumen-dokumen di atas
harus dipertimbangkan dalam proses penentuan trase jalan yang akan
disurvey. Rencana jalan yang akan disurvey merupakan trase terbaik yang
diperoleh berdasarkan kajian dari beberapa alternatif trase jalan.
 Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait sebelum melaksanakan
survey.
 Untuk mempelajari dan menganalisis rencana trase jalan yang paling baik,
perencana masih perlu mencari data-data penunjang sebagai berikut :
 Demografi
 Sosial ekonomi
 Lingkungaan
 Geografi
 Geoteknik
 Hidrologi

Pelatihan Road design Engineer (RDE) II-1


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab II Survey Pendahuluan

 Selain itu untuk keperluan perhitungan perkiraan biaya penanganan jalan dan
jembatan, informasi lain yang juga perlu dikumpulkan adalah :
 Harga Satuan Dasar Upah untuk komponen tenaga dalam Harga Satuan
Pekerjaan.
 Harga Satuan Dasar Bahan untuk komponen bahan dalam Harga Satuan
Pekerjaan.
 Harga Satuan Sewa Peralatan untuk komponen peralatan dalam Harga
Satuan Pekerjaan.
 Harga Satuan Pekerjaan untuk berbagai nomor mata pembayaran pada
proyek yang sedang berjalan di sekitar lokasi pekerjaan

Harga Satuan Dasar/Sewa untuk komponen tenaga, bahan maupun peralatan


tersebut perlu disesuaikan dengan yang riil ada di lapangan agar asumsi-
asumsi nilai proyek tidak jauh meleset dari yang sebenarnya terjadi.

 Reconnaissance Survey di lapangan

 Identifikasi Trase

Identifikasi trase di lapangan dilakukan berdasarkan gambar rencana trase


yang telah ditetapkan pada butir a, b, c, dan d di atas. Selanjutnya
dilakukan pematokan sepanjang rencana trase jalan dengan patok kayu
bernomor dengan interval 200 m. Untuk memudahkan tim pengukuran
berikutnya, pada lokasi-lokasi tertentu diharuskan memasang tanda-tanda
khusus seperti pemasangan patok dengan bendera berwarna menyolok.
Pada peninjauan titik awal dan titik akhir pekerjaan, perlu diambil data
sejauh  200 m sebelum titik awal dan  200 m setelah titik akhir
pekerjaan seperti disajikan dalam gambar berikut.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) II-2


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab II Survey Pendahuluan

Gambar Koridor Pengambilan Data

Jalan atauRencana Trase Jalan


Rencana Trase Jalan a = 200 m

Koridor Pengambilan Data

2a

a = 200 m

 Pemeriksaan Kelandaian

Untuk memenuhi kelandaian yang memenuhi persyaratan perencanaan


geometrik jalan, harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Pada setiap segmen jalan yang diperkirakan mempunyai kelandaian lebih
besar dari kelandaian maksimum, harus dilakukan pemeriksaan kelandaian
segmen jalan tersebut dengan menggunakan Helling Meter bersamaan
dengan pembacaan jarak. Dalam hal demikian harus dibuat draft desain
alinyemen vertical. Apabila persyaratan kelandaian tidak terpenuhi, maka
rencana trase segmen tersebut harus diganti dengan segmen yang
memenuhi syarat.

 Pencatatan data-data khusus

Dalam Reconnaissance Survey harus dicatat data-data khusus sebagai


berikut :
 Lokasi yang diperlukan untuk menempatkan as memanjang jembatan di
atas sungai
 Lokasi gorong-gorong
 Lokasi sumber material (quarry)

Cara pencatatan dilakukan misalnya sebagai berikut :


 Pemilihan rencana lokasi jembatan No. 1, ditandai dengan patok
bernomor / berbendera dengan tulisan Jbt-1 Sta ……..+ ………

Pelatihan Road design Engineer (RDE) II-3


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab II Survey Pendahuluan

 Pemilihan rencana lokasi gorong-gorong No. 5 ditandai dengan patok


bernomor / berbendera dengan tulisan G-1 Sta ……..+ ………

 Dalam melakukan Reconnaissance Survey, harus dibuat foto dokumentasi


lapangan sekurang-kurangnya pada:
 Awal dan akhir rencana trase jalan
 Setiap jarak 2 km dengan identifikasi arah pengambilan foto.
 Lokasi yang diperkirakan memerlukan jembatan (misalnya jalan harus
melintasi sungai atau alur air lainnya)
 Persimpangan rencana trase jalan dengan jalan lainnya, jalan kereta api
dan sebagainya.
 Lokasi quarry

Seluruh kegiatan Survei Pendahuluan harus dibuat laporannya sebagai bahan


masukan untuk penetapan trase jalan.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) II-4


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab III Pengukuran Topografi

BAB III
PENGUKURAN TOPOGRAFI

3.1. UMUM

Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data


koordinat dan ketinggian permukaan bumi sepanjang trase jalan di dalam koridor
yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 2500, yang akan
digunakan untuk menentukan rencana trase jalan.

3.2. LINGKUP KEGIATAN

 Kegiatan Perintisan Untuk Pengukuran

Pekerjaan ini dilakukan untuk merintis atau membuka sebagian daerah


pengukuran yang masih tertutup dengan vegetasi (hutan, belukar), sehingga
pengukuran dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik
Peralatan yang digunakan adalah peralatan rintisan konvensional (misalnya :
parang, kampak) atau dapat juga menggunakan gergaji mesin apabila
diijinkan. Dalam keadaan apapun, pekerjaan perintisan tidak boleh dilakukan
dengan cara pembakaran.
Perintisan arah melintang trase jalan, dilakukan dengan memanfaatkan setiap
patok yang dijadikan referensi untuk pengukuran penampang melintang jalan.

 Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran topografi dilakukan sepanjang rencana trase jalan (


dalam koridor pengukuran) dan melakukan pengukuran-pengukuran tambahan
pada daerah persilangan dengan sungai/jalan

Titik awal dan titik akhir pekerjaan harus dilengkapi dengan data/identitas yang
mudah dikenal, aman, dan diikatkan pada titik ikat Bench Mark (BM) dan / atau
titik poligon dari pengukuran sebelumnya.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) III-1


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab III Pengukuran Topografi

 Prosedur Pekerjaan Pengukuran

 Pemeriksaan dan Koreksi Alat Ukur

Sebelum dilakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan


harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut:

 Pemeriksaan Theodolit
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Sumbu II tegak lurus sumbu I.
 Garis bidik tegak lurus sumbu II.
 Kesalahan kolimasi horizontal = 0
 Kesalahan indeks vertical = 0

 Pemeriksaan Alat Penyipat Datar


 Sumbu I vertical dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
 Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo

Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan
dalam laporan.

 Pemasangan patok-patok

Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm


atau pipa peralon  4 inchi yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya
dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman dan mudah
terlihat. Patok BM dipasang pada setiap 1 (satu) km dan pada setiap
lokasi rencana jembatan masing-masing 1 (satu) buah dipasang di setiap
sisi sungai / alur. Patok BM dipasang / ditanam dengan kuat, bagian yang
tampak di atas tanah setinggi 20 cm dicat warna kuning, diberi lambang
PU, notasi dan nomor BM dengan warna hitam.
Untuk setiap titik poligon dan sipat datar harus digunakan patok kayu yang
cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-
kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan
dan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi

Pelatihan Road design Engineer (RDE) III-2


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab III Pengukuran Topografi

nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus perlu ditambahkan
patok bantu.
Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok
diberi tanda-tanda khusus. Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin
dipasang patok, misalnya diatas permukaan jalan beraspal atau diatas
permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sipat datar ditandai dengan
paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.

 Pengukuran titik kontrol horizontal

Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon dan


semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur
dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian
baca di dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2
atau yang setingkat.
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut:
 Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik
poligon.
 Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.

Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran
dan untuk setiap interval  5 km sepanjang trase yang diukur. Setiap
pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar
biasa).

 Pengukuran situasi

Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup


semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada di
sepanjang jalur pengukuran, seperti alur air, sungai, bukit, jembatan,
rumah, gedung dan sebagainya.
Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan
kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) III-3


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab III Pengukuran Topografi

Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya sungai, persimpangan dengan jalan


yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan kerapatan yang lebih
tinggi.
Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.

 Pengukuran penampang melintang

Pengukuran penampang melintang harus dilakukan dengan persyaratan:

Kondisi Lebar Koridor, m Interval, m


Datar, landai, dan lurus 75 + 75 200
Pegunungan 75 + 75 100
Tikungan 50 (luar) + 100 (dalam) 100

 Pengukuran Khusus

Pengukuran khusus diperlukan pada beberapa kondisi khusus, misalnya


perpotongan rencana trase jalan dengan sungai dan / atau jalan yang
sudah ada.

 Pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan sungai


(lebar 5-20 m)
Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari
perkiraan titik perpotongan, dengan interval pengukuran melintang
sungai sebesar 100 meter.
Koridor pengukuran searah rencana trase jalan masing-masing 100
m dari kedua tepi sungai dengan interval pengukuran penampang
melintang rencana trase jalan sebesar 100 m.

 Pengukuran pada perpotongan dengan jalan yang ada


Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing
100 m dan perkiraan titik perpotongan dengan interval pengukuran
penampang melintang sebesar 100 m.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang
dibentuk alam maupun manusia di sekitar persilangan proyek.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) III-4


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab III Pengukuran Topografi

3.3. PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN

 Pengamatan matahari
Pencatatan data pengamatan dan perhitungan azimuth matahari
menggunakan formulir yang telah disiapkan atau yang lazim digunakan untuk
itu dan mengacu pada tabel almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat
Topografi TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan harus dilakukan di
lokasi pekerjaan.

 Perhitungan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan
matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh
diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang
kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi lebih besar),
dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.

 Perhitungan Penyipat Datar


Perhitungan sipat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0.5 mm),
dan harus dilakukan control perhitungan pada setiap lembar perhitungan
dengan menjumlahkan beda tingginya.

 Perhitungan Ketinggian Detail


Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai
sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.

Penggambaran
 Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 2000
 Garis-garis grid dibuat setiap 20 cm.
 Koordinat grid terluar dari gambar (dari gambar) harus dicantumkan harga
absis (x) dan kordinatnya (y).
 Pada setiap lembar gambar dan / atau setiap 1 meter panjang gambar
harus dicantumkanpetunjuk arah Utara.
 Penggambaran titik poligon harus berdasarkan detail hasil perhitungan dan
tidak boleh dilakukan secara grafis.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) III-5


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab III Pengukuran Topografi

 Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda
khusus.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang


melintang harus digambarkan pada gambar poligon, sehingga membentuk
gambar situasi dengan interval garis ketinggian (contour) 1 meter.

3.4. PELAPORAN

Laporan pengukuran topografi perlu disiapkan mencakup sekurang-kurangnya


pembahasan mengenai hal-hal berikut:

Data proyek
 Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap
kota besar terdekaat.
 Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
 Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
 Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
 Kegiatan pengukuran situasi.
 Kegiatan pengukuran penampang melintang.
 Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
 Perhitungan penggambaran.
 Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
 Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi
termasuk kegiatan pencetakan dan pemasangan patok-patok BM,
pengamatan matahari, dan semua obyek yang dianggap penting untuk
keperluan preliminary engineering design.
 Deskripsi Bench Mark (sebagai lampiran)

Selain laporan topografi di atas juga harus disiapkan :


 Buku ukur
 Plotting
Negatif film dari foto dokumentasi.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) III-6


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab IV Memanfaatkan Data Hasil Survey Geoteknik

BAB IV
MEMANFAATKAN DATA HASIL SURVEI GEOTEKNIK

4.1. UMUM

Secara umum jenis data yang perlu diambil dari hasil survei geoteknik adalah data
pemetaan penyebaran tanah / batuan dasar termasuk kisaran tebal tanah
pelapukan, informasi tentang stabilitas badan jalan jika kita memilih lokasi
dimaksud untuk dijadikan badan jalan, jenis dan karakteristik bahan jalan, serta
identifikasi lokasi sumber bahan jalan termasuk perkiraan kuantitasnya.

4.2. RINCIAN JENIS DATA

Rincian njenis data meliputi data : hasil penyelidikan geologi, dan penyelidikan
tanah dan bahan jalan di sekitar lokasi jalan yang direncanakan.

 Data Hasil Penyelidikan Geologi

Secara rinci data yang perlu dimanfatkan adalah berupa data hasil pemetaan
jenis batuan yang dilakukan secara visual, biasanya dengan bantuan loupe
dan alat lainnya yang representatif. Data ini digunakan untuk menentukan
penyebaran tanah/batuan dasar dan kisaran tebal tanah pelapukan (yaitu
untuk menentukan jenis galian tanah atau galian batu)

- Data Hasil Penyelidikan Lapangan

Meliputi data pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar


topografi skala 1 : 250.0000 s/d skala 1 : 100.000, dilengkapi dengan
pencatatan kondisi geoteknik di sepanjang rencana trase jalan untuk setiap
jarak 1000 – 2000 meter.

- Data Pemetaan Struktur Geologi

Peta struktur geologi memberikan informasi tentang jenis batuan yang ada
di sepanjang rencana trase jalan biasanya dalam skala 1 : 2000 mencakup
jenis struktur geologi yang ada, antara lain : sesar / patahan, kekar,

Pelatihan Road design Engineer (RDE) IV-1


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab IV Memanfaatkan Data Hasil Survey Geoteknik

perlapisan batuan, dan perlipatan. Berdasarkan peta tersebut masih perlu


dilanjutkan mencari informasi tentang:
 Gerakan tanah
 Tebal pelapukan tanah dasar
 Kondisi drainase alami, pola aliran permukaan dan tinggi muka air tanah
 Tata guna lahan
 Kedalaman rawa (apabila rencana trase jalan melalui daerah rawa)

- Stabilitas Badan Jalan

Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang
ada, jenis dan karakteristik batuan, kondisi lereng, serta kekerasan batuan.
Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu
gerakan tanah atau longsoran yang sudah ada di lapangan, perkiraan
longsoran yang mungkin terjadi sebagai akibat dari jenis, arah, dan struktur
lapisan batuan (hasil analisis) dan longsoran yang dapat terjadi akibat dari
pembangunan jalan. Untuk ketiga hal di atas harus diidentifikasi jenis
gerakan, faktor penyebabnya, dan usaha-usaha penanggulangannya.

- Lokasi Quarry

Data lokasi quarry, baik untuk perkerasan jalan maupun untuk bahan
timbunan jalan (borrow pit) diutamakan yang ada di sekitar badan jalan,
juga perlu diidentifikasi sejak proses penyiapan rencana trase jalan. Bila
tidak dijumpai, harus dicari dan diinformasikan lokasi quarry yang lain yang
dapat dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan,
perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi trase jalan, serta kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul dalam proses penambangannya.

 Data Hasil Penyelidikan Tanah dan Bahan Jalan

Biasanya data hasil penyelidikan tanah dan bahan mencakup data yang
diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan pengujian
laboratorium. Informasi tentang tanah dan bahan jalan dalam garis besar
memang harus diketahui agar penentuan trase jalan sudah

Pelatihan Road design Engineer (RDE) IV-2


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab IV Memanfaatkan Data Hasil Survey Geoteknik

mempertimbangkan berbagai aspek geoteknik yang nantinya harus dijadikan


pertimbangan dalam menetapkan lokasi trase.

- Data Penyelidikan Lapangan

Data penyelidikan lapangan mencakup data pengamatan visual, data


pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed samples), dan data
pengambilan contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples) yang
diperoleh dengan memperhatikan persyaratan dan batasan-batasan
sebagai berikut:

Pengamatan visual,
meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan
prosentase butiran kasar / halus) sesuai dengan metode USCS.

Pengambilan contoh tanah terganggu,


dilakukan dari sumuran uji sekurang-kurangnya 40 kg untuk setiap contoh
tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas (nomor sumur uji, lokasi,
kedalaman). Penggalian sumuran uji dilakukan pada setiap jenis tanah
yang berbeda atau maksimum 5 km apabila jenis tanah sama, dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 2 m. Setiap sumuran uji yang digali dan
contoh tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas
identitas nomor sumur uji dan lokasi.

Pengambilan contoh tanah yang tidak terganggu,


dilakukan dengan cara bor tangan, menggunakan tabung contoh tanah
(split tube untuk tanah keras atau piston tube untuk tanah lunak). Setiap
contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi,
kedalaman). Pekerjaan bor tangan dilakukan pada setiap lokasi yang
diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan settlement) dengan
ketinggian timbunan lebih dari 4 meter, dan pada setiap lokasi yang
diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan
kedalaman galian lebih dari 6 meter, dengan interval sekurang-kurangnya
1000 meter dan / atau setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman
sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran dengan tangan dan contoh

Pelatihan Road design Engineer (RDE) IV-3


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab IV Memanfaatkan Data Hasil Survey Geoteknik

tanah yang diambil harus diambil dan difoto. Dalam foto harus terlihat jelas
identitas nomor bor tangan dan lokasi.
Semua contoh tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di
lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.

- Data Hasil Penyelidikan Laboratorium

Semua contoh tanah yang diambil dari lapangan pada umumnya diuji di
laboratorium, mencakup:
Penentuan klasifikasi tanah SNI 1965-1990 –F
SNI 1967 – 1990 – F
SNI 1966 – 1990 – F
AASHTO T88 – 81
Pemeriksaan CBR SNI 1744 – 1989 - F
Pemeriksaan konsolidasi SK SNI M – 107 – 1990 - 03
Pemeriksaan pemadatan SNI 1742 – 1989 - F
Pemeriksaan kadar air asli SNI 1965 – 1990 - F
Pemeriksaan berat jenis SNI 1964 - 1990
Pemeriksan kuat geser langsung SNI 03 – 2455 - 1991
Pemeriksaan triaxial AASHTO T 234 – 74 (1982)

4.3. DATA APA YANG HARUS DIMANFAATKAN?

Sebagai ringkasan, data geoteknik yang harus dipelajari dan dimanfaatkan dalam
proses penentuan trase jalan adalah sebagai berikut:
a. Kondisi morfologi sepanjang rencana trase jalan
b. Kondisi tanah dasar sepanjang rencana trase jalan jika akan dijadikan
badan jalan
c. Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang rencana trase jalan.
d. Hasil pengujian laboratorium
e. Penyebaran jenis tanah sepanjang rencana trase jalan.
f. Kemungkinan timbunan dan stabilitas lereng.
g. Kemungkinan terjadinya longsoran sepanjang rencana trase jalan
h. Sumber bahan konstruksi jalan
Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dan sebagainya) beserta
lokasinya.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) IV-4


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab V Memanfaatkan Data Hasil Survai Hidrologi

BAB V
MEMANFAATKAN DATA HASIL SURVAI HIDROLOGI

5.1. JENIS DATA

Secara umum hasil data survai hidrologi yang perlu dikumpulkan untuk
memberikan masukan dalam penentuan trase jalan adalah semua data yang
berkaitan dengan keperluan perhitungan debit banjir rencana :
- Untuk memperkirakan elevasi jembatan pada perlintasan jalan dengan sungai
atau saluran air lainnya
- Untuk memperkirakan elevasi permukaan jalan yang melintasi daerah banjir.
Jadi sejak awal proses, dalam penentuan trase jalan harus sudah
dipertimbangkan bahwa pemilihan trase jalan tersebut memberikan elevasi jalan
yang bebas dari banjir dengan periode ulang tertentu.

5.2. CAKUPAN DATA

Data yang terkait dengan hasil survey hidrologi yang perlu dimanfaatkan adalah
sebagai berikut :
- Data curah hujan dan banjir tahunan pada daerah tangkapan (catchment area)
yang pada umumnya dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofísika
dan / atau istansi terkait di kota terdekat dari rencana trase jalan.
- Data sungai yang akan dipotong oleh trase jalan sehingga memerlukan
pembangunan jembatan meliputi data-data: lokasi, tinggi muka air banjir
normal dan tinggi muka air banjir maksimum yang pernah terjadi.

5.3 MANFAAT DATA HIDROLOGI UNTUK PENENTUAN TRASE


JALAN

Menghitung waterway opening untuk menentukan panjang bentang jembatan dan


tinggi elevasi jembatan, sehingga dapat diperkirakan elevasi jalan mulai dari oprit
jembatan. Dengan demikian sejak awal penentuan trase jalan sudah diperoleh
indikasi besarnya pekerjaan tanah, tinggi banjir yang harus dijadikan patokan

Pelatihan Road design Engineer (RDE) V-1


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab V Memanfaatkan Data Hasil Survai Hidrologi

untuk menentukan elevasi jalan dan lani sebagainya; jadi dapat diputuskan
apakah bisa memotong sungai di lokasi di maksud atau perlu pindah ke lokasi
lain.
Dapat digunakan untuk menganalisa pola aliran air pada daerah rencana trase
jalan untuk memberikan masukan dalam penentuan trase jalan yang aman.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) V-2


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab VI Memanfaatkan Data Hasil Pengelolaan /
Mitigasi Dampak Lingkungan

BAB VI
MEMANFAATKAN DATA HASIL PENGELOLAAN/
MITIGASI DAMPAK LINGKUNGAN

6.1. UMUM

Pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan merangkum data yang mengkaji hal-hal


yang berkaitan dengan aspek lingkungan pada lokasi yang direncanakan,
menerapkannya dalam rencana teknis serta menyusun rekomendasi
pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan pada tahap pelaksanaan konstruksi. Jika
data ini tersedia, maka data tersebut perlu dimanfaatkan untuk menambah
masukan dalam penyiapan rencana trase jalan. Jika data tersebut tidak tersedia,
maka pengumpulan data pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan perlu dilakukan
bersama-sama dengan survai trase jalan baru oleh karena mempertimbangkan
aspek lingkungan merupakan persyaratan utama dalam dalam pembuatan jalan
baru.

6.2. JENIS DATA YANG PERLU DIMANFAATKAN

Jenis data yang dicakup dalam pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan antara


lain adalah sebagai berikut:
a. Semua laporan yang berkaitan dengan masalah lingkungan misalnya dokumen
AMDAL (ANDAL, RKL dan RPL) dan/atau UKL/UPL serta laporan studi
kelayakan untuk trase jalan yang direncanakan dan/atau kegiatan lain di lokasi
yang berdekatan.
b. Kajian dan evaluasi (jika ada) atas dokumen-dokumen tersebut di atas yang
memberikan identifikasi dampak lingkungan sebagai akibat dari kegiatan
pembangunan jalan baru.
c. Data kondisi sosial, ekonomi, budaya, topografi, hidrologi dan geologi di sekitar
lokasi yang direncanakan.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) VI-1


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab VI Memanfaatkan Data Hasil Pengelolaan /
Mitigasi Dampak Lingkungan

6.3 MENGOLAH DATA

Mencakup identifikasi dampak lingkungan dan upaya pengelolan/mitigasi dampak


lingkungan yang berkaitan dengan:
a. Rencana trase jalan yang nantinya akan menimbulkan kegiatan-kegiatan
galian/timbunan maupun pembangunan jembatan-jembatan yang mungkin
cukup signifikan untuk diperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan hidup.
b. Pengadaan lahan
c. Keselamatan pemakai jalan
d. Aspek hidrologi, antara lain banjir, erosi, sedimentasi dan pencemaran air
sungai, saluran irigasi dan saluran drainase.
e. Aspek geoteknik seperti stabilitas lereng.
f. Aspek pelaksanaan pekerjaan pada tahap konstruksi seperti pengaturan jam
kerja, pengoperasian alat-alat berat dan pengaturan lalu lintas sementara.
g. Kawasan konservasi, cagar alam/budaya, tempat-tempat bersejarah.
h. Kegiatan rehabilitasi dan perbaikan kualitas lansekap.
i. Exploitasi bahan di sumber material (quarry) dan base camp.
j. Aspek operasi dan pemeliharaan jalan.
k. Menetapkan upaya-upaya pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan dalam
perencanaan teknis dan mengusulkan upaya-upaya pengelolaan/mitigasi
dampak lingkungan pada tahap awal pelaksanaan konstruksi.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) VI-2


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab VII Penentuan Trase Jalan

BAB VII
PENENTUAN TRASE JALAN

7.1. UMUM

Penentuan trase jalan yang telah dipilih setelah mempertimbangkan seluruh aspek
yang dijelaskan di depan yaitu topografi, geologi, geoteknik, hidrologi dan
pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan, kemudian dituangkan ke dalam gambar
rencana alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal. Meskipun masih kasar,
sebaiknya penetapan rencana alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal
meskipun di dalam konteks ”baru meyiapkan trase jalan”, mengikuti standar
geometrik yang berlaku agar nantinya tidak menyulitkan proses pembuatan trase
jalan final. Trase jalan yang dipilih digambarkan ke dalam standar lembar kerja
yang cakupannya adalah plan & profile saja.

7.2. STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK

 Standar

Penentuan trase jalan harus tetap mengacu pada standar geometrik jalan yang
digunakan yitu Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/T/BM/1997 dan Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan (maret
1992)

 Keselamatan Lalu Lintas

Dalam survai penentuan trase jalan, harus dipertimbangkan aspek


keselamatan pengguna jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
maupun saat pengoperasian jalan. Dengan demikian harus dapat dijamin
bahwa semua elemen geometrik yang direncanakan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam standar geometrik jalan dan sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) VII-1


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab VII Penentuan Trase Jalan

7.3. PENGGAMBARAN

 Alinyemen Horizontal (Plan)


Plan digambar diatas peta situasi dengan skala 1 : 2000 dengan interval garis
tinggi 2.0 meter dan dilengkapi dengan data:
 Lokasi (Sta) dan nomornomor titik kontrol horizontal/vertikal.
 Lokasi dan batas-batas obyek-obyek penting seperti rawa, kebun, hutan
lindung, rumah, sungai dan lain-lain.
 Data lengkung horizontal (curve data yang direncanakan)
 Lokasi dan data bangunan pelengkap jalan

 Alinyemen Vertikal (Profile)


Profile digambar dengan skala 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 200, mencakup
hal-hal sebagai berikut:
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan
 Diagram superelevasi
 Data lengkung vertikal
 Lokasi bangunan pelengkap

 Potongan Melintang (Cross Section)


Cross Section digambar untuk setiap titik STA dengan interval 200 meter, tapi
pada segmen-segmen khusus misalnya tikungan harus dibuat dengan interval
lebih rapat. Gambar potongan melintang dibuat dengan skala horizontal 1 :
200 dan skala vertical 1 : 20, di dalamnya harus mencakup:
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana permukaan jalan.
 Profil tanah asli dan profil ROW rencana.
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan.
 Data kemiringan lereng galian/timbunan bila ada.

 Typical Cross Section


Typical Cross Section harus digambar dengan skala yang pantas dan memuat
semua informasi yang diperlukan, misalnya:
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian
yang berbeda-beda.
Pelatihan Road design Engineer (RDE) VII-2
Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab VII Penentuan Trase Jalan

 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.


 Penampang bangunan pelengkap jalan.
 Bentuk dan konstruksi bahujalan dan median
 Bentuk dan posisi saluran melintang.

7.4 PENYIAPAN LAPORAN DAN GAMBAR TRASE RENCANA


JALAN

Pada prinsipnya, Gambar Trase Rencana Jalan dilengkapi dengan laporan yang
berisi:
a. Laporan Pendahuluan (Reconnaissance Survey)
b. Laporan Pengukuran Topografi
c. Laporan Pemanfaatan Hasil Survey Geologi dan Geoteknik untuk penetapan
trase jalan
d. Laporan Pemanfaatan Hasil Survey Hidrologi untuk penetapan trase jalan
e. Laporan Pemanfaatan Hasil Mitigasi/Pengelolaan Dampak Lingkungan untuk
penetapan trase jalan

7.5 PENUTUP

Laporan-laporan tersebut pada butir 7.4 tersebut diatas merupakan produk Survei
Penentuan Trase Jalan yang disiapkan sebagai masukan untuk penyiapan Detail
Engineering Design.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) VII-3


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Rangkuman

RANGKUMAN

1. Modul ini berisi pembahasan dalam garis besar mengenai survai penentuan trase
jalan meliputi : survai pendahuluan, pengukuran topografi untuk penentuan trase
jalan, pemanfaatan data hasil survai geoteknik, pemanfaatan hasil survai hidrologi,
pemanfaatan data hasil pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan dan penggunaan
data-data tersebut untuk menentukan trase jalan.

2. Menggarisbawahi salah satu butir yang diperlukan untuk penyiapan dokumen


pembangunan jalan baru, yaitu “membuat alinyemen baru” yang tentu akan
diawali dengan memilih trase jalan baru.

3. Menyiapkan rencana trase jalan baru sebagai bagian dari proses membuat
perencanaan teknis jalan
► Tahapan kegiatan yang dicakup adalah
 Persiapan
 Pengumpulan Data Lapangan
► Survey Pendahuluan
► Survey Detail
 Penentuan Trase Jalan
► Pembuatan Gambar Rencana Trase Jalan
 Pelaporan

4. Survei detail
► Melakukan Pengukuran Topografi
► Memanfatkan Data Hasil Survey Geoteknik
► Memanfaatkan Hasil Penyelidikan Tanah dan Material
► Memanfaatkan Hasil Survey Hidrologi
► Memanfaatkan Data Hasil Pengelolaan/Mitigasi Dampak Lingkungan

5. Survei Pendahuluan (Reconnaissance Survei)


► Cakupan dalam garis besar
 kegiatan pengumpulan data primer,
 penentuan rencana awal trase jalan berdasarkan data primer dan
 melakukan survey lapangan untuk menganalisa serta menentukan
trase definitif yang memenuhi syarat teknis, ekonomis dan lingkungan.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) R-1


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Rangkuman

6. Rincian cakupan Survei Pendahuluan


 Penyiapan peta dasar berupa peta topografi dengan skala 1: 250.000 s/d 1:
100.000 dan peta-peta pendukung:
► peta geologi, peta tata guna tanah, dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan analisa mengenai dampak lingkungan, dan dokumen-dokumen lain
yang lazim digunakan dalam studi kelayakan jalan
 Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait sebelum
melaksanakan survey
 Mengumpulkan data-data penunjang sebagai berikut :
► Demografi, Sosial ekonomi, Lingkungan, Geografi, Geoteknik, Hidrologi
 Untuk keperluan perhitungan perkiraan biaya penanganan jalan dan
jembatan, informasi lain yang juga perlu dikumpulkan adalah:
► Harga Satuan Dasar Upah untuk komponen tenaga dan bahan, dalam
Harga Satuan Pekerjaan
► Harga Satuan Sewa Peralatan untuk komponen peralatan dalam Harga
Satuan Pekerjaan.
► Harga Satuan Pekerjaan untuk berbagai nomor mata pembayaran pada
proyek yang sedang berjalan di sekitar lokasi pekerjaan
 Rencana jalan yang akan disurvey merupakan trase terbaik yang diperoleh
berdasarkan kajian dari beberapa alternatif trase jalan.

Masih terkait dengan Survei Pendahuluan, modul juga menjelaskan tentang Identifikasi
Trase, Gambar Koridor Pengambilan Data, Pemeriksaan Kelandaian, Pencatatan data-
data khusus (lokasi jembatan, gorong-gorong, quarry dsb.), Membuat foto dokumentasi.

7. Penjelasan tentang pengukuran topografi:


► Tujuan
 mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan bumi sepanjang
trase jalan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi
dengan skala 1 : 2500, yang akan digunakan untuk menentukan rencana
trase jalan
► Lingkup Kegiatan mencakup Kegiatan Perintisan Untuk Pengukuran dan
Pekerjaan Pengukuran

8. Kegiatan Perintisan Untuk Pengukuran


► Merintis atau membuka sebagian daerah pengukuran yang masih tertutup dengan
vegetasi (hutan, belukar), sehingga pengukuran dapat dilaksanakan

Pelatihan Road design Engineer (RDE) R-2


Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Rangkuman

► Menggunakan peralatan rintisan konvensional (misalnya : parang, kampak) atau


dapat juga gergaji mesin apabila diijinkan
► Tidak boleh dilakukan dengan cara pembakaran
► Perintisan arah melintang trase jalan, dilakukan dengan memanfaatkan setiap
patok yang dijadikan referensi untuk pengukuran penampang melintang jalan.

9. Pekerjaan pengukuran
► Dilakukan sepanjang rencana trase jalan ( dalam koridor pengukuran).
► Dilakukan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan
sungai/jalan
► Titik awal dan titik akhir pekerjaan:
 harus dilengkapi dengan data/identitas yang mudah dikenal, aman, dan
diikatkan pada titik ikat Bench Mark (BM) dan / atau titik poligon dari
pengukuran sebelumnya.

10. Penjelasan tentang: prosedur pekerjaan pengukuran, pemeriksaan dan koreksi


alat ukur, pemasangan patok-patok, pengukuran titik kontrol horizontal,
pengukuran situasi, pengukuran penampang melintang, Pengukuran Khusus
(misalnya perpotongan dengan sungai), perhitungan dan penggambaran hasil
pengukuran, memanfaatkan data hasil survey geoteknik, memanfaatkan data hasil
survey hidrologi, memanfaatkan data hasil Pengelolaan/Mitigasi Dampak
Lingkungan

11. PENENTUAN TRASE JALAN


► Dipilih setelah mempertimbangkan seluruh aspek topografi, geologi, geoteknik,
hidrologi dan pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan,
► Dituangkan ke dalam gambar rencana alinyemen horizontal dan alinyemen
vertikal.
► Meskipun ”baru pada tahap meyiapkan trase jalan”, sebaiknya penetapan rencana
alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal mengikuti standar geometrik yang
berlaku agar nantinya tidak menyulitkan proses pembuatan trase jalan final.
► Trase jalan yang dipilih digambarkan ke dalam standar lembar kerja yang
cakupannya adalah plan & profile saja.

Pelatihan Road design Engineer (RDE) R-3


Modul RDE-04 : Survei Penentuan Trase Jalan Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Brinker, Russell C, Section 12 Surveying (Merrit, Frederick S, Standard


Handbook for Civil Engineers, Second Edition, McGraw-Hill Inc.,New York, 1976)

2. Wongsotjitro, Soetomo, Ilmu Ukur Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1991.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) DP-1

Anda mungkin juga menyukai