Anda di halaman 1dari 12

A.

Fungsi Pengarahan

Fungsi Pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan


efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang
sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
Pengarahan berarti para manajer mengarahkan, memimpin dan mempengaruhi bawahan.
Manajer tidak melakukan semua kegiatan sendiri, tetapi menyelesaikan tugas-tugas esensial
melalui orang-orang lain. Mereka juga tidak sekedar memberikan perintah, tetapi
menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan secara paling
baik.
Pengarahan (leading) adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan untuk
melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan. Dikenal sebagai leading,
directing,motivating atau actuating.
Pengarahan pada dasarnya akan berkaitan dengan
1.Faktor individu dalam kelompok
2.Motivasi dan kepemimpinan
3.Kelompok kerja dan ,
4. Komunikasi dalam organisasi
Terdapat suatu cara yang tepat untuk digunakan yaitu:
1. Melakukan orientasi tentang tugas yang akan dilakukan
2. Memberikan petunjuk umum dan khusus
3. Mempengaruhi anggota, dan
4. Memotivasi
Salah satu alasan pentingnya pelaksanaan fungsi pengarahan dengan cara memotivasi
bawahan adalah:
a) Motivasi secara impalist, yakni pimpinan organisasi berada di tengah-tengah para
bawahannya dengan demikian dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasehat dan
koreksi jika diperlukan.
b) Adanya upaya untuk mensingkronasasikan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi dari
para anggota organisasi.
c) Secara eksplisit terlihat bahwa para pelaksana operasional organisasi dalam
memberikan jasa-jasanya memerlukan beberapa perangsang atau insentif.
Pengarahan memiliki beberapa karakteristik:
a) Pervasive Function, yaitu pengarahan diterima pada berbagai level organisasi. Setiap
manajer menyediakan petunjuk dan inspirasi kepada bawahannya.
b) Continous Activity, pengarahan merupakan aktivitas berkelanjutan disepanjang masa
organisas
c) Human factor, fungsi pengarahan berhubungan dengan bawahan dan oleh karena itu
berhubungan dengan human factor. Human factor adalah perilaku manusia yang
kompleks dan tidak bisa diprediksi.
d) Creative Activity, fungsi pengarahan yang membantu dalam mengubah rencana ke
dalam tindakan. Tanpa fungsi ini, seseorang dapat menjadi inaktif dan sumber fisik
menjadi tak berarti.
e) Executive Function, Fungsi pengarahan dilaksanakan oleh semua manajer dan
eksekutif pada semua level sepanjang bekerja pada sebuah perusahaan, bawahan
menerima instruksi hanya dari atasannya.
f) Delegated Function, pengarahan seharusnya adalah suatu fungsi yang berhadapan
dengan manusia. Atasan harus dapat mengetahui bahwa perilaku manusia merupakan
suatu hal tidak dapat diprediksi dan alami sehingga atasan seharusnya dapat
mengkondisikan perilaku seseorang ke arah tujuan yang diharapkan.

B. Timbang Terima dengan SABR


Komunikasi efektif saat timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu
mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien. Prinsip
komunikasi efektif dalam timbang terima menurut.
Komunikasi yang tidak efektif dapat mengancam keselamatan pasien di rumah sakit.
Alvarado, et al (2006) mengatakan ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan dampak
yang serius pada pasien, hamper 70% kejadian sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius di rumah sakit disebabkan karena buruknya
komunikasi. Sejalan dengan prinsip komunikasi efektif di atas, Nursalam (2012) membagi
kegiatan timbang terima menjadi beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
dan tahap post timbang terima.
Menurut Jefferson (2012), dalam melakukan timbang terima ada perkembangan alternatif
komunikasi efektif yang dapat dilakukan yaitu metode SBAR. Rekomendasi WHO2 pada
tahun 2007, mewajibkan untuk anggota Negara WHO dalam memperbaiki pola komunikasi
pada saat melakukan operan jaga harus menggunakan suatu standard yang strategis yaitu
dengan mengunakan metode komunikasi S-BAR. Proses komunikasi S-BAR terbukti telah
menjadi alat komunikasi yang efektif dalam pengaturan perawatan akut untuk tingkatan
komunikasi yang urgen, terutama antara dokter dan perawat,

Reward dan Punishment


Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk
melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua metode ini sudah cukup lama
dikenal dalam dunia kerja. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan.
Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi
para pegawai. Metode ini bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan
perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan
yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang
menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat
dicapainya (Santosa, 2010).
Menurut Indra Kusuma, reward merupakan alat pendidikan yang represif yang
menyenangkan hadiah diberikan pada anak yang telah menunjukkan hasil baik dalam
pendidikan. Menurut zainuddin Reward diartikan sebagai salah satu alat pendidikan yang
diberikan pada murit sebagai imbalan terhadap prestasi yang dicapainya (Sarwoto, 2001).
Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan
bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang
negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari
metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan
membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu
untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik (Santosa, 2010).
Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang, termasuk
dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Keduanya merupakan
reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang telah ditunjukkan oleh
bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat
dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan
agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja
(Santosa, 2010).
Dalam proses penataan managemen menjadi efektif dan menyenangkan, hendaklah manager
dengan tegas memperhatikan dan menata sistem reward dan punishment. Hal ini harus
diimplemntasikan sampai level bawah rumah sakit. Dengan begitu, diharapkan kualitas
kolaborasi antar profesi meningkat, begitu pula kinerja perawat dan profesi lain dalam dunia
kerja semakin bermutu. Reward yang diberikan harus secara adil dan bijak. Jika tidak, reward
dapat menimbulkan rasa cemburu dan persaingan yang tidak sehat serta memicu rasa
sombong bagi pegawai yang memperolehnya. Tidak pula membuat seseorang terlena dalam
pujian dan hadiah yang diberikan sehingga membuatnya lupa diri. Oleh karena itu, prinsip
keadilan sangat dibutuhkan dalam pemberian reward (Santosa, 2010).
Sebaliknya, jika punishment harus diberlakukan, maka laksanakanlah dengan cara yang bijak
lagi mendidik, tidak boleh sewenang-wenang, tidak pula menimbulkan rasa kebencian yang
berlebihan sehingga merusak tali silaturrahim. Dalam proses penataan birokrasi, hendaknya
punishment yang diberikan kepada pegawai yang melanggar aturan telah disosialisasikan
sebelumnya. Dan sebaiknya sanksi itu sama-sama disepakati, sehingga mendorong si
terhukum untuk bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan ikhlas (Santosa, 2010).
Selanjutnya hukuman yang diberikan bukanlah dengan kekerasan, tetapi diberikan dengan
ketegasan. Jika hukuman dilakukan dengan kekerasan, maka hukuman tidak lagi memotivasi
seseorang berbuat baik, melainkan membuatnya merasa takut dan benci sehingga bisa
menimbulkan pemberontakan batin. Di sinilah dibutuhkan skill dari para pimpinan atau
pemberi punishment sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif (Santosa,
2010).

Referensi
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta : Salemba Medika
Santosa, Hendro. 2010. Imbalan dan Hukuman. http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=175.
Diakses hari Selasa, 21 Desember 2010
Sarwoto. 2001. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia
Swansburg, Russell C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk
Perawat Klinis. Jakarta : EGC
1. Pengertian MOTIVASI

Istilah Motivasi (motivasion) bersal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti ”
menggerakkkan” (to move).

Motivasi adalah satu proses yang meghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan
individual dalam usaha untuk mencapai tujuan.

Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak
sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang di kehendaki (Poerwodarminto, 2006).

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang
perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku-perilaku manusia
(Swanburg, 2006)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah bagaimana
menggerakkan orang agar mau bekerja dengan semangat dan menunjukkan kemampuan yang
dimiliki untuk mencapai tujuan sesuai dengan peran fungsi untuk keberhasil suatu organisasi
dalam ini rumah sakit khususnya perawat sebagai pemberi jasa pelayanan

2. Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2008). Disini akan
disebutkan tujuan-tujuan dari motivasi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan moral dan kepuasan pekerja

2. Meningkatkan produkrivitas

3. Mempertahankan kestabilan pekerja

4. Meningkatkan kedisiplinan

5. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik


6. Mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya

3. Sumber-sumber Motivasi

Sumber-sumber motivasi dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Motivasi instrinsik

Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Termasuk motivasi
intrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah bersalin.

2. Motivasi ekstrinsik

Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja dukungan verbal dan
non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial.

3. Motivasi terdesak

Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta
menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 2008)

4. Teori Motivasi

Teori motivasi merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta
hasil apa yang diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini maka, hasilnya akan diperoleh baik
untuk hari esok. Jadi hasil yang tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan
seseorang.

1. Teori kebutuhan

Teori motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah kebutuhan fisik
maupun psikis. Oleh karena itu menurut teori ini apabila seseorang, ia harus mengetahui
terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dimotivasinya.

Sebagai pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan


pokok manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang dimaksud adalah :
a. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow. Kebutuhan


fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia
memiliki lima macam kebutuhan yaitu:

i. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas :Merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktifitas
berbagai organ atau sel.

ii. Kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan: Bagian dari kebutuhan dasar
manusia secara fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh hampir 90% dari
total berat badan tubuh.

iii. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi: Merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa

iv. Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas: Untuk memulihkan status kesehatan
dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi

v. Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual: Merupakan untuk


memenuhi kebutuhan biologis dan untuk memperbanyak keturunan (Hidayat, 2006).

b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safely and Security)

adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan meliputi :

i. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi

ii. Bebas dari rasa takut dan kecemasan

iii. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan asing.

c. Kebutuhan sosial, yang meliputi antara lain :

i. Memberi dan menerima kasih sayang

ii. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain

iii. Kehangatan dan penuh persahabatan

iv. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok serta lingkungan sosial.
d. Kebutuhan harga diri

i. Perasaan tidak bergantung pada orang lain

ii. Kompeten

iii. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization)

Kebutuhan seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi – potensi dan ekspresi diri
meliputi:

i. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri)

ii. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri

iii. Tidak emosional

iv. Mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
dan sebagainya (Mubarak, 2007).

2. Teori X dan Teori Y

Dikemukakan oleh Douglas McGregor, dimana Teori X mengandaikan bahwa


karyawan tidak menyukai kerja, malas, tidak menyukai tanggung jawab, dan harus dipaksa
agar berprestasi. Sementara Teori Y mengandaikan bahwa karyawan menyukai kerja, kreatif,
berusaha bertanggung jawab, dan dapat menjalankan pengarahan diri. Teori Z Menekankan
pada teori humanistik, penganbilan keputusan bersama, Supervisi secara tidak langsung,
motivasi lebih pada human.

3. Teori Dua Faktor

Dikemukakan oleh Frederick Herzberg, dimana ada faktor-faktor intrinsik yang berhubungan
dengan kepuasan kerja (prestasi, pengakuan kerja, tanggung jawab, kemajuan, pertumbuhan)
dan faktor-faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan ketidakpuasan kerja (kebijakan dan
pimpinan perusahaan, penyeliaan, hubungan antarpribadi, dan kondisi kerja). Disebutkan
bahwa ada faktor hygiene seperti kebijakan dan administrasi perusahaan, penyeliaan, dan gaji
yang, bila memadai dalam pekerjaan, menentramkan pekerja. Bila tidak memadai, maka
orang-orang akan tidak terpuaskan.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

1. Faktor fisik

Motivasi yang ada didalam diri individu yang mendorong untuk bertindak dalam
rangka memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi, benda atau
berkaitan dengan alam. Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan dan kondisi seseorang, meliputi : kondisi fisik lingkungan, keadaan atau kondisi
kesehatan, umur dan sebagainya.

2. Faktor Herediter

Motivasi yang didukung oleh lingkungan berdasarkan kematangan atau usia


seseorang.

3. Faktor Intristik seseorang

Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri biasanya timbul dari perilaku yang
dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan.

4. Fasilitas (sarana dan prasarana)

Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang memudahkan
dengan tersedianya sarana-sarana yang dibutuhkan untuk hal yang diinginkan.

5. Situasi dan kondisi

Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga mendorong


memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu.

6. Program dan Aktifitas

Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak lain yang
didasari dengan adanya kegiatan (program) rutin dengan tujuan tertentu.

7. Audio fisual (media)

Motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang di dapat dari perantara sehingga
mendorong atau menggugah hati seseorang untuk melakukan sesuatu.
8. Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
berfikir logis dan bekerja sehingga motivasi seseorang kuat dalam melakukan sesuatu hal
(Rusmi, 2008).

6. Cara Meningkatkan Motivasi

1. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force,yaitu cara memotivasi dengan


ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus
dilakukan.

2. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement,yaitu cara memotivasi dengan


bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu harapan yang memberikan motivasi.

3. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification on egoinvoiremen), yaitu


cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran. (Sunaryo, 2006).

7. Hubungan Motivasi Dengan Kepuasan Kerja

Motivasi merupakan dampak langsung dari kepuasan kerja. Menurut Herzberg faktor-
faktor terpisah dan khusus yang berkaiyan dengan kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja.
Kepuasan kerja sering dihubungkan dengan prestasi, rokognisi, karakteristik pkerjaan,
tanggung jawab dan pengembangan.

Faktor-faktor tersebut berhubungan dengan hasil yang berkaitan dengan isi tugas yang
dilaksanakan, yang dinamakan sebagai faktor motivator.

Faktor motivator meliputi prestasi tanggung jawab, dan pengembangan perawat ini
muncul dari diri individu yang berhubungan dengan isi tugas yang dilaksanakan.

Prestasi: meliputi kebutuhan kenaikan jabatan, pengaruh jabatan terhadap semanggat kerja,
dukungan untuk pebcapaian prestasi, volume pekerjaan dan standar prestasi yang jelas.

Tanggung jawab merupakan faktor terpenting dalam pengaruh kepuasan kerja karena
tanggung jawab karena perawat dituntuk untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya dan
kebutuhannya.
Pengembangan diri meliputi kesempatan mengikuti diklat, kesempatan kenaikan jabatan,
kebijakan promosi jabatan, dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang
perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku-perilaku manusia
(Swanburg, 2006)

Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
tujuan tertentu

Sumber-sumber motivasi ada tiga yaitu Motivasi instrinsik, Motivasi ekstrinsik, motivasi
terdesak

Teori terbagi menjadi 3 teri kebutuhan, teori X,Y dan Z, Teori dua faktor.

2. Saran

Motivasi kerja perawat dapat dipertahankan melalui penghargaan kepada staff baik berupa
insentif, status kerja, keamanan kerja, dan kondisi kerja yang baik. Peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui kualitas pengawasan terhadap kinerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Asnawi. 2007. Teori Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta

Gillies, DA. 1996. Manajemen Keperawan, Suatu Pendekatan Sistem. W.B Saunders

Compani: Philadelphia

Steppen R. 2001. Perilaku Organisasi (online).

(http://yasinta.wordpress.com/2008/09/04/konsep-konsep-motivasi-dasar/ diakses 22
September 2011)

Suarli. S. 2009.Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta:

Erlangga

Anda mungkin juga menyukai