Anda di halaman 1dari 11

2.1.

3 Materi Sistem Periodik Unsur


Sistem periodik unsur berisikan unsur-unsur yang telah digolong dan disusun
berdasarkan kemiripan sifat-sifat kimianya. Tabel periodik yang dipakai saat ini
adalah tabel periodik bentuk panjang, dimana pengelompokkan unsur-unsur terdiri
atas golongan dan periode. Golongan terdiri dari golongan utama (golongan A) dan
golongan transisi (golongan B). Sedangkan periode, dai periode I sampai periode 7
(Chang, 2004).
Berikut adalah peta konsep materi Sistem Periodik Unsur :

Perkembangan Sistem John Newland


Periodik Unsur Dimitri Mendeleev
Sistem Periodik
Sifat- sifat Keperiodikan
Sistem 18 golongan

Afinitas Energi Jari-jari Logam


Elektron ionisas atom
Sistem i Kovalen
Periodik
Unsur Keelektronegatifan Van der Waals

Unsur golongan utama Titik leleh, titik didih,


keberadaan di alam,
reaksi dengan air,
Unsur golongan transisi
dengan oksigen,
dengan halogen, serta
kegunaan.

Gambar 2.1 Peta Konsep Sistem Periodik Unsur

2.1.3.1 Perkembangan Sistem Periodik Unsur


Pada tahun 1786, baru dikenal 26 unsur dan pada tahun 1870 sebanyak 60
unsur, sedangkan kini sudah lebih dari 100 unsur. Setiap unsur mempunyai sifat
kimia dan fisika tertentu, dan cukup sulit diingat satu persatu. Penyelidikan
menunjukkan beberapa unsur mempunyai sifat yang mirip. Oleh sebab itu, ada upaya
untuk menggolongkan unsur berdasarkan sifatnya. Pada mulanya penggolongan itu
didasarkan pada masa atom relatif, seperti yang dikemukakan Dobereiner, Newland,
dan Mendeleyev (Syukri, 1999).
a) Triade Dobereiner
J.W. Dobereiner merupakan seorang profesor kimia pada tahun 1829 dari
Jerman yang mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya.
Dobereiner mengemukakan bahwa massa atom relatif strontium sangat dekat
dengan masa rata-rata dari dua unsur lain yang mirip dengan strontium. Dua unsur
lain itu adalah kalsium dan barium. Dobereiner juga mengemukakan beberapa
kelompok unsur lain. Dobereiner mengambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat
dikelompokan k dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang disebut dengan triade.
Penyusunan sistem periodik unsur oleh Dobereiner memiliki kelebihan yaitu
adanya keteraturan setiap unsur yang sifatnya mirip massa Atom (Ar) unsure yang
kedua (tengah) merupakan massa atom rata-rata di massa atom unsure pertama dan
ketiga. Selain memiliki kelebihan sistem periodik unsur ini juga memiliki
kekurangan yaitu pengelompokan unsur yang kurang efisien dengan adanya
beberapa unsur lain dan tidak termasuk dalam kelompok triad padahal sifatnya sama
dengan unsur dalam kelompok triad tersebut. Berikut tabel oleh Dobereiner (Petrucci,
2011). Berikut adalah tabel Daftar Unsur Triade Dobereiner :

Tabel 2.1 Daftar Unsur Triade Dobereiner


Triade 1 Triade 2 Triade 3 Triade 4 Triade 5
Li Ca S Cl Mn
Na Sr Se Br Cr
K Ba Te I Fe
Contoh:
Massa atom Li = 3 dan K = 19, maka massa atom
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝐿𝑖+𝐾 3+19
Na = = = 11
2 2

Pengelompokan berdasarkan triade ini memiliki kelemahan karena


kenyataannya banyak unsur yang mirip tetapi jumlahnya lebih dari tiga.
Perkembangan lebih lanjut dari pengelompokan Dobereiner sangat lambat karena
masssa atom akurat untuk unsur-unsur belum diperoleh. Perkembangan yang pesat
dari metode eksperimen untuk mengukur massa atom sejak 1860 membawa
kemajuan pula pada pengelompokan unsur-unsur menuju klasifikasi periodik modern
(Fitri, 2015).
b) Teori Oktaf Newlands
Seorang ilmuwan dari Inggris yaitu J. Newlands merupakan orang pertama
yang mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif.
Menurut Newlands, jika unsur-unsur diurutkan letaknya sesuai dengan kenaikan
massa atom relatifnya, maka sifat unsur akan terulang pada tiap unsur kedelapan.
Keteraturan ini sesuai dengan pengulangan not lagu (oktaf) sehingga disebut Hukum
Oktaf (law of octaves)Ia menyatakan bahwa sifat-sifat unsur berubah secara teratur.
Unsur pertama mirip dengan unsur kedelapan, unsur kedua mirip dengan unsur
kesembilan, dan seterusnya. Hukum oktaf newlands berlaku untuk unsur-unsur
ringan. Adapun Kelemahan dari teori ini yaitu dalam kenyataanya masih ditemukan
beberapa oktaf yang isinya lebih dari delapan unsur dan penggolonganya ini tidak
cocok untuk unsur yang massa atomnya sangat besar (Petrucci, 2011).

Tabel 2.2 Daftar Unsur Oktaf Newlands


H1 F8 Cl 15 Co & Br 29 Pd 36 I 42 Pt & Ir
Ni 22 50
Li 2 Na 9 K 16 Cu 23 Rb 30 Ag 37 Cs 44 Os 51
Be 3 Mg 10 Ca 17 Zn 24 Sr 31 Cd 38 Ba & V Hg 52
45
B4 Al 11 Cr 19 Y 25 Ce & U 40 Ta 46 Ti 53
La 33
C5 Si 12 Ti 18 In 26 Zr 33 Sn 39 W 47 Pb 54
N6 P 13 Mn 20 As 27 Di & Sb 41 Nb 48 Bi 55
Mo 34
O7 S 14 Fe 21 Se 28 Rh & Te 43 Au 49 Th 46
Ru 35

Sifat Li mirip dengan sifat Na, K Cu, Rb, Ag, dan Cs. Sifat Be mirip dengan
sifat Mg, Ca, Zn, Sr, Cd dan Hg.
Kelemahan utamanya adalah banyak unsur yang dikenal kemudian tidak
mempunyai ruang pada daftar newlands. Disamping itu, terdapat banyak pasangan
unsur yang terpaksa ditempatkan pada satu posisi dalam daftar. Lebih lanjut dalam
berbagai tempat khususnya unsur-unsur setelah kalsium menunjukkan perbedaan
sifat yang jelas dari unsur sekolom seperti klor berupa gas dan kobalt berupa logam
(Fitri, 2015).

c) Sistem Periodik Mendeleev


Pada tahun 1986 Dmitri Inovich Mendeleev, seorang ilmuan Rusia, membuat
daftar unsur-unsur yang didasarkan pada sifat fisis dan sifat kimia dihubungkan
dengan massa atom unsur. Penyusunan sebelumnya hanya menitik beratkan pada
sifat-sifat fisis saja. Susunan Mendeleev merupakan sistem periodik unsur pendek.
Sistem periodik Mendeleev disusun berdasarkan kenaikan massa atom dan
kemiripan sifat. Dari susunan tersebut didapatkan hukum priodik, di mana sifat unsur
merupakan fungsi periodik dari massa atomnya. Artinya, bila unsur-unsur disusun
berdasarkan kenaikan massa atomnya, maka sifat unsur akan berulang secara
periodik.
Mendeleev menyusun tabel dari unsur-unsur yang disusun oleh Newlands
dengan beberapa perbaikan, antara lain:
1) Beberapa tempat disediakan untuk unsur yang diramalkan dan diyakini oleh
Mendeleev akan ditemukan. Diramalkan massa atomnya 44, 68, 72 dan 100.
2) Ditempatkannya unsur-unsur yang sekarang disebut sebagai unsur transisi
pada jalur khusus.
3) Mengadakan koreksi terhadap massa atom yang kurang tepat, misalnya atom
Cr yang semulanya diyakini 43,3 dikoreksi menjadi 52,0.
4) Meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan dan ternyata ramalannya
tepat setelah unsur tersebut ditemukan.
Walaupun sifat periodik Mendeleev ini sudah cukup baik, tetapi ternyata
masih terdapat beberapa kekurangan, antara lain:
1) Panjang periode tidak sama.
2) Beberapa unsur tersusun dengan urutan massa atom yang terbalik, tidak naik
tetapi turun. Sebagai contoh, Ar (massa atom 39,9) ditempatkan sebelum K
(massa atom 39,1), Co (massa atom 58,9) ditempatkan sebelum Ni (massa
atom 58,7).
3) Unsur golongan Lantanida yang jumlahnya 14 ditempatkan dalam satu
golongan (satu kotak berisi lebih dari satu unsur) (Petrucci, 2011).
d) Sistem Periodik Modern
H. G. J. Moseley pada sekitar perang dunia I berhasil menemukan kesalahan
pada sistem periodik unsur yang dibuat mendeleev, yaitu terdapat unsur yang
terbalik letaknya. Setelah memepelajari lebih lanjut, Mosley menemukan bahwa
kepriodikan sifat tidak didasarkan pada massa atom, tetapi didasarkan pada nomor
atom atau muatan inti.
Susunan periodik yang disusun oleh Moseley akhirnya berkembang lebih
baik sampai di dapatkan bentuk seperti sekarang dengan mengikuti hukum periodik,
bahwa sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atom. Artinya bila unsur-
unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atom maka sifat unsur akan berulang
secara periodik. Sistem periodik modern dikenal juga sebagai sistem periodik bentuk
panjang, di mana terdapat jalur mendatar yang disebut periode dan jalur tegak yang
disebut dengan golongan.
Jumlah periode dalam sistem periodik modern ada 7 dan diberi tanda dengan
angka:
1) Periode I disebut sebagai periode sangat pendek dan berisi 2 unsur.
2) Periode 2 dan periode 3 disebut periode pendek dan masing-masing berisi 8
unsur.
3) Periode 4 dan periode 5 disebut periode panjang dan masing-masing berisi 18
unsur.
4) Periode 6 disebut periode sangat panjang yang berisi 32 unsur. Pada periode
ini terdapat deretan unsur yang disebut deret Lantanida, yaitu unsur dengan
nomor 58 sampai nomor 71 dan diletakkan pada bagian bawah.
5) Periode 7 disebut periode belum lengkap karena mungkin masih ada
bertambah lagi jumlah unsur yang menempatinya, dimana sampai saat ini
berisi 24 unsur. Pada periode ini terdapat pula deretan unsur yang disebut
dengan deret Aktinida, yaitu unsur bernomor 90 sampai nomor 103, dan
diletakkan pada bagian bawah.
Golongan pada sistem periodik modern dibedakan menjadi golongan A dan
golongan B. Golongan A disebut dengan golongan utama, sedangkan golongan B
disebut dengan golongan transisi. Unsur-unsur utama adalah unsur-unsur yang
pengisian elektronnya berakhir pada subkulit s atau p. Sedangkan unsur-unsur
golongan transisi adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada
orbital d. Untuk beberapa golongan diberi nama khusus, misalnya golongan IA
adalah golongan alkali, golongan IIA adalah golongan alkali tanah, golongan antara
IIA dan IIIA adalah golongan transisi, golongan VIIA adalah golongan halogen dan
golongan VIIIA adalah golongan gas mulia (Mar’atus & Rahmawati, 2016).

2.1.3.2 Hubungan Konfigurasi Elekton dan Sistem Periodik


Ada keterkaitan antara konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam sistem
periodik. Secara umum, terdapat beberapa keteraturan dari hubungan konfigurasi
elektron dan sistem periodik sebagai berikut:
a) Nilai n terbesar pada konfigurasi elektron valensi dari suatu unsur
menyatakan nomor periode unsur tersebut:
Contoh :
Unsur Au (Z=79): [Xe] 4f14 5d10 6s1
Nilai n terbesar adalah 6. Jadi, Au menempati periode 6.
b) Jenis subkulit yang ditempati elektron valensi menentukan jenis golongan,
yakni golongan utama (golongan A, subkulit s dan p) dan golongan transisi
(golongan B, subkulit s dan d). Jumlah elektron valensi terkait dengan
nomor golongan.
Contoh :
Unsur Cl (Z=17): 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Elektron valensinya adalah 7. Jadi, Cl menempati golongan VII A
Tabel 2.3 Konfigurasi Elektron Beberapa Unsur dalam Sistem Periodik Unsur (SPU)
No Lambang Konfigurasi Elektron Letak pada SPU
Unsur Golongan Periode
(1) (2) (3) (4) (5)
1 3Li 1s2 2s2 IA 2
2 11Na 1s2 2s2 2p6 3s1 IA 3
3 12Mg 1s2 2s2 2p6 3s2 IIA 3
4 20Ca 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 IIA 4
5 31Ga 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p1 IIIA 4
6 49In 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 IIIA 5
5s2 4d10 5p1
7 33As 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p3 VA 4
8 8O 1s2 2s2 2p4 VIA 2
9 34Se 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p4 VIA 4
10 9F 1s2 2s2 2p5 VIIA 2
11 17Cl 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 VIIA 3
12 10Ne 1s2 2s2 2p6 VIIIA 2
13 36Kr 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 VIIIA 4
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa konfigurasi elektron unsur-unsur
golongan IA mempunyai elektron valensi ns1 sedengkan unsur-unsur golongan IIA
memepunyai elektron valensi ns2 di mana n adalah nomor periode dalam sistem
periode tempat unsur tersebut berada. Oleh karena itu, unsur-unsur terdapat pada
golongan IA dan IIA disebut unsur-unsur blok s.
Unsur-unsur golongan IIIA sampai dengan unsur-unsur golongan VIIIA,
semuanya mempunyai elektron valensi ns2 npx. Oleh karena itu, unsur-unsur
golongan IIIA-VIIIA disebut unsur-unsur blok p. Sedangkan konfigurasi elektron
dari unsur-unsur transisi yang terdapat diantara golongan IIA dan IIIA, yaitu dari
golongan IIIB sampai dengan IIB, elektron valensinya nsx (n-1) dy. Oleh karena itu,
unsur-unsur golongan ini disebut unsur-unsur blok d. Unsur-unsur yang terdapat
pada deret Lantanida dan Aktinida mempunyai elektron valensi pada subkulit f
sehingga unsur-unsur tersebut disebut sebagai unsur blok f.
Tabel 2.4 Hubungan antara Konfigurasi Elektron dan Letak Unsur pada SPU
Konfigurasi elektron Letak unsur pada SPU
valensi Golongan Periode
(1) (2) (3)
ns1 IA n
ns2 IIA n
ns2 np1 IIIA n
ns2 np2 IVA n
ns2 np3 VA n
ns2 np4 VIA n
ns2 np5 VIIA n
ns2 np6 VIIIA n
ns2(n-1) d1 IIIB n
ns2(n-1) d2 IVB n
ns2(n-1) d3 VB n
ns1(n-1) d5 VIB N
ns2(n-1) d5 VIIB n
ns2(n-1) d6 VIIIB n
ns2(n-1) d7 VIIIB n
ns2(n-1) d8 VIIIB n
ns1(n-1) d3 IB n
ns2(n-1) d10 IIB n
Contoh soal:
Tentukan letak unsur 25Mn di dalam sistem periodik unsur !
Jawab: 25Mn : [Ar] 3d5 4s2 (blok d: antara IB sampai VIIIB). Berakhir pada 3d5
4s2, berarti terletak pada golongan(5+2)B → VIIB. Jumlah kulit elektronnya 4,
berarti terletak pada periode 4 (Bakri, 2012).
2.1.4.3 Sifat-sifat Keperiodikan
Adapun sifat keperiodikan dalam sistem periodik unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Sifat logam
Berdasarkan sifat, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi logam,
nonlogam, dan metalloid. Unsur-unsur logam memiliki sifat-sifat: konduktor panas
dan listrik yang baik, dapat ditempa dan ductile, titik leleh relatif tinggi, cenderung
melepaskan elektron kepada unsur nonlogam. Unsur-unsur nonlogam memiliki sifat-
sifat: nonkonduktor panas dan listrik, tidak dapat ditempa dan rapuh/getas,
kebanyakan berwujud gas pada temperatur kamar, cenderung menerima elektron dari
unsur logam. Unsur-unsur metalloid memiliki sifat-sifat seperti logam dan juga
nonlogam. Sifat logam semakin berkurang dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas
sistem periodik unsur, kecuali hidrogen. Unsur-unsur metalloid berada pada “tangga”
yang membatasi unsur-unsur logam dan nonlogam (Petrucci, 2011).

b) Titik leleh dan titik didih


Kecenderungan perubahan titik leleh dan titik didih dalam sistem periodik
adalah sebagai berikut:
1) Unsur-unsur logam dalam satu golongan dari atas ke bawah, titik leleh dan titik
didihnya cenderung makin rendah. Sedangkan untuk unsur-unsur nonlogam
cenderung semakin tinggi.
2) Unsur-unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan, titik lelehnya naiksampai
maksimum pada golongan IVA kemudian turun secar teratur. Sedangkan titik
didih akan naik sampai maksimum pada golongan IIIA kemudian turun secara
teratur (Bakri, 2012).

c) Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah setengah dari jarak antara dua inti dari dua atom logam
yang sejajar atau dalam sebuah molekul diatomik. Dalam satu golongan, dari atas ke
bawah, jari-jari atom cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit
elektron. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom cenderung semakin
kecil, sebagaimana pertambahan muatan inti efektif.
d) Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion
dalam fase gas untuk melepaskan sebuah elektronnya. Dalam satu golongan, dari
atas ke bawah, energi ionisasi pertama cenderung semakin kecil, sebagaimana jarak
dari inti ke elektron terluar bertambah sehingga tarikan elektron terluar oleh inti
berkurang. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi pertama cenderung
semakin besar, sebagaimana pertambahan muatan inti efektif sehingga tarikan oleh
inti bertambah (Petrucci, 2011).
e) Jari-jari Ion
Jari-jari ion adalah jari-jari dari kation atau anion yang dihitung berdasarkan
jarak antara dua inti kation dan anion dalam kristal ionik. Kation (ion bermuatan
positif) terbentuk dari pelepasan elektron dari kulit terluar atom netral sehingga
tolakan antar elektron berkurang, tarikan elektron oleh inti lebih kuat, dan jari-jari
dari kation lebih kecil dari atom netralnya. Anion (ion bermuatan negatif) terbentuk
dari penangkapan elektron pada atom netral sehingga tolakan antar elektron
bertambah dan jari-jari dari anion lebih besar dari atom netralnya. Dalam satu
golongan pada sistem periodik unsur, dari atas ke bawah, jari-jari ion bermuatan
sama cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit elektron. Dalam
periode, pada deretan ion isoelektronik (spesi-spesi dengan jumlah elektron sama
dan konfigurasi elektron sama, seperti O2-, F–, Na+, Mg2+, dan Al3+ dengan 10
elektron), semakin besar muatan kation maka semakin kecil jari-jari ion, namun
semakin besar muatan anion maka semakin besar jari-jari ion (Silberberg, 2009).
Berikut gambar ukuran atom dan ionnya dalam pm :

Gambar 2.2 Ukuran Atom dan Ionnya


f) Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah kuantitas perubahan energi ketika sebuah atom atau
ion dalam fase gas menerima sebuah elektron. Jika kuantitas perubahan energi
bertanda positif, terjadi penyerapan energi, sedangkan jika bertanda negatif, terjadi
pelepasan energi. Semakin negatif nilai afinitas elektron, semakin besar
kecenderungan atom atau ion menerima elektron (afinitas terhadap elektron semakin
besar). Dalam satu golongan pada tabel periodik unsur, dari atas ke bawah, afinitas
elektron cenderung semakin kecil, dengan banyak pengecualian. Dalam satu periode,
dari kiri ke kanan, sampai golongan 7A, afinitas elektron cenderung semakin besar,
dengan banyak pengecualian (Gilbert, 2012).
g) Keelektronegatifan
Elektronegativitas adalah ukuran kemampuan suatu atom dalam sebuah
molekul (keadaan berikatan) untuk menarik elektron kepadanya. Semakin besar
elektronegativitas, semakin mudah atom tersebut menarik elektron kepadanya sendiri.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, elektronegativitas cenderung semakin
kecil. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, elektronegativitas cenderung semakin
besar (Petrucci, 2011).

Gambar 2.3 Elektronegativitas Dari Unsur-Unsur Dalam Skala Linus Pauling


DAFTAR PUSTAKA

Bakri,M., 2012. SPM Kimia SMA dan MA. Jakarta : ESIS


Fitri, Z., 2015. Kimia Anorganik I. Banda Aceh : UNSIYAH
Chang, R., 2010. KIMIA . New York: McGraw Hill
Gilbert, Thomas N., 2012. Kimia: Sains dalam Konteks (edisi ke-3). New York: W.
W. Norton & Company, Inc.
Mar’atus,I., Rahmawati S.Y.D., 2016. FPM Kimia Bank Soal Full Pembahasan 10,
11, 12, SMA. Solo: Genta Smart Publisher.
Petrucci, Ralph H. 2011. Kimia Umum: Prinsip dan Aplikasi Modern (edisi ke-10).
Toronto: Pearson Canada.
Silberberg & Martin S., 2009. Kimia: Sifat Molekuler Materi dan Perubahan (edisi
ke-5). New York: McGraw Hill.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai