Anda di halaman 1dari 118

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum


baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013
merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan
pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.
Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik disatu satuan pendidikan pada setiap satuan
atau jenjang pendidikan.
Di dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Bagian Umum dijelaskan bahwa pembaruan
pendidikan memerlukan strategi tertentu, dan salah satu strategi pembangunan
pendidikan nasional ini adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi.”
Pasal 35 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 juga mengatur bahwa
Standar Nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.” Selanjutnya di dalam penjelasan Pasal 35 dinyatakan bahwa
“kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati.”
Dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
tersebut diperlukan suatu kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman bagi
para pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran.

1
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun
2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.
A. 1 Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin
Curerer yaitu pelari, dan Curere yang artinya tempat berlari. Pada
awalnya kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
mulai dari garis start sampai finish. Kemudian pengertian kurikulum
tersebut digunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian sebagai
rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus
dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga
pendidikan.

A.1.1 Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
melakukan penyederhanaan, dan tematik-integratif, menambah
jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau
siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang
mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pembelajaran dan diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik.

A.1.2 Kurikulum menurut Undang-Undang no 2003


Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19)
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional

2
serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
memiliki dua dimensi : pertama rencana dan pengetahuan tujuan,
isi dan bahan pelajaran. Kedua cara digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan di MIN 1 Kota


Tasikmalaya menggunakan Kurikulum 2013 untuk kelas I, II, IV dan V
menggunakan Kurikulum 2013 (Revisi) permendikbud no 24 sedangkan
untuk kelas III dan VI menggunakan Kurikulum 2013 permendikbud no
57 , Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan Kompetensi Inti
(KI), Kompetensi Dasar (KD), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
Silabus untuk Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum operasional yang disusun dan


dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangannya
di MIN 1 Kota Tasikmalaya didasari potensi daerah atau karakteristik
daerah, sosial budaya, masyarakat setempat dari peserta didik.

A.2 Faktor-Faktor pengembangan Kurikulum 2013


A.2.1 Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan


penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia
produktif (15 – 64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif
(anak-anak usia 0 – 14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke
atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai

3
puncaknya pada tahun 2020 – 2035 pada saat angkanya mencapai
70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

A.2.2 Tantangan Eksternal


Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif
dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
Internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat
terlihat di World Trade Organization (WTO), Association Of
Sotheast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia Pacific
Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran
kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta
mutu, investasi dan transformasi bidang pendidika. Keikutsertaan
Indonesia dalam Studi Internasional Trend In Internasional
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program Of
International Student Assesment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa hal laporan yang dikeluarkan
TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya
materi uji yang ditanyakan tim TIMSS dan PISA tidak terdapat
dalam kurikulum Indonesia.

4
A.2.3 Penyempurnaan Pola Fikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut :
1) Pola Pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk
memiliki kompetensi yang sama.
2) Pola pembelajaran satu arah (Interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (Interaktif guru-peserta didik-
masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (Peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet)
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif mencari
semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains)
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
alat multimedia.
7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki peserta didik.
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodisipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(Multidisiplines).

A.2.4 Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum
sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan

5
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam kurikulum
2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut :
1) Tata kerja yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja
yang bersifat kolaboratif
2) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan
kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan
kependidikan (Educational Leader).
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan
manajemen dan proses pembelajaran.

A.2.5 Penguatan Materi


Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan
perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

Diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pengelolaan Pendidikan yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah harus segera
dilaksanakan.

Satuan pendidikan merupakan pusat pengembangan budaya.


KTSP dan kurikulum 2013 mengembangkan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa sebagai satu kesatuan kegiatan pendidikan
yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud diantaranya
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli sosial dan lingkungan serta tanggung jawab. Nilai-nilai
melingkupi dan terintegrasi dalam seluruh kegiatan pendidikan
sebagai budaya sekolah.

6
Saat ini pendidikan Nasional menghadapi berbagai tantangan
yang amat berat khususnya dalam upaya menyiapkan kualitas
sumber daya manusia yang bukan saja untuk menjadi produktif
melainkan juga berpedoman pada kelakuan manusia dan
masyarakat. Untuk menjadi produktif, manusia tidak hanya perlu
dibekali dengan kemampuan dalam menguasai bidang-bidang
keahlian, keterampilan dalam bidang iptek, tetapi juga dengan
berbagai nilai dan sikap sebagai panduan bagi perilakunya, dan
sebagai landasan semangat untuk berkarya. Berbagai tata nilai
yang mempedomani kelakuan amnusia tersebut bersumber dari
suatu sistem yang disebut pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa terdiri atas konsepsi-


konsepsi yang hidup dalam alam pikiran warga suatu masyarakat
mengenai hal-hal yang mereka anggap amat bernilai dalam
kehidupan, karenanya pendidikan budaya dan karakter bangsa ini
senantiasa dijadikan pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia
dan masyarakat.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini mengatur berbagai


tata kelakuan manusia yang pada tingkatan lebih konkret terwujud
aturan-aturan khusus, hukum, norma, adat kebiasaan dalam
berbagai bidang kehidupan sosial manusia yang memiliki
pengaruh yang sangat kuat dan mengakar pada suatu sikap mental
(mental attitude) manusia secara perorangan dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari.

Sikap mental sebagai unsur penggerak dari berbagai jenis dan


bentuk kelakuan manusia dapat diartikan sebagai keadaan mental
dalam jiwa dari diris seorang individu untuk memberikan rreaksi
terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial, amupun lingkungan
alam. Sikap mental itu sendiri belum merupakan konsep yang

7
terwujud tetapi amsih merupakan predisposisi dari berbagai
kelakuan atau tindakan amnusia yang disebut mentalitas manusia.
Kelakuan manusia tersebut dipengaruhi secara langsung oleh
keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran atau jiwa
manusia dalam menanggapi lingkungannya. Mentalitas manusia
merupakan suatu nilai budaya dan karakter yang harusnya
ditumbuhkembangkan dalam diri manusia serta perorangan, dan
dipedomani oleh sistem nilai budaya dan karakter yang terikat
oleh struktur nilai yang mengakar dan melembaga di dalam
masyarakatnya. Dalam hal ini misalnya satuan pendidikan.

Sehingga dalam satuan pendidikan itu terbentuk suatu sistem nilai


perilakus eluruh komunitas satuan pendidikan yang paling
mendasar yang merupakan orientasi nilai (Value orientation)
komuntas satuan pendidikan dalam kehidupan di dlaam satuan
pendidikan maupun diluar satuan pendidikan. Orientasi nilai
adalah nilai-nilai yang dijadikan acuan atau rujukan bagi seluruh
komunotas satuan pendidikan untuk berfikir dan bertindak dalam
rangka mencapai satuan pendidikan bersangkutan baik secara
perorangan maupun kolektif.

Nilai-nilai dalam pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa antara


lain :

1) Religius
2) Jujur
3) Toleransi
4) Disiplin
5) Kerja keras
6) Kreatif
7) Mandiri
8) Demokratis

8
9) Rasa Ingin Tahu
10) Semangat Kebangsaan
11) Cinta Tanah Air
12) Menghargai Prestasi
13) Komunikatif
14) Cinta Damai
15) Gemar Membaca
16) Peduli Sosial
17) Peduli Lingkungan
18) Tanggung Jawab

Kedelapan butir nilai tersebut diintegrasikan pada semua mata


pelajaran dengan intenitas penanaman lebih dibandingkan
penanaman nilai-nilai yang lainnya.

Orientasi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada hakiktnya


menguraikan lima amsalah pokok dalam kehidupan sistem perstuan
pendidikan maupun kemasyarakatan, yaitu nilai yang berkaitan
dengan permasalahan tentang : hakikat hidup manusia, karya
manusia, kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, hubungan
manusia dengan alam dan sekitarnya dan hubungan manusia
dengan sesamanya. Tingkat orientasi komunitas masing-masing
satuan pendidikan atau masyarakat yang dilandasi nilai-nilai bidaya
dan karakter bangsa tertentu, berbeda dengan satuan pendidikan
atau masyarakat lainnya yang dilandasi oleh orientasi nlai-nilai
yang lain. Oleh karena itu, tingkatan orientasi nilai-nilai yang
diyakini komunitas satuan pendidikan atau masyarakat
sesungguhnya dapat dirubah, diarahkan, dan dibudayakan, dalam
kurun waktu baik jangka pendek atau panjang, sepanjang ada
kemauan dari komunitas tersebut untuk mengubah oreintasi nilai
budaya dan akrakternya.

9
Terkait dengan penenaman orientasi nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa, salah satu cara yang diperlukan adalah adanya kemauan
komunitas sataun pendidikan atau masayarakat untuk
pemberdayaan dn pembudayaan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa di satuan pendidikan tersebut yang dilandasi dengan tekad
keteladanan.Proses pembudayaan dan pemberdayaan pada dasarnya
adalah suatu proses untuk melakaukan reorientasi nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa lama ke arah orientasi nilai-nilai baru melalui
aktivitas pembelajaran di satuan pendidikan baik lewat mata
pelajaran, pengembangan diri maupun muatan lokal yang sesuai
dengan tatanan masyarakat satuan pendidikan yang dicita-citakan
bersama.

Untuk menyikapi tantangan dan harapan tersebut di atas, maka


satuan pendidikan melaksanakan budaya dan karakter banagsa,
kewirausahaan dan ekonomi kreatif dengan pendekatan belajar
aktif senantiasa dengan sungguh-sungguh menciptakan pengelolaan
pendidikan dengan diawali membuat atau menyusun kurikulum
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah.

Kebijakan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka


Menengah (RPJMN) tahun 2010-2014 telah menetapkan arah
pendidikan antara lain perlu :
1) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang mendukung
penciptaan kreativitas dan kewirausahaan pada anak didik
sedini mungkin.
2) Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa
pengajaran demi kelulusan ujian (Teaching of the best)namun
pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan
sosial, watak budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa
Indonesia.

10
Pentingnya karakter positif pendidikan, fungsi dan tujuan
pendidikan ansional tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20
Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepa Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Secara yuridis bunyi UU tersebut mengisyaratkan bahwa


pendidikan kita harus memiliki karakter positif yang kuat, artinya
praktit pendidikan tidak semata berorientasi pada aspek kognitif,
melainkan secara terpadu menyakngkut tiga dimensi taksonomi
pendidikan, yakni ; kognitif, (aspek intelektual : pengetahuan,
pengertian, keterampilan berfikir), Afektif (Aspek perasaan dan
emosi : minat, sikap, apresiasi, cara penyesuaian diri) dna
psikomotor (Aspek keterampilan motorik) serta berbasis pada
karakter positif dengan berbagai indikator.

Harus diakui, pendidikan dewasa ini masih lebih mengutamakan


ranah kognitif dan sedikit mengabaikan ranah yang lain. Hal ini
tentunya selain bertentangan dengan UU juga bisa berdampak
negatif terutama bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan
kognitif.

Untuk terciptanya pendidikan berkarakter positif selain perlunya


penyeimbangan ranah-ranah sebagaimana tersebut di atas, juga
perlunya pendekatan pedagogis (seni, strategi, gaya pembelajaran)
yang tepat kepada anak didik, tentunya tanpa mengabaikan nilai-
nilai religius dan nilai dasar etnopedagogis (cageur, bener, pinter,
singer, motekar, tur rapekan).

11
Hal ini selaras dengan apa yang diisaratkan dalam Undang-Undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36
ayat (2)yang ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas
dasar pemikiran itu maka setiap satuan pendidikan perintisan
hendaknya mengembangkan apa yang dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pengembangan KTSP mengacu kepada 8 (delapan) standar


nasional pendidikan. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas :
standar isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian.
Dua unsur Standar nasional pendidikan yaitu Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam menegmbangkan kurikulum.

A.2.6 Kompetensi Masa Depan, antara lain :


1) Kemampuan berkomunikasi
2) Kemampuan berfikir jernih dan positif
3) Kemempuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan
4) Kemampuan menjadi warga negara yang efektif
5) Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda
6) Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal
7) Memiliki minat luas mengenai hidup
8) Memiliki kesiapan untuk bekerja
9) Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/inatnya.

12
B. Landasan Hukum
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di
sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik
menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satu pun filosofi pendidikan yang dapat
digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut,
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan
kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan
peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar
yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa
depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan

13
mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang
dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan
makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat
kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain
mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam
akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut
dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.
4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah

14
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di
atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan umat manusia.

2. Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai
gejala sosial, hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial
atau amsyarakat. Dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup
dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang
harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bukti kepada
masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada kita.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi
antar manusia menuju manusia yang berbudaya. Tiap masyarakat memiliki
norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma dan adat kebiasaan
tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-masing
dari kita juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dalam
konteks inilah peserta ddiik dihadapkan pada budaya manusia, dibina dan
dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan
dirinya menjadi manusia yang berbudaya. Hal inilah yang menjadi
pertimbangan dan pengembangan sebuah kurikulum, termasuk perubahan
tatanan masyarakat akibat perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), sehingga masyarakat dijadikan salah satu asas dalam
pengembangan kurikulu, begitu pula dengan IPTEK. Oleh karena itu
dibutuhkan landasan sosiologi dan IPTEK dalam membangun kurikulum
2013.

15
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan
akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi
dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana
termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan
pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena
berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia
ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum
secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat
menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian
keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal
dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-
based society)

3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan
konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik
beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi
pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus
didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai
dengan konteks lingkungan dan jamannya.
Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang
kurikulum untuk jenjang pendidikan dasar khususnya SD/MI. Oleh karena
itu implementasi pendidikan di SD/MI yang selama ini lebih menekankan
pada pengetahuan, perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang
menekankan pada proses pembangunan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang mencerdaskan
dan mendidik.
Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi ditekankan pada
pemahaman konsep yang steril dari kehidupan masyarakat melainkan

16
pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran otentik. Dengan demikian
kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan muatan pengetahuan
sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan proses
pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.
Dalam konvensi hak anak tahun 1990 (dalam tim penegmbang ilmu
pendidikan FIP-UPI 2007:54) dijelaskan bahwa perspektif psikopedagogis
anak yang paling logis adaalh sampai sejauh mana seorang anak mampu
mengubah dirinya sesuai dengan kondisi disekitarnya. Kemampuan
mengubah kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
pengaruh-pengaruh disekitarya.
Agar proses perkembangannya optimal, anak memerlukan berbagai
kegiatan dan latihan yang sesuai dengan keberadaannya dan sesuai dengan
kebutuhan psikologisnya. Kegiatan dan altihan dapat diperoleh nak melalui
proses pendidikan. Namun yang perlu diperhatikan dalam mendidik yaitu
setiap kegiatan dan tugas yang dibebankan kepada anak sebagai siswa harus
sesuai dengan tingkat kemampuannya. Jika hal tersebut terabaikan, amka
ketidakberhasilan peserta didik dalam mencapai tugas-tugas di sekolah akan
terjadi.
Berdasarkan uraian tersebut di aats, maka landasan psikopedagogis
adalah sebagai berikut :
1) Relevansi
Kesesuaian program pembelajaran dengan tingkat perkembangan anak,
tingkat perkembangan kemampuan anak, tingkat unsur mentalnya
(aspek kesesuaian) dan tingkat kebutuhan anak (aspek kecukupan).
2) Model Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pemeblajaran yang dikembangkan berbasis kompetensi (sikap,
keterampilan dan penegtahuan) sehingga dapat memenuhi aspek
kesesuaian dan kecukupan.

17
3) Proses pembelajaran
Proses pembelajaarn berorientasi pada karakteristik kompetensi :
 Sikap (Krathwohl) :
(Menerima+Menjalankan+Menghargai+Menghayati+Mengamalkan)
 Keterampilan (Dyers)
(Mengamati+Menanya+Mencoba+Menalar+Menyaji+Mencipta)
 Pengetahuan (Bloom & Anderson)
(Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa +
Mengevaluasi + Mencipta)
4) Penilaian
 Authentic Assesment : Pada Input, Proses dan Out put
 Kesesuaian teknik penilaian pada 3 ranah kompetensi, yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan (test dan Portofolio)

4. Landasan Teoritis
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah
suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu
menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan
berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan,
dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa
yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik tersebut hidup dan
mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang
budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan,
kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial
memberikan dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai
individu, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota ummat manusia.
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan
kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan yang mencerminkan
karakter bangsa masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu,
konten pendidikan yang dikembangkan kurikulum tidak berupa prestasi
besar bangsa di masa lalu semata tetapi juga hal-hal yang berkembang pada

18
saat kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai
perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik
yang dihadapi masyarakat, bangsa dan ummat manusia dikemas sebagai
konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini
memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi
dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan memposisikan
pendidikan sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari lingkungan sosial,
budaya, dan alam. Lagi pula, konten pendidikan dari kehidupan bangsa
masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi keunggulan budaya
bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari
kehidupan masa kini.
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan
menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah
menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warga
negara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan
dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk
memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan
masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan
formalnya. Dengan demikian sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang
menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan paling
tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten pendidikan
yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan
dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk
dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta
bertanggungjawab di masa mendatang.
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa
kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai
dan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta
dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan

19
bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan
filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di
masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu
sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan
untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan
bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan
warganegara di amsa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut
kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-
budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai
warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk
kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa
depan yang lebih baik lagi.
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga
negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.

20
5. Landasan Yuridis
Adapun landasan Yuridis penyusunan buku I diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
1. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Tasikmalaya.
2. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama;
3. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Dasar.
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan.
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan.
8. Peraturan Menteri Negara PAN Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.

21
11.SK Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 053/U/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 tahun 2009 tentang
Beban Kerja Guru sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 30 tahun 2011 pada Pasal 5 ayat 2.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tentang
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 SD/MI sebagai pengganti Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Madrasah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014
tentang Penilaian hasil belajar oleh pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.

22
23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan Konselling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 144 Tahun 2014
tentang Kriteria Kelulusan Peserta didik dari satuan pendidikan dan
Penyelenggaraan ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan kesetaraan dan
ujian Nasional.
25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 160 Tahun 2014 tentang
Pemberlakuan kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum tahun 2013.
26. Peraturan Menteri Agama Nomor 207 Tahun 2014 tentang Kurikulum
Madrasah
27. Peraturan Menteri Agama Nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman
Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab.
28. Permendikbud No 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah
29. Permendikbud No 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah
30. Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah
31. Permendikbud No 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Dasar dan Menengah
32. Permendikbud No 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi dasar Pendidikan Dasar dan Menengah.
33. Pergub No. 69 Tahun 2013 tentang pembelajaran muatan lokal dan Bahasa
Daerah Pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
34. Keputusan Menteri Agama (KMA) No 117 tahun 2014 tentang
Implementasi Kurikulum 2013
35. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3459
A/Dj.I/PP.01.1/08/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang penyesuaian
Sertifikasi Guur dan kewenangan Mengajar di Madrasah.

23
C. Tujuan Penyusunan
1) Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Penyelenggaraan sekolah tingkat dasar sejalan dengan tujuan kurikulum
2013 tersebut, yaitu menghasilkan lulusan yang mempunyai karakter,
kecakapan, dan keterampilan kuat dalam hidup yang dipergunakan dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta untuk
mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau pada pendidikan
lanjut.

2) Tujuan Penyusunan Kurikulum MI Negeri 1 Kota Tasikmalaya adalah


sebagai berikut :
Tujuan umum disusunnya Kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta didik agar dapat
melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.
2. Mengembangkan diri peserta didik sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
3. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia.
Adapun tujuan khusus disusunnya kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai acuan pelaksanaan Pendidikan, pembelajaran dan penilaian di
MIN 1 Kota Tasikmalaya
2. Menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan karakteristik sekolah.
3. Mendukung tujuan pendidikan Nasional
4. Untuk memperoleh data dan gambaran prestasi peserta didik
5. Untuk menentukan angka kemajuan belajar peserta didik

24
6. Untuk menentukan perlakuan kegiatan bagi pelaksanaan pembelajaran
berikutnya.
7. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
8. Mewujudkan Visi, Misi dan tujuan satuan pendidikan di MIN 1 Kota
Tasikmalaya yang merupakan kesepakatan bersama oleh seluruh unsur
satuan pendidikan.

D. Prinsip-Prinsip Penyusunan KTSP


Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip
utama :
1. SKL diturunkan dari kebutuhan.
2. SI diturunkan dari SKL melalui KI yang bebas mata pelajaran.
3. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
4. Mata Pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
5. Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti.
6. Keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran dan
penilaian.
Keragaman masing-masing daerah melahirkan tingkatan kebutuhan dan
tantangan pengembangan yang berbeda antara daerah dalam rangka
meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah.
Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing daerah
memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah. Begitu pula
halnya dengan kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu dikembangkan
dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah,
satuan pendidikan, dan peserta didik.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 36
ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsif diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

25
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam Kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan : (a) peningkatan
iman dan takwa (b) peningkatan akhlak mulia. (c) peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat peserta didik (d) keragaman potensi daerah dan
lingkungan (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional (f) tuntutan dunia
kerja (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (h) agama (i)
dinamika perkembangan global dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan. (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 2).
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi:
perumusan visi dan misi berdasarkan analisi konteks dengan tetap
mempertahankan keunggulan dan kebutuhan nasional dan daerah, penyiapan
dan penyusunan draf, review, revisi, dan finalisasi, pemantapan dan penilaian,
serta pengesahan. Dalam penyusunan KTSP perlu memperhatikan prinsip-
prinsip :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan


peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembanagan kompetensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peseta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti
kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2. Beragam dan Terpadu


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta

26
menghargai dan tidak deskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi
substansi komponen:
a. Muatan wajib kurikulum
b. Muatan lokal
c. Pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan


seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.

4. Relevan dengan Kebutuhan kehidupan


Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan,termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja.Oleh karena itu pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan keterampilan
vokasional.

5. Menyeluruh dan berkensinambungan


Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi ,bidang
kajian keilmuan,dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

27
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan,dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal, dan informasi dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

E. Acuan Operasional KTSP


Dalam penyusunan kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya disusun dalam acuan
operasionalnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Peningkatan Iman dan takwa serta Akhlak Mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang
memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman
dan takwa serta akhlak mulia. Begitu juga program pengembangan diri di
madrasah dapat diisi dengan kegiatan peningkatan iman dan taqwa serta
akhlak mulia.

2. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai


dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman
potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spritual, dan kinestetik
peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

28
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki potensi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta tanggungjawab.
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif,
kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu,
kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan,
minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik
peserta didik.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta lingkungan. Oleh karena itu
peserta didik memiliki potensi sentral, maka kegiatan pembelajaran berpusat
pada peserta didik.
Implikasi dari prinsip ini adalah kurikulum disusun untuk melayani
kebutuhan siswa dan tidak boleh memberatkan siswa. Kurikulum dirancang
semata-mata untuk kepentingan memaksimalkan potensi siswa. Menambah
jam pelajaran tidak boleh terlalu banyak sehingga memberatkan siswa yang
dampaknya siswa tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan
lain. Kurikulum juga harus merencanakan layanan konseling untuk
membantu perkembangan siswa secara terprogram agar siswa dapat tumbuh
kembang sesuai maksimal sesuai dengan perkembangan kejiwaan.

3. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan


Lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus
memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.

29
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta
status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum disusun agar memungkinkan
keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan
kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Keragaman berimplikasi pada keluwesan kurikulum. Analisis
keragaman siswa dari segi kemampuan, minat dan bakat, perlu dilakukan
untuk merancang model pembelajaran yang sesuai, jenis pengembangan diri
yang beragam, serta program remedial yang sesuai. Selain itu, keragaman
juga berkaitan dengan kekhasan dan kebutuhan yang berbeda tiap daerah
sehingga kurikulum perlu disesuaikan dengan hasil analisis potensi
kawasan. Ciri khas karateristik jenis pendidikan perlu dipertimbangkan
dalam merancang struktur dan muatan kurikulum. Demikian juga
karakteristik satuan pendidikan yang berbeda perlu menyusun struktur dan
muatan kurikulum yang relatif disesuaikan dengan karakteristik yang
dimiliki.
Selanjutnya makna terpadu berkaitan dengan rancangan kurikulum
harus meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal
dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
keseimbangan yang bermakna dan tepat antar substansi. Selain itu,
keterpaduan juga berkaitan dengan keterpaduan program yang mendukung
pelaksanaan kurikulum. Misalnya, pada madrasah yang berasrama perlu
dirancang kegiatan suplemen secara terpadu untuk mendukung pelaksanaan
kurikulum di madrasah.
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan
yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk

30
menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
daerah.

4. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional


Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan
tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Dalam era otonomi dan
desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis
perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat
dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu keduanya harus
ditampung secara berimbang dan saling mengisi. kurikulum merupakan
salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan
nasional.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan
kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara kesatuan
Republik Indonesia. Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan,
tantangan dan keragaman karakteristik lingkungan. Oleh karena itu,
kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk mengahasilkan lulusan
yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah. Kondisi
tersebut harus diimbangi dengan isi kurikulum yang membentuk kesadaran
siswa sebagai warga negara dalam kerangka Negara Kesatuan Repubik
Indonesia (NKRI).
Kepentingan pusat diwakili oleh struktur kurikulum minimal, standar
kompetensi dan kompetensi dasar minimal yang telah diatur pusat. Untuk
itu, pengembangan yang berorientasi pada karakteristik daerah dan
kekhasan suatu pendidikan tidak boleh mengorbankan standar minimal yang
telah ditetapkan oleh pusat. Madrasah bisa menambahkan hal lain secara
seimbang untuk kepentingan daerah/kekhasan karakteristik jenis

31
pendidikan. Misalnya, penambahan jam pelajaran agama di Madrasah yang
berbasis agama tidak boleh mengorbankan jam minimal yang telah
ditetapkan.

5. Tuntutan Dunia Kerja


Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta
didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholderes) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan. Pada tataran perencanaan, prinsip ini berkaitan
dengan pelibatan pemangku kebijakan dalam penyusunan kurikulum,
analisis kontek kebutuhan daerah, dan analisis life skill untuk dimasukan
pada rancangan kurikulum Perintegrasian kecakapan hidup perlu dirancang
karena akan diperlukan siswa dalam kehidupan mereka.
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya
pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai
kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup
untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat
penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang
tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

6. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni


Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, artinya semangat dan isi kurikulum memberikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

32
perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni. Isi/muatan
Kurikulum dapat dipertanggung jawabkan dan relevan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni.
Rancangan pembelajaran mengacu pada ilmu belajar yang muktahir.
Bimbingan konseling dimaksimalkan dengan mengacu pada perkembangan
ilmu yang relevan. Isi kurikulum juga harus berkaitan dengan
perkembangan tekhnologi. Misalnya memasukan mata pelajaran TIK dalam
struktur dan muatan kurikulum, menggunakan internet sebagai sumber
belajar, menggunakan model belajar dengan membiasakan siswa siap
bersentuhan dengan tekhnologi. Implikasinya terus diupayakan perbaikan isi
dan cara implementasi kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
tekhnologi, dan seni.
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa
masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai
penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan
dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus
dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

7. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan
kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku
di lingkungan sekolah Kurikulum dikembangkan atas dasar Agama, artinya
semua mata pelajaran harus ditanami dan memasukan nilai-nilai keagamaan
hai ini untuk mendidik manusia supaya memiliki keimanan dan ketaqwaan
serta akhlak mulia yang merupakan dasar pembentukan kepribadian peserta
didik secara utuh. Kurikulum yang disusun ini memungkinkan semua mata
pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia
yang bersumber dari ajaran agama. Demikian juga program pengembangan
diri di madrasah dapat diisi dengan kegiatan keagamaan.

33
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan
iman, taqwa, serta akhlak mulia dan tetap memelihara toleransi dan
kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata
pelajaran ikut mendukung peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.

8. Dinamika Perkembangan Global


Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing
secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain. Kurikulum
perlu merancang struktur dan isi yang membekali peserta didik dapat
bersaing di dunia Internasional. Kurikulum harus terus dievaluasi untuk
selalu disesuaikan dengan perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu
maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar
bebas. Pergaulan antar bangsa yang semakin dekat memerlukan individu
yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk
hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.

9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan


Meskipun daerah diberi wewenang mengatur semua muatan
kurikulum, hendaknya dirancang agar berdampak pada terwujudnya
persatuan nasional dan nilai kebangsaan. Madrasah di bawah yayasan
keagamaan tidak boleh merancang muatan kurikulum yang menamakan
fanatisme daerah atau fanatisme aliran sehingga merusak nilai-nilai
kebangsaan dan patriotisme. Misalnya Upacara, Paskibra, peringatan hari-
hari besar nasional dan sebagainya.
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan
kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, kurikulum harus
menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI

34
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum dimulai dari yang paling dekat, analisis konteks sosial
budaya masyarakat penting dilakukan agar madrasah mengetahui harapan
masyarakat sekitar, nilai-nilai yang dianut dan juga keadaan sosial ekonomi.
Dengan diketahui konteks sosial madrasah dapat merancang kurikulum
yang tepat. Misalnya jika rata-rata siswa berasal dari keluarga miskin perlu
dibekali pembelajaran yang membuat dia mandiri dengan keterampilan yang
relevan.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman
budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan
terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

11. Kesetaraan Jender


Kurikulum yang dikembangkan memberi akses dan peluang yang
setara bagi siswa laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini diharapkan
struktur dan muatan isi kurikulum tidak stereotipe ( memberi label-label
khusus ). Misalnya, mulok laki-laki elektronika. Demikian juga bahan ajar
yang dikembangkan dari tiap-tiap mata pelajaran hendaknya dapat
menanamkan persepsi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya,
tidak menamakan persepsi bahwa yang pergi ke kantor itu hanya ayah saja
dan ibu hanya cocok bekerja didapur.
Kurikulum dianggap memiliki kesetaraan jender jika tidak memberi
stereoptipe perempuan atau laki-laki. Pengelolaan mulok perlu membuka
akses bahwa semua jenis mulok dapat dipilih oleh siswa laki-laki dan
perempuan. Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang
berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan jender.

12. Karakteristik Satuan Pendidikan


Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan,
kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan. Karakteristik satuan pendidikan

35
memiliki harapan, kondisi madrasah, kondisi siswa, dan ciri khas yang
membedakan dengan satuan pendidikan satu dengan yang lain. Sesuai
dengan prinsip ini, madrasah dengan visi tertentu dapat mengembangkan
struktur dan muatan kurikulum yang sesuai. Misalnya, Madrasah merupakan
lembaga pendidikan Islam yang juga berfungsi sebagai lembaga
pengembangan dakwah dan lembaga pemberdayaan masyarakat. Sebagai
lembaga pendidikan Islam, madrasah tidak hanya diarahkan pada lembaga
kegiatan penggalian ilmu pengetahuan semata, tetapi juga menjadi wahana
“pelatihan” untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan pada tataran realitas.
Selain itu, pendidikan di madrasah tidak hanya mengarah pada keunggulan
keunggulan akademis (academic exelence), tetapi justru menegaskan pada
orientasi pembentukan karakter (character building) yang berasaskan pada
prinsip akhlaqul karimah. Sebagai lembaga pengembangan dakwah,
madrasah dengan sendirinya menjadi salah satu guru syiar agama dan
penyebaran ajaran agama sekaligus tampil sebagai komponen penting dari
gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
Sebagai pemberdayaan masyarakat, madrasah berperan dalam
pengembangan masyarakat sekitar terutama terkait dengan masalah
keagamaan maupun pemberdayaan sektor non keagamaan. Ini justru
menjadi ciri madrasah karena ia lebih merupakan pendidikan berbasis
masyarakat (comunity based education). Dengan demikian salah satu
komponen penting dari sistem madrasah adalah peran aktifnya dalam
pemberdayaan masyarakat sekitar dan sebaliknya peran aktif masyarakat
dalam pengembangan madrasah sangat penting juga (mutual Support).
Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan
pendidikan.

36
F. Kondisi MIN 1 KOTA TASIKMALAYA
a) Analisis Lingkungan Internal
1. Identitas Madrasah
1. NAMA MADRASAH : MIN 1 KOTA TASIKMALAYA
: Jl. Raya Sumelap Kel. Sumelap
ALAMAT 2.
Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya
3. : 111132780001
4. NPSM : 60710112
5. TEL/FAX : ( 0265 ) 341057
6. E-MAIL : sumelapmin@yahoo.com
7. TAHUN BERDIRI : 1961
8. TAHUN PENEGERIAN : 1995
SK PENEGERIAN
9. a. No SK Pendirian : 515.A
b. Tgl SK Pendirian : 03–07-1995
TERAKREDITASI : A
10. Nomor Akreditasi : 02.00/321/BAP-SM/XI/2013
Tanggal Akreditasi : 14 – 11- 2013

2. Pimpinan Madrasah
a) Madrasah
1. NAMA MADRASAH : MIN 1 KOTA TASIKMALAYA
ALAMAT MADRASAH : Jl. Raya Sumelap Kel. Sumelap
2.
Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya
3. NAMA BANK : BRI
4. REKENING BANK : 010001000901307

b) Identitas kepala Madrasah


1. Nama Kepala Madrasah : Z. Akh. Syis, S.Ag
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Status Kepegawaian : PNS

37
4. Nip : 196812111994071003
5. Pendidikan Terakhir : S1

c) Identitas Komite Madrasah


1. Nama Komite Madrasah : A. Tahkik Mukarom
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Status Kepegawaian : Non PNS
4. Nip :-
5. Pendidikan Terakhir : MA

3) Data kepemilikan lahan, bangunan dan sarana prasarana.


3.1. Lahan (Kepemilikan tanah, status kepemilikan dan penggunaannya)
a. Luas Tanah
Luas Tanah (m2) menurut sertifikat
No Status Kepemilikan
Bersertifikat Belum sertifikat Total
1. Hak milik sendiri 2.100 0 2.100
2. Wakap 0 0 0
3. Hak guna bangunan 0 0 0
4. Sewa/Kontrak 0 0 0
5. Pinjam/menumpang 0 0 0

b. Penggunaan Tanah
Penggunaan Luas Tanah (m2) menurut status sertifikat
No
tanah Bersertifikat Belum sertifikat Total
1. Bangunan 860 0 860
2. Lapangan olahraga 500 0 500
3. Halaman 250 0 250
4. Kebun/taman 250 0 250
5. Belum digunakan 240 0 240

3.2 Bangunan (Jumlah dan Kondisi bangunan)

38
Jumlah ruangan menurut kondisi Total
Status
Luas
No Jenis bangunan Rusak Rusak Rusak Kepe
Baik Bangun
ringan Sedang Berat milikn
an (m2)
1. Ruang Kelas 10 0 2 3 1 56
2. Ruang Kepala 0 0 1 0 1 16
Madrasah
3. Ruang Guru 0 0 1 0 1 56
4. Ruang Tata Usaha 0 0 1 0 1 16
5. Laboratorium IPA 0 0 0 0

6. Laboratorium 0 0 0 0
komputer
7. Laboratorium 0 0 0 0
Bahasa
8. Laboratotium PAI 0 0 0 0
9. Ruang 1 0 1 0 1 56
Perpustakaan
10. Ruang UKS 0 0 1 0 1 16
11. Ruang 0 0 0 0
Keterampilan
12. Ruang kesenian 0 0 0 0
13. Toilet Guru 1 0 1 0 1 9
14. Toilet Siswa 0 0 3 3 1 3
15. Ruang Bimbingan 0 0 0 0
Konseing (BK)
16. Gedung serba 1 0 0 0 1 63
guna (Aula)
17. Ruang Osis 0 0 0 0
18. Ruang pramuka 0 0 0 0
19. Mesjid/Mushola 0 0 0 1 1 63
20. Ruang Olahraga 0 0 0 0
21. Rumah dinas guru 0 0 0 0
22. Kamar Asrama 0 0 0 0
Siswa
23. Kamar Asrama 0 0 0 0
Siswi
24. Pos Satpam 1 0 0 0 1 4
25. Kantin 1 0 0 0 1
1) Status kepemilikan 1. Milik sendiri 2. Bukan milik sendiri

3.3 Sarana dan Prasarana Pendukung lainnya

39
Jumlah sanpras Jumlah Status
No Jenis Sarana dan Prasarana menurut kondisi ideal kepemi
Baik Rusak sanpras likan
1. Kursi Siswa 270 135 500 1
2. Meja Siswa 160 70 450 1
3. Loker Siswa 0 0 250
4. Kursi guru di ruang kelas 13 2 15 1
5. Meja guru di ruang kelas 13 2 15 1
6. Papan Tulis 10 5 20 1
7. Lemari di ruang kelas 10 5 20 1
8. Komputer/Laptop di Lab 5 5 100 1
Komputer
9. Alat peraga PAI 1 4 200 1
10. Alat Peraga IPA (Sains) 1 4 200 1
11. Bola Sepak 3 12 25 1
12. Bola Voly 3 12 25 1
13. Bola Basket 3 12 25 1
14. Meja Pingpong/ Tenis meja 1 1 6 1
15. Lapangan Futsal 0 0 2
16. Lapangan Bulu Tangkis 0 0 2
17. Lapangan Voli 0 0 2
18 Lapangan Basket 0 0 2
1) Status kepemilikan 1. Milik sendiri 2. Bukan milik sendiri

3.4 Sarana dan Prasarana Pendukung lainnya


Jumlah Sanpras Status
No Jenis Sarana dan prasarana menurut kondisi Kepem
Baik Rusak ilikan
1. Laptop (Di luar yang di lab Komputer) 3 4 1
2. Komputer (Diluar yan di lab Komputer) 1 2 1
3. Printer 1 3 1
4. Televisi 1 0 1
5. Mesin Foto copy 0 0
6. Mesin Fax 0 0
7. Mesin Scaanner 0 0
8. LCD Proyektor 3 0 3
9. Layar ( Screen) 0 0 1
10. Meja guru dan pegawai 17 0 1
11. Kursi guru dan pegawai 34 0 1
12. Lemari arsip 6 0 1
13. Kotak obat (P3K) 1 2 1
14. Brankas 1 0 1
15. Pengeras suara 0 1 1
16. Wasthafel (Tempat cuci tangan) 0 0

40
Jumlah Sanpras Status
No Jenis Sarana dan prasarana menurut kondisi Kepem
Baik Rusak ilikan
17. Kendaraan Operasional (Motor) 0 0
18. Kendaraan Operasional (Mobil) 0 0
19. Mobil Ambulance 0 0
20. AC (Pendingin ruangan ) 0 0
1) Status kepemilikan 1. Milik sendiri 2. Bukan milik sendiri

4) Rekapitulasi Data Siswa (3 tahun terakhir)


a. Siswa Madrasah (Tahun Pelajaran 2018-2019)
JUMLAH JUMLAH SISWA
NO URAIAN
ROMBEL L P JML
1 KELAS I 3 36 33 69
2 KELAS II 2 34 24 58
3 KELAS III 3 29 39 68
4 KELAS IV 2 34 28 62
5 KELAS V 3 33 39 72
6 KELAS VI 2 29 32 62
JUMLAH 15 195 195 390

b. Siswa Madrasah (Tahun Pelajaran 2017-2018)


JUMLAH JUMLAH SISWA
NO URAIAN
ROMBEL L P JML
1 KELAS I 2 35 23 58
2 KELAS II 3 29 40 69
3 KELAS III 2 32 30 62
4 KELAS IV 3 36 36 72
5 KELAS V 2 29 32 61
6 KELAS VI 2 29 33 62
JUMLAH 14 190 194 384

c. Siswa Madrasah (Tahun Pelajaran 2016-2017)


JUMLAH JUMLAH SISWA
NO URAIAN
ROMBEL L P JML
1 KELAS I 3 28 40 68

41
2 KELAS II 2 31 31 62
3 KELAS III 3 38 37 75
4 KELAS IV 2 28 32 60
5 KELAS V 2 31 34 65
6 KELAS VI 2 25 33 58
JUMLAH 14 181 207 388

5) Profil Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan


5.1 Jumlah Kepala Madrasah, Pendidik dan tenaga kependidikan
PNS NON PNS
No. Uraian
Lk Pr Lk Pr
1. Jumlah Kepala Madrasah 1 0 0 0
2. Jumlah Wakil Kepala Madrasah 0 0 0 0
3. Jumlah Pendidik 5 8 2 4
4. Jumlah tenaga kependidikan 0 0 0 0
Jumlah 5 8 2 4
Keterangan :
5. Jumlah pendidik bersertifikasi 4 8 2 2
6. Jumlah pendidik berprestasi Tk 0 0 0 0
Nasional
7. Jumlah Pendidik sudah Ikut 3 8 0 4
bimtek K-13

5.2 Data tenaga pendidik dan kependidikan


Pendidikan Guru
N Pangkat / Statu
NAMA / NIP Terakhir Kelas/
O Gol s
Mapel
Z. Akh. Syis, S.Ag Pembina Kepala
1. PNS S1
NIP. 196812111994031007 IV /A Sekolah
Hj. Entin, S.Ag Pembina Guru Kelas
2. PNS S1
NIP. 196507241992012001 IV/A 6.B
Hj. Imas, S.Pd.I Pembina Guru Kelas
3. PNS S1
NIP. 196802051993032001 IV/a 5.B
4. Oon, M.Si Penata tk 1 PNS S2 Guru Kelas

42
Pendidikan Guru
N Pangkat / Statu
NAMA / NIP Terakhir Kelas/
O Gol s
Mapel
NIP. 19 III/d 6.A
Yati Rohayati, S.Pd Penata tk 1 Guru PJOK
5. PNS S1
NIP. 197612072005012005 III/d
Nani Sumarni, S.Pd.I Penata tk 1 Guru Kelas
6. PNS S1
NIP. 196604062003122002 III/d 1.C
Ulan Siti Wulandari, S.Pd.I Penata tk 1 Guru Kelas
7. PNS S1
NIP. 197303172003122003 III/d 2.A
Guru Kelas
Elin Nuraisyah, S.Pd.I Penata tk 1
8. PNS S1 5.A
NIP. 197303172003122003 III/d
Guru Kelas
Kokom Komariah, M.Pd Penata
9. PNS S2 1.B
NIP. 197501022006042021 III/c
Guru Kelas
Mumun Duhibah, S.Pd.I Penata
10. PNS S1 1.A
NIP. 196607042007012025 III/c
Guru Kelas
Asep Muhtar, S.Pd.I Pengatur
13. PNS S1 3.B
NIP. 197704122007101004 II/c
Darjat Sopiyulloh, S.Pd.I Guru Kelas
Penata
14. NIP. 198102232007101001 PNS S1 3.A
III/c
Guru Kelas
Irpan Karim, S.T Pengatur
15. NIP. 198205282014111001
PNS S1 4.A
muda II/a
Budi Permana, S.Sos Guru PJOK
16. - GTT S1
NIP. -
M. Arip Nur Addha Guru
17. NIP. - - GTT S1 B.Inggris

Teti Nurhalimah, S.Sos Guru Kelas


18. NIP. - - GTT S1 2.B

Guru Kelas
Hesti Sri Mulyati, S.E
19. - GTT S1 4.B
NIP. -
Deti Nurdianti, S.Pd Guru Kelas
20. NIP. - - GTT S1 5.C

Reni Nuryani, S.Pd Guru Kelas


21. NIP. - - GTT S1 3.B

K.H Een Jaelani R


22. - - - Eskul BTQ
NIP. -
Arip
23. - - - Penjaga

43
Pendidikan Guru
N Pangkat / Statu
NAMA / NIP Terakhir Kelas/
O Gol s
Mapel
Aan Isa Anshori
24. - - - Satpam

6. Rekapitulasi data orang tua siswa


6.1. Data Orang Tua Siswa berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan
N
Kelas Peg. Guru Polisi Buruh
o PNS Wiraswsta Dagang
Swasta /honorer
1. I 5 4 24 2 1 - 27
2. II - 4 24 2 1 - 27
3. III 3 7 21 2 - - 36
4. IV 3 5 16 2 - - 36
5. V 4 4 22 2 - - 40
6. VI 3 4 17 6 - - 31
Jumlah 16 25 118 15 2 - 208
Jumlah Total = 384

6.2. Data Orang Tua Siswa berdasarkan Pendidikan


Jenjang Pendidikan
No Kelas
≤ SMP/MTs SMA/MA D1 D2 D3 S1 S2
1. I 49 8 - 1 -
2. II 37 23 2 7 -
3. III 33 22 3 4 -
4. IV 38 24 3 7 -
5. V 34 20 2 4 1
6. VI 37 22 1 2 -
Jumlah 192 152 2 10 18 4
Jumlah Total = 384

6.3. Data Orang Tua Siswa berdasarkan Penghasilan


Besar Penghasilan
No Kelas < 500.000 500.000- 1.000.000- 3.000.000 – > 5.000.000
1.000.000 3.000.000 5.000.000
1. I 27 1 2 4 24
2. II 36 2 7 24
3. III 36 2 5 19
4. IV 40 2 4 26

44
Besar Penghasilan
No Kelas < 500.000 500.000- 1.000.000- 3.000.000 – > 5.000.000
1.000.000 3.000.000 5.000.000
5. V 31 6 4 20
6. VI 38 1 1 1 21
Jumlah 208 2 15 25 134
Jumlah Total = 384

7. Data Tamatan Siswa / Siswi MI Negeri 1 Kota Tasikmalaya


Jumlah Siswa Melanjutkan ke
No Tahun Lulus
Lk Pr Jumlah SMP MTS Pst Jumlah
1. 2016 / 2017 40 38 78 12 66 - 78
2. 2015 / 2016 43 30 73 30 43 - 58
3. 2014 / 2015 34 38 72 5 67 - 72

8. Prestasi MIN 1 Kota Tasikmalaya


a. Prestasi Madrasah
1. Juara umum kompass Tingkat Kota Tasikmalaya tahun 2013
2. Juara umum KSM Tingkat Kota Tasikmalaya tahun 2015
3. Juara umum KSM dan Calistung Tingkat Kota Tasikmalaya tahun
2016
4. Juara 1 lomba Sekolah Sehat tingkat Kota Tasikmalaya tahun
2015

b. Prestasi Siswa / Siswi MIN 1 Kota Tasikmalaya


No Tahun Jenis Kejuaraan Tingkat Keterangan
1. 2017 KSM IPA Kota Juara I
2. 2017 Aksioma Pidato Kota Juara I
3. 2017 Aksioma Futsal Kota Juara 2
4. 2017 KSM Matematika Kota Juara 2
5. 2016 Calistung kelas 1 Kota Juara 1
6. 2016 Calistung kelas 2 Kota Juara 2
7. 2016 Calistung kelas 3 Kota Juara 2

45
No Tahun Jenis Kejuaraan Tingkat Keterangan
1. 2017 KSM IPA Kota Juara I
2. 2017 Aksioma Pidato Kota Juara I
3. 2017 Aksioma Futsal Kota Juara 2
4. 2017 KSM Matematika Kota Juara 2
8. 2016 KSM Matematika Kota Juara 1
9. 2016 KSM IPA Kota Juara 2
10. 2015 Calistung kelas 1 Kota Juara 1
11. 2015 Calistung kelas 2 Kota Juara 2
12. 2015 KSM Matematika Kota Juara 3
13. 2015 KSM IPA Kota Juara 1
14. 2015 Tenis Meja Provinsi Juara 3
15. 2015 Tenis Meja Kota Juara 1
16. 2015 Futsal Kota Juara 1
17. 2015 Catur Kota Juara 2
18. 2014 Calistung Kelas 2 Kota Juara 2
19. 2014 Calistung Kelas 3 Kota Juara 3
20. 2014 KSM Matematika Kota Juara 1
21. 2014 KSM IPA Kota Juara 2

46
9. STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR ORGANISASI MIN 1 KOTA TASIKMALAYA


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

KEPALA MADRASAH KOMITE MADRASAH


KEPALA MADRASAH KOMITE MADRASAH
Z. AKH. SYIS, S.Ag
Z. AKH. SYIS, S.Ag Aj. TAHKIK MUKAROM
NIP. 196811121994031007 Aj. TAHKIK MUKAROM
NIP. 196811121994031007

TATA USAHA
TATA USAHA
IRPAN KARIM, ST
IRPAN KARIM, ST
NIP. 198205282014111001
NIP. 198205282014111001

BIDANG KURIKULUM BIDANG KESISWAAN BIDANG PERPUSTAKAAN BIDANG SARPRAS


BIDANG KURIKULUM BIDANG KESISWAAN BIDANG PERPUSTAKAAN BIDANG SARPRAS
Oon, S.Ag, M.Si Hj. ENTIN, S.Ag TETI NURHALIMAH, S.Sos DARJAT S, S.Pd.I
Oon, S.Ag, M.Si Hj. ENTIN, S.Ag TETI NURHALIMAH, S.Sos DARJAT S, S.Pd.I
NIP.196611091993031002 NIP. 196507241992012001 NIP.- NIP. 198102232007101001
NIP.196611091993031002 NIP. 196507241992012001 NIP.- NIP. 198102232007101001

EKSKUL PRAMUKA BIDANG KEAGAMAAN EKSKUL OLAHRAGA BIDANG UKS


EKSKUL PRAMUKA BIDANG KEAGAMAAN EKSKUL OLAHRAGA BIDANG UKS
NANI SUMARNI, S.Pd.I ASEP MUHTAR, S.Pd.I BUDI PERMANA, S.Sos YATI ROHAYATI, S.Pd
NANI SUMARNI, S.Pd.I ASEP MUHTAR, S.Pd.I BUDI PERMANA, S.Sos YATI ROHAYATI, S.Pd
NIP. 196604062003122002 NIP. 197704122007101004 NIP. - NIP. 197612072005012005
NIP. 196604062003122002 NIP. 197704122007101004 NIP. - NIP. 197612072005012005

GG UU RR UU -- GG UU RR UU

47
STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2018/2019

KEPALA MADRASAH
KEPALA MADRASAH
Z. AKH.SIS, S.Ag
Z. AKH.SIS, S.Ag
NIP. 196811121994031007
NIP. 196811121994031007

KEPALA PERPUSTAKAAN TU PERPUSTAKAAN


DEWANGURU
DEWAN GURU KEPALA PERPUSTAKAAN
TETI NURHALIMAH, S.Sos
TETI NURHALIMAH, S.Sos
TU PERPUSTAKAAN
DARJAT S, S.Pd.I
DARJAT S, S.Pd.I
NIP. - NIP. 198102232007101001
NIP. - NIP. 198102232007101001
S.Pd.I., M.Pd
S.Pd.I., M.Pd
NIP. 196403071989031003
NIP. 196403071989031003

BAGIAN PELAYAAN TEKNIS BAGIAN PELAYANAN PEMBACA


BAGIAN PELAYAAN TEKNIS BAGIAN PELAYANAN PEMBACA
MUH. ARIF NURADHA, S.Pd HESTI SRI MULYATI, SE
MUH. ARIF NURADHA, S.Pd HESTI SRI MULYATI, SE
NIP. - NIP. -
NIP. - NIP. -

SSIISSW
WAA

48
STRUKTUR ORGANISASI PRAMUKA
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2018/2019

MABIGUS
Z.
MABIGUS
AKH. SYIS,S.Ag
S.Ag KWARAN
KWARAN
Z. AKH. SYIS,
NIP. 196812111994031007
NIP. 196812111994031007

PEMBINAPRAMUKA
PRAMUKA
PEMBINA
1. Nani Sumarni, S.Pd.I
1. Nani Sumarni, S.Pd.I
2.2.Mumun
MumunDuhibah,
Duhibah,S.Pd.I
S.Pd.I

PELATIHPRAMUKA
PRAMUKA
PELATIH
1. Reni Nuryani, S.Pd
1. Reni Nuryani, S.Pd
2.2.Deti
DetiNurdianti,
Nurdianti,S.Pd
S.Pd

SIEPEMBANTU
PEMBANTUUMUM
UMUM SIEKESEHATAN
KESEHATAN
SIE SIE
Muh. Rafa Wira Yuda
Muh. Rafa Wira Yuda
Yola Devina
Yola Devina

SIEPERLENGKAPAN
PERLENGKAPAN SIEKEAMANAN
KEAMANAN
SIE SIE
Revaldi Muh. Azril
Revaldi Muh. Azril
Ega AfrisaPutri
PutriRR
Ega Afrisa

49
STRUKTUR ORGANISASI UKS
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PEMBINA KETUA
PEMBINA KETUA
Z. AKH. SYIS,S.Ag
S.Ag YATI ROHAYATI, S.Pd
Z. AKH. SYIS, YATI ROHAYATI, S.Pd
NIP.196812111994031007
196812111994031007 NIP.197612072005012005
197612072005012005
NIP. NIP.

SEKRETARIS BENDAHARA
SEKRETARIS BENDAHARA
KOKOM KOMARIAH,M.Pd
M.Pd ELIN NURAISYAH,S.Pd.I
S.Pd.I
KOKOM KOMARIAH, ELIN NURAISYAH,
NIP.197501022006042021
197501022006042021 NIP.196905122003122002
196905122003122002
NIP. NIP.
NIP
NIP

PENDIDIKANKESEHATAN
KESEHATAN PELAYANANKESEHATAN
KESEHATAN SANITASI
PENDIDIKAN PELAYANAN SANITASI
PUSKESMAS PUSKESMAS GURU
PUSKESMAS PUSKESMAS GURU

SISWA
SISWA

50
b). Analisis Lingkungan eksternal
(1) Kondisi Geogrfis
MIN 1 Kota Tasikmalaya berdiri di atas tanah datar yang berada
ditengah-tengah perkampungan dimana tempat rumah tinggal masyarakat
kampung Sumelap berada di sebelah utara dan selatan, disebelah barat
dihimpit dengan persawahan milik warga masyarakat sumelap, dan
disebelah timur terdapat jalan raya yang menghubungkan desa kota baru,
desa sumelap dan desa mugarsari.
Tak jauh dari MIN 1 kota Tasikmalaya di sebelah timur laut kurang
lebih 200 m terdapat pondok pesantren Bustanul Ulum, Pendidikan Anak
USia Dini (PAUD) Assalam, SMP plus Bustanul Ulum dan SMK Bustanul
Ulum, sedangkan di sebelah selatan kurang lebih 100 m terdapat Pondok
pesantren Al-Hikmah, Raudhatul Atfhal (RA) Al-Hikmah, Madrasah
Tsanawiyah Negeri 4 Tamansari, dan Madrasah Aliyah Informatika Al-
Hikmah.
Disebelah selatan kurang lebih 2 km berdiri Sekolah Dasar (SD) 1
Mugarsari. Jarak tempuh Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Tasikmalaya
ke kementerian agama kurang lebih 4 km, sedangkan jarak tempuh ke
pusat kota kurang lebih 5 km.

(2) Kondisi Sosiologis


Hubungan dan keterlibatan masyarakat dalam masalah pendidikan
yang diselenggarakan, MIN 1 Kota Tasikmalaya membentuk dan
memberdayakan organisasi komite madrasah. Jadi setiap penyelenggaraan
atau ada hal-hal yang dianggap penting mengenai pendidikan, pihak
madrasah selalu melibatkan komite madrasah yang dianggap sebagai wakil
dari para orang tua dan masyarakat, sehingga mereka ikut berperan dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan madrasah.
Selain itu, pihak MIN 1 Kota Tasikmalaya juga menjalin
hubungan baik dengan berbagai pihak baik instansi pemerintah seperti
Kementerian Agama Kota Tasikmalaya, Dinas pendidikan dan kebudayaan

51
kota Tasikmalaya, Pusat kesehatan masyarakat masyarakat, lembaga
pengembangan pendidikan taman kanak-kanak Al-Qur’an kota
Tasikmalaya dan Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Guru Madrasah Kota
Tasikmalaya atau wilayah kota Tasikmalaya yang dapat menunjang
peningkatan mutu pendidikan MIN 1 Kota Tasikmalaya.
MIN 1 Kota Tasikmalaya tidak akan berdiri dan berkembang tanpa
adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Hubungannya dengan
masyarakat disekitarnya sangatlah kondusif, baik hubungan secara
kedinasan maupun kekeluargaan, begitu juga hubungan emosional dengan
orang tua peserta didik berjalan dengan baik. Hubungan secara horizontal,
hubungan vertical berjalan sesuai kaidah kedinasan kemanusiaan dan
kemasyarakatan.
MIN 1 Kota Tasikmalaya bekerjasama sangat baik sampai saat ini
dengan :
a. Kantor Kementerian Agama
b. Yayasan
c. Komite Madrasah
d. Orang tua peserta didik
e. Masyarakat
f. Pemerintahan setempat

(3) Kondisi Demografi


 Sejarah berdirinya MIN 1 Kota Tasikmalaya
- Pada tanggal 04 Mei 1960 Madrasah Ibtidaiyah Didirikan Oleh
Sesepuh Pesantren Miftahul Huda dan yang ditunjuk Sebagai
pengelola adalah Syarifudin
- Pada tahun 1962 Madrasah Ibtidaiyah mulai menerima bantuan guru
yang diangkat oleh Pemerintah.
- Agar Lebih Strategis, Pada Tanggal 19 September 1969 Lokasi
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Dipindahkan Ke Pinggir Jalan Atas Jasanya
H. Aen Saleh (Dermawan).

52
- Pada tanggal 24 Oktober 1982 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Diserahkan
Kepada Bpk. H Muhtar Soepandi Hingga YPI Al-Hikmah pun
Didirikan Dengan SK. Notaris N0. 66 Tahun 1985.
- Yayasan Miftahul Huda Kemudian Diganti Menjadi Yayasan Al-
Hikmah, Hingga Sekarang
- SK Menteri Agama RI (KMA) No. 515 A Tanggal 25 Nopember
Tahun 1995 Madrasah Ibtidaiyah berubah menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Sumelap.
- SK Menteri Agama RI (KMA) No. 212 Tanggal 27 Juli 2015 MIN
Sumelap berubah menjadi MIN 1 Kota Tasikmalaya.

53
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN

A. Visi MIN 1 Kota Tasikmalaya


1. Visi Madrasah
” Mewujudkan Madrasah Ibtidaiyah sebagai pilihan umat yang
berakhlakul karimah dan siap untuk melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi ”.
2. Indikator – indikator Visi :
1) Terwujudnya pendidikan yang memiliki keunggulan kompetitif di
lingkungan Madrasah.
2) Terwujudnya pendidikan yang bermutu menghasilkan prestasi akademik
dan non akademik.
3) Terwujudnya sikap, budi pekerti yang luhur didasari iman dan taqwa
keteladanan dan profesionalisme.
4) Terwujudnya sikap kreatif, inovatif yang mampu bersaing di era
globalisasi.

B. Misi MIN 1 Kota Tasikmalaya


Sesuai dengan Visi di atas, Misi MIN 1 Kota Tasikmalaya adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatkan mekanisme kerja
2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
3. Meningkatkan pelaksanaan administrasi
4. Meningkatkan pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana
pendidikan
5. Meningkatkan kesejahteraan pegawai
6. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan evaluasi.

54
C. Tujuan Pendidikan
C.1. Tujuan Pendidikan dalam UUD 1945
1) Pasal 31 ayat 3
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu Sistem
pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang”.
2) Pasal 31 ayat 5
“Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjungjung tinggi nilai-nilai agamadan persatuan abngsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan ummat manusia”.

C.2 Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3


Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

C.3 Tujuan Pendidikan Nasional


Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan berbudi
pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri sehingga
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

55
C.4 Tujuan Pendidikan Dasar
1) Tujuan Pendidikan Dasar adalah Meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan Pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan Pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruanya.
C.5 Tujuan MIN 1 Kota Tasikmalaya dalam 5 Tahun
Tujuan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah adalah memberikan bekal
kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan mendidik siswa
menjadi manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia, sebagai muslim
yang menghayati dan mengamalkan agamanya, serta mempersiapkan
siswa untuk mengikuti pendidikan madrasah Tsanawiyah atau sekolah
lanjutan tingkat pertama.

Mengacu pada visi dan misi madrasah, serta tujuan umum pendidikan
dasar, tujuan madrasah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah
sebagai berikut ini.
1. Meningkatkan madrasah yang berkualitas sebagai pilihan ummat.
2. Mampu melaksanakan syari’at Islam.
3. Memantapkan mekanisme kerja.
4. Meningkatkan SDM guru dan mengefektifkan belajar murid
5. Mampu melaksanakan KBM dan administrasi yang efektif dan
efisien.
6. Memelihara dan mengembangkan sarana dan prasarana
pendidikan.

56
.BAB III
MUATAN KURIKULER
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA

A. Struktur Kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten


kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten / mata pelajaran dalam
kurikulum, distribusi konten / mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban
belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta
didik. Struktur kurikulum juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian
konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan
untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam
pelajaran per semester. Struktur kurikulum adalah gambaran mengenai
penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang peserta didik dalam
menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan.
A.1 Struktur Kurikulum Menggunakan Kurikulum 2013
Struktur kurikulum di MIN 1 Kota Tasikmalaya Berdasarkan Permenag
No 912 Tahun 2013, SK Dirjen No. 2676 Tahun 2013 dan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional pendidikan
memuat 13 mata pelajaran wajib, muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri dengan rincian kurikulum sebagai berikut :

57
Tabel 3.1
Struktur Kurikulum 2013 Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
Kelompok A I II III IV V VI
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
a.Qur’an Hadist 2 2 2 2 2 2
b.Akidah Ahlak 2 2 2 2 2 2
c.Fikih 2 2 2 2 2 2
d.Sejarah Kebudayaan Islam - - 2 2 2 2
2. Pendidikan Pancasila dan 5 5 6 5 5 5
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2
5. Matematika 5 6 6 6 6 6
6. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
7. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 3 3 3 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 3 3 3 4 4 4
Kesehatan
Kelompok C
1. Bahasa Daerah 2 2 2 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu perminggu 34 36 40 43 43 43

Keterangan :
1) Mata pelajaran kelompok A
merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya
dikembangkan oleh pusat yang terdiri dari 10 mata pelajaran.
2) Mata pelajaran kelompok B
merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya
dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
3) Mata pelajaran kelompok C
dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.
4) Satu jam pelajaran beban
belajar tatap muka adalah 35 menit

58
5) Beban belajar penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri, paling banyak 50 % dari waktu kegiatan tatap
muka mata pelajaran yang bersangkutan.
6) Satuan pendidikan dapat
menambah beban belajar perminggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta
didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya dan faktor lain yang
dianggap penting, namun yang diperhitungkan pemerintah maksimal 2 (dua)
jam/minggu.
7) Untuk mata Pelajaran Seni
Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain kegiatan
intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum di atas,
terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler. Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota
Tasikmalaya Kegiatan ekstrakurikuler wajib adalah pramuka.
8) Kegiatan ekstrakurikuler
yaitu pramuka, Unit Kesehatan Madrasah, Marching Band adalah dalam
rangka mendukung pembentukan kepribadian, kepemimpinan, sikap sosial
pesrta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Di samping itu juga dapat
dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis
pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya
dalam ranah konkret. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat
dirancang sebagai pendukung kegiatan kuikuler.
9) Bahasa Daerah sebagai
muatan lokal di MI Negeri 1 Kota Tasikmalaya diajarkan secara terintegrasi
dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Satuan pendidikan dapat
menambah jam pelajaran per minggu berdasarkan pertimbangan kebutuhan
belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya dan faktor
lain yang dianggap penting.

*) Kegiatan ekstra kurikuler Pramuka dilaksanakan pada hari jum’at, BTQ pada
hari Jum’at sedangkan kegiatan Marching Band dilaksanakan setiap hari Sabtu
pada pukul 16.00 s/d selesai.

59
B. Muatan Kurikulum
Muatan kurikulum merupakan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran ditungkan dalam kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik sesuai dengan beban Kompetensi inti Madrasah
Ibtidaiyah (MI) yang merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah.
Muatan Kurikulum 2013 MIN 1 Kota Tasikmalaya meliputi sejumlah
mata pelajaran yang kedalamanya merupakan beban belajar bagi siswa pada
satuan pendidikan. Muatan Kurikulum memuat sejumlah mata pelajaran dan
muatan lokal serta kegiatan pengembangan diri yang tidak termasuk kepada
struktur kurikulum dan diberikan di luar tatap muka. Di samping itu materi
muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi
kurikulum.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Satandar
Nasional Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada
setiap satuan pendidikan diuntungkan dalam kompetensi pada setiap tingkat
dan semester sesuai dengan Satandar Nasional Pendidikan. Kompetensi yang
dimaksud terdiri atas kompetensi dasar dan kompensi inti.
Muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum nasional, muatan
kurikulum pada tingkat daerah/ muatan lokal, dan muatan kekhasan satuan
pendidikan. Muatan Kurikulum di MIN 1 Kota Tasikmalaya disusun
berdasarkan peraturan tentang muatan nasional, muatan daerah, dan muatan
kekhasan madrasah.
Muatan Kurikulum pendidikan di MI Negeri 1 Kota Tasikmalaya
terdiri dari 3 kelompok, yaitu kelompok A, B dan C. kelompok A terdiri dari
pelajaran wajib, kelompok B terdiri dari 2 mata pelajaran dan kelompok C
terdiri dari mata pelajaran muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri.

60
Pada Kurikulum 2013 kompetensi dasar mata pelajaran berfungsi
untuk membentuk Kompetensi Inti. Kedudukan SKL, KI, dan KD mata
pelajaran pada Kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya mengikuti Permendikbud
No. 24 Tahun 2016 untuk mata pelajaran umum kelas 1, 2, 4 dan 5,
Permendikbud No. 57 Tahun 2014 untuk mata pelajaran umum kelas 3 dan 5,
PMA No 165 Tahun 2014 untuk mata pelajaran Agama, Pergub no 69 tahun
2013 untuk mata pelajaran muatan lokal dan ekstrakurikuler mengikuti
permendikbud nomor 62 Tahun 2014.
Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi,
Kompetensi Inti juga memiliki multidimensi. Untuk kemudahan
operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua.
Pertama, sikap spiritual yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional
membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa. Kedua, sikap sosial yang
terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang
berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk
melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran
yang relevan. Dalam hal ini mata pelajaran diposisikan sebagai sumber
kompetensi. Apapun yang diajarkan pada mata pelajaran tertentu pada suatu
jenjang kelas tertentu hasil akhirnya adalah Kompetensi Inti yang harus
dimiliki oleh peserta didik pada jenjang kelas tersebut. Tiap mata pelajaran
harus mengacu pada Kompetensi Inti yang telah dirumuskan. Karena itu,
semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada kelas tersebut harus
berkontribusi terhadap pembentukan Kompetensi Inti.
Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap mata pelajaran apa yang
dapat dikontribusikannya dalam membentuk kompetensi yang diharapkan
dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi Inti adalah pengikat berbagai
kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata
pelajaran serta berfungsi sebagai integrator horizontal antar mata pelajaran.
Pada setiap tingkat kelas, kompetensi inti dirancang untuk setiap
kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horizontal sebagai kompetensi

61
dasar antar mata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga, selain itu
sonkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang
sama pada kelas yang berbeda dapat terjaga pula.
Rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi sebagai berikut :
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap Sosial.

Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan


percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.

Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,


melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah

4) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti Keterampilan.

Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
Uraian tentang kompetensi inti untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Kompetensi Inti Madrasah Ibtidaiyah (MI)

A. Kompetensi Inti untuk kelas 1 s/d 3


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS I KELAS 2 KELAS 3
1. Menerima dan 1. Menerima dan 1. Menerima dan
menjalankan ajaran menjalankan ajaran menjalankan ajaran
agama yang agama yang dianutnya agama yang
dianutnya dianutnya

62
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS I KELAS 2 KELAS 3
2. Memiliki perilaku 2. Menunjukkan perilaku 2. Menunjukkan
jujur, disiplin, jujur, disiplin, tanggung perilaku jujur,
tanggung jawab, jawab, santun, peduli, disiplin, tanggung
santun, peduli, dan dan percaya diri dalam jawab, santun,
percaya diri dalam berinteraksi dengan peduli, dan percaya
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan diri dalam
keluarga, teman, dan guru berinteraksi dengan
guru keluarga, teman,
guru dan
tetangganya

3. Memahami 3. Memahami pengetahuan 3. Memahami


pengetahuan faktual faktual dengan cara pengetahuan faktual
dengan cara mengamati [mendengar, dengan cara
mengamati melihat, membaca] dan mengamati
[mendengar, menanya berdasarkan [mendengar,
melihat, membaca] rasa ingin tahu tentang melihat, membaca]
dan menanya dirinya, makhluk dan menanya
berdasarkan rasa ciptaan Tuhan dan berdasarkan rasa
ingin tahu tentang kegiatannya, dan ingin tahu tentang
dirinya, makhluk benda-benda yang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan dijumpainya di rumah ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan dan di sekolah kegiatannya, dan
benda-benda yang benda-benda yang
dijumpainya di dijumpainya di
rumah dan di rumah dan di
sekolah sekolah

4. Menyajikan 4. Menyajikan 4. Menyajikan


pengetahuan faktual pengetahuan faktual pengetahuan faktual
dalam bahasa yang dalam bahasa yang jelas dalam bahasa yang
jelas dan logis, dan logis, dalam karya jelas, sistematis dan
dalam karya yang yang estetis, dalam logis, dalam karya
estetis, dalam gerakan yang yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku tindakan yang
mencerminkan anak beriman dan mencerminkan
perilaku anak berakhlak mulia perilaku anak
beriman dan beriman dan
berakhlak mulia berakhlak mulia

63
B. Kompetensi Inti untuk kelas 4 s/d 6

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS 4 KELAS 5 KELAS 6
1. Menerima dan 1. Menerima dan 1. Menerima dan
menjalankan ajaran menjalankan ajaran menjalankan ajaran
agama yang agama yang dianutnya agama yang dianutnya
dianutnya.

2. Memiliki perilaku 2. Menunjukkan perilaku 2. Menunjukkan perilaku


jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
tanggung jawab, tanggung jawab, tanggung jawab,
santun, peduli, dan santun, peduli, dan santun, peduli, dan
percaya diri dalam percaya diri dalam percaya diri dalam
berinteraksi dengan berinteraksi dengan berinteraksi dengan
keluarga, teman, dan keluarga, teman, dan keluarga, teman, guru
guru dan tetangganya guru dan tetangganya dan tetangganya serta
serta cinta tanah air. cinta tanah air

3. Memahami 3. Memahami 3. Memahami


pengetahuan faktual pengetahuan faktual pengetahuan faktual
dengan cara dan konseptual dengan dengan cara
mengamati dan cara mengamati, mengamati dan
menanya menanya dan mencoba menanya berdasarkan
berdasarkan rasa berdasarkan rasa ingin rasa ingin tahu
ingin tahu tentang tahu tentang dirinya, tentang dirinya,
dirinya, makhluk makhluk ciptaan makhluk ciptaan
ciptaan Tuhan dan Tuhan dan Tuhan dan
kegiatannya, dan kegiatannya, dan kegiatannya, dan
benda-benda yang benda-benda yang benda-benda yang
dijumpainya di dijumpainya di rumah, dijumpainya di
rumah, di sekolah di sekolah dan di rumah, di sekolah dan
dan di tempat tempat bermain. di tempat bermain.
bermain.

4. Menyajikan 4. Menyajikan 4. Menyajikan


pengetahuan faktual pengetahuan factual pengetahuan faktual
dalam bahasa yang dan konseptual dalam dan konseptual dalam
jelas dan logis, bahasa yang jelas, bahasa yang jelas,
dalam karya yang logis, dan kritis, dalam sistematis, logis dan
estetis, dalam karya yang estetis, kritis dalam karya
gerakan yang dalam gerakan yang yang estetis, dalam
mencerminkan anak mencerminkan anak gerakan yang
sehat, dan dalam sehat, dan dalam mencerminkan anak
tindakan yang tindakan yang sehat, dan dalam

64
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS 4 KELAS 5 KELAS 6
mencerminkan mencerminkan tindakan yang
perilaku anak perilaku anak beriman mencerminkan
beriman dan dan berakhlak mulia perilaku anak
berakhlak mulia beriman dan
berakhlak mulia

D. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran


Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti. Rumusan
Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan
kemampuan peserta didik dan kekhasan masing-masing mata pelajaran.

Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan


kompetensi Inti sebagai berikut :
1) Kelompok 1 : Kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1
2) Kelompok 2 : Kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2
3) Kelompok 3 : Kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3
4) Kelompok 4 : Kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4
Pengelompokkan kompetensi dasar seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1) Kompetensi Dasar Kelas
1. Pendidikan Agama Islam
A. Al-Qur’an Hadits
Kelas I Semester Ganjil
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menyadari bahwa membaca Al
ajaran agama yang dianutnya. Qur’an harus dengan benar
dan baik sesuai kaidah ilmu
tajwid
1.2 Menerima Q.S. al-Fatihah (1),
an- Nas (114), al-Falaq (113),
al-Ikhlas (112), dan al-Lahab

65
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
(111) sebagai firman Allah swt.

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa membaca Al Qur’an


disiplin, tanggung jawab, dengan benar dan baik sesuai
santun, peduli, dan percaya kaidah ilmu tajwid dalam
diri dalam berinteraksi kehidupan sehari-hari
dengan keluarga, teman, 2.2 Terbiasa mengamalkan
dan guru. kandungan Q.S. al-Fatihah
(1), an-Nas (114), al-Falaq
(113), al-Ikhlas (112), dan al-
Lahab (111) dalam kehidupan
sehari-hari

3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengetahui huruf-huru


faktual dengan cara mengamati hijaiyah dan tanda bacanya
(mendengar, melihat, membaca) (fathah, kasrah, dan damah)
dan menanya berdasarkan rasa 3.2 Mengenal Q.S. al-Fatihah (1),
ingin tahu tentang dirinya, an-Nas (114), al-Falaq (113),
makhluk ciptaan Tuhan al-Ikhlas (112), dan al-Lahab
dan kegiatannya, dan (111)
benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan
di madrasah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual 4.1 Membaca huruf-huruf hijaiyah


dalam bahasa yang jelas dan sesuai makhraj dan tand
logis, dalam karya yang estetis, bacanya (fathah, kasrah, dan
dalam gerakan yang damah)
mencerminkan anak sehat, dan 4.2 Menghafalkan Q.S. al-Fatihah
dalam tindakan yang (1), an-Nas (114), al-Falaq
mencerminkan perilaku anak (113), al-Ikhlas (112), dan al-
beriman dan berakhlak mulia. Lahab (111) secara benar

KELAS I SEMESTER GENAP

Kompetensi Inti Kompetensi dasar


1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menyadari bahwa membaca al
ajaran agama yang dianutnya. Qur’an harus dengan benar dan
baik sesuai kaidah ilmu tajwid

1.2 Menerima Q.S. an-Nasr (110)


dan Quraisy (106) sebagai
firman Allah swt.

66
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1.3 Meyakini kebersihan sebagian
dari iman

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Membiasakan membaca huruf-


disiplin, tanggung jawab, huruf Hijaiyah sesuai mahraj
santun, peduli, dan percaya dan tanda bacanya
diri dalam berinteraksi 2.2 Terbiasa mengamalkan
dengan keluarga, teman, kandungan ayat-ayat al-Qur’an
dan guru. khususnya Q.S. an-Nasr (110)
dan Quraisy (106)
2.3 Terbiasa berperilaku bersih
dalam kehidupan sehari-hari
sebagai implementasi mengenai
hadis tentang kebersihan

3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengetahui huruf-huruf hijaiyah


faktual dengan cara mengamati dan tanda bacanya (fathatain,
(mendengar, melihat, kasratain, damatain, sukun dan
membaca) dan menanya tasydid)
berdasarkan rasa 3.2 Mengenal Q.S. an-Nasr (110)
ingin tahu tentang dirinya, dan Quraisy (106)
makhluk ciptaan Tuhan 3.3 Memahami arti dan isi
dan kegiatannya, dan kandungan hadis tentang
benda-benda yang kebersihan secara sederhana
dijumpainya di rumah dan riwayat Muslim dari Abu Malik
di madrasah. al-Asy’ari
(‫)الطهور شطر ال ػم ياف‬
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Membaca huruf-huruf hijaiyah
faktual dalam bahasa yang sesuai mahraj dan tanda bacanya
jelas dan logis, dalam karya (fathatain, kasratain, damatain,
yang estetis, dalam gerakan sukun dan tasydid)
yang mencerminkan anak 4.2 Menghafalkan Q.S. an-Nasr
sehat, dan dalam tindakan (110) dan Quraisy (106) secara
yang mencerminkan perilaku benar
anak beriman dan berakhlak 4.3 Menghafalkan hadis tentang
mulia. kebersihan riwayat Muslim dari
Abu Malik al-Asy’ari
(‫)الطهورشطرال ػم ياف‬
Kelas II Semester Ganjil

Kompetensi Inti Kompetensi dasar


1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menerima ketentuan cara

67
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
ajaran agama yang dianutnya. menulis huruf-huruf hijaiyah
sesuai kaidah ilmu tajwid
1.2 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dengan benar dan
baik sesuai kaidah ilmu tajwid
1.3 Menerima Q.S. al-Kautsar (108)
dan al- Kafirun (109) sebagai
firman Allah swt.
1.4 Meyakini keutamaan orang yang
mempelajari dan mengajarkan
al-Qur’an

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa bersikap rajin, rapi dan


disiplin, tanggung jawab, kreatif sebagai implementasi
santun, peduli, dan percaya dari pemahaman terhadap cara
diri dalam berinteraksi menulis huruf-huruf hijaiyah
dengan keluarga, teman, secara terpisah dan bersambung
dan guru. 2.2 Terbiasa membaca al Qur’an
secara benar sesuai dengan
hukum bacaan gunnah
2.3 Terbiasa mengamalkan
kandungan QS. al-Kautsar (108)
dan al- Kafirun (109) dalam
kehidupan sehari-hari
2.4 Memiliki kemauan untuk belajar
dan mengajarkan al-Qur’an
sebagai implementasi dari
pemahaman mengenai hadis
tentang keutamaan belajar al-
Qur’an

3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengetahui penulisan huruf-


faktual dengan cara mengamati huruf hijaiyah secara terpisah
(mendengar, melihat, dan bersambung
membaca) dan menanya 3.2 Memahami hukum bacaan
berdasarkan rasa gunnah
ingin tahu tentang dirinya, 3.3 Mengenal Q.S. al-Kautsar (108)
makhluk ciptaan Tuhan dan al- Kafirun (109)
dan kegiatannya, dan 3.4 Memahami arti dan isi
benda-benda yang kandungan hadis tentang
dijumpainya di rumah dan keutamaan belajar al-Qur’an
di madrasah. riwayat al-Bukhari dari Usman
bin Affan
(‫)ختتكَم من تعلم القرآف وعلمه‬

68
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menulis huruf-huruf hijaiyah
faktual dalam bahasa yang secara terpisah dan bersambung
jelas dan logis, dalam karya 4.2 Mendemonstrasikan hukum
yang estetis, dalam gerakan bacaan gunnah.
yang mencerminkan anak 4.3 Menghafalkan Q.S. al-Kautsar
sehat, dan dalam tindakan (108) dan al- Kafirun (109)
yang mencerminkan perilaku secara benar dan fasih
anak beriman dan berakhlak 4.4 Menghafalkan hadis tentang
mulia. keutamaan belajar Al-Qur’an
riwayat al-Bukhari dari Usman
bin Affan
(‫)ختتكَم من تعلم القرآف وعلمه‬

Kelas II Semester Genap

Kompetensi Inti Kompetensi dasar


1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menerima Q.S. al-Ma’un (107),
ajaran agama yang dianutnya. al-Fil (105), al-‘Asr (103), dan
al-Qadr (97) sebagai firman
Allah swt.
1.2 Menyadari bahwa membaca Al
Qur’an harus dengan benar dan
baik sesuai kaidah ilmu tajwid
1.3 Meyakini bahwa keridaan Allah
tergantung pada keridaan kedua
orang tua

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan


disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S. al-Ma’un (107),
santun, peduli, dan percaya al-Fil (105), al-‘Asr (103), dan
diri dalam berinteraksi al-Qadr (97) dalam kehidupan
dengan keluarga, teman, sehari-hari
dan guru. 2.2 Terbiasa membaca al-Qur’an
dengan benar sebagai
implementasi pemahaman
terhadap hukum bacaan Al-
Qamariyah dan al-Syamsiyah

2.3 Memiliki perilaku hormat


kepada orang tua sebagai
implementasi dari pemahaman
mengenai hadis tentang hormat
kepada orang tua

69
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengenal Q.S. al-Ma’un (107),
faktual dengan cara mengamati al-Fil (105), al-‘Asr (103), dan
(mendengar, melihat, al-Qadr (97)
membaca) dan menanya 3.2 Memahami hukum bacaan Al-
berdasarkan rasa Qamariyah dan Al-Syamsiyah
ingin tahu tentang dirinya, 3.3 Memahami arti dan isi
makhluk ciptaan Tuhan kandungan hadis tentang hormat
dan kegiatannya, dan kepada orang tua riwayat at-
benda-benda yang Tirmizi dari Abdullah bin Umar
dijumpainya di rumah dan (‫ ررااات في ررا الوالدين‬.…)
di madrasah.
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menghafalkan Q.S. al-Ma’un
faktual dalam bahasa yang (107), al-Fil (105), al-‘Asr
jelas dan logis, dalam karya (103), dan al-Qadr (97) secara
yang estetis, dalam gerakan benar
yang mencerminkan anak 4.2 Mendemonstrasikan hukum
sehat, dan dalam tindakan bacaan Al-Qamariyah dan Al-
yang mencerminkan perilaku Syamsiyah
anak beriman dan berakhlak 4.3 Menghafalkan hadis tentang
mulia. hormat kepada orang tua riwayat
Tirmizi dari Abdullah bin Umar
(‫ ررااات في ررا الوالدين‬.…)

Kelas III Semester Ganjil


Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menerima Q.S. al-Humazah
ajaran agama yang dianutnya. (104), at-Takasur (102), dan az-
Zalzalah (99) sebagai firman
Allah swt.
1.2 Menyadari bahwa membaca Al
Qur’an harus dengan benar dan
baik sesuai kaidah ilmu tajwid
1.3 Meyakini bahwa shalat
berjamaah lebih utama daripada
shalat sendirian
2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan
disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S. al-Humazah
santun, peduli, dan percaya (104), at-Takasur (102), dan az-
diri dalam berinteraksi Zalzalah (99) dalam kehidupan
dengan keluarga, teman, sehari-hari
dan guru. 2.2 Membiasakan diri membaca al
Qur’an sesuai dengan kaidah
ilmu tajwid

70
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
2.3 Terbiasa melaksanakan shalat
Berjamaah

3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengenal Q.S. al-Humazah


faktual dengan cara mengamati (104), at-Takasur (102), dan az-
(mendengar, melihat, Zalzalah (99)
membaca) dan menanya 3.2 Memahami hukum bacaan
berdasarkan rasa Qalqalah
ingin tahu tentang dirinya, 3.3 Memahami arti dan isi
makhluk ciptaan Tuhan kandungan hadis tentang shalat
dan kegiatannya, dan berjamaah riwayat al-Bukhari,
benda-benda yang Muslim, at-Tirmizi, an-Nasai,
dijumpainya di rumah dan Ibnu Majah, dan Ahmad dari
di madrasah. Ibnu Umar
(‫صلةا الجماعة أفضل‬.…)

4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menghafalkan Q.S. al-Humazah


faktual dalam bahasa yang (104), at-Takasur (102), dan az-
jelas dan logis, dalam karya Zalzalah (99) secara benar dan
yang estetis, dalam gerakan fasih
yang mencerminkan anak 4.2 Mendemonstrasikan hukum
sehat, dan dalam tindakan bacaan Qalqalah
yang mencerminkan perilaku 4.3 Menghafalkan hadis tentang
anak beriman dan berakhlak shalat berjamaah riwayat al-
mulia. Bukhari, Muslim, at-Tirmizi, an-
Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad
dari Ibnu Umar
(‫صلةا الجماعة أفضل‬.…)

Kelas III Semester Genap


Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menerima Q.S. al-Qari‘ah (101)
ajaran agama yang dianutnya. dan at-Tin (95) sebagai firman
Allah swt.
1.2 Menghayati kandungan Q.S. al-
Fatihah (1) dan al-Ikhlas (112)
1.3 Menyadari bahwa sesama

71
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
mukmin adalah bersaudara

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan


disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S al-Qari‘ah (101)
santun, peduli, dan percaya dan at-Tin (95) dalam kehidupan
diri dalam berinteraksi sehari-hari
dengan keluarga, teman, 2.2 Menunjukkan perilaku positif
dan guru. keluarga, teman, guru dan
tetangganya. sesuai isi
kandungan Q.S. al-Fatihah (1)
dan al-Ikhlas (112) dalam
kehidupan sehari-hari
2.3 Membiasakan perilaku saling
menyayangi sesama mukmin
sebagai implementasi dari
pemahaman mengenai hadis
tentang persaudaraan

3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengenal Q.S. al-Qari‘ah (101)


faktual dengan cara mengamati dan at-Tin (95)
(mendengar, melihat, 3.2 Memahami arti dan isi
membaca) dan menanya kandungan Q.S. al-Fatihah (1)
berdasarkan rasa dan al-Ikhlas (112)
ingin tahu tentang dirinya, 3.3 Memahami arti dan isi
makhluk ciptaan Tuhan kandungan hadis tentang
dan kegiatannya, dan persaudaraan riwayat al-Bukhari
benda-benda yang Muslim dari Abu Musa
dijumpainya di rumah dan (‫)الدؤمن للمؤمن كالبنياف‬
di madrasah.
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menghafalkan Q.S. al-Qari‘ah
faktual dalam bahasa yang (101) dan at-Tin (95)
jelas dan logis, dalam karya 4.2 Menulis lafal Q.S. al-Fatihah (1)
yang estetis, dalam gerakan dan al-Ikhlas (112) dengan
yang mencerminkan anak benar
sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku 4.3 Menghafalkan hadis tentang
anak beriman dan berakhlak persaudaraan riwayat al-Bukhari
mulia. Muslim dari Abu Musa
(‫ الدؤمن للمؤمن كالبنياف‬.…)

Kelas IV Semester Ganjil

72
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menghayati ajaran yang
ajaran agama yang dianutnya. terkandung dalam Q.S. an-Nasr
(110) dan al-Kautsar (108).
1.2 Menerima Q.S. al-‘adiyat (100)
sebagai firman Allah swt.
1.3 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dilakukan dengan
benar dan baik
1.4 Meyakini bahwa niat
menentukan baik dan tidaknya
sebuah amal perbuatan
1.5 Menyadari bahwa taqwa adalah
kunci kebahagiaan

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan isi


disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S. an-Nasr (110)
santun, peduli, dan percaya dan al-Kautsar (108) dalam
diri dalam berinteraksi kehidupan sehari-hari
dengan keluarga, teman, 2.2 Terbiasa berperilaku positif
dan guru. sesuai dengan ajaran Q.S. al-
tetangganya. ‘Adiyat (100)
2.3 Membiasakan membaca al
Qur’an dengan baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari.
2.4 Terbiasa memiliki niat positif
sebagai implementasi dari
pemahaman hadis tentang niat.
2.5 Membiasakan perilaku takwa
dalam kehidupan sehari-hari
sebagai implementasi dari
pemahaman hadis tentang takwa

3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami arti dan isi


faktual dengan cara mengamati kandungan Q.S. an-Nasr (110)
dan menanya berdasarkan rasa dan al-Kautsar (108)
ingin tahu tentang dirinya, 3.2 Mengenal Q.S. al-‘adiyat (100)
makhluk ciptaan Tuhan 3.3 Memahami hukum bacaan Izhar
dan kegiatannya, dan dan ikhfa’
benda-benda yang 3.4 Memahami arti dan isi
dijumpainya di rumah, di kandungan hadis tentang niat
sekolah dan tempat bermain. riwayat al-Bukhari dari Umar
bin Khattab
(‫ إ ػ فماالعماؿ بالنيات‬.…)
3.5 Memahami arti dan isi

73
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
kandungan hadis tentang takwa
riwayat at-Tirmizi dari Abu Zar
(‫اتق ااا حيثما كنت‬.…)
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menulis lafal Q.S. an-Nasr (110)
faktual dalam bahasa yang dan al-Kautsar (108) dengan
jelas, sistemaatis dan logis, benar
dalam karya yang estetis, 4.2 Menghafalkan Q.S. al-‘adiyat
dalam gerakan yang (100) secara benar dan fasih
mencerminkan anak sehat, dan 4.3 Mendemonstrasikan hukum
dalam tindakan yang bacaan Izhar dan ikhfa’
mencerminkan perilaku anak 4.4 Menghafalkan hadis tentang niat
beriman dan berakhlak mulia. riwayat al-Bukhari dari Umar
bin Khattab
(‫إ ػ فماالعماؿ بالنيات‬.…)
4.5 Menghafalkan hadis tentang
takwa riwayat at-Tirmizi dari
Abu Zar
(‫اتق ااا حيثما كنت‬.…)

Kelas IV Semester Genap


Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menghayati arti dan isi
ajaran agama yang dianutnya. kandungan Q.S. al-Lahab (111)
1.2 Menerima Q.S. al-Insyirah(94)
sebagai firman Allah swt.
1.3 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dilakukan dengan
benar dan baik
1.4 Menyadari bahwa silaturrahim
adalah perbuatan yang dicintai
Allah swt.
2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan isi
disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S. al-Lahab (111)
santun, peduli, dan percaya dalam kehidupan sehari-hari
diri dalam berinteraksi 2.2 Terbiasa berperilaku positif
dengan keluarga, teman, sesuai dengan Q.S. al- Insyirah
dan guru. (94)
2.3 Terbiasa membaca al Qur’an
dengan baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari
2.4 Membiasakan perilaku gemar
bersilaturahim sebagai

74
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
implementasi dari pemahaman
hadis tentang silaturrahim

3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami arti dan isi


faktual dengan cara mengamati kandungan Q.S. al-Lahab (111)
dan menanya berdasarkan rasa 3.2 Mengenal Q.S. al-Insyirah(94)
ingin tahu tentang dirinya, 3.3 Memahami hukum bacaan
makhluk ciptaan Tuhan idgam bigunnah, idgam
dan kegiatannya, dan bilagunnah, dan iqlab
benda-benda yang 3.4 Memahami arti dan isi
dijumpainya di rumah, di kandungan hadis tentang
sekolah dan tempat bermain. silaturrahim riwayat Bukhari
Muslim dari Anas
(‫من أحاح اف يبسط له فى رزقه‬.
…)
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menulis lafal Q.S. al-Lahab
faktual dalam bahasa yang (111) dengan benar
jelas, sistemaatis dan logis, 4.2 Menghafalkan Q.S. al-Insyirah
dalam karya yang estetis, (94) secara benar dan fasih
dalam gerakan yang 4.3 Mendemonstrasikan hukum
mencerminkan anak sehat, dan bacaan idgam bigunnah, idgam
dalam tindakan yang bilagunnah, dan iqlab
mencerminkan perilaku anak 4.4 Menghafalkan hadis tentang
beriman dan berakhlak mulia. silaturrahim riwayat al-Bukhari
Muslim dari Anas
(‫مففن أحففاح اف يبسففط لففه فففى‬
‫رزقه‬.…)
Kelas V Semester Ganjil
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menghayati kandungan Q.S. al-
ajaran agama yang dianutnya. Kafirun (109), al-Ma’un (107),
dan at-Takasur (102)
1.2 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dilakukan dengan
benar dan baik
1.3 Menyadari bahwa menyayangi
anak yatim adalah sikap yang
dicintai Allah dan Rasul-Nya

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan isi


disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S. al- Kafirun
santun, peduli, dan percaya (109), al-Ma’un (107), dan at
diri dalam berinteraksi Takasur (102)

75
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
dengan keluarga, teman, 2.2 Terbiasa membaca al Qur’an
dan guru. dengan baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari
2.3 Terbiasa berperilak menyayangi
anak yatim sebagai
implementasi dari pemahaman
hadis tentang menyayangi anak
yatim

3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami arti dan isi


faktual dan konseptual dengan kandungan Q.S. al- Kafirun
cara mengamati dan mencoba (109), al-Ma‘un (107), dan at-
berdasarkan rasa Takasur (102)
ingin tahu tentang dirinya, 3.2 Memahami hukum bacaan Mim
makhluk ciptaan Tuhan Mati (Idgam Mimi, Ikhfa’
dan kegiatannya, dan Syafawi,dan Izhar Syafawi)
benda-benda yang 3.3 Memahami arti dan isi
dijumpainya di rumah, di kandungan hadis tentang
sekolah dan tempat bermain. menyayangi anak yatim riwayat
Bukhari Muslim dari Sahl bin
Sa’ad
(‫أنا و كافل اليتيم فى الجنة‬.…)
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menulis lafal Q.S. al- Kafirun
faktual dan konsptual dalam (109), al-Ma‘un (107), dan at-
bahasa yang jelas, sistematis Takasur (102) dengan benar
dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang 4.2 Mendemonstrasikan hukum
mencerminkan anak sehat, dan bacaan Mim Mati (Idgam Mimi,
dalam tindakan yang Ikhfa’ Syafawi, dan Izhar
mencerminkan perilaku anak Syafawi)
beriman dan berakhlak mulia. 4.3 Menghafalkan hadis tentang
menyayangi anak yatim riwayat
al-Bukhari Muslim dari Sahl bin
Sa’ad
(‫أنا و كافل اليتيم فى الجنة‬.…)

Kelas V Semester Genap


Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menghayati nilai-nilai
ajaran agama yang dianutnya. kandungan Q.S. ad-Duha (93)
1.2 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dilakukan dengan

76
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
benar dan baik
1.3 Menyadari bahwa memberi dan
berbagi adalah perbuatan yang
dicintai oleh Allah swt.

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan isi


disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S. ad-Duha (93)
santun, peduli, dan percaya 2.2 Terbiasa membaca al Qur’an
diri dalam berinteraksi dengan baik dan benar dalam
dengan keluarga, teman, kehidupan sehari-hari
dan guru. 2.3 Membiasakan perilaku suka
memberi sebagai implementasi
dari pemahaman hadis tentang
keutamaan memberi

3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami arti dan isi


faktual dan konseptual dengan kandungan Q.S. ad-Duha (93)
cara mengamati dan mnecoba 3.2 Memahami hukum bacaan Mad
berdasarkan rasa gabi‘r dan Mad Far’i (Wajib
ingin tahu tentang dirinya, Muttasil dan Jaiz Munfasil)
makhluk ciptaan Tuhan 3.3 Memahami arti dan isi
dan kegiatannya, dan kandungan hadis tentang
benda-benda yang keutamaan memberi menurut
dijumpainya di rumah, di riwayat al-Bukhari Muslim dari
sekolah dan tempat bermain. Abdullah Ibnu Umar
‫اليد العليا خ ت‬
( ‫ت من اليد‬
‫السفلى‬....)
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menghafal Q.S. ad-Duha (93)
faktual dan konseptual dalam secara benar dan fasih
bahasa yang jelas, sistemaatis 4.2 Mendemonstrasikan hukum
dan logis, dalam karya yang bacaan Mad gabi‘r dan Mad
estetis, dalam gerakan yang Far’i (Wajib Muttasil dan Jaiz
mencerminkan anak sehat, dan Munfasil)
dalam tindakan yang 4.3 Menghafal hadis tentang
mencerminkan perilaku anak keutamaan memberi riwayat
beriman dan berakhlak mulia. Bukhari Muslim dari Abdullah
Ibnu Umar
‫اليفففد العليفففا خففف ت‬
(‫ت مفففن اليفففد‬
‫السفلى‬....(

Kelas VI Semester Ganjil

77
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menghayati nilai-nilai
ajaran agama yang dianutnya. kandungan Q.S. ad-Duha (93)
1.2 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dilakukan dengan
benar dan baik
1.3 Menyadari bahwa memberi dan
berbagi adalah perbuatan yang
dicintai oleh Allah swt.

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan isi


disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S. ad-Duha (93)
santun, peduli, dan percaya 2.2 Terbiasa membaca al Qur’an
diri dalam berinteraksi dengan baik dan benar dalam
dengan keluarga, teman, kehidupan sehari-hari
dan guru. 2.3 Membiasakan perilaku suka
memberi sebagai implementasi
dari pemahaman hadis tentang
keutamaan memberi.

3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami arti dan isi


faktual dan konseptual dengan kandungan Q.S. ad-Duha (93)
cara mengamati dan mencoba 3.2 Memahami hukum bacaan Mad
berdasarkan rasa gabi‘r dan Mad Far’i (Wajib
ingin tahu tentang dirinya, Muttasil dan Jaiz Munfasil)
makhluk ciptaan Tuhan 3.3 Memahami arti dan isi
dan kegiatannya, dan kandungan hadis tentang
benda-benda yang keutamaan memberi menurut
dijumpainya di rumah, di riwayat al-Bukhari Muslim dari
sekolah dan tempat bermain. Abdullah Ibnu Umar
‫اليد العليا خ ت‬
( ‫ت من اليد‬
‫السفلى‬....)
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menghafal Q.S. ad-Duha (93)
faktual dan konsptual dalam secara benar dan fasih
bahasa yang jelas, sistematis 4.2 Mendemonstrasikan hukum
dan logis, dalam karya yang bacaan Mad gabi‘r dan Mad
estetis, dalam gerakan yang Far’i (Wajib Muttasil dan Jaiz
mencerminkan anak sehat, dan Munfasil)
dalam tindakan yang 4.3 Menghafal hadis tentang
mencerminkan perilaku anak keutamaan memberi riwayat
beriman dan berakhlak mulia. Bukhari Muslim dari Abdullah
Ibnu Umar
‫اليفففد العليفففا خففف ت‬
(‫ت مفففن اليفففد‬

78
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
‫السفلى‬....)

Kelas VI Semester Genap


Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menerima Q.S. al-Bayyinah (98)
ajaran agama yang dianutnya. sebagai firman Allah swt.
1.2 Menyadari bahwa amal salih
akan mendekatkan seseorang
kepada Allah swt.

2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Terbiasa mengamalkan


disiplin, tanggung jawab, kandungan Q.S. al-Bayyinah
santun, peduli, dan percaya (98).
diri dalam berinteraksi 2.2 Memiliki perilaku suka beramal
dengan keluarga, teman, salih sebagai implementasi dari
dan guru. pemahaman hadis tentang amal
salih

3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengenal Q.S. al-Bayyinah (98)


faktual dan konseptual dengan 3.2 Memahami arti dan isi
cara mengamati dan mnecoba kandungan hadis tentang amal
berdasarkan rasa salih riwayat Muslim dari Abu
ingin tahu tentang dirinya, Hurairah
makhluk ciptaan Tuhan ( ‫إذا مات ابن آد انقطع عمله‬.
dan kegiatannya, dan
benda-benda yang …)
dijumpainya di rumah, di
sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menghafalkan Q.S. al-Bayyinah


faktual dan konseptual dalam (98)
bahasa yang jelas, sistemaatis 4.2 Menghafalkan hadis tentang
dan logis, dalam karya yang amal
estetis, dalam gerakan yang salih riwayat Muslim dari Abu
mencerminkan anak sehat, dan Hurairah
dalam tindakan yang (‫إذا مات ابن آد انقطع عمله‬.…
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.

Keterangan :
KI dan KD untuk mata pelajaran yang lain terlampir

79
2. Muatan Lokal dan Muatan Kekhasan Satuan Pendidikan
a. Rasional Dilaksanakan Muatan Lokal
Sejalan dengan Implementasi Kurikulum 2013 terdapat tiga
jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum
Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat
Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum
Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan
Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-
masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan
diberlakukan pada setiap jenjang sekolah
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda.
Selain disesuaikan dan didasarkan pada Struktur Kurikulum Tingkat
Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
didasarkan pada Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 69
Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal dan Bahasa Daerah
pada Jenjang pendidikan Dasar dan menengah.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda didasari pula
oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang
Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan
bahasa daerah, antara lain, Bahasa dan Sastra Sunda, diajarkan pada
pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa
UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945
yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3 - 8, yang
menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB,

80
SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan
lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang
“pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”.
Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan
70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di
antaranya menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat
secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya.
Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga
merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat.
Bahasa Sunda juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran di kelas-
kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran Bahasa Sunda diperkenalkan
kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, Bahasa Sunda sebagai salah satu
khasanah dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara
akan menjadi landasan bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh
karena itu, Bahasa Sunda harus diperkenalkan di Taman Kanak-kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar
(SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) /
Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) /
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / Madrasah Aliah (MA). Untuk
kepentingan itu, perlu disusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.
Pembelajaran Bahasa Sunda diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya dan Budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Sunda, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam
dirinya. Pembelajaran Bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan

81
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Sunda
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap budaya dan hasil karya Sastra Sunda.
Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa Sunda yang memiliki
kesamaan dengan kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap Bahasa dan Bastra Sunda. Kompetensi Inti ini menjadi dasar
bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional,
dan nasional. Secara substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang
sejalan dengan pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap
keagamaan (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk
menghasilkan manusia yang pengkuh agamana (spiritual quotient), (2)
sikap kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk menghasilkan manusia
yang jembar budayana (emotional quotient), (3) menguasai pengetahuan,
teknologi, dan seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia
yang luhung elmuna (intellectual quotient), dan (4) memiliki
keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk menghasilkan manusia yang
rancage gawena (actional quotient).
Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan
dari tujuan pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Mata Pelajaran
Bahasa Sunda ini, selaras dengan alasan pengembangan Kurikulum 2013,
diharapkan peserta didik memiliki:
1) Kemampuan berkomunikasi;
2) Kemampuan berpikir jernih dan kritis;

82
3) Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
4) Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;
5) Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan
yang berbeda;
6) Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal;
7) Minat yang luas dalam kehidupan;
8) Kesiapan untuk bekerja;
9) Kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan
10) Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Daerah
merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat
melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa
daerah diperkuat oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi sebagai berikut :
 Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi
bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan
fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan
perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan
budaya Indonesia.
 Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan
oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam
mengembangkan dan membina bahasa daerah, adanya kebijakan
kurikulum tingkat daerah, dan keberagaman pemerintah daerah dalam

83
menetapkan konten muatan lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan
pendidikan bahasa daerah tetap menjadi wewenang pemerintah daerah.
Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal untuk pendidikan bahasa
daerah dan pendidikan seni budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal
di wilayah Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan
sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya
wajib dicantumkan dalam buku rapor.

b. Jenis Muatan Lokal Yang Dikembangkan


Muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah provinsi
atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan/atau satuan
pendidikan dapat berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap keunggulan
dan kearifan daerah tempat tinggalnya yang menjadi:
1) bagian mata pelajaran kelompok B; dan/atau
2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok C sebagai mata
pelajaran muatan lokal dalam hal pengintegrasian tidak dapat
dilakukan.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian
dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi
mata pelajaran tersendiri. Muatan lokal yang dikembangkan di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Tasikmalaya bersifat mandiri yaitu : Bahasa
Daerah (Sunda) bagi kelas 1 sampai dengan kelas 6 dengan menggunakan
pergub no 69 tahun 2013.

84
c. Alokasi Waktu Muatan Lokal
Sesuai dengan bunyi pasal 5 ayat 1 Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor
69 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa Satuan Pendidikan di daerah
melaksanakan pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah paling sedikit 2
(dua) jam pelajaran setiap 1 (satu) minggu. Mengacu pada Peraturan
Gubernur no 69 Tahun 2013 maka diterapkanlah beban belajar untuk mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah 2 (dua jam) pelajaran setiap 1
(satu) minggu.

d. Strategi Pelaksanaan Muatan Lokal


Penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda didasari oleh Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa,
Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain,
Bahasa dan Sastra Sunda, diajarkan pada pendidikan dasar di Jawa Barat
dan Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-
Disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA. Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal
di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Pada tataran pelaksanaan proses pembelajaran Bahasa dan Sastra
Dearah mengacu pada pedoman penyelengaraan proses pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
mengasosiasi/ mengolah informasi, dan mengkomunikasikan untuk semua
mata pelajaran. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan
kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu,
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda juga diujikan dan nilainya
wajib dicantumkan dalam buku rapor.

85
Pengembangan mata pelajaran muatan nasional sesuai dengan
Permendikbud 57 Tahun 2014. satuan pendidikan dapat melaksanakan
muatan lokal baik terintegrasi dengan Seni Budaya dan Prakarya atau
dilaksanakan terpisah. Di MIN 1 Kota Tasikmalaya muatan lokal
dilaksanakan secara terpisah dengan mengambil jam pelajaran dari Seni
budaya dan prakarya 1 jam dan dari pendidikan jasmani 1 jam. Sehingga
jumlah jam untuk seni budaya dan pendidikan jasmani menjadi 3 jam.

Tujuan pembelajaran mulok Bahasa sunda


a. Tujuan secara umum adalah :
- Murid beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda.
- Murid menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa
daerah di Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian
besar masyarakatnya.
- Murid memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna, dan fungsi,
serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk
berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan keadaan).
b. Tujuan khusus mulok Bahasa Sunda adalah :
- Mengembangkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi
siswa dengan menggunakan Bahasa Sunda.
- Meningkatkan kepekaan dan penghayatan terhadap karya satra
Sunda.
- Memupuk tanggungjawab untuk melestarikan hasil kreasi budaya
Sunda sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional.

3. Kegiatan Pengembangan Diri


Pengembangan diri bukan merupakan Kegiatan yang harus diasuh oleh
guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
madrasah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh

86
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi dan kehidupan sosial belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Penilaian pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak
kuantitatif seperti pada mata pelajaran. Tahapan Kegiatan Pengembangan Diri
dilakukan dengan cara :
a. Identifikasi
 Daya dukung dan potensi
 Bakat dan minat siswa.

b. Pemetaan
 Jenis layanan pengembangan diri
 Petugas yang melayani
 Siswa yang dilayani
c. Program pencinta mata pelajaran dilakukan dengan cara penyusunan
Program (Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dikembangkan,
Materi Pokok, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian,
dan Sumber Belajar).
 Pelaksanaan ( Orentasi, pemantapan, pengembangan )
 Monitoring Pelaksanan
 Penilaian ( terjadwal, terstruktur, kualitatif )
 Analisis hasil penilaian (berbasis data, propesional, realitis, valid,
transparan dan akuntable)
 Pelaporan : Umum dalam format raport
Rinci dalam buku laporan pengembangan diri.
Adapun kegiatan-kegiatan pengembangan dapat dilakukan antara lain melalui :
a) Kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi, kehidupan social, belajar, dan pengembangan karier peserta
didik.

87
1. Tujuan Layanan.
Tujuan layanan bimbingan dan Konseling di sekolah untuk
membantu seluruh siswa mencapai tingkat perkembangan yang lebih
berarti baik bagi dirinya maupun lingkungannya, mengembangkan diri
dan mencapai pendidikan secara optimal. Adapun 10 tugas
perkembangan tersebut terdiri dari : Landasan Religius, Landasan
Prilaku Etis, Kematangan Emosional, Kematangan Intelektual,
Kesadaran Tanggung jawab, Peran sosial sebagai Pria atau Wanita,
Penerimaan diri dan Pengembangan, Kemandirian Prilaku Ekonomi,
Wawasan dan Persiapan Karir, dan Kematangan Hubungan Dengan
Teman Sebaya.
Tujuan layanan Bimbingan dan Konseling agar siswa :
a. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME
b. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam
peranannya sebagai pria dan wanita
c. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima
dalam kehidupan yang lebih luas
d. Mengenal kemampuan, bakat dan minat serta arah kecenderungan
karir dan apresiasi seni
e. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan atau berperan dalam
kehidupan di masyarakat
f. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan
mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi
g. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai
pribadi mandiri, anggota masyarakat dan warga negara
h. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis
terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri
Ruang lingkup pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi hal-hal
sebagai berikut :

88
1) Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi kegiatan dalam bentuk
jenis layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukungnya
secara terprogram yang direncanakan secara khusus dan diikuti oleh
siswa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadi mereka, meliputi
pengembangan :
a. kehidupan pribadi
b. kemampuan sosial
c. kemampuan belajar
d. wawasan dan perencanaan karir.
2) Pelayanan Bimbingan dan Konseling sebagai upaya pendidikan, memuat
materi pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu materi:
a. Ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Kejujuran
c. Kecerdasan
d. Ketangguhan
e. Kepedulian
3) Pelayanan Bimbingan dan Konseling secara khusus membantu
pengembangan arah peminatan siswa, yang meliputi peminatan:
a. Akademik
b. Kejuruan
c. Pilihan lintas minat atau pendalaman minat
d. Studi lanjut.
4) Pelayanan Bimbingan dan Konseling bekerjasama dengan berbagai
komponen yang terkait baik di dalam maupun di luar satuan pendidikan
dalam rangka menunjang kesuksesan siswa untuk mengembangkan diri
dan mencapai pendidikan secara optimal.

2. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling


Sepuluh jenis layanan dalam pelayanan BK, meliputi :
1) Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

89
membantu siswa/ sasaran layanan memahami lingkungan baru,
seperti lingkungan satuan pendidikan bagi siswa baru, dan obyek-
obyek yang p e r l u dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran di lingkungan baru yang
efektif dan berkarakter.
2) Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu siswa/sasaran layanan menerima dan memahami
berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan
pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang membantu siswa/sasaran layanan
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam
kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler secara terarah, objektif
dan bijak.
4) Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa/sasaran layanan menguasai
konten tgertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang
berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sesuai
dengan tuntutan karakter yang terpuji.
5) Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa/sasaran layanan dalam
mengentaskan masalah pribadinya melalui prosedur perorangan.
6) Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa/sasaran layayan dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan
belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang
terpuji melalui dinamika kelompok.
7) Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa/sasaran layanan dalam

90
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi sesuai dengan tuntutan
karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok.
8) Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu siswa/sasaran layanan dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara dan atau
perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai
dengan tuntutan karakter yang terpuji.
9) Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu siswa /sasaran layanan dalam menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan dengan pihak lain sesuai
dengan tuntutan karakter yang terpuji.
10) Layanan Advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu siswa/sasaran layana untuk memperoleh kembali
hak-hak dirinya yang tidak diperhatian dan atau mendapat
perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter yang
terpuji.
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di SD/MI adalah
disatukan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas beserta wali kelas
dengan beban kerja paling sedikit melaksanakan pembimbingan dengan
rasio 1 : 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun ajaran pada 1
(satu) atau lebih satuan.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan bimbingan dan konseling
Guru Bimbingan dan Konseling beserta wali kelas bekerja sama dengan
berbagai pihak di dalam dan di luar satuan pendidikan, dan orang tua
secara profesional dan proporsional.
Kerja sama tersebut di atas dalam rangka manajemen bimbingan
dan konseling yang menjadi bagian integral dari manajemen suatu
pendidikan secara menyeluruh

b) Kegiatan Ektrakurikuler

91
Pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas
ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan. Ragam kegiatan
ekstrakurikuler diuraikan berikut.
1) Ekstrakurikuler Wajib
Ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan pramuka. Kegiatan
ekstrakurikuler ini wajib diikuti siswa. Di samping itu siswa juga harus
mendapatkan nilai memuaskan pada setiap semester. Nilai
ekstrakurikuler wajib berpengaruh terhadap kenaikan kelas. Nilai di
bawah memuaskan dalam dua semester mengharuskan peserta didik
menempuh program khusus.
2) Ekstrakurikuler Pilihan
Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat
diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minat masing-
masing yang meliputi:
a. Ekstrakurikuler Olahraga
b. Ekstrakurikuler Bahasa Inggris
c. Ekstrakurikuler Kesenian
d. Ekstrakurikuler Pramuka
e. Ekstrakurikuler Keagamaan
f. Ekstrakurikuler UKS
g. Ekstrakurikuler Drum band
h. BTQ (Membaca dan Menulis Al-Quran)
Tujuannya adalah :
1. Peserta didik memiliki kemampuan membaca dan menulis Al
Qur’an.
2. Peserta didik menguasai ilmu tajwid
Pelaksanaan : Seni membaca dan menulis Al-Quran
dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 13.00
Sistem Penilaian : Bentuk Tagihan
a) membaca dan menulis Al Qur’an
b) menjawab pertanyaan tentang ilmu tajwid

92
c. Pembiasaan
Pembiasaan atau kegiatan pengembangan diri untuk penunjang
pembentukan sikap yang sudah menjadi pembiasaan setiap hari sebelum
atau sesudah kegiatan pembelajaran dilakukan dengan kegiatan berikut :
a. Pembiasaan Rutin untuk mendukung
pembentukan akhlak dan penanaman/ pengamalan ajaran Islam. Adapun
kegiatan pembiasaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pembiasaan disiplin Pelaksanaan upacara bendera setiap hari senin
pagi
2) Pembiasaan sholat berjamaah dzuhur
3) Pembiasaan CATUR PESONA (Budaya 4S = Salam, Sapa, Senyum
dan Silaturrahmi)
4) Pembiasaan mengaji Al-Qur’an (Tadarus) 10 menit sebelum KBM.
5) Pembiasaan Berdoa’a sebelum dan sesudah belajar.
6) Pembiasaan Sholat Dhuha
7) Pembiasaan Budaya bersih, sehat dan Lingkungan Nyaman.
8) Pembiasaan budaya dan minat baca di Perpustakaan.
9) Pembiasaan Membaca Asmaul Husna setiap hari sebelum belajar
10) Pembiasaan Pemeriksaan kesehatan badan (Kuku, Gigi, dll) setiap hari
senin setelah selesai upacara.
11) Pembiasaan Membaca surat Yaasin setiap hari jum’at.
12) Pembiasaan menabung dan bershadaqoh.

b. Pembiasaan Terprogram
1) Kegiatan Perayaan Hari besar islam (PHBI)
2) Pemahaman dan hafalan surat-surat pendek (Zuz 30)
3) Pembentukan cara berfikir dan sikap ilmiah.
4) Kegiatan pesantren kilat / peningkatan IMTAQ
5) Pekan Kreatifitas Seni dan Olah Raga antar Kelas (PORAK)
6) Sholat Dhuha dan Yaasin bersama

93
7) Kegiatan karya wisata
8) Kegiatan Bakti Sosial keagamaan
9) Kegiatan Qurban di sekolah
10) Mengadakan lomba-lomba.

c. Pembiasaan Spontan
1) Pembiasaan mengucapkan / memberi salam
2) Pembiasaan berdo’a / menjawab salam ketika bersin
3) Pembiasaan membuang sampah pada tempatnya
4) Pembiasaan sikap ramah dan memberi salam ketika bertemu
5) Pembiasaan hidup antri
6) Pembisaan kesetiakawanan sosial dan berjiwa sosial
7) Pembiasaan minta maaf dan berterima kasih
8) Penguatan ciri madrasah dengan implementasi akhlak islami
(bersalaman dan saling mendoakan) ketika bertemu atau berpisah

d. Pembiasaan keteladanan
1) Pembiasaan penampilan hidup sederhana
2) Pembiasaan berkata dan bertutur kata yang baik dan sopan
3) Pembiasaan tepat waktu dalam segala hal
4) Pembiasaan berpakaian rapi, bersih dan menarik
5) Pembiasaan hidup hemat dengan rajin menabung.
6) Penanaman Budaya Minat Baca
7) Penanaman Budaya K 7

d. Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme


1) Peringatan HUT RI
2) Peringatan Hari Pahlawan
3) Peringatan Hari Pendidikan
4) Peringatan Hari Kartini
5) Peringatan Hari Kebangkitan

94
e. Pekan Kreativitas Siswa
1) Festival Seni
2) Lomba Kelas
3) Pembinaan dan Bimbingan Peserta Lomba :
a. Aksioma
b. KSM
c. Siswa Berprestasi
d. Dokter Kecil
e. MTQ

4. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu
pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antar 0% s.d
100%. Kriteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing idikator adalah
75%. Madrasah harus menentukan kriteria ketuntasan belajar minimal dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa serta kemampuan
sumber daya pendukung dalam menyelenggarakan pembelajaran. Madrasah
secara bertahap dan berkelanjutan selalu mengusakan peningkatan kriteria
ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan belajar ideal.
a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan boleh menentukan KKM lebih dari KKM
nasional dengan terlebih dulu melakukan analisis atas tiga hal (intake,
kompleksitas KD, dan daya dukung) untuk KD-KD pada KI sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Kurikulum ini menerapkan sistem pembelajaran tuntas (mastery
learning). Artinya seluruh Indikator dari masing-masing Kompetensi Dasar
untuk seluruh mata pelajaran harus dicapai secara tuntas oleh peserta didik.
Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu

95
pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%
dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria:
1) Kompleksitas : - Tinggi = 50 - 64
- Sedang = 65 - 80
- Rendah = 81 - 100
2) Daya dukung : - Tinggi = 81 - 100
- Sedang = 65 - 80
- Rendah = 50 – 64
3) Intake : - Tinggi = 81 - 100
- Sedang = 65 – 80
- Rendah = 50 - 64
Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas sedang, daya dukung tinggi
dan intake sedang maka nilainya adalah rata-rata setiap nilai dari kriteria
yang kita tentukan. Dalam menentukan rentang nilai dan menentukan nilai
dari setiap kriteria perlu kesepakatan dalam forum musyawarah guru kelas
dan guru mata pelajaran di sekolah. Dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran, kriteria ketuntasan
minimal untuk masing-masing indikator ditetapkan 80%. Sekolah secara
bertahap dan berkelanjutan selalu mengusahakan peningkatan kriteria
ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Tabel 3.3
Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan MIN 1 Kota
Tasikmalaya Kompetensi pengetahuan dan keterampilan dengan katagori
sebagai berikut :

Mata Pelajaran Kelas/Nilai KKM


Kelompok A I II III IV V VI
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
a.Qur’an Hadist 70 70 70 75 75 75
b.Akidah Ahlak 70 70 70 75 75 75
c.Fikih 70 70 70 75 75 75
d.Sejarah Kebudayaan Islam 70 70 70 75 75 73
2. Pendidikan Pancasila dan 71 71 68 75 75 75

96
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 70 70 65 75 70 70
4. Bahasa Arab 70 70 64 75 75 70
5. Matematika 65 65 65 70 70 70
6. Ilmu Pengetahuan Alam - - 65 75 75 72
7. Ilmu Pengetahuan Sosial - - 70 74 75 70
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 70 70 70 74 78 75
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 70 70 70 75 75 74
Kesehatan
Kelompok C
1. Bahasa sunda 61 61 68 70 70 70
Jumlah Alokasi Waktu perminggu 34 36 40 43 43 43

b. Remedial dan Pengayaan


Satuan pendidikan ini menggunakan prinsip mastery learning
(ketuntasan belajar), ada perlakuan khusus untuk peserta didik yang belum
maupun sudah mencapai ketuntasan. Peserta didik yang belum mencapai KKM
harus mengikuti kegiatan remedial, sedangkan peserta didik yang sudah
mencapai KKM mengikuti kegiatan pengayaan.
Ketentuan tentang nilai hasil remedial bahwa nilai remedial sama
dengan KKM kecuali alasan khusus berdasarkan tinjauan rasional yang
dapat dipertanggungjawabkan terjadi pada peserta didik dapat melampaui
nilai KKM.
1) Program Remedial (Perbaikan)
a. Remedial wajib diikuti oleh peserta didik yang belum mencapai KKM
dalam setiap kompetensi dasar dan/atau indikator.
b. Kegiatan remedial dilaksanakan di dalam/di luar jam pembelajaran.
c. Kegiatan remedial meliputi remedial pembelajaran dan remedial
penilaian.
d. Penilaian dalam program remedial dapat berupa tes maupun nontes.
e. Kesempatan mengikuti kegiatan remedial.
f. Nilai remedial dapat melampaui KKM.
Untuk mata pelajaran yang belum tuntas pada semester berjalan, dituntaskan
melalui pembelajaran remedial sebelum memasuki semester berikutnya

97
a. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remedial individual sesuai
dengan kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai kurang
dari 7,00
b. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk melanjutkan
pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik yang memperoleh
nilai 7,00 atau lebih dari 7,00; dan
c. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai dengan
kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang
dari 7,00.
d. Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang
secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara
holistik (paling tidak oleh guru kelas. guru mata pelajaran, guru BK, dan
orang tua)

2) Program Pengayaan
a. Bagi peserta didik yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 7,00 (B) untuk kompetensi
pengetahuan dan keterampilan diberikan pengayaan
b. Pengayaan boleh diikuti oleh peserta didik yang telah mencapai KKM
dalam setiap kompetensi dasar.
c. Kegiatan pengayaan dilaksanakan di dalam/di luar jam pembelajaran.
d. Penilaian dalam program pengayaan dapat berupa tes maupun nontes.
Nilai pengayaan yang lebih tinggi dari nilai sebelumnya dapat
digunakan/ diperhitungkan.

5. Kenaikan Kelas Dan Kelulusan


a. Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan setiap tahun, Syarat kenaikan kelas minimal
sesuai dengan Model Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta Didik.
Kriteria kenaikan kelas ditentukan oleh satuan pendidikan, dengan
ketentuan sebagai berikut:

98
1) Siswa telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua
semester pada tahun pelajaran yang diikuti;
2) Siswa telah mencapai tingkat kompetensi pengetahuan (KI 3) dan
keterampilan (KI 4) yang dipersyaratkan, minimal sama dengan KKM,
yaitu (b-). (satuan pendidikan dapat menentukan kkm di atas ketentuan
minimal, b-);
3) Mencapai Nilai kompetensi sikap (KI 1 dan KI 2) untuk setiap mata
pelajaran sekurang-kurangnya baik (b);
4) Memiliki maksimal dua mata pelajaran yang masing-masing nilai
kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilannya di bawah
KKM;
5) Kehadiran siswa minimal 75% Ketidakhadiran siswa tanpa keterangan
maksimal 15% dari jumlah hari efektif;
6) Prilaku / sikap dengan kriteria baik, sesuai dengan ketentuan madrasah.
7) Tidak tersangkut perkelahian, tindak kriminal dan pengguna narkoba.
8) Berdasarkan hasil rapat pleno dewan guru.

b. Kelulusan
Kelulusan siswa dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan / dinyatakan
tuntas semua program pembelajaran dari kelas 1 s/d 6 Sesuai dengan
ketentuan PP.19/2005 Pasal 72 Ayat (1),siswa dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan dasar jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Siswa telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dengan
kriteria ketuntasan belajar minimal pada semua Kompetensi Dasar
(KD), Kompetensi Inti (KI) dan Indikator semua mata pelajaran.
2. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan.
3. Persentasi kehadiran minimal 75%
4. Lulus Ujian Madrasah

99
5. Tidak tersangkut perkelahian, tindak kriminal dan pengguna narkoba.
6. Berdasarkan rapat pleno dewan guru.

6. Mutasi atau Pindah Sekolah


MIN 1 Kota Tasikmalaya memfasilitasi adanya peserta didik yang pindah
sekolah, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Antara sekolah/madrasah pelaksana kurikulum 2013
b. Untuk pelaksanaan sekolah/madrasah lintas Provinsi/Kabupaten/Kota,
dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan dan Kemenag
Provinsi/Kabupaten/Kota setempat.
c. Sekolah/madrasah dapat menentukan persyaratan pindah/mutasi peserta
didik sesuai dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, antara
lain mencakup hal-hal berikut :
1) Menyesuaikan bentuk laporan hasil belajar siswa (LHBS) dari
sekolah/madrasah asal sesuai dengan bentuk raport yang digunakan di
sekolah/madrasah tujuan.
2) Melakukan tes matrikulasi bagi peserta didik pindahan.

7. Pendidikan Kecakapan Hidup


Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif menemukan solusi sehingga
akhirnya mempu mengatasinya. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup secara
Umum adalah : memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu
mengembangkan potensi siswa dalam menghadapi perannya di masa
mendatang secara menyeluruh.

100
Adapun tujuan khusus pendidikan kecakapan Hidup ( life Skill ) yang
dilaksanakan untuk menunjang masa depan dan keterampilan hidup siswa,
adalah sebagai berikut:
1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan berbagai masalah
2. Memberi wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik
3. Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
4. Memberikan kesempatan kepada madrasah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas
5. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan madrasah dan di
masyarakat.
Pendidikan kecakapan hidup yang diterapkan di MIN 1 Kota
Tasikmalaya adalah Baca Tulis Al-Quran (BTQ) yang mencakup seni baca
qiroatul qur’an (Tilawatil Qur’an, Murotal dan Fahmil Qur’an). Dalam upaya
menunjukkan kekhasan atau keunggulan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah
dianggap penting Baca Tulis Qur’an dijadikan sebagai sebuah pendidikan
kecakapan hidup yang lebih berorientasi pada kecakapan hidup yang islami.
Berikut adalah kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai dalam
kegiatan pembelajaran kecapan hidup.
Tabel 3.4
PROGRAM PEMBELAJARAN BTQ
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KELAS KOMPETENSI DASAR


I Mengenal Al Quran dan beberapa huruf Hijaiyyah (Iqra 1,4).
II Mengenal dan mampu membaca dan menulis Al Quran
(Iqra 5,6).
III Membaca lancar, fasih dan menulis Al Quran serta hafal
beberápa surat pendek Juz Amma minimal hafal 13 surat (Mulai
dari Surat At-Takatsur sampai Surat An-Naas
Membaca lancar, fasih dan menulis Al Quran serta hafal

101
KELAS KOMPETENSI DASAR
IV beberapa surat pendek Juz Amma
Membaca lancar, fasih dan menulis Al Quran serta hafal
V beberapa surat pendek Juz Amma.
Membaca sesuai tajwidz, menulis Al Quran dan menguasai
VI surat panjang Juz Amma.
Implementasi pendidikan kecakapan hidup dilakukan dengan
mengintegrasikan kecakapan personal, sosial dan akademik kedalam seluruh
mata pelajaran, muatan lokal atau pengembangan diri. Rincian dari kecakapan
hidup tersebut bisa di lihat pada tabel berikut :
Kecakapan
Kecakapan Personal Kecakapan Sosial
Akademik
 Berfifkir Kritis  Bekerja Sama  Menguasai
 Berfikir Logis  Mengendalikan Emosi pengetahuan
 Komitmen  Interaksi Dalam  Bersikap ilmiah
 Mandiri kelompok  Berfikir Strategis
 Percaya diri  Mengelola konflik  Berkomunikasi
 Tanggung Jawab  Berpartisipasi Ilmiah

 Menghargai dan  Membudayakan hidup  Merancang

menilai diri Sportif penelitian

 Menggali dan  Mendengar  Melaksanakan

mengolah Informasi  Berbicara penelitian

 Mengambil keputusan  Membaca  Mengguanakan

 Disiplin  Kecakapan menuliskan tekhnologi

 Membudayakan hidup pendapat  Bersikap kritis

Sehat  Bekerja sama dengan rasional

teman
 Kecakapan memimpin

8. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

102
Kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya telah memprogramkan pengembangan
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, yaitu pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan
lain-lain yang bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
Program tersebut dapat ditempuh dalam dua alternatif, yaitu sebagai berikut :
1) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian
dari semua mata pelajaran dan dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik MIN 1
Kota Tasikmalaya dari satuan pendidikan formal lain dan/atau non formal
yang bekerja sama dan bermitra dengan MIN 1 Kota Tasikmalaya.
Satuan pendidikan dapat memasukan potensi lokal untuk diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran tertentu sebagai sumber belajar. Keterampilan lokal dan
global di MIN 1 Kota Tasikmalaya untuk Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah
membuat Kerajinan dari barang bekas.
Tabel 3.5
PROGRAM KETERAMPILAN LOKAL DAN GLOBAL
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA

KELAS KOMPETENSI DASAR


 Memperkenalkan barang-barang bekas yang dapat digunakan
untuk membuat kerajinan seperti keresek bekas atau plastik bekas
 Mempersiapkan lidi untuk dijadikan tangkai
I
 Mempersiapkan benang wol untuk mengikat tangkainya
 Membentuk barang bekas dari keresek atau plastik bekas
tersebut menjadi setangkai bunga.
 Mengumpulkan barang-barang bekas seperti stik bekas ice
cream
 Membersihkan barang bekas tersebut
II
 Memberi lem pada stik tersebut
 Membentuk stik bekas ice cream tersebut menjadi sebuah
kerajinan seperti pigura.

103
KELAS KOMPETENSI DASAR
 Mengumpulkan barang-barang bekas seperti kaleng bekas
susu
III  Membersihkan barang bekas tersebut
 Membungkus barang bekas tersebut dengan kertas kado
 Memanfaatkan barang bekas tersebut menjadi tempat pensil
 Mengumpulkan barang-barang bekas yang ukuran kecil
seperti bekas mesin jam tangan atau mengumpulkan barang-
barang bekas dari bahan - bahan alam seperti cangkang/kulit telur,
biji-bijian, atau ranting pohon yang kering
IV
 Tempelkan barang-barang bekas tersebut sesuai dengan
sketsa yang direncanakan (Kolase).
 Setelah selesai kolase tersebut, dapat ditempelkan pada
dinding.
 Mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol minuman
plastik
 Mengecat botol minuman plastik itu dengan cat berwarna-
V
warni
 Menjadikan botol minuman plastik tersebut menjadi sebuah
pot gantung
 Mengumpulkan barang bekas seperti koran
 Melipat kertas koran menjadi ukuran kecil memanjang
 Membuat anyaman dari kertas koran yang sudah dilipat
VI memanjang
 Membentuk anyaman dari koran tersebut menjadi benda-
benda kerajinan seperti tempat sampah, tempat majalah, atau
tempat serba guna

104
BAB IV
PENGATURAN BEBAN BELAJAR

a. Beban Belajar

Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan


menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket
atau sisitem kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih berdasarkan jenjang
dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan.
Satuan pendidikan SD/MI/SDLB kategori standar menggunakan paket
atau dapat menggunakan sistem kredit semester. Sebagaimana yang diatur
dalam Permendikbud No 61 Tahun 2014 bahwa Beban belajar diatur pada
ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah.
Sistem paket merupakan sistem penyelenggaraan program pendidikan
yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran
dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan
struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap
mata pelajaran pada sisitem paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui
sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
tersetruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan dengan memeprhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Kegiatan

105
tatap muka merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik.
Selain jenis mata pelajaran yang diperlukan untuk membentuk
kompetensi, juga diperlukan beban belajar per minggu dan per semester atau
per tahun. Beban belajar ini kemudian didistribusikan ke berbagai mata
pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi yang diharapkan dapat dihasilkan
oleh tiap mata pelajaran. Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang
harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun
pembelajaran
Beban belajar dan struktur kurikulum yang digunakan di MIN 1 Kota
Tasikmalaya di Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat terinci dalam tabel berikut
ini
1) Beban belajar di Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran
per minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 34 jam pembelajaran.
b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 36 jam pembelajaran.
c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 40 jam pembelajaran.
d. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 43 jam
pembelajaran, durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
2) Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit
18 minggu dan paling banyak 20 minggu.
3) Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan
paling banyak 20 minggu.
4) Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan
paling banyak 16 minggu.
5) Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan
paling banyak 40 minggu.
Beban belajar secara keseluruhan di MI Negeri 1 Kota Tasikmalaya dapat
diuraikan lebih terinci pada tabel berikut :

106
Tabel 4.1
Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan MIN 1 Kota Tasikmalaya
Satu jam Minggu
Jumlah jam
pembelajaran Efektif per Waktu pembelajaran per
Kelas pembelajaran
tatap tahun tahun
Per Minggu
muka/menit ajaran
1.292 jam pembelajaran
1 35 34 38
(45.220 menit)
1.368 jam pembelajaran
2 35 36 38
(47.880 menit)
1.520 jam pembelajaran
3 35 40 38
(53.200 menit)
1.634 jam pembelajaran
4 35 43 38
(57190 menit)
1.634 jam pembelajaran
5 35 43 38
(57190 menit)
1.634 jam pembelajaran
6 35 43 38
(57190 menit)

b. Beban Belajar Tambahan


Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi
Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses
pembelajaran yang berorientasi siswa aktif. Proses pembelajaran siswa aktif
memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian
informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya,
mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan

107
menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik sehingga mereka
menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka
pelajari di lingkungan madrasah dan masyarakat sekitarnya. Selain itu
bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses
dan hasil belajar.
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
berstruktur maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata
pelajaran yang bersangkutan. Contoh mata pelajaran IPA dalam satu minggu 3
jam pelajaran Untuk tatap muka 60 %. Contoh perhitungan pemberian tugas
3 x 35 menit = 105 menit maka 40% penugasan yaitu 40% x 105 menit = 42
menit jadi untuk pemberian tugas hanya 56 menit per minggu.
Alokasi waktu untuk praktek, dua jam kegiatan praktek di madrasah
stara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktek di luar madrasah stara
dengan dua jam tatap muka. Alokasi untuk pengembangan ekspresi dan potensi
disesuaikan dengan jenis pengembangan yang di pilih.

108
BAB V
KALENDER PENDIDIKAN

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran


peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Setiap permulaan tahun pelajaran, tim penyusun program di madrasah
menyusun kalender pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan pembelajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Pengaturan
waktu belajar di madrasah/madrasah mengacu kepada Standar isi dan disesuaikan
dengan kebutuhan daerah, karakteristik madrasah/madrasah, kebutuhan perserta
didik dan masyarakat, serta ketentuan dari pemerintah daerah.
Beberapa aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam menyusun
kalender pendidikan sebagai berikut :

A. Permulaan Tahun Pelajaran


Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran
pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun
pelajaran telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu bulan Juli setiap tahun dan
berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

B. Pengaturan Waktu Belajar Efektif.


1) Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran di
luar waktu libur untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan.
Sekolah/Madrasah dapat mengalokasikan lamanya minggu efektif belajar
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

109
2) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran untuk setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri.

C. Pengaturan Waktu Libur


1) Pengaturan waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan
kegiatan pembelajaran terjadwal pada setiap satuan pendidikan. Hari libur
Sekolah/Madrasah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional, dan / atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan, Kepala Daerah Tingkat Kabupaten / Kota, dan / atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
2) Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur
akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-
hari besar nasional, dan hari libur khusus.
3) Jeda tengah semester adalah penggalan paruh waktu yang ada pada tiap
semester maksimal selama 1 minggu setiap semester.
4) Jeda antar semester waktu libur maksimum 2 minggu antara semester gasal
dan semester genap.
5) Libur akhir tahun pelajaran adalah waktu libur yang diadakan pada akhir
tahun pelajaran.
6) Libur umum adalah libur yang diadakan untuk memperingati hari besar
keagamaan dan hari-hari besar nasional yang ditetapkan oleh pemerintah.
7) Libur khusus adalah libur yang diadakan sehubungan dengan peringatan
keagamaan, keadaan musim, bencana alam atau libur lain diluar
ketentuantentang libur umum yang ditetapkan oleh kementerian Agama dan
atau pemerintah Daerah.
8) Libur jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran
dapat digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal
tahun.

110
Madrasah-madrasah pada daerah tertentu yang memerlukan libur
keagamaan lebih panjang dapat mengatur hari libur keagamaan sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif.
Bagi madrasah yang memerlukan kegiatan khusus dapat mengalokasikan
waktu secara khusus tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif. Hari libur umum/nasional atau penetapan hari
serentak untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan disesuaikan dengan
Peraturan Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
Kalender Pendidikan MIN 1 Kota Tasikmalaya disusun dengan
berpedoman kepada kalender Pendidikan Nasional yang disesuaikan dengan
program madrasah.
Tabel 5.1
Alokasi Waktu Kalender Pendidikan

Alokasi
No Kegiatan Keterangan
Waktu
Minggu efektif belajar
36 – 38
1. regular setiap tahun
Minggu
untuk kelas 1 s/d V
Minggu efektif semeter Digunakan untuk kegiatan
18
2. ganjil tahun terakhir pembelajaran efektif pada setiap
minggu
untuk kelas VI satuan pendidikan
Minggu efektif semeter
3. genap tahun terakhir 14 minggu
untuk kelas VI
4. Jeda Tengah semester 2 Minggu Satu minggu setiap semester
5. Jeda antar semester 2 Minggu Antara semester 1 dan 2
Digunakan untuk penyiapan
Libur Akhir Tahun
6. 3 Minggu kegiatan dan administrasi akhir
Pelajaran
dan awal tahun pelajaran
Libur pada saat awal Ramadhan
7. Hari Libur Keagamaan 3 Minggu
dan Libur Idul Fitri
Hari Libur Umum / Disesuaikan dengan peraturan
8. 2 Minggu
Nasional pemerintah

111
Alokasi
No Kegiatan Keterangan
Waktu
Untuk satuan pendidikan sesuai
9. Hari Libur Khusus 1 Minggu dengan ciri kekhususan masing-
masing
Digunakan untuk kegiatan yang
dipogramkan secara khusus oleh
Kegiatan Khusus
10. 3 Minggu Madrasah seperti Porak, Porseni,
Madrasah
Rapat Perifikasi kenaikan dan
kelulusan dan rapat lainnya

Tabel 5.2
Penjabaran Kalender Pendidikan
Implementasi kegiatan tersebut di MIN 1 Kota Tasikmalaya untuk Tahun
ajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut :

NO URAIAN KEGIATAN SEMESTER I SEMESTER II


1. Hari Pertama masuk sekolah 17 Juli 2017 2 Januari 2018
17 Juli 2017 s/d 2 Januari 2018 S.d
2. KBM Efektif Tata Muka
09 Desember 2017 31 Mei 2018
Penilaian Tengah Semester/
3. 11 - 16 September 2017 12 - 16 Maret 2018
Mied Semester
Pengumuman hasil Mied
4. Semester/Penilaian tengah 23 September 2017 24 Maret 2018
Semester
Ujian Akhir
5. Semester/Penilian Akhir 4 - 9 Desember 2017 21 - 31 Juni 2018
Semester
6. Penyerahan buku Raport 16 Desember 2017 7 Juni 2018

7. Libur Jeda antar semester 11 - 15 Desember 2017 1 - 6 Juli 2018

8. Libur Khusus Idul Futri - 15 - 16 Mei 2018

10. Libur Khusus Idul Adha 1 September 2017 -

112
NO URAIAN KEGIATAN SEMESTER I SEMESTER II
Libur Maulid Nabi
11. 1 Desember 2017 -
Muhammad SAW
12. Libur Hari Natal 25 Desember 2017 -

13. HAB Kemenag - 3 Januari 2018

14. Libur Tahun Baru Imlek - 16 Februari 2018

15. Libur Hari Raya Nyepi - 17 Maret 2018

16. Libur Wafat Isa Al-Masih - 10 April 2018


Libur Isra’Mi’raj Nabi
17. - 13 April 2018
Muhammad SAW
18. Perkiraan UM MI - 23 - 30 April 2018

19. Perkiraan USBN MI - 2 – 5 Mei 2018

20. Libur Hari Lahir Pancasila - 1 Juni 2018

Kalender MIN 1 Kota Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2017/2018 (Terlampir)

BAB V

113
PENUTUP

Seperti telah diuraikan pada awal pendahuluan bahwa fungsi Pendidikan


Budaya dan Karakter Bangsa selain mengembangkan dan memperkuat potensi
pribadi juga menyaring pengaruh dari luar yang akhirnya dapat membentuk
karakter peserta didik yang dapat mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Upaya
pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata
hanya dilakukan di madrasah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik
melalui mata pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang
dilakukan di kelas dan luar madrasah. Pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam
kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai,
tanggung-jawab, dsb. perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai
dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu
ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi karakter
peserta didik yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang
besar.
Pedoman yang disusun ini lebih diperuntukkan kepada kepala madrasah.
Pembentukan budaya madrasah (school culture) dapat dilakukan oleh madrasah
melalui serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang lebih
berorientasi pada peserta didik, dan penilaian yang bersifat komprehensif.
Perencanaan di tingkat madrasah pada intinya adalah melakukan penguatan dalam
penyusunan kurikulum di tingkat madrasah (Kurikulum 2013), seperti
menetapkan visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, kalender akademik, dan
penyusunan silabus. Keseluruhan perencanaan madrasah yang bertitik tolak dari
melakukan analisis kekuatan dan kebutuhan madrasah akan dapat dihasilkan
program pendidikan yang lebih terarah yang tidak semata-mata berupa penguatan
ranah pengetahuan dan keterampilan melainkan juga sikap prilaku yang akhirnya
dapat membentuk ahklak budi luhur.
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa bukan merupakan mata pelajaran
yang berdiri sendiri atau merupakan nilai yang diajarkan, tetapi lebih kepada
upaya penanaman nilai-nilai baik melalui mata pelajaran, program pengembangan

114
diri maupun budaya madrasah. Peta nilai dan indikator yang disajikan dalam
naskah ini merupakan contoh penyebaran nilai yang dapat diajarkan melalui
berbagai mata pelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi
Inti (KI) yang terdapat dalam standar isi (SI). Begitu pula melalui program
pengembangan diri, seperti kegiatan rutin madrasah, kegiatan spontan,
keteladanan, pengkondisian. Perencanaan pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa ini perlu dilakukan oleh semua pemangku kepentingan di
madrasah yang secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan
ke dalam kurikulum madrasah yang selanjutnya diharapkan menghasil budaya
madrasah.
Penyempurnaan pedoman ini akan terus menerus dilanjutkan seiring
dengan kompleksnya permasalahan pendidikan terutama dalam pembentukan
budaya dan karakter bangsa. Penyajian pembelajaran yang bernuansa belajar aktif
dengan muatan budaya dan karakter bangsa perlu menjadi perhatian terutama
dalam membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari semua pihak pemerhati, pelaksana
pendidikan untuk kesempurnaan yang akhirnya dapat memberikan pencerahan
pelaksanaan di tingkat madrasah. Selanjutnya diharapkan kualitas produk peserta
didik yang memiliki ahklak budi mulia sebagai pencerminan bangsa yang besar.
Dengan adanya kurikulum yang dibuat oleh Madrasah ini, maka
diharapkan terdapat pedoman operasional yang jelas bagi seluruh warga madrasah
dan pihak terkait sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Pada
kesempatan yang indah ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada tim pengembang kurikulum MI Negeri 1
Kota Tasikmalaya yang telah bekerja keras mereview Dokumen 1 Kurikulum MI
Negeri 1 Kota Tasikmalaya edisi 2016/2017 ini dan semua pihak yang telah
membantu. Semoga amal bhaktinya diterima oleh Allah SWT sebagai amalan
shalihan maqbulan. Amin.
Kami menyadari dalam penyusunan dokumen 1 Kurikulum MIN 1 Kota
Tasikmalaya ini masih sangat jauh dari harapan, oleh karena itu kami mohon saran
dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaannya. Akhirnya

115
kami berharap semoga dokumen 1 Kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya ini dapat
bermakna dan dapat memberikan manfaat bagi pelaksanaan dan peningkatan mutu
pembelajaran di madrasah kami, amin, yaa Rabbal Alamiin.

116
LAMPIRAN-LAMPIRAN

117
118

Anda mungkin juga menyukai