PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun
2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.
A. 1 Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin
Curerer yaitu pelari, dan Curere yang artinya tempat berlari. Pada
awalnya kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
mulai dari garis start sampai finish. Kemudian pengertian kurikulum
tersebut digunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian sebagai
rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus
dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga
pendidikan.
2
serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
memiliki dua dimensi : pertama rencana dan pengetahuan tujuan,
isi dan bahan pelajaran. Kedua cara digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
3
puncaknya pada tahun 2020 – 2035 pada saat angkanya mencapai
70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
4
A.2.3 Penyempurnaan Pola Fikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut :
1) Pola Pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk
memiliki kompetensi yang sama.
2) Pola pembelajaran satu arah (Interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (Interaktif guru-peserta didik-
masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (Peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet)
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif mencari
semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains)
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
alat multimedia.
7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki peserta didik.
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodisipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(Multidisiplines).
5
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam kurikulum
2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut :
1) Tata kerja yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja
yang bersifat kolaboratif
2) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan
kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan
kependidikan (Educational Leader).
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan
manajemen dan proses pembelajaran.
6
Saat ini pendidikan Nasional menghadapi berbagai tantangan
yang amat berat khususnya dalam upaya menyiapkan kualitas
sumber daya manusia yang bukan saja untuk menjadi produktif
melainkan juga berpedoman pada kelakuan manusia dan
masyarakat. Untuk menjadi produktif, manusia tidak hanya perlu
dibekali dengan kemampuan dalam menguasai bidang-bidang
keahlian, keterampilan dalam bidang iptek, tetapi juga dengan
berbagai nilai dan sikap sebagai panduan bagi perilakunya, dan
sebagai landasan semangat untuk berkarya. Berbagai tata nilai
yang mempedomani kelakuan amnusia tersebut bersumber dari
suatu sistem yang disebut pendidikan budaya dan karakter bangsa.
7
terwujud tetapi amsih merupakan predisposisi dari berbagai
kelakuan atau tindakan amnusia yang disebut mentalitas manusia.
Kelakuan manusia tersebut dipengaruhi secara langsung oleh
keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran atau jiwa
manusia dalam menanggapi lingkungannya. Mentalitas manusia
merupakan suatu nilai budaya dan karakter yang harusnya
ditumbuhkembangkan dalam diri manusia serta perorangan, dan
dipedomani oleh sistem nilai budaya dan karakter yang terikat
oleh struktur nilai yang mengakar dan melembaga di dalam
masyarakatnya. Dalam hal ini misalnya satuan pendidikan.
1) Religius
2) Jujur
3) Toleransi
4) Disiplin
5) Kerja keras
6) Kreatif
7) Mandiri
8) Demokratis
8
9) Rasa Ingin Tahu
10) Semangat Kebangsaan
11) Cinta Tanah Air
12) Menghargai Prestasi
13) Komunikatif
14) Cinta Damai
15) Gemar Membaca
16) Peduli Sosial
17) Peduli Lingkungan
18) Tanggung Jawab
9
Terkait dengan penenaman orientasi nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa, salah satu cara yang diperlukan adalah adanya kemauan
komunitas sataun pendidikan atau masayarakat untuk
pemberdayaan dn pembudayaan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa di satuan pendidikan tersebut yang dilandasi dengan tekad
keteladanan.Proses pembudayaan dan pemberdayaan pada dasarnya
adalah suatu proses untuk melakaukan reorientasi nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa lama ke arah orientasi nilai-nilai baru melalui
aktivitas pembelajaran di satuan pendidikan baik lewat mata
pelajaran, pengembangan diri maupun muatan lokal yang sesuai
dengan tatanan masyarakat satuan pendidikan yang dicita-citakan
bersama.
10
Pentingnya karakter positif pendidikan, fungsi dan tujuan
pendidikan ansional tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20
Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu :
11
Hal ini selaras dengan apa yang diisaratkan dalam Undang-Undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36
ayat (2)yang ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas
dasar pemikiran itu maka setiap satuan pendidikan perintisan
hendaknya mengembangkan apa yang dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
12
B. Landasan Hukum
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di
sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik
menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satu pun filosofi pendidikan yang dapat
digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut,
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan
kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan
peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar
yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa
depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan
13
mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang
dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan
makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat
kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain
mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam
akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut
dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.
4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah
14
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di
atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan umat manusia.
2. Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai
gejala sosial, hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial
atau amsyarakat. Dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup
dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang
harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bukti kepada
masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada kita.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi
antar manusia menuju manusia yang berbudaya. Tiap masyarakat memiliki
norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma dan adat kebiasaan
tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-masing
dari kita juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dalam
konteks inilah peserta ddiik dihadapkan pada budaya manusia, dibina dan
dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan
dirinya menjadi manusia yang berbudaya. Hal inilah yang menjadi
pertimbangan dan pengembangan sebuah kurikulum, termasuk perubahan
tatanan masyarakat akibat perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), sehingga masyarakat dijadikan salah satu asas dalam
pengembangan kurikulu, begitu pula dengan IPTEK. Oleh karena itu
dibutuhkan landasan sosiologi dan IPTEK dalam membangun kurikulum
2013.
15
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan
akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi
dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana
termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan
pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena
berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia
ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum
secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat
menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian
keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal
dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-
based society)
3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan
konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik
beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi
pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus
didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai
dengan konteks lingkungan dan jamannya.
Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang
kurikulum untuk jenjang pendidikan dasar khususnya SD/MI. Oleh karena
itu implementasi pendidikan di SD/MI yang selama ini lebih menekankan
pada pengetahuan, perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang
menekankan pada proses pembangunan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang mencerdaskan
dan mendidik.
Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi ditekankan pada
pemahaman konsep yang steril dari kehidupan masyarakat melainkan
16
pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran otentik. Dengan demikian
kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan muatan pengetahuan
sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan proses
pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.
Dalam konvensi hak anak tahun 1990 (dalam tim penegmbang ilmu
pendidikan FIP-UPI 2007:54) dijelaskan bahwa perspektif psikopedagogis
anak yang paling logis adaalh sampai sejauh mana seorang anak mampu
mengubah dirinya sesuai dengan kondisi disekitarnya. Kemampuan
mengubah kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
pengaruh-pengaruh disekitarya.
Agar proses perkembangannya optimal, anak memerlukan berbagai
kegiatan dan latihan yang sesuai dengan keberadaannya dan sesuai dengan
kebutuhan psikologisnya. Kegiatan dan altihan dapat diperoleh nak melalui
proses pendidikan. Namun yang perlu diperhatikan dalam mendidik yaitu
setiap kegiatan dan tugas yang dibebankan kepada anak sebagai siswa harus
sesuai dengan tingkat kemampuannya. Jika hal tersebut terabaikan, amka
ketidakberhasilan peserta didik dalam mencapai tugas-tugas di sekolah akan
terjadi.
Berdasarkan uraian tersebut di aats, maka landasan psikopedagogis
adalah sebagai berikut :
1) Relevansi
Kesesuaian program pembelajaran dengan tingkat perkembangan anak,
tingkat perkembangan kemampuan anak, tingkat unsur mentalnya
(aspek kesesuaian) dan tingkat kebutuhan anak (aspek kecukupan).
2) Model Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pemeblajaran yang dikembangkan berbasis kompetensi (sikap,
keterampilan dan penegtahuan) sehingga dapat memenuhi aspek
kesesuaian dan kecukupan.
17
3) Proses pembelajaran
Proses pembelajaarn berorientasi pada karakteristik kompetensi :
Sikap (Krathwohl) :
(Menerima+Menjalankan+Menghargai+Menghayati+Mengamalkan)
Keterampilan (Dyers)
(Mengamati+Menanya+Mencoba+Menalar+Menyaji+Mencipta)
Pengetahuan (Bloom & Anderson)
(Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa +
Mengevaluasi + Mencipta)
4) Penilaian
Authentic Assesment : Pada Input, Proses dan Out put
Kesesuaian teknik penilaian pada 3 ranah kompetensi, yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan (test dan Portofolio)
4. Landasan Teoritis
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah
suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu
menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan
berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan,
dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa
yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik tersebut hidup dan
mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang
budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan,
kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial
memberikan dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai
individu, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota ummat manusia.
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan
kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan yang mencerminkan
karakter bangsa masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu,
konten pendidikan yang dikembangkan kurikulum tidak berupa prestasi
besar bangsa di masa lalu semata tetapi juga hal-hal yang berkembang pada
18
saat kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai
perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik
yang dihadapi masyarakat, bangsa dan ummat manusia dikemas sebagai
konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini
memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi
dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan memposisikan
pendidikan sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari lingkungan sosial,
budaya, dan alam. Lagi pula, konten pendidikan dari kehidupan bangsa
masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi keunggulan budaya
bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari
kehidupan masa kini.
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan
menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah
menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warga
negara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan
dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk
memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan
masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan
formalnya. Dengan demikian sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang
menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan paling
tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten pendidikan
yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan
dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk
dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta
bertanggungjawab di masa mendatang.
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa
kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai
dan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta
dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan
19
bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan
filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di
masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu
sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan
untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan
bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan
warganegara di amsa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut
kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-
budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai
warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk
kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa
depan yang lebih baik lagi.
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga
negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.
20
5. Landasan Yuridis
Adapun landasan Yuridis penyusunan buku I diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
1. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Tasikmalaya.
2. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama;
3. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Dasar.
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan.
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan.
8. Peraturan Menteri Negara PAN Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
21
11.SK Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 053/U/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 tahun 2009 tentang
Beban Kerja Guru sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 30 tahun 2011 pada Pasal 5 ayat 2.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tentang
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 SD/MI sebagai pengganti Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Madrasah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014
tentang Penilaian hasil belajar oleh pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
22
23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan Konselling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 144 Tahun 2014
tentang Kriteria Kelulusan Peserta didik dari satuan pendidikan dan
Penyelenggaraan ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan kesetaraan dan
ujian Nasional.
25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 160 Tahun 2014 tentang
Pemberlakuan kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum tahun 2013.
26. Peraturan Menteri Agama Nomor 207 Tahun 2014 tentang Kurikulum
Madrasah
27. Peraturan Menteri Agama Nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman
Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab.
28. Permendikbud No 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah
29. Permendikbud No 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah
30. Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah
31. Permendikbud No 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Dasar dan Menengah
32. Permendikbud No 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi dasar Pendidikan Dasar dan Menengah.
33. Pergub No. 69 Tahun 2013 tentang pembelajaran muatan lokal dan Bahasa
Daerah Pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
34. Keputusan Menteri Agama (KMA) No 117 tahun 2014 tentang
Implementasi Kurikulum 2013
35. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3459
A/Dj.I/PP.01.1/08/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang penyesuaian
Sertifikasi Guur dan kewenangan Mengajar di Madrasah.
23
C. Tujuan Penyusunan
1) Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Penyelenggaraan sekolah tingkat dasar sejalan dengan tujuan kurikulum
2013 tersebut, yaitu menghasilkan lulusan yang mempunyai karakter,
kecakapan, dan keterampilan kuat dalam hidup yang dipergunakan dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta untuk
mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau pada pendidikan
lanjut.
24
6. Untuk menentukan perlakuan kegiatan bagi pelaksanaan pembelajaran
berikutnya.
7. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
8. Mewujudkan Visi, Misi dan tujuan satuan pendidikan di MIN 1 Kota
Tasikmalaya yang merupakan kesepakatan bersama oleh seluruh unsur
satuan pendidikan.
25
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam Kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan : (a) peningkatan
iman dan takwa (b) peningkatan akhlak mulia. (c) peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat peserta didik (d) keragaman potensi daerah dan
lingkungan (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional (f) tuntutan dunia
kerja (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (h) agama (i)
dinamika perkembangan global dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan. (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 2).
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi:
perumusan visi dan misi berdasarkan analisi konteks dengan tetap
mempertahankan keunggulan dan kebutuhan nasional dan daerah, penyiapan
dan penyusunan draf, review, revisi, dan finalisasi, pemantapan dan penilaian,
serta pengesahan. Dalam penyusunan KTSP perlu memperhatikan prinsip-
prinsip :
26
menghargai dan tidak deskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi
substansi komponen:
a. Muatan wajib kurikulum
b. Muatan lokal
c. Pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
27
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan,dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal, dan informasi dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
28
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki potensi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta tanggungjawab.
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif,
kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu,
kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan,
minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik
peserta didik.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta lingkungan. Oleh karena itu
peserta didik memiliki potensi sentral, maka kegiatan pembelajaran berpusat
pada peserta didik.
Implikasi dari prinsip ini adalah kurikulum disusun untuk melayani
kebutuhan siswa dan tidak boleh memberatkan siswa. Kurikulum dirancang
semata-mata untuk kepentingan memaksimalkan potensi siswa. Menambah
jam pelajaran tidak boleh terlalu banyak sehingga memberatkan siswa yang
dampaknya siswa tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan
lain. Kurikulum juga harus merencanakan layanan konseling untuk
membantu perkembangan siswa secara terprogram agar siswa dapat tumbuh
kembang sesuai maksimal sesuai dengan perkembangan kejiwaan.
29
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta
status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum disusun agar memungkinkan
keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan
kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Keragaman berimplikasi pada keluwesan kurikulum. Analisis
keragaman siswa dari segi kemampuan, minat dan bakat, perlu dilakukan
untuk merancang model pembelajaran yang sesuai, jenis pengembangan diri
yang beragam, serta program remedial yang sesuai. Selain itu, keragaman
juga berkaitan dengan kekhasan dan kebutuhan yang berbeda tiap daerah
sehingga kurikulum perlu disesuaikan dengan hasil analisis potensi
kawasan. Ciri khas karateristik jenis pendidikan perlu dipertimbangkan
dalam merancang struktur dan muatan kurikulum. Demikian juga
karakteristik satuan pendidikan yang berbeda perlu menyusun struktur dan
muatan kurikulum yang relatif disesuaikan dengan karakteristik yang
dimiliki.
Selanjutnya makna terpadu berkaitan dengan rancangan kurikulum
harus meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal
dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
keseimbangan yang bermakna dan tepat antar substansi. Selain itu,
keterpaduan juga berkaitan dengan keterpaduan program yang mendukung
pelaksanaan kurikulum. Misalnya, pada madrasah yang berasrama perlu
dirancang kegiatan suplemen secara terpadu untuk mendukung pelaksanaan
kurikulum di madrasah.
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan
yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk
30
menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
daerah.
31
pendidikan. Misalnya, penambahan jam pelajaran agama di Madrasah yang
berbasis agama tidak boleh mengorbankan jam minimal yang telah
ditetapkan.
32
perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni. Isi/muatan
Kurikulum dapat dipertanggung jawabkan dan relevan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni.
Rancangan pembelajaran mengacu pada ilmu belajar yang muktahir.
Bimbingan konseling dimaksimalkan dengan mengacu pada perkembangan
ilmu yang relevan. Isi kurikulum juga harus berkaitan dengan
perkembangan tekhnologi. Misalnya memasukan mata pelajaran TIK dalam
struktur dan muatan kurikulum, menggunakan internet sebagai sumber
belajar, menggunakan model belajar dengan membiasakan siswa siap
bersentuhan dengan tekhnologi. Implikasinya terus diupayakan perbaikan isi
dan cara implementasi kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
tekhnologi, dan seni.
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa
masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai
penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan
dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus
dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan
kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku
di lingkungan sekolah Kurikulum dikembangkan atas dasar Agama, artinya
semua mata pelajaran harus ditanami dan memasukan nilai-nilai keagamaan
hai ini untuk mendidik manusia supaya memiliki keimanan dan ketaqwaan
serta akhlak mulia yang merupakan dasar pembentukan kepribadian peserta
didik secara utuh. Kurikulum yang disusun ini memungkinkan semua mata
pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia
yang bersumber dari ajaran agama. Demikian juga program pengembangan
diri di madrasah dapat diisi dengan kegiatan keagamaan.
33
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan
iman, taqwa, serta akhlak mulia dan tetap memelihara toleransi dan
kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata
pelajaran ikut mendukung peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.
34
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum dimulai dari yang paling dekat, analisis konteks sosial
budaya masyarakat penting dilakukan agar madrasah mengetahui harapan
masyarakat sekitar, nilai-nilai yang dianut dan juga keadaan sosial ekonomi.
Dengan diketahui konteks sosial madrasah dapat merancang kurikulum
yang tepat. Misalnya jika rata-rata siswa berasal dari keluarga miskin perlu
dibekali pembelajaran yang membuat dia mandiri dengan keterampilan yang
relevan.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman
budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan
terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
35
memiliki harapan, kondisi madrasah, kondisi siswa, dan ciri khas yang
membedakan dengan satuan pendidikan satu dengan yang lain. Sesuai
dengan prinsip ini, madrasah dengan visi tertentu dapat mengembangkan
struktur dan muatan kurikulum yang sesuai. Misalnya, Madrasah merupakan
lembaga pendidikan Islam yang juga berfungsi sebagai lembaga
pengembangan dakwah dan lembaga pemberdayaan masyarakat. Sebagai
lembaga pendidikan Islam, madrasah tidak hanya diarahkan pada lembaga
kegiatan penggalian ilmu pengetahuan semata, tetapi juga menjadi wahana
“pelatihan” untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan pada tataran realitas.
Selain itu, pendidikan di madrasah tidak hanya mengarah pada keunggulan
keunggulan akademis (academic exelence), tetapi justru menegaskan pada
orientasi pembentukan karakter (character building) yang berasaskan pada
prinsip akhlaqul karimah. Sebagai lembaga pengembangan dakwah,
madrasah dengan sendirinya menjadi salah satu guru syiar agama dan
penyebaran ajaran agama sekaligus tampil sebagai komponen penting dari
gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
Sebagai pemberdayaan masyarakat, madrasah berperan dalam
pengembangan masyarakat sekitar terutama terkait dengan masalah
keagamaan maupun pemberdayaan sektor non keagamaan. Ini justru
menjadi ciri madrasah karena ia lebih merupakan pendidikan berbasis
masyarakat (comunity based education). Dengan demikian salah satu
komponen penting dari sistem madrasah adalah peran aktifnya dalam
pemberdayaan masyarakat sekitar dan sebaliknya peran aktif masyarakat
dalam pengembangan madrasah sangat penting juga (mutual Support).
Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan
pendidikan.
36
F. Kondisi MIN 1 KOTA TASIKMALAYA
a) Analisis Lingkungan Internal
1. Identitas Madrasah
1. NAMA MADRASAH : MIN 1 KOTA TASIKMALAYA
: Jl. Raya Sumelap Kel. Sumelap
ALAMAT 2.
Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya
3. : 111132780001
4. NPSM : 60710112
5. TEL/FAX : ( 0265 ) 341057
6. E-MAIL : sumelapmin@yahoo.com
7. TAHUN BERDIRI : 1961
8. TAHUN PENEGERIAN : 1995
SK PENEGERIAN
9. a. No SK Pendirian : 515.A
b. Tgl SK Pendirian : 03–07-1995
TERAKREDITASI : A
10. Nomor Akreditasi : 02.00/321/BAP-SM/XI/2013
Tanggal Akreditasi : 14 – 11- 2013
2. Pimpinan Madrasah
a) Madrasah
1. NAMA MADRASAH : MIN 1 KOTA TASIKMALAYA
ALAMAT MADRASAH : Jl. Raya Sumelap Kel. Sumelap
2.
Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya
3. NAMA BANK : BRI
4. REKENING BANK : 010001000901307
37
4. Nip : 196812111994071003
5. Pendidikan Terakhir : S1
b. Penggunaan Tanah
Penggunaan Luas Tanah (m2) menurut status sertifikat
No
tanah Bersertifikat Belum sertifikat Total
1. Bangunan 860 0 860
2. Lapangan olahraga 500 0 500
3. Halaman 250 0 250
4. Kebun/taman 250 0 250
5. Belum digunakan 240 0 240
38
Jumlah ruangan menurut kondisi Total
Status
Luas
No Jenis bangunan Rusak Rusak Rusak Kepe
Baik Bangun
ringan Sedang Berat milikn
an (m2)
1. Ruang Kelas 10 0 2 3 1 56
2. Ruang Kepala 0 0 1 0 1 16
Madrasah
3. Ruang Guru 0 0 1 0 1 56
4. Ruang Tata Usaha 0 0 1 0 1 16
5. Laboratorium IPA 0 0 0 0
6. Laboratorium 0 0 0 0
komputer
7. Laboratorium 0 0 0 0
Bahasa
8. Laboratotium PAI 0 0 0 0
9. Ruang 1 0 1 0 1 56
Perpustakaan
10. Ruang UKS 0 0 1 0 1 16
11. Ruang 0 0 0 0
Keterampilan
12. Ruang kesenian 0 0 0 0
13. Toilet Guru 1 0 1 0 1 9
14. Toilet Siswa 0 0 3 3 1 3
15. Ruang Bimbingan 0 0 0 0
Konseing (BK)
16. Gedung serba 1 0 0 0 1 63
guna (Aula)
17. Ruang Osis 0 0 0 0
18. Ruang pramuka 0 0 0 0
19. Mesjid/Mushola 0 0 0 1 1 63
20. Ruang Olahraga 0 0 0 0
21. Rumah dinas guru 0 0 0 0
22. Kamar Asrama 0 0 0 0
Siswa
23. Kamar Asrama 0 0 0 0
Siswi
24. Pos Satpam 1 0 0 0 1 4
25. Kantin 1 0 0 0 1
1) Status kepemilikan 1. Milik sendiri 2. Bukan milik sendiri
39
Jumlah sanpras Jumlah Status
No Jenis Sarana dan Prasarana menurut kondisi ideal kepemi
Baik Rusak sanpras likan
1. Kursi Siswa 270 135 500 1
2. Meja Siswa 160 70 450 1
3. Loker Siswa 0 0 250
4. Kursi guru di ruang kelas 13 2 15 1
5. Meja guru di ruang kelas 13 2 15 1
6. Papan Tulis 10 5 20 1
7. Lemari di ruang kelas 10 5 20 1
8. Komputer/Laptop di Lab 5 5 100 1
Komputer
9. Alat peraga PAI 1 4 200 1
10. Alat Peraga IPA (Sains) 1 4 200 1
11. Bola Sepak 3 12 25 1
12. Bola Voly 3 12 25 1
13. Bola Basket 3 12 25 1
14. Meja Pingpong/ Tenis meja 1 1 6 1
15. Lapangan Futsal 0 0 2
16. Lapangan Bulu Tangkis 0 0 2
17. Lapangan Voli 0 0 2
18 Lapangan Basket 0 0 2
1) Status kepemilikan 1. Milik sendiri 2. Bukan milik sendiri
40
Jumlah Sanpras Status
No Jenis Sarana dan prasarana menurut kondisi Kepem
Baik Rusak ilikan
17. Kendaraan Operasional (Motor) 0 0
18. Kendaraan Operasional (Mobil) 0 0
19. Mobil Ambulance 0 0
20. AC (Pendingin ruangan ) 0 0
1) Status kepemilikan 1. Milik sendiri 2. Bukan milik sendiri
41
2 KELAS II 2 31 31 62
3 KELAS III 3 38 37 75
4 KELAS IV 2 28 32 60
5 KELAS V 2 31 34 65
6 KELAS VI 2 25 33 58
JUMLAH 14 181 207 388
42
Pendidikan Guru
N Pangkat / Statu
NAMA / NIP Terakhir Kelas/
O Gol s
Mapel
NIP. 19 III/d 6.A
Yati Rohayati, S.Pd Penata tk 1 Guru PJOK
5. PNS S1
NIP. 197612072005012005 III/d
Nani Sumarni, S.Pd.I Penata tk 1 Guru Kelas
6. PNS S1
NIP. 196604062003122002 III/d 1.C
Ulan Siti Wulandari, S.Pd.I Penata tk 1 Guru Kelas
7. PNS S1
NIP. 197303172003122003 III/d 2.A
Guru Kelas
Elin Nuraisyah, S.Pd.I Penata tk 1
8. PNS S1 5.A
NIP. 197303172003122003 III/d
Guru Kelas
Kokom Komariah, M.Pd Penata
9. PNS S2 1.B
NIP. 197501022006042021 III/c
Guru Kelas
Mumun Duhibah, S.Pd.I Penata
10. PNS S1 1.A
NIP. 196607042007012025 III/c
Guru Kelas
Asep Muhtar, S.Pd.I Pengatur
13. PNS S1 3.B
NIP. 197704122007101004 II/c
Darjat Sopiyulloh, S.Pd.I Guru Kelas
Penata
14. NIP. 198102232007101001 PNS S1 3.A
III/c
Guru Kelas
Irpan Karim, S.T Pengatur
15. NIP. 198205282014111001
PNS S1 4.A
muda II/a
Budi Permana, S.Sos Guru PJOK
16. - GTT S1
NIP. -
M. Arip Nur Addha Guru
17. NIP. - - GTT S1 B.Inggris
Guru Kelas
Hesti Sri Mulyati, S.E
19. - GTT S1 4.B
NIP. -
Deti Nurdianti, S.Pd Guru Kelas
20. NIP. - - GTT S1 5.C
43
Pendidikan Guru
N Pangkat / Statu
NAMA / NIP Terakhir Kelas/
O Gol s
Mapel
Aan Isa Anshori
24. - - - Satpam
44
Besar Penghasilan
No Kelas < 500.000 500.000- 1.000.000- 3.000.000 – > 5.000.000
1.000.000 3.000.000 5.000.000
5. V 31 6 4 20
6. VI 38 1 1 1 21
Jumlah 208 2 15 25 134
Jumlah Total = 384
45
No Tahun Jenis Kejuaraan Tingkat Keterangan
1. 2017 KSM IPA Kota Juara I
2. 2017 Aksioma Pidato Kota Juara I
3. 2017 Aksioma Futsal Kota Juara 2
4. 2017 KSM Matematika Kota Juara 2
8. 2016 KSM Matematika Kota Juara 1
9. 2016 KSM IPA Kota Juara 2
10. 2015 Calistung kelas 1 Kota Juara 1
11. 2015 Calistung kelas 2 Kota Juara 2
12. 2015 KSM Matematika Kota Juara 3
13. 2015 KSM IPA Kota Juara 1
14. 2015 Tenis Meja Provinsi Juara 3
15. 2015 Tenis Meja Kota Juara 1
16. 2015 Futsal Kota Juara 1
17. 2015 Catur Kota Juara 2
18. 2014 Calistung Kelas 2 Kota Juara 2
19. 2014 Calistung Kelas 3 Kota Juara 3
20. 2014 KSM Matematika Kota Juara 1
21. 2014 KSM IPA Kota Juara 2
46
9. STRUKTUR ORGANISASI
TATA USAHA
TATA USAHA
IRPAN KARIM, ST
IRPAN KARIM, ST
NIP. 198205282014111001
NIP. 198205282014111001
GG UU RR UU -- GG UU RR UU
47
STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KEPALA MADRASAH
KEPALA MADRASAH
Z. AKH.SIS, S.Ag
Z. AKH.SIS, S.Ag
NIP. 196811121994031007
NIP. 196811121994031007
SSIISSW
WAA
48
STRUKTUR ORGANISASI PRAMUKA
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
MABIGUS
Z.
MABIGUS
AKH. SYIS,S.Ag
S.Ag KWARAN
KWARAN
Z. AKH. SYIS,
NIP. 196812111994031007
NIP. 196812111994031007
PEMBINAPRAMUKA
PRAMUKA
PEMBINA
1. Nani Sumarni, S.Pd.I
1. Nani Sumarni, S.Pd.I
2.2.Mumun
MumunDuhibah,
Duhibah,S.Pd.I
S.Pd.I
PELATIHPRAMUKA
PRAMUKA
PELATIH
1. Reni Nuryani, S.Pd
1. Reni Nuryani, S.Pd
2.2.Deti
DetiNurdianti,
Nurdianti,S.Pd
S.Pd
SIEPEMBANTU
PEMBANTUUMUM
UMUM SIEKESEHATAN
KESEHATAN
SIE SIE
Muh. Rafa Wira Yuda
Muh. Rafa Wira Yuda
Yola Devina
Yola Devina
SIEPERLENGKAPAN
PERLENGKAPAN SIEKEAMANAN
KEAMANAN
SIE SIE
Revaldi Muh. Azril
Revaldi Muh. Azril
Ega AfrisaPutri
PutriRR
Ega Afrisa
49
STRUKTUR ORGANISASI UKS
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
PEMBINA KETUA
PEMBINA KETUA
Z. AKH. SYIS,S.Ag
S.Ag YATI ROHAYATI, S.Pd
Z. AKH. SYIS, YATI ROHAYATI, S.Pd
NIP.196812111994031007
196812111994031007 NIP.197612072005012005
197612072005012005
NIP. NIP.
SEKRETARIS BENDAHARA
SEKRETARIS BENDAHARA
KOKOM KOMARIAH,M.Pd
M.Pd ELIN NURAISYAH,S.Pd.I
S.Pd.I
KOKOM KOMARIAH, ELIN NURAISYAH,
NIP.197501022006042021
197501022006042021 NIP.196905122003122002
196905122003122002
NIP. NIP.
NIP
NIP
PENDIDIKANKESEHATAN
KESEHATAN PELAYANANKESEHATAN
KESEHATAN SANITASI
PENDIDIKAN PELAYANAN SANITASI
PUSKESMAS PUSKESMAS GURU
PUSKESMAS PUSKESMAS GURU
SISWA
SISWA
50
b). Analisis Lingkungan eksternal
(1) Kondisi Geogrfis
MIN 1 Kota Tasikmalaya berdiri di atas tanah datar yang berada
ditengah-tengah perkampungan dimana tempat rumah tinggal masyarakat
kampung Sumelap berada di sebelah utara dan selatan, disebelah barat
dihimpit dengan persawahan milik warga masyarakat sumelap, dan
disebelah timur terdapat jalan raya yang menghubungkan desa kota baru,
desa sumelap dan desa mugarsari.
Tak jauh dari MIN 1 kota Tasikmalaya di sebelah timur laut kurang
lebih 200 m terdapat pondok pesantren Bustanul Ulum, Pendidikan Anak
USia Dini (PAUD) Assalam, SMP plus Bustanul Ulum dan SMK Bustanul
Ulum, sedangkan di sebelah selatan kurang lebih 100 m terdapat Pondok
pesantren Al-Hikmah, Raudhatul Atfhal (RA) Al-Hikmah, Madrasah
Tsanawiyah Negeri 4 Tamansari, dan Madrasah Aliyah Informatika Al-
Hikmah.
Disebelah selatan kurang lebih 2 km berdiri Sekolah Dasar (SD) 1
Mugarsari. Jarak tempuh Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Tasikmalaya
ke kementerian agama kurang lebih 4 km, sedangkan jarak tempuh ke
pusat kota kurang lebih 5 km.
51
kota Tasikmalaya, Pusat kesehatan masyarakat masyarakat, lembaga
pengembangan pendidikan taman kanak-kanak Al-Qur’an kota
Tasikmalaya dan Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Guru Madrasah Kota
Tasikmalaya atau wilayah kota Tasikmalaya yang dapat menunjang
peningkatan mutu pendidikan MIN 1 Kota Tasikmalaya.
MIN 1 Kota Tasikmalaya tidak akan berdiri dan berkembang tanpa
adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Hubungannya dengan
masyarakat disekitarnya sangatlah kondusif, baik hubungan secara
kedinasan maupun kekeluargaan, begitu juga hubungan emosional dengan
orang tua peserta didik berjalan dengan baik. Hubungan secara horizontal,
hubungan vertical berjalan sesuai kaidah kedinasan kemanusiaan dan
kemasyarakatan.
MIN 1 Kota Tasikmalaya bekerjasama sangat baik sampai saat ini
dengan :
a. Kantor Kementerian Agama
b. Yayasan
c. Komite Madrasah
d. Orang tua peserta didik
e. Masyarakat
f. Pemerintahan setempat
52
- Pada tanggal 24 Oktober 1982 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Diserahkan
Kepada Bpk. H Muhtar Soepandi Hingga YPI Al-Hikmah pun
Didirikan Dengan SK. Notaris N0. 66 Tahun 1985.
- Yayasan Miftahul Huda Kemudian Diganti Menjadi Yayasan Al-
Hikmah, Hingga Sekarang
- SK Menteri Agama RI (KMA) No. 515 A Tanggal 25 Nopember
Tahun 1995 Madrasah Ibtidaiyah berubah menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Sumelap.
- SK Menteri Agama RI (KMA) No. 212 Tanggal 27 Juli 2015 MIN
Sumelap berubah menjadi MIN 1 Kota Tasikmalaya.
53
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
54
C. Tujuan Pendidikan
C.1. Tujuan Pendidikan dalam UUD 1945
1) Pasal 31 ayat 3
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu Sistem
pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang”.
2) Pasal 31 ayat 5
“Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjungjung tinggi nilai-nilai agamadan persatuan abngsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan ummat manusia”.
55
C.4 Tujuan Pendidikan Dasar
1) Tujuan Pendidikan Dasar adalah Meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan Pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan Pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruanya.
C.5 Tujuan MIN 1 Kota Tasikmalaya dalam 5 Tahun
Tujuan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah adalah memberikan bekal
kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan mendidik siswa
menjadi manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia, sebagai muslim
yang menghayati dan mengamalkan agamanya, serta mempersiapkan
siswa untuk mengikuti pendidikan madrasah Tsanawiyah atau sekolah
lanjutan tingkat pertama.
Mengacu pada visi dan misi madrasah, serta tujuan umum pendidikan
dasar, tujuan madrasah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah
sebagai berikut ini.
1. Meningkatkan madrasah yang berkualitas sebagai pilihan ummat.
2. Mampu melaksanakan syari’at Islam.
3. Memantapkan mekanisme kerja.
4. Meningkatkan SDM guru dan mengefektifkan belajar murid
5. Mampu melaksanakan KBM dan administrasi yang efektif dan
efisien.
6. Memelihara dan mengembangkan sarana dan prasarana
pendidikan.
56
.BAB III
MUATAN KURIKULER
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA
57
Tabel 3.1
Struktur Kurikulum 2013 Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
Kelompok A I II III IV V VI
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
a.Qur’an Hadist 2 2 2 2 2 2
b.Akidah Ahlak 2 2 2 2 2 2
c.Fikih 2 2 2 2 2 2
d.Sejarah Kebudayaan Islam - - 2 2 2 2
2. Pendidikan Pancasila dan 5 5 6 5 5 5
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2
5. Matematika 5 6 6 6 6 6
6. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
7. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 3 3 3 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 3 3 3 4 4 4
Kesehatan
Kelompok C
1. Bahasa Daerah 2 2 2 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu perminggu 34 36 40 43 43 43
Keterangan :
1) Mata pelajaran kelompok A
merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya
dikembangkan oleh pusat yang terdiri dari 10 mata pelajaran.
2) Mata pelajaran kelompok B
merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya
dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
3) Mata pelajaran kelompok C
dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.
4) Satu jam pelajaran beban
belajar tatap muka adalah 35 menit
58
5) Beban belajar penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri, paling banyak 50 % dari waktu kegiatan tatap
muka mata pelajaran yang bersangkutan.
6) Satuan pendidikan dapat
menambah beban belajar perminggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta
didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya dan faktor lain yang
dianggap penting, namun yang diperhitungkan pemerintah maksimal 2 (dua)
jam/minggu.
7) Untuk mata Pelajaran Seni
Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain kegiatan
intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum di atas,
terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler. Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota
Tasikmalaya Kegiatan ekstrakurikuler wajib adalah pramuka.
8) Kegiatan ekstrakurikuler
yaitu pramuka, Unit Kesehatan Madrasah, Marching Band adalah dalam
rangka mendukung pembentukan kepribadian, kepemimpinan, sikap sosial
pesrta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Di samping itu juga dapat
dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis
pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya
dalam ranah konkret. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat
dirancang sebagai pendukung kegiatan kuikuler.
9) Bahasa Daerah sebagai
muatan lokal di MI Negeri 1 Kota Tasikmalaya diajarkan secara terintegrasi
dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Satuan pendidikan dapat
menambah jam pelajaran per minggu berdasarkan pertimbangan kebutuhan
belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya dan faktor
lain yang dianggap penting.
*) Kegiatan ekstra kurikuler Pramuka dilaksanakan pada hari jum’at, BTQ pada
hari Jum’at sedangkan kegiatan Marching Band dilaksanakan setiap hari Sabtu
pada pukul 16.00 s/d selesai.
59
B. Muatan Kurikulum
Muatan kurikulum merupakan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran ditungkan dalam kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik sesuai dengan beban Kompetensi inti Madrasah
Ibtidaiyah (MI) yang merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah.
Muatan Kurikulum 2013 MIN 1 Kota Tasikmalaya meliputi sejumlah
mata pelajaran yang kedalamanya merupakan beban belajar bagi siswa pada
satuan pendidikan. Muatan Kurikulum memuat sejumlah mata pelajaran dan
muatan lokal serta kegiatan pengembangan diri yang tidak termasuk kepada
struktur kurikulum dan diberikan di luar tatap muka. Di samping itu materi
muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi
kurikulum.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Satandar
Nasional Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada
setiap satuan pendidikan diuntungkan dalam kompetensi pada setiap tingkat
dan semester sesuai dengan Satandar Nasional Pendidikan. Kompetensi yang
dimaksud terdiri atas kompetensi dasar dan kompensi inti.
Muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum nasional, muatan
kurikulum pada tingkat daerah/ muatan lokal, dan muatan kekhasan satuan
pendidikan. Muatan Kurikulum di MIN 1 Kota Tasikmalaya disusun
berdasarkan peraturan tentang muatan nasional, muatan daerah, dan muatan
kekhasan madrasah.
Muatan Kurikulum pendidikan di MI Negeri 1 Kota Tasikmalaya
terdiri dari 3 kelompok, yaitu kelompok A, B dan C. kelompok A terdiri dari
pelajaran wajib, kelompok B terdiri dari 2 mata pelajaran dan kelompok C
terdiri dari mata pelajaran muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri.
60
Pada Kurikulum 2013 kompetensi dasar mata pelajaran berfungsi
untuk membentuk Kompetensi Inti. Kedudukan SKL, KI, dan KD mata
pelajaran pada Kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya mengikuti Permendikbud
No. 24 Tahun 2016 untuk mata pelajaran umum kelas 1, 2, 4 dan 5,
Permendikbud No. 57 Tahun 2014 untuk mata pelajaran umum kelas 3 dan 5,
PMA No 165 Tahun 2014 untuk mata pelajaran Agama, Pergub no 69 tahun
2013 untuk mata pelajaran muatan lokal dan ekstrakurikuler mengikuti
permendikbud nomor 62 Tahun 2014.
Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi,
Kompetensi Inti juga memiliki multidimensi. Untuk kemudahan
operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua.
Pertama, sikap spiritual yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional
membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa. Kedua, sikap sosial yang
terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang
berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk
melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran
yang relevan. Dalam hal ini mata pelajaran diposisikan sebagai sumber
kompetensi. Apapun yang diajarkan pada mata pelajaran tertentu pada suatu
jenjang kelas tertentu hasil akhirnya adalah Kompetensi Inti yang harus
dimiliki oleh peserta didik pada jenjang kelas tersebut. Tiap mata pelajaran
harus mengacu pada Kompetensi Inti yang telah dirumuskan. Karena itu,
semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada kelas tersebut harus
berkontribusi terhadap pembentukan Kompetensi Inti.
Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap mata pelajaran apa yang
dapat dikontribusikannya dalam membentuk kompetensi yang diharapkan
dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi Inti adalah pengikat berbagai
kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata
pelajaran serta berfungsi sebagai integrator horizontal antar mata pelajaran.
Pada setiap tingkat kelas, kompetensi inti dirancang untuk setiap
kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horizontal sebagai kompetensi
61
dasar antar mata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga, selain itu
sonkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang
sama pada kelas yang berbeda dapat terjaga pula.
Rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi sebagai berikut :
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
Uraian tentang kompetensi inti untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Kompetensi Inti Madrasah Ibtidaiyah (MI)
62
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS I KELAS 2 KELAS 3
2. Memiliki perilaku 2. Menunjukkan perilaku 2. Menunjukkan
jujur, disiplin, jujur, disiplin, tanggung perilaku jujur,
tanggung jawab, jawab, santun, peduli, disiplin, tanggung
santun, peduli, dan dan percaya diri dalam jawab, santun,
percaya diri dalam berinteraksi dengan peduli, dan percaya
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan diri dalam
keluarga, teman, dan guru berinteraksi dengan
guru keluarga, teman,
guru dan
tetangganya
63
B. Kompetensi Inti untuk kelas 4 s/d 6
64
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS 4 KELAS 5 KELAS 6
mencerminkan mencerminkan tindakan yang
perilaku anak perilaku anak beriman mencerminkan
beriman dan dan berakhlak mulia perilaku anak
berakhlak mulia beriman dan
berakhlak mulia
65
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
(111) sebagai firman Allah swt.
66
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1.3 Meyakini kebersihan sebagian
dari iman
67
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
ajaran agama yang dianutnya. menulis huruf-huruf hijaiyah
sesuai kaidah ilmu tajwid
1.2 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dengan benar dan
baik sesuai kaidah ilmu tajwid
1.3 Menerima Q.S. al-Kautsar (108)
dan al- Kafirun (109) sebagai
firman Allah swt.
1.4 Meyakini keutamaan orang yang
mempelajari dan mengajarkan
al-Qur’an
68
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menulis huruf-huruf hijaiyah
faktual dalam bahasa yang secara terpisah dan bersambung
jelas dan logis, dalam karya 4.2 Mendemonstrasikan hukum
yang estetis, dalam gerakan bacaan gunnah.
yang mencerminkan anak 4.3 Menghafalkan Q.S. al-Kautsar
sehat, dan dalam tindakan (108) dan al- Kafirun (109)
yang mencerminkan perilaku secara benar dan fasih
anak beriman dan berakhlak 4.4 Menghafalkan hadis tentang
mulia. keutamaan belajar Al-Qur’an
riwayat al-Bukhari dari Usman
bin Affan
()ختتكَم من تعلم القرآف وعلمه
69
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengenal Q.S. al-Ma’un (107),
faktual dengan cara mengamati al-Fil (105), al-‘Asr (103), dan
(mendengar, melihat, al-Qadr (97)
membaca) dan menanya 3.2 Memahami hukum bacaan Al-
berdasarkan rasa Qamariyah dan Al-Syamsiyah
ingin tahu tentang dirinya, 3.3 Memahami arti dan isi
makhluk ciptaan Tuhan kandungan hadis tentang hormat
dan kegiatannya, dan kepada orang tua riwayat at-
benda-benda yang Tirmizi dari Abdullah bin Umar
dijumpainya di rumah dan ( ررااات في ررا الوالدين.…)
di madrasah.
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menghafalkan Q.S. al-Ma’un
faktual dalam bahasa yang (107), al-Fil (105), al-‘Asr
jelas dan logis, dalam karya (103), dan al-Qadr (97) secara
yang estetis, dalam gerakan benar
yang mencerminkan anak 4.2 Mendemonstrasikan hukum
sehat, dan dalam tindakan bacaan Al-Qamariyah dan Al-
yang mencerminkan perilaku Syamsiyah
anak beriman dan berakhlak 4.3 Menghafalkan hadis tentang
mulia. hormat kepada orang tua riwayat
Tirmizi dari Abdullah bin Umar
( ررااات في ررا الوالدين.…)
70
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
2.3 Terbiasa melaksanakan shalat
Berjamaah
71
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
mukmin adalah bersaudara
72
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menghayati ajaran yang
ajaran agama yang dianutnya. terkandung dalam Q.S. an-Nasr
(110) dan al-Kautsar (108).
1.2 Menerima Q.S. al-‘adiyat (100)
sebagai firman Allah swt.
1.3 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dilakukan dengan
benar dan baik
1.4 Meyakini bahwa niat
menentukan baik dan tidaknya
sebuah amal perbuatan
1.5 Menyadari bahwa taqwa adalah
kunci kebahagiaan
73
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
kandungan hadis tentang takwa
riwayat at-Tirmizi dari Abu Zar
(اتق ااا حيثما كنت.…)
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menulis lafal Q.S. an-Nasr (110)
faktual dalam bahasa yang dan al-Kautsar (108) dengan
jelas, sistemaatis dan logis, benar
dalam karya yang estetis, 4.2 Menghafalkan Q.S. al-‘adiyat
dalam gerakan yang (100) secara benar dan fasih
mencerminkan anak sehat, dan 4.3 Mendemonstrasikan hukum
dalam tindakan yang bacaan Izhar dan ikhfa’
mencerminkan perilaku anak 4.4 Menghafalkan hadis tentang niat
beriman dan berakhlak mulia. riwayat al-Bukhari dari Umar
bin Khattab
(إ ػ فماالعماؿ بالنيات.…)
4.5 Menghafalkan hadis tentang
takwa riwayat at-Tirmizi dari
Abu Zar
(اتق ااا حيثما كنت.…)
74
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
implementasi dari pemahaman
hadis tentang silaturrahim
75
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
dengan keluarga, teman, 2.2 Terbiasa membaca al Qur’an
dan guru. dengan baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari
2.3 Terbiasa berperilak menyayangi
anak yatim sebagai
implementasi dari pemahaman
hadis tentang menyayangi anak
yatim
76
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
benar dan baik
1.3 Menyadari bahwa memberi dan
berbagi adalah perbuatan yang
dicintai oleh Allah swt.
77
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
1. Menerima dan menjalankan 1.1 Menghayati nilai-nilai
ajaran agama yang dianutnya. kandungan Q.S. ad-Duha (93)
1.2 Menyadari bahwa membaca al
Qur’an harus dilakukan dengan
benar dan baik
1.3 Menyadari bahwa memberi dan
berbagi adalah perbuatan yang
dicintai oleh Allah swt.
78
Kompetensi Inti Kompetensi dasar
السفلى....)
Keterangan :
KI dan KD untuk mata pelajaran yang lain terlampir
79
2. Muatan Lokal dan Muatan Kekhasan Satuan Pendidikan
a. Rasional Dilaksanakan Muatan Lokal
Sejalan dengan Implementasi Kurikulum 2013 terdapat tiga
jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum
Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat
Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum
Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan
Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-
masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan
diberlakukan pada setiap jenjang sekolah
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda.
Selain disesuaikan dan didasarkan pada Struktur Kurikulum Tingkat
Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
didasarkan pada Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 69
Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal dan Bahasa Daerah
pada Jenjang pendidikan Dasar dan menengah.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda didasari pula
oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang
Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan
bahasa daerah, antara lain, Bahasa dan Sastra Sunda, diajarkan pada
pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa
UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945
yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3 - 8, yang
menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB,
80
SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan
lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang
“pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”.
Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan
70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di
antaranya menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat
secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya.
Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga
merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat.
Bahasa Sunda juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran di kelas-
kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran Bahasa Sunda diperkenalkan
kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, Bahasa Sunda sebagai salah satu
khasanah dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara
akan menjadi landasan bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh
karena itu, Bahasa Sunda harus diperkenalkan di Taman Kanak-kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar
(SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) /
Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) /
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / Madrasah Aliah (MA). Untuk
kepentingan itu, perlu disusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.
Pembelajaran Bahasa Sunda diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya dan Budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Sunda, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam
dirinya. Pembelajaran Bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
81
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Sunda
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap budaya dan hasil karya Sastra Sunda.
Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa Sunda yang memiliki
kesamaan dengan kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap Bahasa dan Bastra Sunda. Kompetensi Inti ini menjadi dasar
bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional,
dan nasional. Secara substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang
sejalan dengan pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap
keagamaan (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk
menghasilkan manusia yang pengkuh agamana (spiritual quotient), (2)
sikap kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk menghasilkan manusia
yang jembar budayana (emotional quotient), (3) menguasai pengetahuan,
teknologi, dan seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia
yang luhung elmuna (intellectual quotient), dan (4) memiliki
keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk menghasilkan manusia yang
rancage gawena (actional quotient).
Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan
dari tujuan pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Mata Pelajaran
Bahasa Sunda ini, selaras dengan alasan pengembangan Kurikulum 2013,
diharapkan peserta didik memiliki:
1) Kemampuan berkomunikasi;
2) Kemampuan berpikir jernih dan kritis;
82
3) Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
4) Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;
5) Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan
yang berbeda;
6) Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal;
7) Minat yang luas dalam kehidupan;
8) Kesiapan untuk bekerja;
9) Kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan
10) Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Daerah
merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat
melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa
daerah diperkuat oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi sebagai berikut :
Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi
bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan
fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan
perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan
budaya Indonesia.
Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan
oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam
mengembangkan dan membina bahasa daerah, adanya kebijakan
kurikulum tingkat daerah, dan keberagaman pemerintah daerah dalam
83
menetapkan konten muatan lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan
pendidikan bahasa daerah tetap menjadi wewenang pemerintah daerah.
Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal untuk pendidikan bahasa
daerah dan pendidikan seni budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal
di wilayah Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan
sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya
wajib dicantumkan dalam buku rapor.
84
c. Alokasi Waktu Muatan Lokal
Sesuai dengan bunyi pasal 5 ayat 1 Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor
69 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa Satuan Pendidikan di daerah
melaksanakan pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah paling sedikit 2
(dua) jam pelajaran setiap 1 (satu) minggu. Mengacu pada Peraturan
Gubernur no 69 Tahun 2013 maka diterapkanlah beban belajar untuk mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah 2 (dua jam) pelajaran setiap 1
(satu) minggu.
85
Pengembangan mata pelajaran muatan nasional sesuai dengan
Permendikbud 57 Tahun 2014. satuan pendidikan dapat melaksanakan
muatan lokal baik terintegrasi dengan Seni Budaya dan Prakarya atau
dilaksanakan terpisah. Di MIN 1 Kota Tasikmalaya muatan lokal
dilaksanakan secara terpisah dengan mengambil jam pelajaran dari Seni
budaya dan prakarya 1 jam dan dari pendidikan jasmani 1 jam. Sehingga
jumlah jam untuk seni budaya dan pendidikan jasmani menjadi 3 jam.
86
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi dan kehidupan sosial belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Penilaian pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak
kuantitatif seperti pada mata pelajaran. Tahapan Kegiatan Pengembangan Diri
dilakukan dengan cara :
a. Identifikasi
Daya dukung dan potensi
Bakat dan minat siswa.
b. Pemetaan
Jenis layanan pengembangan diri
Petugas yang melayani
Siswa yang dilayani
c. Program pencinta mata pelajaran dilakukan dengan cara penyusunan
Program (Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dikembangkan,
Materi Pokok, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian,
dan Sumber Belajar).
Pelaksanaan ( Orentasi, pemantapan, pengembangan )
Monitoring Pelaksanan
Penilaian ( terjadwal, terstruktur, kualitatif )
Analisis hasil penilaian (berbasis data, propesional, realitis, valid,
transparan dan akuntable)
Pelaporan : Umum dalam format raport
Rinci dalam buku laporan pengembangan diri.
Adapun kegiatan-kegiatan pengembangan dapat dilakukan antara lain melalui :
a) Kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi, kehidupan social, belajar, dan pengembangan karier peserta
didik.
87
1. Tujuan Layanan.
Tujuan layanan bimbingan dan Konseling di sekolah untuk
membantu seluruh siswa mencapai tingkat perkembangan yang lebih
berarti baik bagi dirinya maupun lingkungannya, mengembangkan diri
dan mencapai pendidikan secara optimal. Adapun 10 tugas
perkembangan tersebut terdiri dari : Landasan Religius, Landasan
Prilaku Etis, Kematangan Emosional, Kematangan Intelektual,
Kesadaran Tanggung jawab, Peran sosial sebagai Pria atau Wanita,
Penerimaan diri dan Pengembangan, Kemandirian Prilaku Ekonomi,
Wawasan dan Persiapan Karir, dan Kematangan Hubungan Dengan
Teman Sebaya.
Tujuan layanan Bimbingan dan Konseling agar siswa :
a. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME
b. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam
peranannya sebagai pria dan wanita
c. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima
dalam kehidupan yang lebih luas
d. Mengenal kemampuan, bakat dan minat serta arah kecenderungan
karir dan apresiasi seni
e. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan atau berperan dalam
kehidupan di masyarakat
f. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan
mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi
g. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai
pribadi mandiri, anggota masyarakat dan warga negara
h. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis
terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri
Ruang lingkup pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi hal-hal
sebagai berikut :
88
1) Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi kegiatan dalam bentuk
jenis layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukungnya
secara terprogram yang direncanakan secara khusus dan diikuti oleh
siswa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadi mereka, meliputi
pengembangan :
a. kehidupan pribadi
b. kemampuan sosial
c. kemampuan belajar
d. wawasan dan perencanaan karir.
2) Pelayanan Bimbingan dan Konseling sebagai upaya pendidikan, memuat
materi pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu materi:
a. Ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Kejujuran
c. Kecerdasan
d. Ketangguhan
e. Kepedulian
3) Pelayanan Bimbingan dan Konseling secara khusus membantu
pengembangan arah peminatan siswa, yang meliputi peminatan:
a. Akademik
b. Kejuruan
c. Pilihan lintas minat atau pendalaman minat
d. Studi lanjut.
4) Pelayanan Bimbingan dan Konseling bekerjasama dengan berbagai
komponen yang terkait baik di dalam maupun di luar satuan pendidikan
dalam rangka menunjang kesuksesan siswa untuk mengembangkan diri
dan mencapai pendidikan secara optimal.
89
membantu siswa/ sasaran layanan memahami lingkungan baru,
seperti lingkungan satuan pendidikan bagi siswa baru, dan obyek-
obyek yang p e r l u dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran di lingkungan baru yang
efektif dan berkarakter.
2) Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu siswa/sasaran layanan menerima dan memahami
berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan
pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang membantu siswa/sasaran layanan
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam
kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler secara terarah, objektif
dan bijak.
4) Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa/sasaran layanan menguasai
konten tgertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang
berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sesuai
dengan tuntutan karakter yang terpuji.
5) Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa/sasaran layanan dalam
mengentaskan masalah pribadinya melalui prosedur perorangan.
6) Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa/sasaran layayan dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan
belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang
terpuji melalui dinamika kelompok.
7) Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa/sasaran layanan dalam
90
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi sesuai dengan tuntutan
karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok.
8) Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu siswa/sasaran layanan dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara dan atau
perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai
dengan tuntutan karakter yang terpuji.
9) Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu siswa /sasaran layanan dalam menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan dengan pihak lain sesuai
dengan tuntutan karakter yang terpuji.
10) Layanan Advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu siswa/sasaran layana untuk memperoleh kembali
hak-hak dirinya yang tidak diperhatian dan atau mendapat
perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter yang
terpuji.
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di SD/MI adalah
disatukan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas beserta wali kelas
dengan beban kerja paling sedikit melaksanakan pembimbingan dengan
rasio 1 : 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun ajaran pada 1
(satu) atau lebih satuan.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan bimbingan dan konseling
Guru Bimbingan dan Konseling beserta wali kelas bekerja sama dengan
berbagai pihak di dalam dan di luar satuan pendidikan, dan orang tua
secara profesional dan proporsional.
Kerja sama tersebut di atas dalam rangka manajemen bimbingan
dan konseling yang menjadi bagian integral dari manajemen suatu
pendidikan secara menyeluruh
b) Kegiatan Ektrakurikuler
91
Pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas
ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan. Ragam kegiatan
ekstrakurikuler diuraikan berikut.
1) Ekstrakurikuler Wajib
Ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan pramuka. Kegiatan
ekstrakurikuler ini wajib diikuti siswa. Di samping itu siswa juga harus
mendapatkan nilai memuaskan pada setiap semester. Nilai
ekstrakurikuler wajib berpengaruh terhadap kenaikan kelas. Nilai di
bawah memuaskan dalam dua semester mengharuskan peserta didik
menempuh program khusus.
2) Ekstrakurikuler Pilihan
Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat
diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minat masing-
masing yang meliputi:
a. Ekstrakurikuler Olahraga
b. Ekstrakurikuler Bahasa Inggris
c. Ekstrakurikuler Kesenian
d. Ekstrakurikuler Pramuka
e. Ekstrakurikuler Keagamaan
f. Ekstrakurikuler UKS
g. Ekstrakurikuler Drum band
h. BTQ (Membaca dan Menulis Al-Quran)
Tujuannya adalah :
1. Peserta didik memiliki kemampuan membaca dan menulis Al
Qur’an.
2. Peserta didik menguasai ilmu tajwid
Pelaksanaan : Seni membaca dan menulis Al-Quran
dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 13.00
Sistem Penilaian : Bentuk Tagihan
a) membaca dan menulis Al Qur’an
b) menjawab pertanyaan tentang ilmu tajwid
92
c. Pembiasaan
Pembiasaan atau kegiatan pengembangan diri untuk penunjang
pembentukan sikap yang sudah menjadi pembiasaan setiap hari sebelum
atau sesudah kegiatan pembelajaran dilakukan dengan kegiatan berikut :
a. Pembiasaan Rutin untuk mendukung
pembentukan akhlak dan penanaman/ pengamalan ajaran Islam. Adapun
kegiatan pembiasaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pembiasaan disiplin Pelaksanaan upacara bendera setiap hari senin
pagi
2) Pembiasaan sholat berjamaah dzuhur
3) Pembiasaan CATUR PESONA (Budaya 4S = Salam, Sapa, Senyum
dan Silaturrahmi)
4) Pembiasaan mengaji Al-Qur’an (Tadarus) 10 menit sebelum KBM.
5) Pembiasaan Berdoa’a sebelum dan sesudah belajar.
6) Pembiasaan Sholat Dhuha
7) Pembiasaan Budaya bersih, sehat dan Lingkungan Nyaman.
8) Pembiasaan budaya dan minat baca di Perpustakaan.
9) Pembiasaan Membaca Asmaul Husna setiap hari sebelum belajar
10) Pembiasaan Pemeriksaan kesehatan badan (Kuku, Gigi, dll) setiap hari
senin setelah selesai upacara.
11) Pembiasaan Membaca surat Yaasin setiap hari jum’at.
12) Pembiasaan menabung dan bershadaqoh.
b. Pembiasaan Terprogram
1) Kegiatan Perayaan Hari besar islam (PHBI)
2) Pemahaman dan hafalan surat-surat pendek (Zuz 30)
3) Pembentukan cara berfikir dan sikap ilmiah.
4) Kegiatan pesantren kilat / peningkatan IMTAQ
5) Pekan Kreatifitas Seni dan Olah Raga antar Kelas (PORAK)
6) Sholat Dhuha dan Yaasin bersama
93
7) Kegiatan karya wisata
8) Kegiatan Bakti Sosial keagamaan
9) Kegiatan Qurban di sekolah
10) Mengadakan lomba-lomba.
c. Pembiasaan Spontan
1) Pembiasaan mengucapkan / memberi salam
2) Pembiasaan berdo’a / menjawab salam ketika bersin
3) Pembiasaan membuang sampah pada tempatnya
4) Pembiasaan sikap ramah dan memberi salam ketika bertemu
5) Pembiasaan hidup antri
6) Pembisaan kesetiakawanan sosial dan berjiwa sosial
7) Pembiasaan minta maaf dan berterima kasih
8) Penguatan ciri madrasah dengan implementasi akhlak islami
(bersalaman dan saling mendoakan) ketika bertemu atau berpisah
d. Pembiasaan keteladanan
1) Pembiasaan penampilan hidup sederhana
2) Pembiasaan berkata dan bertutur kata yang baik dan sopan
3) Pembiasaan tepat waktu dalam segala hal
4) Pembiasaan berpakaian rapi, bersih dan menarik
5) Pembiasaan hidup hemat dengan rajin menabung.
6) Penanaman Budaya Minat Baca
7) Penanaman Budaya K 7
94
e. Pekan Kreativitas Siswa
1) Festival Seni
2) Lomba Kelas
3) Pembinaan dan Bimbingan Peserta Lomba :
a. Aksioma
b. KSM
c. Siswa Berprestasi
d. Dokter Kecil
e. MTQ
4. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu
pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antar 0% s.d
100%. Kriteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing idikator adalah
75%. Madrasah harus menentukan kriteria ketuntasan belajar minimal dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa serta kemampuan
sumber daya pendukung dalam menyelenggarakan pembelajaran. Madrasah
secara bertahap dan berkelanjutan selalu mengusakan peningkatan kriteria
ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan belajar ideal.
a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan boleh menentukan KKM lebih dari KKM
nasional dengan terlebih dulu melakukan analisis atas tiga hal (intake,
kompleksitas KD, dan daya dukung) untuk KD-KD pada KI sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Kurikulum ini menerapkan sistem pembelajaran tuntas (mastery
learning). Artinya seluruh Indikator dari masing-masing Kompetensi Dasar
untuk seluruh mata pelajaran harus dicapai secara tuntas oleh peserta didik.
Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu
95
pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%
dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria:
1) Kompleksitas : - Tinggi = 50 - 64
- Sedang = 65 - 80
- Rendah = 81 - 100
2) Daya dukung : - Tinggi = 81 - 100
- Sedang = 65 - 80
- Rendah = 50 – 64
3) Intake : - Tinggi = 81 - 100
- Sedang = 65 – 80
- Rendah = 50 - 64
Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas sedang, daya dukung tinggi
dan intake sedang maka nilainya adalah rata-rata setiap nilai dari kriteria
yang kita tentukan. Dalam menentukan rentang nilai dan menentukan nilai
dari setiap kriteria perlu kesepakatan dalam forum musyawarah guru kelas
dan guru mata pelajaran di sekolah. Dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran, kriteria ketuntasan
minimal untuk masing-masing indikator ditetapkan 80%. Sekolah secara
bertahap dan berkelanjutan selalu mengusahakan peningkatan kriteria
ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Tabel 3.3
Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan MIN 1 Kota
Tasikmalaya Kompetensi pengetahuan dan keterampilan dengan katagori
sebagai berikut :
96
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 70 70 65 75 70 70
4. Bahasa Arab 70 70 64 75 75 70
5. Matematika 65 65 65 70 70 70
6. Ilmu Pengetahuan Alam - - 65 75 75 72
7. Ilmu Pengetahuan Sosial - - 70 74 75 70
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 70 70 70 74 78 75
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 70 70 70 75 75 74
Kesehatan
Kelompok C
1. Bahasa sunda 61 61 68 70 70 70
Jumlah Alokasi Waktu perminggu 34 36 40 43 43 43
97
a. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remedial individual sesuai
dengan kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai kurang
dari 7,00
b. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk melanjutkan
pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik yang memperoleh
nilai 7,00 atau lebih dari 7,00; dan
c. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai dengan
kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang
dari 7,00.
d. Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang
secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara
holistik (paling tidak oleh guru kelas. guru mata pelajaran, guru BK, dan
orang tua)
2) Program Pengayaan
a. Bagi peserta didik yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 7,00 (B) untuk kompetensi
pengetahuan dan keterampilan diberikan pengayaan
b. Pengayaan boleh diikuti oleh peserta didik yang telah mencapai KKM
dalam setiap kompetensi dasar.
c. Kegiatan pengayaan dilaksanakan di dalam/di luar jam pembelajaran.
d. Penilaian dalam program pengayaan dapat berupa tes maupun nontes.
Nilai pengayaan yang lebih tinggi dari nilai sebelumnya dapat
digunakan/ diperhitungkan.
98
1) Siswa telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua
semester pada tahun pelajaran yang diikuti;
2) Siswa telah mencapai tingkat kompetensi pengetahuan (KI 3) dan
keterampilan (KI 4) yang dipersyaratkan, minimal sama dengan KKM,
yaitu (b-). (satuan pendidikan dapat menentukan kkm di atas ketentuan
minimal, b-);
3) Mencapai Nilai kompetensi sikap (KI 1 dan KI 2) untuk setiap mata
pelajaran sekurang-kurangnya baik (b);
4) Memiliki maksimal dua mata pelajaran yang masing-masing nilai
kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilannya di bawah
KKM;
5) Kehadiran siswa minimal 75% Ketidakhadiran siswa tanpa keterangan
maksimal 15% dari jumlah hari efektif;
6) Prilaku / sikap dengan kriteria baik, sesuai dengan ketentuan madrasah.
7) Tidak tersangkut perkelahian, tindak kriminal dan pengguna narkoba.
8) Berdasarkan hasil rapat pleno dewan guru.
b. Kelulusan
Kelulusan siswa dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan / dinyatakan
tuntas semua program pembelajaran dari kelas 1 s/d 6 Sesuai dengan
ketentuan PP.19/2005 Pasal 72 Ayat (1),siswa dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan dasar jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Siswa telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dengan
kriteria ketuntasan belajar minimal pada semua Kompetensi Dasar
(KD), Kompetensi Inti (KI) dan Indikator semua mata pelajaran.
2. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan.
3. Persentasi kehadiran minimal 75%
4. Lulus Ujian Madrasah
99
5. Tidak tersangkut perkelahian, tindak kriminal dan pengguna narkoba.
6. Berdasarkan rapat pleno dewan guru.
100
Adapun tujuan khusus pendidikan kecakapan Hidup ( life Skill ) yang
dilaksanakan untuk menunjang masa depan dan keterampilan hidup siswa,
adalah sebagai berikut:
1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan berbagai masalah
2. Memberi wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik
3. Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
4. Memberikan kesempatan kepada madrasah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas
5. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan madrasah dan di
masyarakat.
Pendidikan kecakapan hidup yang diterapkan di MIN 1 Kota
Tasikmalaya adalah Baca Tulis Al-Quran (BTQ) yang mencakup seni baca
qiroatul qur’an (Tilawatil Qur’an, Murotal dan Fahmil Qur’an). Dalam upaya
menunjukkan kekhasan atau keunggulan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah
dianggap penting Baca Tulis Qur’an dijadikan sebagai sebuah pendidikan
kecakapan hidup yang lebih berorientasi pada kecakapan hidup yang islami.
Berikut adalah kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai dalam
kegiatan pembelajaran kecapan hidup.
Tabel 3.4
PROGRAM PEMBELAJARAN BTQ
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
101
KELAS KOMPETENSI DASAR
IV beberapa surat pendek Juz Amma
Membaca lancar, fasih dan menulis Al Quran serta hafal
V beberapa surat pendek Juz Amma.
Membaca sesuai tajwidz, menulis Al Quran dan menguasai
VI surat panjang Juz Amma.
Implementasi pendidikan kecakapan hidup dilakukan dengan
mengintegrasikan kecakapan personal, sosial dan akademik kedalam seluruh
mata pelajaran, muatan lokal atau pengembangan diri. Rincian dari kecakapan
hidup tersebut bisa di lihat pada tabel berikut :
Kecakapan
Kecakapan Personal Kecakapan Sosial
Akademik
Berfifkir Kritis Bekerja Sama Menguasai
Berfikir Logis Mengendalikan Emosi pengetahuan
Komitmen Interaksi Dalam Bersikap ilmiah
Mandiri kelompok Berfikir Strategis
Percaya diri Mengelola konflik Berkomunikasi
Tanggung Jawab Berpartisipasi Ilmiah
teman
Kecakapan memimpin
102
Kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya telah memprogramkan pengembangan
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, yaitu pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan
lain-lain yang bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
Program tersebut dapat ditempuh dalam dua alternatif, yaitu sebagai berikut :
1) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian
dari semua mata pelajaran dan dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik MIN 1
Kota Tasikmalaya dari satuan pendidikan formal lain dan/atau non formal
yang bekerja sama dan bermitra dengan MIN 1 Kota Tasikmalaya.
Satuan pendidikan dapat memasukan potensi lokal untuk diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran tertentu sebagai sumber belajar. Keterampilan lokal dan
global di MIN 1 Kota Tasikmalaya untuk Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah
membuat Kerajinan dari barang bekas.
Tabel 3.5
PROGRAM KETERAMPILAN LOKAL DAN GLOBAL
MIN 1 KOTA TASIKMALAYA
103
KELAS KOMPETENSI DASAR
Mengumpulkan barang-barang bekas seperti kaleng bekas
susu
III Membersihkan barang bekas tersebut
Membungkus barang bekas tersebut dengan kertas kado
Memanfaatkan barang bekas tersebut menjadi tempat pensil
Mengumpulkan barang-barang bekas yang ukuran kecil
seperti bekas mesin jam tangan atau mengumpulkan barang-
barang bekas dari bahan - bahan alam seperti cangkang/kulit telur,
biji-bijian, atau ranting pohon yang kering
IV
Tempelkan barang-barang bekas tersebut sesuai dengan
sketsa yang direncanakan (Kolase).
Setelah selesai kolase tersebut, dapat ditempelkan pada
dinding.
Mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol minuman
plastik
Mengecat botol minuman plastik itu dengan cat berwarna-
V
warni
Menjadikan botol minuman plastik tersebut menjadi sebuah
pot gantung
Mengumpulkan barang bekas seperti koran
Melipat kertas koran menjadi ukuran kecil memanjang
Membuat anyaman dari kertas koran yang sudah dilipat
VI memanjang
Membentuk anyaman dari koran tersebut menjadi benda-
benda kerajinan seperti tempat sampah, tempat majalah, atau
tempat serba guna
104
BAB IV
PENGATURAN BEBAN BELAJAR
a. Beban Belajar
105
tatap muka merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik.
Selain jenis mata pelajaran yang diperlukan untuk membentuk
kompetensi, juga diperlukan beban belajar per minggu dan per semester atau
per tahun. Beban belajar ini kemudian didistribusikan ke berbagai mata
pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi yang diharapkan dapat dihasilkan
oleh tiap mata pelajaran. Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang
harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun
pembelajaran
Beban belajar dan struktur kurikulum yang digunakan di MIN 1 Kota
Tasikmalaya di Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat terinci dalam tabel berikut
ini
1) Beban belajar di Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran
per minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 34 jam pembelajaran.
b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 36 jam pembelajaran.
c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 40 jam pembelajaran.
d. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 43 jam
pembelajaran, durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
2) Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit
18 minggu dan paling banyak 20 minggu.
3) Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan
paling banyak 20 minggu.
4) Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan
paling banyak 16 minggu.
5) Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan
paling banyak 40 minggu.
Beban belajar secara keseluruhan di MI Negeri 1 Kota Tasikmalaya dapat
diuraikan lebih terinci pada tabel berikut :
106
Tabel 4.1
Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan MIN 1 Kota Tasikmalaya
Satu jam Minggu
Jumlah jam
pembelajaran Efektif per Waktu pembelajaran per
Kelas pembelajaran
tatap tahun tahun
Per Minggu
muka/menit ajaran
1.292 jam pembelajaran
1 35 34 38
(45.220 menit)
1.368 jam pembelajaran
2 35 36 38
(47.880 menit)
1.520 jam pembelajaran
3 35 40 38
(53.200 menit)
1.634 jam pembelajaran
4 35 43 38
(57190 menit)
1.634 jam pembelajaran
5 35 43 38
(57190 menit)
1.634 jam pembelajaran
6 35 43 38
(57190 menit)
107
menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik sehingga mereka
menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka
pelajari di lingkungan madrasah dan masyarakat sekitarnya. Selain itu
bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses
dan hasil belajar.
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
berstruktur maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata
pelajaran yang bersangkutan. Contoh mata pelajaran IPA dalam satu minggu 3
jam pelajaran Untuk tatap muka 60 %. Contoh perhitungan pemberian tugas
3 x 35 menit = 105 menit maka 40% penugasan yaitu 40% x 105 menit = 42
menit jadi untuk pemberian tugas hanya 56 menit per minggu.
Alokasi waktu untuk praktek, dua jam kegiatan praktek di madrasah
stara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktek di luar madrasah stara
dengan dua jam tatap muka. Alokasi untuk pengembangan ekspresi dan potensi
disesuaikan dengan jenis pengembangan yang di pilih.
108
BAB V
KALENDER PENDIDIKAN
109
2) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran untuk setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri.
110
Madrasah-madrasah pada daerah tertentu yang memerlukan libur
keagamaan lebih panjang dapat mengatur hari libur keagamaan sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif.
Bagi madrasah yang memerlukan kegiatan khusus dapat mengalokasikan
waktu secara khusus tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif. Hari libur umum/nasional atau penetapan hari
serentak untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan disesuaikan dengan
Peraturan Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
Kalender Pendidikan MIN 1 Kota Tasikmalaya disusun dengan
berpedoman kepada kalender Pendidikan Nasional yang disesuaikan dengan
program madrasah.
Tabel 5.1
Alokasi Waktu Kalender Pendidikan
Alokasi
No Kegiatan Keterangan
Waktu
Minggu efektif belajar
36 – 38
1. regular setiap tahun
Minggu
untuk kelas 1 s/d V
Minggu efektif semeter Digunakan untuk kegiatan
18
2. ganjil tahun terakhir pembelajaran efektif pada setiap
minggu
untuk kelas VI satuan pendidikan
Minggu efektif semeter
3. genap tahun terakhir 14 minggu
untuk kelas VI
4. Jeda Tengah semester 2 Minggu Satu minggu setiap semester
5. Jeda antar semester 2 Minggu Antara semester 1 dan 2
Digunakan untuk penyiapan
Libur Akhir Tahun
6. 3 Minggu kegiatan dan administrasi akhir
Pelajaran
dan awal tahun pelajaran
Libur pada saat awal Ramadhan
7. Hari Libur Keagamaan 3 Minggu
dan Libur Idul Fitri
Hari Libur Umum / Disesuaikan dengan peraturan
8. 2 Minggu
Nasional pemerintah
111
Alokasi
No Kegiatan Keterangan
Waktu
Untuk satuan pendidikan sesuai
9. Hari Libur Khusus 1 Minggu dengan ciri kekhususan masing-
masing
Digunakan untuk kegiatan yang
dipogramkan secara khusus oleh
Kegiatan Khusus
10. 3 Minggu Madrasah seperti Porak, Porseni,
Madrasah
Rapat Perifikasi kenaikan dan
kelulusan dan rapat lainnya
Tabel 5.2
Penjabaran Kalender Pendidikan
Implementasi kegiatan tersebut di MIN 1 Kota Tasikmalaya untuk Tahun
ajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut :
112
NO URAIAN KEGIATAN SEMESTER I SEMESTER II
Libur Maulid Nabi
11. 1 Desember 2017 -
Muhammad SAW
12. Libur Hari Natal 25 Desember 2017 -
BAB V
113
PENUTUP
114
diri maupun budaya madrasah. Peta nilai dan indikator yang disajikan dalam
naskah ini merupakan contoh penyebaran nilai yang dapat diajarkan melalui
berbagai mata pelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi
Inti (KI) yang terdapat dalam standar isi (SI). Begitu pula melalui program
pengembangan diri, seperti kegiatan rutin madrasah, kegiatan spontan,
keteladanan, pengkondisian. Perencanaan pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa ini perlu dilakukan oleh semua pemangku kepentingan di
madrasah yang secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan
ke dalam kurikulum madrasah yang selanjutnya diharapkan menghasil budaya
madrasah.
Penyempurnaan pedoman ini akan terus menerus dilanjutkan seiring
dengan kompleksnya permasalahan pendidikan terutama dalam pembentukan
budaya dan karakter bangsa. Penyajian pembelajaran yang bernuansa belajar aktif
dengan muatan budaya dan karakter bangsa perlu menjadi perhatian terutama
dalam membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari semua pihak pemerhati, pelaksana
pendidikan untuk kesempurnaan yang akhirnya dapat memberikan pencerahan
pelaksanaan di tingkat madrasah. Selanjutnya diharapkan kualitas produk peserta
didik yang memiliki ahklak budi mulia sebagai pencerminan bangsa yang besar.
Dengan adanya kurikulum yang dibuat oleh Madrasah ini, maka
diharapkan terdapat pedoman operasional yang jelas bagi seluruh warga madrasah
dan pihak terkait sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Pada
kesempatan yang indah ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada tim pengembang kurikulum MI Negeri 1
Kota Tasikmalaya yang telah bekerja keras mereview Dokumen 1 Kurikulum MI
Negeri 1 Kota Tasikmalaya edisi 2016/2017 ini dan semua pihak yang telah
membantu. Semoga amal bhaktinya diterima oleh Allah SWT sebagai amalan
shalihan maqbulan. Amin.
Kami menyadari dalam penyusunan dokumen 1 Kurikulum MIN 1 Kota
Tasikmalaya ini masih sangat jauh dari harapan, oleh karena itu kami mohon saran
dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaannya. Akhirnya
115
kami berharap semoga dokumen 1 Kurikulum MIN 1 Kota Tasikmalaya ini dapat
bermakna dan dapat memberikan manfaat bagi pelaksanaan dan peningkatan mutu
pembelajaran di madrasah kami, amin, yaa Rabbal Alamiin.
116
LAMPIRAN-LAMPIRAN
117
118