Anda di halaman 1dari 8

 Keselamatan Pasien

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Permenkes 1691 / VIII / 2011 Tentang KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


a. Pasal 5 : Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan
program dgn mengacu pada kebijakan nasional Komite KPRS. 7 \
b. Pasal 6 :
1. Ayat 1 : Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan
pasien.
2. Ayat 4 : TKPRS melaksanakan tugas: mengembangkan program keselamatan pasien di
rumah sakit sesuai dengan kekhususan rumah sakit tersebut; menyusun kebijakan dan
prosedur terkait dengan program KPRS; menjalankan peran untuk melakukan motivasi,
edukasi, konsultasi, pemantauan (monitoring) dan penilaian(evaluasi)tentang terapan
(Implementasi) program KPRS; bekerja sama dengan bagian Diklat RS untuk melakukan
pelatihan internal KPRS; melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran; memberikan masukan dan pertimbangan
kepada kepala rumah sakit dalam rangka pengambilan kebijakan KPRS; dan membuat
laporan kegiatan kepada kepala RS.
c. Pasal 7 Standar Keselamatan Pasien
d. Pasal 8 Sasaran Keselamatan Pasien
e. Pasal 9 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi:
1. Hak pasien;
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
2. Mendidik pasien dan keluarga;
Standar :
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
Standar :
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan.
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien;
Standar :
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatanpasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standar :
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk mengupayakan
pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6 (enam) hal sebagai berikut:

1. Ketepatan identifikasi pasien;


2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;dan
Pengurangan risiko pasien jatuh
 Klasifikasi RS
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44 tahun 2009).
Klasifikasi Rumah Sakit diatur pada UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan
Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang klasifikasi rumah sakit
Tujuan dan Fungsi Rumah sakit :
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit umum
mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatansesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelengggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.
Contoh Rs Sesuai Tipe :
 TIPE A= Dr.Soetomo Sby
 TIPE B= Dr. Soedono Madiun
 TIPE C= RSU Tulungagung
 TIPE D= RSU Panti Waluyo Madiun
Klasifikasi RS Berdasarkan jenis pelayanannya:
 Rumah Sakit Umum
adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik
dan subspesialistik.
 Rumah Sakit Khusus
adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan
untuk penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non bedah, misal:
Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan
Anak, dan lain-lain.

Klasifikasi RS dalam Segi Tenaga Kerja :


1. RS Tipe A :
o 18 dokter umum untuk pelayanan medik dasar 4 dokter gigi umum untuk pelayanan
medik gigi mulut6 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar
o 3 dokter spesialis untuk septiap jenis pelayanan medik sepsialis penunjang
o 3 dokter spesiali untuk setiap jenis pelyanan medik spesialis lain
o 2 dokter subspesiali untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis
o 1 dokter gigi untuk setiap jenis pelayanan medik spesilis gigi mulut
2. RS Tipe B :
 12 dokter umum untuk pelayanan medik dasar
 3 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut
 3 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar
 2 dokter spesialis untuk septiap jenis pelayanan medik sepsialis penunjang
 1 dokter spesiali untuk setiap jenis pelyanan medik spesialis lain
 1 dokter subspesiali untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis
 1 dokter gigi untuk setiap jenis pelayanan medik spesilis gigi mulut
3. RS Tipe C :
 9 dokter umum untuk pelayanan medik dasar
 2 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut
 2 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar
 1 dokter spesialis untuk septiap jenis pelayanan medik sepsialis penunjang
 1 dokter gigi untuk setiap jenis pelayanan medik spesilis gigi mulut
4. RS Tipe D :
 4 dokter umum untuk pelayanan medik dasar
 1 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut
 1 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar
Klasifikasi RS dalam Segi Keperawatan
1. RS Tipe A :
 Jumlah sesuai tempat tidur pd rawat inap
 Kualifikasi & kompetensi disesuaikan dengan keb. RS
2. RS Tipe B :
 Jumlah sesuai tempat tidur pd rawat inap
 Kualifikasi & kompetensi disesuaikan dengan keb. RS
3. RS Tipe C
 Dihitung dengan perbandingan 2 perawat utk 3 tempat tidur
 Kualifikasi & kompetensi disesuaikan dengan keb. RS
4. RS Tipe D
 Dihitung dengan perbandingan 2 perawat utk 3 tempat tidur
 Kualifikasi & kompetensi disesuaikan dengan keb. RS
Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Segala hal yang menyangkut
Puskesmas diatur dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014.
Klasifikasi Puskesmas dalam Segi Tenaga Kerja
Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis
beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk
dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi;
i. tenaga kefarmasian.

Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan,
sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis
dan jumlah minimal Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini .
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam
bekerja. (2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Aturan regulasi / pengelolaan.
Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan :
Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
(1) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
(2) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit,
atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya :
Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat.
(1) Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum
yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah
dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
(2) Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan
Terbatas atau Persero.

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan
standar rumah sakit pendidikan.
Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang
membidangi urusan pendidikan.
(1) Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan
penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
(2) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah
Sakit.

Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.

 Standar bangunan RS type B


Pengklasifikasian rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis penyelenggaraan pelayanan, yang terdiri
dari rumah sakit umum (RSU), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua
bidang dan jenis penyakit dan rumah sakit khusus (RSK), yaitu rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada suatu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan kekhususannya.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum adalah pengelompokan Rumah Sakit Umum berdasarkan
perbedaan tingkatan menurut kemampuan pelayanan kesehatan, ketenagaan, fisik dan peralatan
yang dapat disediakan dan berpengaruh terhadap beban kerja, yaitu rumah sakit kelas A, B, C dan
D.

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
sekurang-kurangnya pelayanan umum dan 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar.

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
sekurang-kurangnya pelayanan medik 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan penunjang
medik.

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang
medik, 8 (delapan) spesialis lainnya dan 2 (dua) subspesialis dasar serta dapat menjadi RS
pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik,
12 (dua belas) spesialis lainnya dan 13 (tiga belas) subspesialis serta dapat menjadi RS pendidikan
apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.
Persyaratan Umum Bangunan Rumah Sakit :
 Pemilihan lokasi.
(1) Aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi, Lokasi harus mudah dijangkau oleh
masyarakat atau dekat ke jalan raya dan tersedia infrastruktur dan fasilitas dengan mudah, misalnya
tersedia pedestrian, Aksesibel untuk penyandang cacat
(2) Kontur Tanah kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan harus
dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur tanah juga berpengaruh terhadap
perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain.
(3) Fasilitas parkir. Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS sangat penting, karena
prasarana parkir dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak lahan. Perhitungan kebutuhan
lahan parkir pada RS idealnya adalah 1,5 s/d 2 kendaraan/tempat tidur (37,5m2 s/d 50m2 per tempat
tidur)1 atau menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi daerah setempat. Tempat parkir harus
dilengkapi dengan rambu parkir.
(4) Tersedianya utilitas publik. Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan air kotor/limbah,
listrik, dan jalur telepon. Pengembang harus membuat utilitas tersebut selalu tersedia.
(5) Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Setiap RS harus dilengkapi dengan persyaratan
pengendalian dampak lingkungan
(6) Bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain.
 Pasien dan petugas membutuhkan udara bersih dan lingkungan yang tenang.
 Pemilihan lokasi sebaiknya bebas dari kebisingan yang tidak semestinya dan polusi atmosfer yang
datang dari berbagai sumber.
(7) Master Plan dan Pengembangannya. Setiap rumah sakit harus menyusun master plan
pengembangan kedepan. Hal ini sebaiknya dipertimbangkan apabila ada rencana pembangunan
bangunan baru. Review master plan dilaksanakan setiap 5 tahun.
 Massa Bangunan.
(1) Intensitas antar Bangunan Gedung di RS harus memperhitungkan jarak antara massa
bangunan dalam RS dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
b. Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
c. Kenyamanan;
d. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;

(2) Perencanaan RS harus mengikuti Rencana Tata Bangunan & Lingkungan (RTBL), yaitu :
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Ketentuan besarnya KDB mengikuti peraturan daerah
setempat. Misalkan Ketentuan KDB suatu daerah adalah maksimum 60% maka area yang dapat
didirikan bangunan adalah 60% dari luas total area/ tanah.
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Ketentuan besarnya KLB mengikuti peraturan daerah
setempat. KLB menentukan luas total lantai bangunan yang boleh dibangun. Misalkan
Ketentuan KLB suatu daerah adalah maksimum 3 dengan KDB maksimum 60% maka luas
total lantai yang dapat dibangun adalah 3 kali luas total area area/tanah dengan luas lantai dasar
adalah 60%.
c. Koefisien Daerah Hijau (KDH) Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil
bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat
tentang bangunan gedung, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan
1. daerah resapan air
2. ruang terbuka hijau kabupaten/kota
d. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP) Ketentuan besarnya GSB
dan GSP harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL atau peraturan daerah setempat.

(3) Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang berlaku).
(4) Pengembangan RS pola vertikal dan horizontal Penentuan pola pembangunan RS baik
secara vertikal maupun horisontal, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
diinginkan RS (;health needs), kebudayaan daerah setempat (;cultures), kondisi alam daerah
setempat
 Zonasi.
adalah pembagian atau pengelompokan ruangan-ruangan berdasarkan persamaan karakteristik
fungsi kegiatan untuk tujuan.

Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit adalah zonasi berdasarkan tingkat
risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan
pelayanan.

(1) Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
 area dengan risiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis.
 area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non-penyakit menular, rawat jalan.
 area dengan risiko tinggi, yaitu ruang isolasi, ruang ICU/ICCU, laboratorium,
pemulasaraan jenazah dan ruang bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
 area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, IGD, ruang bersalin, ruang patolgi.

(2) Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari :


 area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar rumah
sakit, misalkan ruang rawat jalan, gawat darurat apotek).
 area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langsung dengan
lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang menerima beban kerja dari
area publik, misalnya laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik.
 area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit, umumnya area
tertutup, misalnya seperti ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang kebidanan, ruang
rawat inap.

(3) Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari :


 Zona Pelayanan Medik dan Perawatan yang terdiri dari : ruang rawat jalan, ruang gawat
darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan Intensif, ruang operasi, ruang rehabilitasi
medik, ruang kebidanan, ruang hemodialisa, ruang radioterapi, ruang kedokteran nuklir,
ruang transfusi darah/bank darah.
 Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari : ruang farmasi, ruang radiodiagnostik,
laboratorium, ruang diagnostik terpadu, ruang sterilisasi/CSSD), dapur utama, laundri,
pemulasaraan jenazah dan forensik, ruang sanitasi, ruang pemeliharaan sarana.
 Zona Penunjang Umum dan Administrasi yang terdiri dari : Bagian Kesekretariatan dan
Akuntansi, Bagian Rekam Medik, Bagian Logistik/ Gudang, Bagian Perencanaan, Sistem
Pengawasan Internal (SPI), Bagian Pendidikan dan Penelitian, Bagian Personalia, Bagian
Pengadaan, Bagian Informasi dan Teknologi (IT)
MANAJEMEN FISIK
RESUME (KESELAMATAN PASIEN, KLASIFIKASI RS, ATURAN REGULASI
ATAU PENGELOLAAN, STANDAR BANGUNAN RS.

Dosen Pembimbing :
Bedjo Utomo, SKM, M. Kes
NIP. 19651013 198803 1 002

Disusun oleh:
I Komang Yogi Mahardika
P27838116001
3B1

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai