Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
dari penelitian yang telah dilakukan, meliputi hasil pembuatan mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat, kurva baku amoksisilin trihidrat, hasil
optimasi kecepatan dan lama pengadukan terhadap respon ukuran partikel,
entrapment efficiency, dan kekuatan mucoadhesive. Selain itu, juga diuraikan hasil
dan pembahasan dari karakteristik formula optimum yang didapatkan.
Formula
Organoleptis
1 A B AB
Bentuk Serbuk Serbuk Serbuk Serbuk
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
Bau amoksisilin amoksisilin amoksisilin amoksisilin
trihidrat trihidrat trihidrat trihidrat
4.2 Pembuatan Kurva Baku Amoksisilin Trihidrat
4.2.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum amoksisilin trihidrat ditentukan
dengan cara mengukur absorbansi larutan baku amoksisilin trihidrat pada
konsentrasi 180 ppm dalam aquadest dengan rentang panjang gelombang 200-400
nm menggunakan Spektrofotometer UV. Penentuan panjang gelombang
maksimum berdasarkan absorbansi tertinggi dan masuk ke dalam rentang
absorbansi yaitu 0,2-0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007). Amoksisilin trihidrat
dalam aquadest pada panjang gelombang 272 nm dihasilkan absorbansi yaitu
sebesar 0,484 nm. Hal ini sesuai dengan panjang gelombang maksimum
amoksisilin trihidrat dalam pelarut aquadest sebesar 272 nm (Moffat et al., 2005).
Spektra panjang gelombang maksimum amoksisilin trihidrat dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Hasil selengkapnya absorbansi larutan baku amoksisilin trihidrat
dapat dilihat pada Lampiran A.1.
3,5
2,5
Absorbansi
1,5
0,5
0
200 225 250 275 300 325 350 375 400
Panjang Gelombang (nm)
0,5
Series1
0,4
Linear (Series1)
0,3
0,2
0,1
0
0 100 200 300 400
Konsentrasi (ppm)
Formula (AB) Kecepatan pengadukan 1000 rpm dalam waktu 2 jam pada
memberikan nilai rata-rata ukuran partikel yang paling kecil yaitu 335,958 µm.
Nilai rata-rata ukuran partikel paling besar terdapat pada formula (1) yaitu
706,251 µm dengan kecepatan pengadukan 600 rpm dalam waktu 1 jam. Formula
(A) dan formula (B) menghasilkan nilai rata-rata ukuran partikel yaitu 451,475
µm dan 605,063 µm.
Hasil analisis One Way ANOVA dari software SPSS versi 16 pada
Lampiran F1 menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki sebaran data
yang normal dan homogen dengan nilai signifikansi >0,05 sehingga data yang
diperoleh dapat dilanjutkan ke analisis ANOVA. Hasil analisis ANOVA nilai
ukuran partikel antar formula memiliki nilai signifikansi <0,05. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai respon ukuran partikel antar formula memiliki
perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui letak perbedaan signifikansi dari
nilai respon ukuran partikel antar formula dilakukan analisis post hoc (LSD).
Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan signifikansi antar formula pada nilai ukuran
partikel. Hasil analisis LSD menunjukkan bahwa nilai respon ukuran partikel
antar formula memiliki perbedaan yang signifikan.
Tabel 4.3 Hasil analisis post hoc (LSD) nilai ukuran partikel antar formula
PI .......................................................................................(5)
Hasil analisis One Way ANOVA dari software SPSS pada Lampiran F2
menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki sebaran data yang normal dan
homogen dengan nilai signifikansi >0,05 sehingga data yang diperoleh dapat
dilanjutkan ke analisis ANOVA. Hasil analisis ANOVA nilai entrapment
efficiency antar formula memiliki nilai signifikansi <0,05. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai respon entrapment efficiency antar formula memiliki
perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui letak perbedaan signifikansi dari
nilai respon entrapment efficiency antar formula dilakukan analisis post hoc
(LSD). Tabel 4.5 menunjukkan perbandingan signifikansi antar formula pada nilai
entrapment efficiency. Hasil analisis LSD menunjukkan bahwa nilai respon
entrapment efficiency antar formula tidak seluruhnya memberikan perbedaan yang
signifikan. Formula 1 terhadap formula AB maupun sebaliknya tidak memberikan
efek yang signifikan. Hal tersebut terjadi karena koefisien faktor lama pengadukan
lebih besar daripada faktor kecepatan pengadukan, dimana semakin lama
pengadukan yang dilakukan maka nilai entrapment efficiency semakin menurun,
sehingga nilai entrapment efficiency formula 1 dengan formula AB tidak berbeda
signifikan.
Tabel 4.5 Hasil analisis post hoc (LSD) nilai entrapment efficiency antar formula
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa nilai rata-rata yield dari formula
optimum yaitu 82,387 %. Hasil tersebut lebih besar dari nilai rata-rata yield
mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat yang dihasilkan dari penelitian
Yellanki et al., (2010) yaitu sebesar 78,843 %. Hal itu menunjukkan bahwa
metode solvent evaporation yang digunakan dalam preparasi mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat menghasilkan jumlah microspheres yang
maksimal dan efisien. Yield dapat dipengaruhi oleh viskositas larutan. Semakin
tinggi viskositas larutan menyebabkan larutan menjadi sukar mengalir dan
memungkinkan banyak bahan yang tertinggal atau menempel pada alat, selain itu
proses penyaringan yang kurang tepat menjadi salah satu penyebab hilangnya
microspheres sehingga nilai yield turun (Yadav & Jain 2011).
4.8.3. Analisis FTIR
Analisis FT-IR digunakan untuk menunjukkan ada atau tidak gugus fungsi
amoksisilin trihidrat dengan polimer carbomer dan etil selulosa yang berubah
setelah preparasi (Prem et al., 2017). Hasil analisis FTIR dapat diketahui dengan
menganalisis karakteristik gugus fungsi pada amoksisilin trihidrat murni, polimer
carbomer, etil selulosa, dan formula optimum sediaan mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat. Hasil analisis FTIR yaitu spektra dari suatu
bahan yang ditunjukkan dengan adanya gugus fungsi spesifik pada bilangan
gelombang tertentu.
Hasil spektra FTIR amoksisilin trihidrat murni dapat dilihat pada Gambar
4.12. Pada bagian A dengan bilangan gelombang 3455,16 cm-1 menandakan
terdapat gugus amida (N-H), bagian B pada bilangan gelombang 3391,07 cm-1
menunjukkan adanya gugus alkohol (O-H), bagian C diketahui serapan pada
bilangan gelombang 1773,79 cm-1 menunjukkan adanya gugus asam karboksilat
(C=O). Pada bilangan gelombang 1665,87 cm-1 yang ditunjuk oleh bagian D
menunjukkan adanya gugus amida (C=O), bagian E pada bilangan gelombang
1580,74 cm-1 menunjukkan adanya gugus amina primer (N-H), bagian (F) pada
bilangan gelombang 1518,35 cm-1 menunjukkan adanya gugus aromatik (C=C).
Pada bilangan gelombang 1313,89 cm-1 yang ditunjuk oleh bagiaan G
menandakan adanya gugus amina (C-N) dan pada bilangan gelombang 1249,59
cm-1 yang ditunjuk oleh bagian H menunjukkan adanya gugus asam karboksilat
(C-O) (Pavia et al., 2008). Dari penjelasan hasil spektra tersebut dapat
disimpulkan bahwa sampel amoksisilin trihidrat murni yang digunakan dalam
penelitian ini telah sesuai dengan karakteristik bahan aktif amoksisilin trihidrat.
Hasil spektra FTIR polimer carbomer terdapat pada gambar 4.13. Pada
bagian A diketahui serapan pada bilangan gelombang 1708,39 cm-1 yang
menunjukkan adanya gugus asam karboksilat (C=O). Pada bagian B diketahui
serapan pada bilangan gelombang 1246,58 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus
asam karboksilat (C-O) (Pavia et al., 2008 Dari hasil tersebut diketahui bahwa
polimer carbomer yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan
karakteristik bahan polimer carbomer..
Gambar 4. 13 Hasil spektra FTIR polimer carbomer
Hasil spektra FTIR polimer etil selulosa terdapat pada Gambar 4.14. Pada
bagian A diketahui serapan pada bilangan gelombang 2974,01 cm-1 yang
menunjukkan adanya gugus alkana (C-H). Pada bagian B diketahui terdapat
serapan pada bilangan gelombang 1102,76 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus
eter (C-O) (Pavia et al., 2008). Dari hasil tersebut diketahui bahwa polimer etil
selulosa yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan karakteristik
bahan polimer etil selulosa.
Gambar 4. 14 Hasil spektra FTIR polimer etil selulosa
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil faktor kecepatan dan
lama pengadukan memiliki efek yang berbeda-beda terhadap respon ukuran
partikel, entrapment efficiency, dan kekuartan mucoadhesive, tetapi kedua faktor
tersebut memberikan hasil yang berbeda signifikan antar formula.