Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BIOLOGI BERORIENTASI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PEWARISAN


SIFAT UNTUK KELAS IX

Rahmadhani Fitri, Ramadhan Sumarmin, Yuni Ahda


Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Padang

Abstrak

Berdasarkan analisis LKS, ditemukan bahwa tujuan pembelajaran tidak


relevan dengan Kompetensi Dasar. LKS yang yang dipakai khususnya pada materi
pewarisan sifat juga kurang menarik dan tidak ada tantangan bagi siswa untuk
menemukan sendiri, berpikir sendiri, dan bertanya lebih lanjut tentang materi
tersebut. Selain itu sajian materi pada LKS belum memberikan contoh-contoh
yang nyata bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS
biologi berorientasi pendekatan kontekstual pada materi pewarisan sifat untuk
kelas IX SMP yang valid, praktis, dan efektif. Jenis peneitian ini adalah penelitian
pengembangan. Perangkat pembelajaran ini dikembangkan dengan menggunakan
four-D models tanpa tahapan disseminate. Data didapatkan dari hasil validasi
dan uji coba perangkat yang dikembangkan. LKS yang telah didesain, divalidasi
oleh empat orang pakar dan tiga orang praktisi kemudian di uji coba secara
terbatas di kelas IX SMPN 2 Pasaman untuk mengetahui praktikalitas dan
efektivitas perangkat yang dikembangkan. Hasil penelitian didapatkan bahwa LKS
yang dikembangkan pada pembelajaran IPA biologi berorientasi pendekatan
kontekstual pada materi pewarisan sifat untuk kelas IX dinyatakan sangat valid,
praktis, dan cukup efektif.
Kata Kunci: LKS, Pendekatan Kontekstual, Pewarisan Sifat.

Abstract

Based on analysis of the student worksheets, its found that the purpose of
learning topic is not relevant with base competency yet. The student worksheet that
are used, especially in the topic of inheritance are also no interesting and a
challenge for students to find, to think, and ask by himself about the topics. Beside
it, the examples of learning topic and the student worksheet is not give the real
ones for student yet. This study aimed to result the student worksheets, form in
contextual approach to biology-oriented on the topic of inheritance for the student
at grade IX of junior high school are valid, practical, and effective. This is the
development research. The research used a four-D models without disseminate
phase. The data came from validation and testing device developed. The student
worksheet that has been designed, validated by four experts and three
practitioners, and then testing in limited in grade IX of SMPN 2 Pasaman to know
the practicalities and effectiveness of instrument developed. The result show that
the student worksheets has been developed for biology science oriented contextual
approach on the subject of inheritance for IX grade are very valid, practical, and
effectiveness.
Keywords : the student worksheet, contextual approach, inheritance.

Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 55


56 Rahmadhani Fitri, Pengembangan Lembar Kerja …

Pendahuluan
IPA mempelajari tentang alam baik pakai oleh siswa di SMPN 2 Pasaman di-
itu makhluk hidup maupun benda mati dan temukan bahwa LKS yang digunakan
segala sesuatu yang berkaitan dengannya khususnya pada materi pewarisan sifat
(BSNP, 2006: 149). Salah satu cabang IPA masih memiliki kekurangan. Kekurangan
yang mempelajari alam tersebut adalah yang ditemukan pada LKS yang digunakan
biologi. Biologi adalah ilmu yang mem- diantaranya adalah tujuan pembelajarannya
pelajari tentang segala sesuatu mengenai belum sesuai dengan KD materi pewarisan
makhluk hidup. Sebagian besar ilmu bio- sifat dan kurangnya contoh yang nyata bagi
logi berasal dari keingintahuan tentang diri- siswa. Pada LKS juga ditemukan bahwa
nya, lingkungannya, dan tentang kelang- indikator pembelajaran “menentukan gamet
sungan jenisnya. Mata pelajaran biologi, dari genotipe tetua/induk”, penjabaran ma-
didalamnya tercakup berbagai proses yang terinya kurang lengkap. Penjabaran materi-
terjadi pada makhluk hidup dalam ke- nya hanya melalui contoh-contoh persilang-
hidupan sehari-hari. an, tetapi uraian tentang didapatkannya
Materi biologi yang dipelajari di SMP gamet dari genotipe tetuanya tidak jelas.
salah satu diantaranya adalah tentang pe- Jadi, jika siswa belajar mandiri, maka
warisan sifat. Materi pewarisan sifat selama kemungkinan siswa akan kesulitan dalam
ini masih dianggap sebagai materi yang menentukan gamet dari genotipe induk
sulit di tingkat sekolah menengah. Pada yang diberikan pada soal sebagai latihan
umumnya, materi pewarisan sifat disuguh- bagi siswa. Masalah yang sama juga di-
kan melalui uraian-uraian materi yang temukan pada materi tentang percobaan
panjang atau produk berupa hapalan yang Mendel yang masih kurang.
begitu sarat (banyak) sehingga siswa ber- Pada LKS juga belum memberikan
anggapan bahwa materi pewarisan sifat ini contoh-contoh yang dekat dengan lingkung-
adalah materi yang sulit. Hal ini disebabkan an sekitar siswa, sehingga materi pewarisan
oleh karakteristik materi pewarisan sifat itu sifat menjadi abstrak bagi siswa. Karena
sendiri yang perlu pemahaman konsep agar tidak adanya contoh, siswa juga akan
siswa dapat mengerti dan paham. kesulitan untuk menemukan sendiri dan
Menurut Arsyad (2009) salah satu berpikir kritis untuk memberikan contoh-
sumber belajar dan media pembelajaran contoh lain tentang peristiwa pewarisan
yang dirasa dapat membantu siswa maupun sifat. Padahal contoh-contoh tersebut dapat
guru dalam proses pembelajaran adalah diambil dari diri siswa sendiri yang
LKS. LKS merupakan salah satu sumber dijadikan sebagai model.
belajar yang dapat dikembangkan oleh guru Pada LKS juga ditemukan beberapa
sebagai fasilitator dalam kegiatan pembe- kekurangan lainnya yaitu LKS yang di-
lajaran. LKS yang disusun dapat dirancang gunakan siswa kurang menarik bagi siswa
dan dikembangkan sesuai dengan kondisi karena materi hanya disajikan berupa
dan situasi kegiatan pembelajaran yang kalimat saja dan kurang komunikatif tanpa
akan dihadapi. Rohaeti dkk (Tanpa tahun: adanya gambar yang dapat memperjelas
3-4) menyampaikan juga bahwa LKS me- pemahaman siswa. Seperti yang disampai-
rupakan media pembelajaran, karena dapat kan Dahlan (2012) bahwa gambar pada
digunakan secara bersama dengan sumber LKS dapat memperjelas konsep dan materi
belajar atau media pembelajaran yang lain. pelajaran memberikan respon yang positif
LKS menjadi sumber belajar dan media (sangat sesuai). Artinya dengan adanya
pembelajaran tergantung pada kegiatan gambar siswa akan merasa tertantang dan
pembelajaran yang dirancang. berpikir untuk mencari dan mendalami
Hasil analisis terhadap LKS yang di- lebih lanjut tentang materi tersebut.
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 57

Berdasarkan hasil wawancara penulis contoh yang nyata atau dekat dengan siswa,
dengan beberapa siswa, ditemukan bahwa maka siswa akan sulit memahami materi
LKS yang digunakan kurang menarik bagi tersebut. Banyak manfaat yang dapat di-
siswa hal ini dikarenakan tampilan yang ambil oleh siswa dalam pembelajaran
kurang menarik (tanpa warna) akan bisa kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas
membuat siswa menjadi bosan. Seperti yang di dalamnya siswa akan menjadi
yang disampaikan Dahlan (2012) bahwa peserta aktif bukan hanya pengamat yang
LKS yang dikembangkan membuat siswa pasif, dan mereka akan lebih bertanggung
tertarik karena adanya pemberian warna jawab dengan apa yang mereka pelajari.
pada background dan kata-kata kunci pada Melalui tahapan-tahapan dalam proses pem-
teks yang disajikan pada LKS. belajaran berorientasi kontekstual diharap-
Hasil wawancara penulis dengan kan dapat meningkatkan penguasaan kon-
beberapa siswa di SMPN 2 Pasaman juga sep dan keterampilan berfikir kritis siswa.
menunjukkan bahwa submateri pewarisan Penelitian ini bertujuan untuk me-
sifat yang paling sulit untuk dipahami oleh ngembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
siswa adalah pada bagian menentukan hasil biologi berorientasi pendekatan kontekstual
persilangan monohibrid dan dihibrid. Pada pada materi pewarisan sifat untuk kelas IX
submateri menentukan rasio hasil per- SMP yang valid, praktis, dan efektif.
silangan monohibrid dan dihibrid siswa
kesulitan dan kurang memahami bagaimana Metode
cara melakukan persilangan monohibrid Penelitian ini merupakan penelitian
dan dihibrid, cara menentukan gamet, dan pengembangan (research and the develop-
serta cara menentukan genotipe tetua dari ment) untuk menghasilkan produk baru,
keturunan yang ada. Siswa tidak dapat yaitu LKS biologi berorientasi pendekatan
menemukan sendiri konsep pada materi kontekstual pada materi pewarisan sifat
tersebut. untuk kelas IX. Model pengembangannya
Pendekatan kontektual (Contextual adalah model pengembangan 4-D (four D
Teaching and Learning/ CTL) merupakan Models) yang terdiri dari empat tahap yaitu
konsep belajar yang membantu guru me- pendefinisian(define),perancangan (design),
ngaitkan antara materi yang diajarkan pengembangan (develop) dan penyebaran
dengan situasi dunia nyata siswa dan men- (disseminate) (Thiagajaran, Semmel, dan
dorong siswa membuat hubungan antara Semmel dalam Trianto, 2012). Produk yang
pengetahuan yang dimilikinya dengan pene- dikembangkan pada penelitian ini dilaku-
rapannya dalam kehidupan mereka sebagai kan validasi, analisa pengamatan aktivitas
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan siswa, dan respon guru serta siswa terhadap
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan kegiatan pembelajaran menggunakan pro-
lebih bermakna bagi siswa. Proses pembe- duk yang telah dikembangkan.
lajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, Hasil dan Pembahasan
bukan mentransfer pengetahuan dari guru Analisis kurikulum difokuskan pada
ke siswa (Faridah, 2012). analisis Standar Kompetensi (SK) dan
Materi pewarisan sifat terkait lang- Kompetensi Dasar (KD) pada KTSP untuk
sung dengan kehidupan nyata siswa se- materi Pewarisan Sifat sebagaimana ter-
hingga akan memudahkan guru membe- cantum pada standar isi untuk satuan pen-
rikan contoh kepada siswa tentang materi didikan dasar dan menengah. Hasil analisis
tersebut. Misalnya materi persilangan SK dan KD yang terdapat dalam Standar Isi
monohibrid atau persilangan dihibrid. Pada dijabarkan menjadi indikator-indikator pen-
materi tersebut, jika guru tidak memberikan capaian kompetensi dan tujuan pembelajar-
58 Rahmadhani Fitri, Pengembangan Lembar Kerja ...

an. Penjabaran SK dan KD menjadi indi- SMP berada dalam tahap formal, yaitu
kator pencapaian kompetensi dipakai se- siswa yang sudah mulai dapat berfikir
bagai pertimbangan untuk menentukan kon- abstrak dan dapat memahami kemungkinan
sep-konsep yang diperlukan dalam pem- yang akan terjadi. Karakteristik siswa pada
belajaran biologi materi pewarisan sifat dan tahap operasional formal memiliki kecen-
untuk mengukur pencapaian SK dan KD. derungan menyukai warna-warna kontras,
Berdasarkan lampiran Permendiknas tetapi tidak mencolok. Mereka juga menye-
No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, SK nangi penyampaian materi dengan menyer-
dan KD mata pelajaran IPA (Biologi) kelas takan objek langsung atau melalui gambar.
IX semester 1 pada materi Pewarisan Sifat Tahapan terakhir dari tahap pende-
diketahui kompetensi yang akan dicapai finisian adalah analisis konsep. Analisis
meliputi: konsep merupakan dasar untuk menentukan
a. Standar Kompetensi (SK): 2. Mema- konsep-konsep utama dari materi pewarisan
hami kelangsungan hidup makhluk sifat. Analisis konsep ini didasarkan dari
hidup. analisis kurikulum. Berdasarkan analisis
b. Kompetensi Dasar (KD): 2.2 Mendes- kurikulum (pada indikator pencapaian kom-
kripsikan konsep pewarisan sifat pada petensi) adapun konsep-konsep penting
makhluk hidup dan 2.3 Mendeskripsi- yang harus dipahami siswa dalam mem-
kan proses pewarisan dan hasil pewaris- pelajari materi pewarisan sifat yaitu (1)
an sifat dan penerapannya. materi genetis, (2) simbol dan terminologi
Pada tahap pendefinisian selanjutnya dalam pewarisan sifat, (3) cara menentukan
dilakukan analisis siswa. Analisis siswa gamet, dan (4) pewarisan sifat menurut
yang dilakukan meliputi kemampuan Mendel.
akademik, usia, pengalaman dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis kurikulum,
Dalam penelitian ini siswa yang dijadikan analisis siswa, dan analisis konsep, maka
sebagai subjek penelitian adalah siswa SMP analisis tersebut dapat dijadikan gambaran
kelas IX yang berusia antara 14–15 tahun. dalam mengembangkan LKS biologi ber-
Analisis siswa ini bertujuan untuk mem- orientasi pendekatan kontekstual pada
bantu peneliti dalam mengembangkan materi pewarisan sifat untuk kelas IX.
perangkat pembelajaran berorientasi pende-
katan kontekstual pada materi pewarisan 1. Validitas LKS
sifat untuk kelas IX. Hasil analisis siswa Tabel 1. Data Hasil Validasi LKS oleh
diketahui bahwa siswa umumnya memiliki Validator Pakar
kemampuan akademik yang cukup bagus. Nilai
Walaupun seperti itu siswa kelas IX cende- No. Aspek Yang Dinilai Kriteria
Validasi
rung lebih cepat mengingat dan mengerti 1. Syarat didaktik 3,54 Sangat valid
materi yang bersifat hapalan. Jika siswa 2. Syarat konstruk 3,57 Sangat valid
3. Syarat kebahasaan 3,46 Valid
sudah dihadapi pada materi yang bersifat
4. Syarat teknis 3,19 Valid
penerapan dan analisis, siswa cenderung Nilai dan Kriteria Nilai
kesulitan untuk mengerti dan memahami 3,44 Valid
Validasi LKS
materi tersebut. Hasil analisis siswa yang
dilakukan juga dapat diketahui bahwa siswa LKS divalidasi oleh validator pakar
lebih menyukai LKS yang berwarna karena dengan rata-rata nilai validasinya 3,44
dengan adanya warna membuat pembelajar- kriteria valid dan praktisi pendidikan/
an lebih menyenangkan. teman sejawat dengan rata-rata nilai
Berdasarkan tahap perkembangan validasinya adalah 3,40 kriteria valid. Hasil
intelektual menurut Piaget dalam Sanjaya Validasi LKS dapat di lihat pada Tabel 1
(2008: 267) siswa pada jenjang pendidikan dan Tabel 2.
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 59

Tabel 2. Data Hasil Validasi LKS oleh kontekstual adalah sesuai dalam peng-
Validator Praktisi Pendidikan gunaannya pada proses pembelajaran. Hasil
No. Aspek Yang Dinilai Nilai Validasi Kriteria analisis respon guru secara lengkap dapat
1. Kedalaman materi 3,40 Valid dilihat pada Tabel 3. Ini berarti bahwa LKS
berorientasi pendekatan kontekstual yang
Hasil validasi LKS yang dikembang- dikembangkan dapat membantu guru dalam
kan sudah valid. Hal ini berarti LKS yang memberikan penjelasan materi kepada
dikembangkan sudah baik dan dapat digu- siswa agar mudah untuk dipelajari dan
nakan sebagai sumber belajar bagi siswa diingat. Pada kriteria kesesuaian alokasi
dalam proses pembelajaran yang berorien- waktu memiliki kriteria cukup sesuai
tasi pendekatan kontekstual. LKS yang di- karena itu guru menyarankan agar LKS-nya
kembangkan merupakan panduan bagi lebih disesuaikan dengan alokasi waktu
siswa melakukan pembelajaran untuk yang tersedia. Akan tetapi secara keseluruh-
kegiatan teori dan praktikum. LKS yang an dapat disimpulkan bahwa LKS yang
dikembangkan memiliki langkah-langkah dikembangkan sudah bersifat praktis.
kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuh- Menurut Arikunto (2008), Sukardi (2011),
an buku ajar, tingkat perkembangan kogni- Purwanto (2009) Suatu produk dikatakan
tif siswa, penunjang kelancaran proses pem- mempunyai kepraktisan yang baik jika ke-
belajaran, pengembangan kemampuan dan mungkinan untuk menggunakan produk itu
kreativitas siswa. besar. Selain itu suatu produk dikatakan
Hasil validasi LKS yang menunjuk- praktis dapat dilihat dari kemudahan peng-
kan kriteria nilai valid ini dikarenakan LKS gunaannya, waktu yang diperlukan dalam
yang dibuat peneliti sudah sesuai dengan pelaksanaan, daya tarik perangkat/produk
tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh terhadap minat siswa dan mudah diinter-
LKS berorientasi pendekatan kontekstual pretasikan oleh guru ahli maupun guru
yang valid. LKS yang dikembangkan sudah lainnya.
memasukkan komponen-komponen pen-
Tabel 3. Respon Guru terhadap Praktika-
dekatan kontekstual uraian materi dan
litas LKS Berorientasi Pendekatan
langkah-langkah kegiatan LKS. Karena hal
Kontekstual pada Materi
tersebut, maka validator memberi nilai valid
Pewarisan Sifat
karena LKS yang dikembangkan peneliti
No. Aspek Yang Dinilai Nilai Kriteria
sudah memenuhi kriteria yang sesuai tujuan 1. Kepraktisan penggunaan 3,50 Sangat sesuai
pengembangan. Hal ini didukung oleh 2. Kesesuaian waktu 2,00 Cukup sesuai
Prasetiyo dan Sumarnom yang menyampai- 3. Kesesuaian ilustrasi 3,5 Sangat sesuai
kan bahwa LKS yang valid dikarenakan 4. Bahasa 3,00 Sesuai
LKS yang dikembangkan sudah sesuai Nilai dan Kriteria Kepraktisan 3,00 Sesuai
dengan tujuan pengembangannya. Pendapat
Prasetiyo dan Sumarno didukung oleh b. Respon Siswa terhadap Praktikalitas
Sudrajad (2009: 2) yang menyampaikan Perangkat Pembelajaran
bahwa perangkat percobaan yang valid Hasil respon siswa terhadap LKS
karena sudah sesuai dengan isi dan yang digunakan selama pembelajaran ber-
konstruknya. orientasi pendekatan kontekstual diketahui
dengan kategori sesuai. Hasil analisis res-
2. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran pon siswa secara lengkap dapat dilihat pada
a. Respon Guru terhadap Praktikalitas Tabel 4. Hal ini berarti penampilan LKS
LKS yang digunakan siswa menarik untuk dipe-
Hasil analisis angket respon guru lajari. Materi yang disajikan memiliki keter-
terhadap LKS berorientasi pendekatan kaitan dengan kehidupan nyata siswa. Pen-
60 Rahmadhani Fitri, Pengembangan Lembar Kerja ...

jelasan konsep dibantu oleh gambar-gambar (2009) yang menyampaikan bahwa gambar
yang mendukung serta latihan pada LKS berfungsi untuk membantu imajinasi siswa
melatih siswa dalam proses berpikir kritis. untuk menghubungkan materi yang sedang
dipelajari dengan keadaan alam di sekitar-
Tabel 4. Respon Siswa terhadap Praktika-
nya. Warningsih, menambahkan bahwa
litas LKS Berorientasi Pendekatan
gambar-gambar yang dimuat dalam suatu
Kontekstual pada Materi
bahan ajar seperti LKS dapat berfungsi
Pewarisan Sifat
No. Aspek Yang Dinilai Nilai Kriteria
tidak hanya sebagai dekorasi, tetapi gambar
1. Daya tarik 3,52 Sangat Sesuai juga dapat berisi informasi dan sebagai
2. Proses penggunaan 3,19 Sesuai ilustrasi. Gambar dapat menjelaskan se-
3. Kemudahan penggunaan 3,17 Sesuai suatu tanpa harus menggunakan kata-kata.
4. Waktu 3,27 Sesuai Selain itu gambar juga dapat berfungsi
5. Evaluasi 3,31 Sesuai
sebagai stimulus untuk berbicara dan
Nilai dan Kriteria Kepraktisan 3,29 Sesuai
menulis.
Respon siswa terhadap langkah-
Hasil analisis angket respon siswa langkah kegiatan pada LKS, keterkaitan
terhadap praktikalitas LKS yang dikem- materi dengan kehidupan sehari-hari, dan
bangkan menunjukkan bahwa siswa tertarik kesesuaian penggunaan LKS dengan waktu
mempelajari LKS karena memiliki tampilan yang tersedia memberikan respon yang
menarik. Warna-warna yang dipilih untuk baik, hanya saja tidak sebaik respon
teks, gambar, dan latar belakang LKS me- tampilan LKS. Siswa umumnya terlihat
rupakan warna-warna kontras yang men- ragu-ragu dalam mengisi langkah-langkah
dukung pembelajaran. Hal ini didukung kegiatan dan latihan pada LKS. Petunjuk
oleh pendapat Senam dkk. (2008) yang me- pada langkah-langkah kegiatan LKS sering
nyatakan bahwa wujud LKS yang menarik, luput untuk dibaca. Karena inilah menye-
disertai gambar dan ilustrasi di dalamnya, babkan siswa ragu dalam pengisian LKS.
akan membuat siswa lebih senang mem-
pelajarinya. Menurut Departemen Ilmu 3. Efektivitas LKS
Komputer (2006) setiap warna mampu Efektivitas LKS yang dikembangkan
memberikan kesan dan identitas tertentu dapat dilihat dari aktivitas dan hasil belajar
sesuai kondisi sosial pengamatnya. siswa.
Setiap warna memiliki makna tersen-
diri. Warna background LKS yang dipilih a. Aktivitas Siswa
oleh peneliti adalah warna ungu. Menurut Hasil pengamatan oleh observer ter-
Departemen Ilmu Komputer (2006) warna hadap aktivitas siswa di SMPN 2 Pasaman
ungu memiliki makna diantaranya adalah selama penggunaan LKS berorientasi pen-
spiritual, kemakmuran, kreativitas, kebijak- dekatan kontekstual menunjukkan aktivitas
an, dan pencerahan. Dari makna warna yang diharapkan. Siswa melakukan akitivi-
ungu ini, dapat disimpulkan bahwa warna tas dalam kelompok untuk kegiatan teori
ungu yang digunakan dapat merangsang maupun praktikum. Dari hasil observasi ter-
pembelajaran. sebut, diketahui aktivitas siswa menunjuk-
LKS dilengkapi dengan gambar kan katerogi yang sangat tinggi (Tabel 5).
mampu untuk memperjelas konsep. Seba- Persentase aktivitas belajar yang sangat
gaimana yang disampaikan Arsyad (2009) tinggi ini karena guru dapat menjadi
bahwa gambar digunakan sebagai alat fasilitator yang baik, membimbing siswa
untuk memvisualisasikan konsep yang dan mengkonfirmasi hasil belajar siswa.
ingin disampaikan pada siswa. Hal ini juga
didukung oleh Simatupang dan Junita
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 61

Tabel 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Setiap Pertemuan


%tase Aktivitas Pertemuan Ke- Rata-rata
No Aktivitas yang Diamati %tase
I II III IV V
Aktivitas
1. Mengerjakan LKS 100 100 100 100 100 100
2. Bertanya 87,5 81 100 100 96,2 92,9
3. Diskusi/ kerja sama dalam kelompok 100 100 100 100 100 100
4. Partisipasi dalam menyimpulkan 79,2 61,9 84 88 76,9 77,8
5. Mengerjakan latihan pada buku ajar 100 100 96 96 80,8 94,6
6. Mengadakan refleksi 91,7 100 100 100 100 98,3
Seperti yang disampaikan Hamalik rata lebih rendah dibandingkan dengan akti-
(2010) bahwa aktivitas diperlukan dalam vitas mengerjakan LKS dan diskusi kelom-
belajar karena pada prinsipnya belajar pok. Namun, sekalipun demikian masih
adalah berbuat. Salah satu indikator belajar dalam kategori aktivitas sangat tinggi. Akti-
adalah adanya perubahan tingkah laku. vitas bertanya ini terjadi antarsiswa ataupun
Hasil belajar akan tampak pada setiap siswa dengan guru. Aktivitas bertanya ini
perubahan pada aspek-aspek tingkah laku. juga dapat terjadi karena adanya media
Adapun aspek-aspek tersebut adalah penge- untuk komunikasi untuk siswa berupa ke-
tahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampil- lompok diskusi. Aktivitas bertanya ini juga
an, apresiasi, emosional, hubungan sosial, terjadi setelah siswa mengadakan refleksi.
jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan Aktivitas menyimpulkan pelajaran
lain-lain. Jika siswa telah melakukan per- memiliki persentase aktivitas terendah dari
buatan belajar, maka terjadi perubahan pada yang lainnya tetapi kategorinya memper-
salah satu atau beberapa aspek tingkah laku lihatkan kategori yang tinggi (baik). Akti-
tersebut. vitas yang lebih rendah dibanding aktivitas
Aktivitas mempelajari dan menger- lainnya ini disebabkan karena siswa ragu-
jakan LKS selalu memperlihatkan persen- ragu dalam menyampaikan kesimpulan
tase sangat tinggi. Hal ini disebabkan tentang materi yang dipelajari. Keraguan
karena ketertarikan siswa dengan warna- siswa ini mungkin disebabkan karena
warna yang digunakan. LKS dicetak full- mereka takut jika kesimpulan yang mereka
colour dengan latar belakang warna ungu. berikan salah.
Siswa mengerjakan LKS yang berisi tugas Dari uraian di atas dapat disimpulkan
untuk dilakukan di sekolah dan sebagian bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran
digunakan untuk tugas rumah dengan baik. dengan menggunakan LKS berorientasi
Aktivitas mempelajari dan mengerja- pendekatan kontekstual pada materi pe-
kan LKS ini juga didukung dengan adanya warisan sifat untuk kelas IX tinggi.
aktivitas diskusi kelompok siswa. Aktivitas
diskusi kelompok siswa ini memperlihatkan b. Hasil Belajar Ranah Kognitif
aktivitas dengan kategori sangat tinggi. Menurut Good dalam Sukardi (2011:
Seperti yang disampaikan Rustaman dkk. 75) bahwa ranah kognitif merupakan pe-
(2003) dan Senam dkk. (2008) dengan ada- ngetahuan yang lebih banyak didasarkan
nya aktivitas diskusi dalam proses pembela- perkembangannya dari persepsi, introspek-
jaran maka ini akan dapat merangsang ke- si, atau memori siswa. Ranah kognitif ter-
beranian dan kreativitas siswa dalam me- dapat enam jenjang proses berpikir yaitu
ngemukakan gagasannya. pengetahuan, hapalan, ingatan, pemaham-
Aktivitas oral dan mental, seperti ber- an,penerapan,analisis,sintesis,dan penilaian.
tanya dan menjawab/ menanggapi merupa- Berdasarkan hasil belajar aspek kognitif di
kan kegiatan yang memiliki persentase rata- SMPN 2 Pasaman diperoleh nilai rata-rata
62 Rahmadhani Fitri, Pengembangan Lembar Kerja ...

60,30. KKM yang telah ditetapkan adalah sangat baik.


70. Siswa yang tuntas secara individual Pelaksanaan praktikum pada pembe-
adalah hanya satu orang (4,35%). lajaran menekankan pada pemberian proses
Hasil belajar ranah kognitif ini kurang pengalaman belajar sendiri bagi siswa
memuaskan. Hal ini dikarenakan persiapan untuk mendapatkan perolehan informasi-
siswa untuk mengadakan tes formatif nya. Pada dasarnya, pemerolehan informasi
(ulangan harian) sangat kurang. Dari melalui berbuat dilakukan pada setiap per-
wawancara peneliti dengan siswa, siswa temuan. Menurut Singer dalam Juknis Pe-
mengaku jika persiapan untuk menghadapi nyusunan Perangkat Penilaian Psikomotor
ulangan harian utuk materi pewarisan sifat di SMA (Kemendiknas, 2010) mata pelajar-
kurang baik. Ini merupakan salah satu pe- an yang berkaitan dengan psikomotor ada-
nyebab hasil belajar ranah kognitif menjadi lah mata pelajaran yang lebih berorientasi
kurang memuaskan. Penyebab lainnya ada- pada gerakan dan menekankan pada reaksi-
lah kurangnya hati-hatinya siswa dalam reaksi fisik dan keterampilan tangan.
membaca pertanyaan ulangan harian, ini Ranah psikomotor adalah ranah yang
dibuktikan dengan adanya beberapa siswa berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
yang mengisi jawaban tidak sesuai dengan kemampuan bertindak setelah seseorang
maksud pertanyaan. Untuk mengatasi hal menerima pengalaman belajar tertentu.
ini dimasa yang akan datang, peneliti me- Menurut Sudijono (2008) hasil belajar
nyarankan agar siswa dimotivasi lebih baik ranah psikomotor merupakan kelanjutan
untuk mempersiapkan diri menghadapi dari hasil belajar ranah kognitif dan afektif.
ulangan harian. Hasil belajar kognitif dan afektif akan
Selain itu, guru memiliki aktivitas menjadi hasil belajar ranah psikomotor
yang kurang optimal dalam membimbing apabila siswa telah menunjukkan perilaku
siswa memahami materi pelajaran, sehingga atau perbuatan tertentu sesuai dengan
masih ada siswa yang belum mengerti dan makna yang terkandung dalam ranah
paham terhadap materi pelajaran. Hal ini kognitif dan afektifnya.
dibuktikan masih banyak siswa yang ber-
tanya tentang materi yang belum dimengerti Simpulan dan Rekomendasi
dan dipahami ketika guru memberi kesem- Simpulan
patan bertanya pada saat mengadakan ke- Berdasarkan pengembangan dan uji
giatan refleksi. Walaupun seperti itu, LKS coba LKS yang telah dilakukan, diperoleh
berorientasi pendekatan kontekstual yang LKS biologi berorientasi pendekatan
dikembangkan masih dapat meningkatkan kontekstual pada materi pewarisan sifat
partisipasi aktif siswa dan perhatian siswa untuk kelas IX melalui penelitian pengem-
untuk mengikuti proses pembelajaran. bangan dengan menggunakan model pe-
Proses pembelajaran dengan pendekatan ngembangan 4-D models yang valid,
kontekstual berlangsung dalam kondisi praktis, dan cukup efektif. LKS yang yang
menyenangkan. dihasilkan menarik untuk dipelajari oleh
siswa. Materi yang disajikan memiliki ke-
c. Hasil Belajar Ranah Psikomotor terkaitan dengan kehidupan nyata siswa.
Hasil belajar pada ranah psikomotor Penjelasan konsep dibantu oleh gambar-
diperoleh melalui pengamatan terhadap gambar yang mendukung serta latihan pada
kinerja siswa pada saat melakukan pem- LKS melatih siswa dalam proses berpikir
belajaran dengan menggunakan LKS ber- kritis. LKS yang dihasilkan melalui peneli-
orientasi pendekatan kontekstual. Rata-rata tian ini juga dapat mendukung proses pem-
hasil penilaian psikomotor terhadap penilai- belajaran baik itu untuk guru maupun siswa
an kinerja adalah 91,82 dengan kriteria nilai dan LKS yang digunakan dapat mening-
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 63

katkan hasil belajar dan aktivitas siswa Selatan.


dalam pembelajaran biologi. Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan Pem-
belajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah Kemendiknas. 2010. Juknis Penyusunan
peneliti lakukan, maka peneliti menyaran- Perangkat Penilaian Psikomotor di
kan hal-hal sebagai berikut. SMA. Jakarta: Kemendiknas, Direk-
a. Guru sebaiknya memperhatikan kesiap- torat Pembinaan SMA.
an belajar siswa untuk melakukan pem- Prasetiyo dan Sumarno. Pengembangan
belajaran agar proses pembelajaran ber- Perangkat Pembelajaran Biologi
langsung lebih optimal. Materi Pengelolaan Limbah
b. Perlu dilakukan uji coba terbatas di Berorientasi Kewirausahaan.
sekolah lain agar lebih diketahui bagai- http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
mana praktikalitas dan efektivitas LKS 11116372_ 2086-5481, diakses 31
yang telah dibuat oleh peneliti. Juli 2012.
c. Bagi guru biologi, untuk menggunakan
LKS berorientasi pendekatan konteks- Purwanto, M. N. 2009. Prinsip-prinsip
tual pada materi pewarisan sifat sebagai dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
alternatif perangkat pembelajaran Bandung: Remaja Rosdakarya.
dengan strategi yang berbeda untuk Rustaman, N.Y., S. Dirdjosoemarto, S. A.
siswa SMP kelas IX. Yudianto, Y. Achmad, R. Subekti, D.
Rochintaniawati, dan Mimin N. K.
Daftar Rujukan 2003. Strategi Belajar Mengajar
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Biologi. Bandung: Jurusan Pendidik-
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. an Biologi FPMIPA UPI.
Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan De-
Jakarta: Raja Grafindo Persada. sain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Kencana.
Pendidikan Dasar dan Menengah. Senam, R. Arianingrum, Rr. L. Permatasari,
Jakarta: Badan Standar Nasional dan Suharto. 2008. Efektivitas
Pendidikan. Pembelajaran Kimia untuk Siswa
Dahlan, D. 2012. Pengembangan Perang- SMA Kelas XI dengan Menggunakan
kat Pembelajaran Berbasis Quan- LKS Kimia Berbasis Life Skill.
tum Learning pada Materi Sistem Didaktika, Volume 9, Nomor 3: 280-
Pencernaan untuk Sekolah Mene- 290.
ngah Atas. Tesis tidak Diterbitkan. Simatupang, S., dan Junita. 2009. Pengaruh
Padang: PPS UNP. Penggunaan Media Audiovisual ter-
Departemen Ilmu Komputer. 2006. Modul hadap Hasil Belajar Siswa pada
Kuliah Penggunaan Warna: Pe- Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas
nerapan Teknologi Multimedia X Semester II SMAN 1 Binjai. Jurnal
dalam Proses Belajar Mengajar. Pendidikan dan Sains, Vol 4 (2): 72-
Bogor: FMIPA IPB. 76.
Faridah, T. 2012. Pembelajaran Berda- Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi
sarkan Pendekatan Kontekstual. Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Makassar: LPMP Provinsi Sulawesi Persada.
64 Rahmadhani Fitri, Pengembangan Lembar Kerja ...

Sudjana, N. 2010. Dasar-dasar Proses Terpadu: Konsep, Strategi, dan


Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Implementasinya dalam Kuriku-
Baru Algesindo. lum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Sudrajad, H. 2009. Pengembangan Perang-
kat Percobaan Konsep Rotasi untuk Warningsih, N. Gambar dalam
Pembelajaran Fisika di SMA dan Pengajaran Bahasa Asing.
Universitas. Jurnal Geliga Sains, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JU
Vol 3 (2): 1-7. R._Pend._BAHASA_JERMAN/1961
07211988032_NINING_WARNING
Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan,
SIH/Gambar_dalam_Pengajaran_Bah
Prinsip, dan Operasionalnya.
asa_Asing.pdf, diakses 20 Januari
Yogyakarta: Bumi Aksara.
2013.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai