Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN DOKTER UMUM

UPK PUSKESMAS TAMBELAN SAMPIT

1771

UPK PUSKESMAS TAMBELAN SAMPIT


PONTIANAK
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan tanggung
jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban menjaga mutu
pelayanan kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas. Untuk mewujudkan tenaga
kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan peran organisasi profesi tenaga
kesehatan yang memiliki peran dan kompetensi anggotanya.
Pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012, dari 736 daftar penyakit terdapat 144
penyakit yang harus dikuasai penuh oleh para lulusan karena diharapkan dokter di pelayanan
kesehatan primer dapat mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas.
Selain itu terdapat 275 keterampilan klinik yang juga harus dikuasai oleh lulusan program studi
dokter. Selain 144 dari 726 penyakit, terdapat 261 penyakit yang harus dikuasai lulusan untuk dapat
mendiagnosisnya sebelum kemudian merujuknya, baik merujuk dalam keadaaan gawat darurat
maupun bukan gawat darurat.
Melihat kondisi ini, diperlukan adanya panduan bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
primer yang merupakan bagian dari standar pelayanan kedokteran.Panduan ini selanjutnya menjadi
acuan bagi seluruh dokter di pelayanan primer dalam menerapkan pelayanan yang bermutu bagi
masyarakat. Panduan ini diharapkan dapat membantu dokter untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan sekaligus menurunkan angka rujukan dengan cara:

1. Memberi pelayanan sesuai bukti sahih terkini yang cocok dengan kondisi pasien,
keluarga dan masyarakatnya
2. Menyediakan fasilitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan standar pelayanan
3. Meningkatkan mawas diri untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
profesional sesuai dengan kebutuhan pasien dan lingkungan
4. Mempertajam kemampuan sebagai gatekeeper pelayanan kedokteran dengan menapis
penyakit dalam tahap dini untuk dapat melakukan penatalaksanaan secara cepat dan
tepat sebagaimana mestinya layanan primer

B. TUJUAN
Pembuatan pedoman internal bagi dokter di UPK Puskesmas Tambelan Sampit
bertujuan untuk :
1. Mewujudkan pelayanan kedokteran yang sadar mutu sadar biaya yang dibutuhkan
masyarakat
2. Sebagai pedoman baku minimum dengan mengutamakan upaya maksimal sesuai
kompetensi dan fasilitas yang ada,
3. Memiliki tolok ukur dalam melaksanakan jaminan mutu pelayanan.

C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran pedoman ini adalah seluruh dokter di UPK Puskesmas Tambelan Sampit yang
memberikan pelayanan.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup meliputi pelayanan kedokteran serta sarana dan prasarana penunjang
di fasilitas kesehatan primer.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. SUMBER DAYA MANUSIA


Penyelenggaraan pelayanan dokter di UPK Puskesmas Tambelan Sampit
dilaksankan oleh 2 orang dokter umum. Satu orang merupakan tenaga dokter fungsional
sebagai penanggungjawab ruang periksa umum dan satu orang tenaga dokter struktural
sebagai kepala puskesmas.
Semua tenaga dokter yang ada di UPK Puskesmas Tambelan Sampit harus
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) yang masih berlaku
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tingkat kemampuan dokter dalam pengelolaan penyakit di dalam SKDI dikelompokan
menjadi 4 tingkatan, yakni : tingkat kemampuan 1, tingkat kemampuan 2, tingkat kemampuan 3A,
tingkat kemampuan 3B, dan tingkat kemampuan 4A serta tingkat kemampuan 4B.

a. Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan


Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai
penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

b. Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
c. Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan
merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

3B. Gawat darurat


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
d. Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara m mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

BAB III

STANDAR PENULISAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS

Panduan ini memuat pengelolaan penyakit mulai dari penjelasan hingga


penatalaksanaan penyakit. Panduan Praktik Klinis (PPK) dokter pelayanan primer disusun
berdasarkan pedoman yang berlaku secara global dirumuskan bersama perhimpunan profesi
dan Kementerian Kesehatan.

Sistimatika PPK :

A. Judul Penyakit
Berdasarkan daftar penyakit terpilih di SKDI 2012, namun beberapa penyakit dengan
karakteristik yang hampir sama dikelompokkan menjadi satu judul penyakit.
 Kode Penyakit, dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut :
1. Kode International Classification of Primary Care (ICPC) 2 :
Kodifikasi yang dirancang khusus untuk fasilitas pelayanan primer. Kode disusun
berdasarkan atas alasan kedatangan, diagnosis dan penatalaksanaan. Alasan
kedatangan dapat berupa keluhan, gejala, masalah kesehatan, tindakan maupun
temuan klinik.
2. Kode International Classification of Disease (ICD) 10
Merupakan kodifikasi yang dirancang untuk rumah sakit. Kodifikasi dalam bentuk
nomenklatur berdasarkan sistim tubuh, etiologi, dan lain-lain.
 Tingkat kompetensi berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11
tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
B. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan berisi pengertian singkat serta prevalensi penyakit di Indonesia.
Substansi dari bagian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan awal serta
gambaran kondisi yang mengarah kepada penegakan diagnosis penyakit tersebut.
C. Hasil Anamnesis (Subjective)
Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering
disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit yang
diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor risiko, riwayat keluarga,
riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada
beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus diperoleh dokter
dari pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit tersebut.
D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang spesifik,
mengarah pada diagnosis penyakit. Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan
fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap harus
dilakukan oleh dokter layanan primer untuk memastikan diagnosis serta
menyingkirkan diagnosis banding.
E. Penegakan Diagnosis (Asesment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan anamnesis,
dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
F. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
 Bagian ini berisi sistimatika rencana penatalaksanaan berorientasi pada pasien yang
terbagi atas dua bagian yaitu penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi.
Selain itu bagian ini juga memberikan edukasi dan konseling pada pasien dan
keluarga, aspek komunitas, serta kapan dokter perlu merujuk pasien (kriteria rujukan)
 Dokter akan merujuk pasien bila memenuhi syarat TACC (Time-Age-Complication-
Comorbidity) berikut :
Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan dalam kondisi kronis atau
melewati Golden Time Standard
Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkatkan
risiko komplikasi serta kondisi penyakit lebih berat
Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi pasien
Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat
kondisi pasien.
Selain empat kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi
dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan
dengan persetujuan pasien.
G. Sarana Prasarana
Bagian ini berisi komponen fasilitas pendukung spesifik dalam penegakan diagnosis
dan penatalaksanaan penyakit tersebut. Penyediaan sarana prasarana tersebut
merupakan kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan.
H. Prognosis
Kategori prognosis sebagai berikut :
1. Ad vitam menunjuk pada pengaruh penyakit tersebut terhadap proses kehidupan
2. Ad functionam menunujuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau
fungsi manusia dalam melakukan tugasnya
3. Ad sanationam menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total sehingga dapat
beraktivitas seperti biasa
Prognosis digolongkan sebagai berikut :
1. Sanam : sembuh
2. Bonam : baik
3. Malam : buruk/jelek
4. Dubia : tidak tentu/ragu
Dubia ad sanam : tidak tentu/ragu-ragu cenderung sembuh/baik
Dubia ad malam : tidak tentu/ragu-ragu cenderung memburuk/jelek
Untuk penentuan prognosis sangat ditentukan dengan kondisi pasien saat diagnosis
ditegakkan

Anda mungkin juga menyukai