BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
nilai normal atas (upper limits of normal, ULN). Jika pemeriksaan EKG
awal tidak menunjukkan kelainan (normal) atau menunjukkan kelainan
yang nondiagnostik sementara angina masih berlangsung, maka
pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian. Jika ulangan EKG tetap
menunjukkan gambaran nondiagnostik sementara keluhan angina sangat
sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG diulang tiap
6 jam dan setiap terjadi angina berulang (Perki, 2018)
b. LDL Kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis
kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan: karena kadar LDL
yang meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh
darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk
mengetahui resiko PJK dari pada kolesterol total.
Kadar LDL Kolesterol
Normal Agak Tinggi Tinggi
130mg/dl 130-159md/dl >160md/dl
c. HDL Koleserol
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan
jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good
cholesterol) : karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah
kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah penebalan
dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses
arterosklerosis.
Kadar HDL Kolesterol
Normal Agak Tinggi Tinggi
<45mg/dl 35-45mg/dl >45mg/dl
4. Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok,
walaupun bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi .
Di Amerika serikat perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan
non caucasia ( tidak termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada non
caucasia kira-kira separuhnya.
5. Diet
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di
dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika
rata-rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar
kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa
nasi dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar
kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari
pada Amerika.
Beberapa peetunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :
• Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak
jenuh tinggi
• Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak
jenuh.
• Makanan harus mengandung rendah kolesterol
• Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan
berserat
• Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan
diturunkan pada obesitas dan memperbanyak exercise
6. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada lakilaki dan
> 21 % pada perempuan . Obesitas sering didapatkan bersama-sama
dengan hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol . Resiko PJK akan
jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20 % dari BB ideal. penderita
yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan
11
3. Pemeriksaan elektrokardiogram
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
mengarah kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan
sesegera mungkin sesampainya di ruang gawat darurat. Sebagai tambahan,
sadapan V3R dan V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada semua
pasien dengan perubahan EKG yang mengarah kepada iskemia dinding
inferior. Sementara itu, sadapan V7-V9 juga harus direkam pada semua
pasien angina yang mempunyai EKG awal nondiagnostik. Sedapat
mungkin, rekaman EKG dibuat dalam 10 menit sejak kedatangan pasien di
ruang gawat darurat. Pemeriksaan EKG sebaiknya diulang setiap keluhan
angina timbul kembali. Gambaran EKG yang dijumpai pada pasien dengan
keluhan angina cukup bervariasi, yaitu: normal, nondiagnostik, LBBB
(Left Bundle Branch Block) baru/ persangkaan baru, elevasi segmen ST
yang persisten (≥20 menit) maupun tidak persisten, atau depresi segmen
ST dengan atau tanpa inversi gelombang T. Penilaian ST elevasi dilakukan
pada J point dan ditemukan pada 2 sadapan yang bersebelahan. Nilai
ambang elevasi segmen ST untuk diagnosis STEMI untuk pria dan
perempuan pada sebagian besar sadapan adalah 0,1 mV.
Pada sadapan V1-V3 nilai ambang untuk diagnostik beragam,
bergantung pada usia dan jenis kelamin. Nilai ambang elevasi segmen ST
di sadapan V1-3 pada pria usia ≥40 tahun adalah ≥0,2 mV, pada pria usia
<40 tahun adalah ≥0,25 mV. Sedangkan pada perempuan nilai ambang
elevasi segmen ST di lead V1-3, tanpa memandang usia, adalah ≥0,15
mV. Bagi pria dan wanita, nilai ambang elevasi segmen ST di sadapan
V3R dan V4R adalah ≥0,05 mV, kecuali pria usia <30 tahun nilai ambang
≥0,1 mV dianggap lebih tepat. Nilai ambang di sadapan V7-V9 adalah
≥0,5 mV. Depresi segmen ST yang resiprokal, sadapan yang berhadapan
dengan permukaan tubuh segmen ST elevasi, dapat dijumpai pada pasien
STEMI kecuali jika STEMI terjadi di mid-anterior (elevasi di V3-V6).
Pasien SKA dengan elevasi segmen ST dikelompokkan bersama dengan
LBBB (komplet) baru/persangkaan baru mengingat pasien tersebut adalah
14
kandidat terapi reperfusi. Oleh karena itu pasien dengan EKG yang
diagnostik untuk STEMI dapat segera mendapat terapi reperfusi sebelum
hasil pemeriksaan marka jantung tersedia.
Tabel 2. Lokasi infark berdasarkan sadapan EKG
sadapan dengan Deviasi Segmen ST Lokasi Iskemia atau Infark
V1-V4 Anterior
V5-V6, I, Avl Lateral
II, III, Avf Inferior
V7-V9 Posterior
V3R, V4R Ventrikel kanan
TATALAKSANA
1. Angina Pektoris Stabil
a. Betablocker
Betablocker merupakan obat pilihan pertama dalam tatalaksana
hipertensi pada pasien dengan penyakit jantung koroner terutama yang
menyebabkan timbulnya gejala angina. Obat ini akan bekerja mengurangi
iskemia dan angina, karena efek utamanya sebagai inotropik dan
kronotropik negative. Dengan menurunnya frekuensi denyut jantung
maka waktu pengisian diastolik untuk perfusi koroner akan memanjang.
Betablocker juga menghambat pelepasan renin di ginjal yang akan
menghambat terjadinya gagal jantung. Betablocker cardioselective (β1)
lebih banyak direkomendasikan karena tidak memiliki aktifitas
simpatomimetik intrinsic.
b. Calcium channel blocker (CCB)
CCB akan digunakan sebagai obat tambahan setelah optimalisasi dosis
betabloker, bila terjadi :
- TD yang tetap tinggi
- Angina yang persisten
- Atau adanya kontraindikasi absolute pemberian dari betabloker
CCB bekerja mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah.
Selain itu, CCB juga akan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan
efek vasodilatasi koroner. Perlu diingat, bahwa walaupun CCB berguna
pada tatalaksana angina, tetapi sampai saat ini belum ada rekomendasi
yang menyatakan bahwa obat ini berperan terhadap pencegahan kejadian
kardiovaskular pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
c. ACE inhibitor (ACEi)
Penggunaan ACEi pada pasien penyakit jantung koroner yang disertai
diabetes mellitus dengan atau tanpa gangguan fungsi sistolik ventrikel
kiri merupakan pilihan utama dengan rekommendasi penuh dari semua
guidelines yang telah dipublikasi. Pemberian obat ini secara khusus
18
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 76 Tahun
Jenis kelamin : Pria
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Pulo brayan bengkel, asrama ex you 124 no 1-B
Status : Menikah
Pekerjaan : punairawan
Tanggal Masuk : 31 Desember2018
Tanggal keluar :-
II. ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri dada
Telaah : Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Putri Hijau dengan
Keluhan nyeri dada sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, nyeri dada sebelah kiri menjalar ke leher dan
punggung dan terasa seperti di timpa beban berat serta dada
dirasakan berdebar-debar, nyeri dada seperti ini sering
hilang timbul beberapa bulan terakhir dan mereda bila
beristirahat. Pasien merasa sesak nafas, terdapat keringat
dingin, mual (+) dan terdapat kelemahan pada lengan
sebelah kanan dan pasien sulit berbicara, muntah (-) BAB
dan BAK dalam batas normal.
2. Rontgen Thorax PA
3. EKG
VII. PENATALAKSANAAN
1. Tirah Baring
2. O₂ 2-3 L/menit
3. IVFD Nacl 20 gtt/menit
4. Inj. Citicolin 250mg / 12 jam
5. Inj. Ranitidine 50mg/ 12 jam
6. Bisoprolol 5 mg 1 x 1/2
7. Alupurinol 1 x 300mg
8. Bicnat 3x1
27
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Djohan, T.B.A., 2004. Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi. Medan: Ahli
Penyakit Jantung Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri10.pdf
Ghani, L dkk., 2016. Faktor Risiko Dominan Penyakit Jantung Koroner di
Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan
Pelayanan Kesehatan. https://media.neliti.com/media/publications/67897-
ID-faktor-risiko-dominan-penyakit-jantung-k.pdf
PERKI. 2018. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung. Jakarta: Centra
Communication. Edisi 4. http://www.inaheart.org/upload/file/Buku-ACS-
2018.pdf.
PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
Edisi 1. http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hiper
tensi_pada_penyakit _Kardiovaskular_2015.pdf
Zahrawardani, D dkk., 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung
Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang. Semarang: Fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang. file:///C:/Users/DWI/Downloads/
1341-2791-1-SM%20(1).pdf