Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah adalah proses skrining
secara cepat terhadap semua pasien segera setelah tiba di Puskesmas OPI untuk
mengidentifikasi kedalam salah satu ketegori berikut:
1. Dengan tanda kegawatdarurat (emergency signs): memerlukan penanganan
kegawatdaruratan segera.
2. Dengan tanda prioritas (Priority signs): harus diberikan prioritas dalam antrian
untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada
keterlambatan.
3. Tampa tanda kegawat darurat maupun prioritas: merupakan kasus non urgent
sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan
pemeriksaan dan pengobatan.
Triase berkembang dari kebutuhan akan prioritas penanganan cedera pada
prajurit dimedan perang. Konsep ini diperkenalkan di perancis pada awal abad ke
19. Kata triase sendiri berasal dari bahasa perancis ”Triage” (trier), yang berarti
pemilahan. Triase (triage) adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani,
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada. Triase
berlaku untuk pemilahan korban baik dilapangan maupun di Puskesmas OPI.

B. Tujuan
Melakukan pemeriksaaan dan penganan terbaik pada pasien yang datang ke
IGD Puskesmas OPI sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan
maupun resiko cidera bertambah parah di Kota Palembang.
Dengan triase tenaga kesehatan akan mampu:
1. melakukan penilaian yang cepat dan tepat kepada pasien
2. menetapkan diagnosa dan melaksanakan tindakan/pengobatan yang tepat
terhadap pasien

1
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan di Puskesmas
OPI baik dokter, perawat, ataupun bidan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada keadaan bencana massal,korban timbul dalam jumlah yang tidak sedikit
dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan harus
disesuaikan dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya lainnya. Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah korban untuk
memberikan prioritas pertolongan.
Pada umumnya penilaian korban dalam triase dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tanda vital dan kondisi Pasien
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitif
6. Tag warna
Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/ pasien dan setiap pertolongan harus
dilakukan sesegera mungkin.
Tanda kegawatdaruratan memakai konsep ABCD:
1. Airway, apakah jalan nafas bebas? Apakah terdapat sumbatan jalan
nafas(stridor)?
2. Breating, apakah ada kesulitan bernafas? sesak nafas berat (retraksi dinding
dada,merintih,sianosis)?
3. Circulation, apakah terdapat tanda syok (akral dingin,capillary refil >2 detik,
nadi cepat dan lemah)?
4. Consciousness, apakah anak dalam keadaan kejang atau gelisah?
5. Dehydration, apakah terdapat tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare
(lemah,mata cekung,turgor menurun)?
Pasien dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan
segera untuk menghindari kematian. Jangan menggerakan leher bila ada dugaan
cidera leher dan tulang belakang. Bila tidak didapatkan tanda kegawatan, periksa
tanda prioritas dengan konsep 4T3PRMOB:
- Tiny baby (bayi kecil < 2 bulan)
- Temperatur (anak sangat panas)

3
- Trauma (trauma atau kondisi yang perlu tindakan bedah segera
- Trimus
- Pallor (sangat pucat)
- Poisoning (keracunan)
- Pain (nyeri)
- Respiratory distress (distres pernafasan)

A. Tenaga Pelaksana
1. Satu orang Dokter umum atau
2. Satu orang Perawat D3 yang sudah bersetifikat PPGD

B. Pengelompokan Pasien Berdasarkan Kegawatannya


Setelah melakukan penilaian, korban dikategorikan sesuai dengan kondisinya
dan diberi tag warna. Petugas IGD harus mampu mengkaji dan menggolongkan
pasien. Ada 4 sistem pengelompokan triase secara internasional.
1. Segera- Label Merah
Setiap pasien dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat
mematikan dalam ukuran menit, harus ditangani segera. Pasien dibawa
segera ke ruang resusitasi, waktu tunggu nol menit
Contoh:
- Penderita tidak sadar
- Tension pneumothorax
- Distress pernafasan (RR > 30x/mnt)
- Perdarahan internal vasa besar
- Trauma berat
- Akut MCI
- Flail chest
- Shock hipovolemic derajat III – IV, nadi radial tidak teraba, akral
dingin,pengisian kapiler lebih dari 2 detik.
- Luka bakar lebih dari 30 %,luka bakar dengan trauma inhalasi
- Trauma kepala berat.
- Komplikasi diabetes melitus
- Keracunan
- Fraktur terbuka dengan perdarahan tidak terkontrol
4
- Penderita stroke trombosis
- Asma bronchiale

2. Kasus sedang – label kuning


Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penanganannya dapat
ditunda, pasien ini mendapat pertolongan dengan prioritas penanganan
kedua,
Contoh :
- Cedera tulang belakang
- Trauma capitis tampa gangguan kesadaran
- Luka bakar < 30 %
- Apendisitis akut
- fraktur tertutup pada ekstremitas
- trauma thorax non asfiksia
- hipertensi
- penderita typoid

3. Kasus ringan - Label Hijau


Pasien tidak gawat dan tidak darurat, kondisi cukup ringan dan pasien
dapat berjalan.
Contoh:
- Luka lecet
- Luka memar
- Fraktur Extremitas atas
- Demam
- Luka bakar superficial
- Abses
- Common cold

4. Expextant - Label Hitam


Korban meninggal atau akan meninggal meski mendapat pertolongan
Contoh :
- Luka bakar derajat tiga hampir seluruh tubuh
- Kerusakan organ vital
5
- Tidak ada pernafasan spontan
- Tidak ada bukti aktivitas jantung
- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya

C. Prinsip Yang Harus Diterapkan Dalam Pelakasanaan Triase


1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu.
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang
mengancam kehidupan adalah hal yang terpenting dalam unit gawat darurat.
2. Pengakajian seharusnya adekuat dan akurat.
Intinya ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam roses
anamnesis.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan
bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakuratan dan kondisi pasien.
Tanggung jawab utama dalam pelaksanaan triase adalah mengkaji secara
akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien
tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostik dan
tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien.
Petugas kesehatan yang melakukan triase seharusnya memenuhi semua
yang ada diatas saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien dan
menghindari keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan
keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dalam keadaan
krisis serta memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarganya.

6
BAB III
TATALAKSANA

A. Langkah Triase Gawat Darurat Dan Penanganan


1. Periksa tanda kegawatdaruratan dalam 2 tahap
- Tahap 1
Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah, segera
berikan tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas
bantuan.
- Tahap 2
Segera tentukan apakah pasien dalam keadaan syok, tidak sadar, kejang,
atau diare dengan dehidrasi berat.
2. Bila didapatkan tanda kegawatan daruratan :
- Panggil tenaga kesehatan professional terlatih bila memungkinkan, tetapi
jangan menunda penanganan. Tetap tenang dan kerjakan dengan tenaga
kesehatan lain yang mungkin diperlukan untuk membantu memberikan
pertolongan. Karena pada pasien dengan sakit berat seringkali
memerlukan beberapa tindakan pada waktu yang bersamaan.
- Tenaga kesehatan professional yang berpengalaman harus melanjutkan
penilaian untuk menentukan masalah yang mendasarinya dan
membuat rencana penatalaksanaannya.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah
lengkap, gula darah, malaria untuk daerah endemik).
- Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan
segera dengan penilaian, diagnosis dan penatalaksanaan terhadap
masalah yang mendasarinya. Jika pasien sudah stabil maka pasien
segera di rujuk ke Rumah Sakit.
3. Pasien dengan tanda prioritas harus dudahulukan untuk mendapatkan
pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut denga segera(tampa menunggu
giliran). Bila ada trauma atau masalah bedah yang lain, maka pasien
segera di rujuk setelah pasien stabil.

7
B. Kategori Triase

Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :


1. Segera - Immediate (Warna Merah)
- Dokter dan perawat melukan resusitasi sesuai dengan keadaan pasien
- Monitor tanda-tanda vital
- Cito pemeriksaan laboratorium (bila dibutuhkan)
- Setelah diberikan pertolongan darurat dan kondisi pasien stabil, maka
pasien siap untuk dirujuk.
2. Tunda - Delayed (Warna Kuning)
- Dokter dan perawat melakukan pertolongan medik sementara sesuai
dengan kondisi pasien
- Setelah pertolongan pertama dilakukan, dokter melakukan
pemeriksaan fisik dan perawat melakukan tindakan keperwatan.
- Setelah diberikan pertolongan darurat dan kondisi pasien
memungkinkan di rujuk, maka pasien siap untuk dirujuk.
- Minimal (Warna Hijau)
- Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan perawat melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan keadaaan pasien.
- Pasien diberikan penjelasan mengenai keadaan penyakitnya
- Pasien diberi resep obat dan penjelasan mengenai rawat jalan
4. Expectant (Warna Hitam)
- Pasien yang meninggal di IGD selanjutnya di kembalikan
kekeluarganya.

Keterangan:
a. Segera - Immediate
Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat
hidup bila ditolong segera.

b. Tunda - Delayed
Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.

8
c. Minimal
Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan.

d. Expectant
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meskipun mendapat
pertolongan.

C. Alur Proses Triase

1. Pasien datang diterima petugas IGD


2. Di ruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat dan
mencatat waktu datang pasien.
3. Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruangan IGD, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan IGD)
4. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan prioritas
pelayanan dengan urutan warna merah, kuning, hijau, hitam:
5. Pasien kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di ruang
tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien
dapat dirujuk ke rumah sakit setelah dilakukan stabilisasi.
6. Pasien kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut
dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien
kategori triage merah selesai ditangani.
7. Pasien kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila
memungkinkan dapat dipulangkan.
8. Pasien kategori triage hitam jika sudah dinyatakan meninggal dikembalikan
keluarga.

9
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pencatatan Dan Pelaporan


Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan
pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan kepada tim
kesehatan.
Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi :
1. Waktu dan datangnya pasien
2. Keluhan utama
3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
5. Penempatan di area penanganan yang tepat
6. Permulaan intervensi.

Petugas IGD harus mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien


berdasarkan hasil yang dapat di observasi untuk penentuan perkembangan pasien
ke arah hasil dan tujuan serta harus mendokumentasikan respon pasien terhadap
intervensi pengobatan dan perkembangannya.
Proses dokumentasi triase menggunakan:
1. Form Rekam Medis
2. Form perkembangan keadaan vital pasien/ lembar follow up.

10
11

Anda mungkin juga menyukai