Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI


PADA PASIEN KASUS CONGESTIVE HEART FAILURE DENGAN
HIPERTENSI

Disusun oleh

Kelompok 9
Disty Yunada A (I1D015045)
Sarah Febriani (I1D016015)
Rahmi Hijriani (I1D016025)
Asep Mulyana (I1D016037)

Asisten Praktikum

Hainun Zariyah (I1D015001)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DATA................................................................................................... ii


DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... iii
KASUS ............................................................................................................................... 1
SKRINING GIZI ................................................................................................................ 3
BAB I ASSESMEN ............................................................................................................ 4
1. Riwayat Personal Pasien (CH) ................................................................................ 4
2. Data Antropometri (AD) ......................................................................................... 4
3. Data Biokimia (BD) ................................................................................................ 5
4. Data Klinis (PD) ..................................................................................................... 7
5. Data Riwayat Makanan (FH) ................................................................................. 8
6. Pembahasan........................................................................................................... 11
7. Matriks Integrasi ................................................................................................... 17
BAB II DIAGNOSIS ........................................................................................................ 18
BAB III INTERVENSI ..................................................................................................... 19
A. Tujuan Intervensi .................................................................................................. 19
B. Rencana Intevensi Diet ......................................................................................... 19
C. Rencana Intervensi Edukasi Gizi .......................................................................... 20
D. Koordinasi Asuhan Gizi ........................................................................................ 21
E. Pembahasan Intervensi.......................................................................................... 22
BAB IV RENCANA MONITORING DAN EVALUASI................................................ 24
A. Rencana Monitoring dan Evaluasi ........................................................................ 24
B. Implementasi diet .................................................................................................. 24
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 28

i
DAFTAR TABEL DATA

Tabel 1.1 Identitas diri …………………………………………………..…..…...4


Tabel 1.2 Data Antropometri ………………………………………………..…...4
Tabel 1.3 Data Biokimia…. …………………………………………………...…5
Tabel 1.4 Data Klinis…………………………………………………………......7
Tabel 1.5 Data Riwayat Makan………………………..........................................8
Tabel 2.1 Diagnosis……………..…………………………………………….....18
Tabel 3.1 Rencana Monitoring dan Evaluasi……………………………………22
Tabel 3.2 Pebandingan Asupan Gizi …………………...………………............ 22
Tabel 3.3 Implmentasi Asupan…………………………………..……………... 22

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Form SEMI-FFQ ............................................................................. 28


Lampiran 2 : Leaflet.............................................................................................. 29

iii
KASUS
Pasien bernama Tn AM lahir pada 19 Mei 1965, berjenis kelamin laki-laki
dan beragama islam. Pasien bekerja sebagai penjahit baju. Pasien memiliki
seorang istri dan dua orang anak. Pasien berasal dari Losari RT .01 RW.04. Pasien
masuk rumah sakit pada 7 Desember 2018 dan dilakukan skrining gizi pada 8
Desember 2018 dengan diagnosis medis CHF dengan hipertensi. Dari hasil
pengukuran antropometri didapatkan hasil panjang LiLA 29,5 cm dan panjang
ulna 26 cm
Pasien dalam kondisi compos mentis, terlihat lemas, tidak mengalami
mual dan muntah. Pasien mengeluhkan sesak napas, sakit kepala, penurunan nafsu
makan dan minum kurang lebih 1 minggu. Riwayat penyakit yang diderita oleh
pasien adalah tekanan darah tinggi yang sudah diderita sejak tahun 2015. Awal
mula diketahui saat periksa ke dokter karena mengalami pusing yang tak kunjung
reda, mual dan detak jantung yang tak beraturan. Saat awal pemeriksaan, pasien
telah mendapatkan konsultasi gizi dari dietesien. Pasien tidak rutin memeriksakan
kesehatannya dan hanya mengonsumsi jamu tradisional seperti jamu kunyit satu
minggu sekali. Pasien memiliki riwayat hipertensi dari bapaknya. Pasien perokok
aktif.
Berdasarkan data rekam medis, tekanan darah pasien 170/100 mmHg,
suhu 36°C, nadi 82x/ menit dan respiratory rate 20x/ menit. Pemeriksaan
laboratorium pada 7 Desember 2018 darah lengkap menunjukan hasil,
hemoglobin sebesar 15,2/𝜋L hematokrit 43,4%, eritrosit 5.14x106, leukosit
11,44x103 U/L , neutrofil 76,78%. Pemeriksaan kimia hematologik menunjukan
bahwa,BUN 16 mg/dL,SGOT (AST) 21 U/L, SPGT (ALT) 30 U/L dan kreatinin
1,04 mg/Dl. Pemeiksaan elektrolit natrium 142 mEq/L, kalium 4 Meq/L dan
klorida 99 Meq/L dan GDS pasien 130.
Kebiasaan makan pasien berdasarkan FFQ yaitu makan utama 3x sehari
pada pagi, siang dan sore hari dengan bentuk makanan biasa. Makanan pokok
berupa nasi 3x/ hari @100 gram, tahu goreng 1x/minggu @100 gram, tempe
goreng 1x/minggu @80 gram, ikan mujaer goreng 3x/minggu @1 potong, telur
goreng 4x/minggu @1 butir, ayam bakar 3x/ 2 minggu @ 1 potong, mendoan
2x/hari @ 1buah, bakwan 2x/hari @1 buah, sayur 2x/ hari @ ½ gelas meliputi

1
oseng welok, oseng kacang panjang, oseng daun pepaya, oseng daun kangkung,
sayur bening, sayur lodeh, tumis tahu sawi putih. Pasien tidak menjalani
pantangan makan apapun. Buah yang dikonsumsi pasien adalah pepaya 3x/
minggu @1 potong. Air putih yang dikonsumsi pasien 2 botol sedang mineral /
hari. Pasien mengonsumsi kopi 3 gelas/ hari @ 240 ml dengan takaran gula
sebanyak 1,5 sdm, yang dikonsumsi agar tidak mudah lelah dan mengantuk saat
menjahit. Berdasarkan wawancara recall pasien 1x24 jam didapatkan energi 1670
kkal, protein 50,9 gram, lemak 32 gram dan KH 251,9 gram. Pasien diberikan
obat injeksi Cefriaxone 20 GR/ 24 jam, ketorolax 30 gr/ jam, furosemid dan
ratinidine.

2
SKRINING GIZI

Nama : Tn. AM
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Tanggal Masuk RS : 7 Desember 2018
Diagnosis : Congestive Heart Failure dengan Hipertensi
Tanggal Skrinning : 8 Desember 2018

FORMULIR SIMPLE NUTRITION SCREENING TOOL (SNST)

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien terlihat kurus? a. Iya = 1
b. Tidak = 0
2 Apakah pakaian terasa lebih longgar? a. Iya = 1
b. Tidak = 0
3 Apakah akhir-akhir ini ada kehilangan berat badan a. Iya = 1
secara tidak sengaja (6 bulan terakhir)? b. Tidak = 0
4 Apakah mengalami penurunan asupan makan a. Ya = 1
selama 1 minggu terakhir? b. Tidak = 0
5 Apakah menderita suatu penyakit yang a. Ya = 1
mengakibatkan adanya perubahan jumlah atau b. Tidak = 0
jenis makanan yang dimakan?
6 Apakah merasakan lemah, loyo, dan tidak a. Ya = 1
bertenaga? b. Tidak = 0
Total skor 3
Kesimpulan :
Skor ≥ 3 = pasien berisiko malnutrisi dan membutuhkan asuhan gizi dari dietesien

3
BAB I

ASSESMEN

1. Riwayat Personal Pasien (CH)


Tabel 1.1 Identitas Responden
Kategori Data Client
Kode Data
History (CH)
Umur CH-1.1.1 53 tahun
Jenis kelamin CH-1.1.2 Laki-laki
Peran dalam keluarga CH-1.1.7 Kepala keluarga
Penggunaan rokok CH-1.1.8 Perokok aktif
Sesak napas, sakit kepala,
Keluhan pasien CH-2.1.1
penurunan nafsu makan dan minum
Diagnosa penyakit CH-2.1.2 CHF dengan hipertensi
Pekerjaan CH-3.1.6 Penjahit baju
Agama CH-3.1.7 Islam
Kesimpulan:
Pasien memiliki keluhan sesak nafas yang berkaitan dengan CHF sehingga
mengakibatkan penurunan nafsu makan.
2. Data Antropometri (AD)
Tabel 1.2 Data Antropometri
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
Antropometri (AD)
Perhitungan estimasi TB
dengan panjang ulna
(ilayperuma,2010)
TBE (Tinggi Badan
AD - 1.1.1 166 cm TBE = 97,252+(2,645x
Estimasi)
ulna) = 97,252+(2,645x
26)= 97,252+68,77= 166
cm
Perhitungan estimasi berat
badan ideal (fajar,2018)
BBE (Berat Badan -93,2+(3,29 x LLA) + (0,43
AD - 1.1.2 75,2 kg
Estimasi) x TB) = -93,2+(3,29 x
29,5) + (0,43 x 166) = 75,2
kg

4
LLA=29,5 cm Rentang normal dalam 90-
110% (Jelliffe and Jelliffe,
% deviasi dari 1989)
standar =
𝐿𝐿𝐴 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
X
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
100%
LLA dan percentile = 29,5/29 x 100%
AD - 1.1.7
LLA = 101,7%
(Normal)

(Handayani, 2015)

Kesimpulan :
Tn. AM memiliki estimasi Tinggi Badan dan Berat Badan adalah 166 cm dan
75,2 kg. Hasil dari % deviasi standar, diperoleh bahwa Tn. AM termasuk
kategori normal yaitu 101,7%.
3. Data Biokimia (BD)
Tabel 1.3 Data Biokimia
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
Biokima (BD)
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
BUN 16 mg/dL
BD-1.2.1 RI (2011) nilai normal
(Normal)
BUN sebesar 9 - 20
mg/dl (darah)
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
1,04 mg/dL
Kreatinin BD-1.2.2 RI (2011) nilai normal
(Normal)
Kreatinin sebesar 0,8 -
1,8 g/24 jam
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
142 mEq/L
Natrium BD-1.2.5 RI (2011) nilai normal
(Normal)
Natrium sebesar 135 –
144 mEq/L
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
99 mEq/L
Klorida BD-1.2.6 RI (2011) nilai normal
(Normal)
Klorida sebesar 97 - 106
mEq/L
Kalium BD-1.2.7 4 mEq/L Nilai normal :

5
(Normal) Berdasarkan Kemenkes
RI (2011) nilai normal
Kalium sebesar 3,6 – 4,8
mEq/L
Nilai normal :
BD-1.4.2 30 U/L Berdasarkan Kemenkes
SGPT
(Normal) RI (2011) nilai normal
SGPT sebesar 5-35 U/L
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
BD-1.4.3 21 U/L
SGOT RI (2011) nilai normal
(Normal)
SGOT sebesar 5 – 35
U/L
Nilai normal :
15,2 g/dL Berdasarkan Kemenkes
HGB BD-1.10.1
(Normal) RI (2011) nilai normal
HGB sebesar 12 - 16 g/dL
Nilai normal :
43,4 % Berdasarkan Kemenkes
HTC BD-1.10.2
(Normal) RI (2011) nilai normal
HCT sebesar 35 - 45 %
Nilai normal :
BD Berdasarkan Kemenkes
130 U/L
Glukosa RI (2011) nilai normal
-1.5.2 (Normal)
Glukosa darah sebesar
80-144 U/L
Nilai normal :
76,78 % Berdasarkan Kemenkes
Neutrofil BD-1.11.7
(Tinggi) RI (2011) nilai normal
NEU sebesar 36-73%.
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
11,44x103 U/L RI (2011) nilai normal
Leukosit BD-1.10.4
(Tinggi) LEU sebesar 3,2x103 –
103/uL SI 3,2x10,0 –
109/L
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
5,14x106 sel/L
RBC BD-1.10.4 RI (2011) nilai normal
(Normal)
RBC sebesar 3,5 - 5,5 x
106 sel/L.
Kesimpulan :
Kadar neutrofil dan leukosit tinggi berkaitan dengan adanya inflamasi
akibat dari penyakit gagal jantung dikarenakan berkurangnya apoptosis
neutrofil (Tracchi et al, 2009).

6
4. Data Klinis (PD)
Tabel 1.4 Data Klinis (PD)
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
klinis (PD)
Penampilan
PD-1.1.1 Lemas -
keseluruhan
Pernafasan PD-1.1.3 Sesak nafas -
Temperatur : Temperatur : Normal
360C (36,1– 37,2°C)
(normal) (Handayani dkk, 2015)
Tekanan darah : Tekanan darah : <120/80
170/100 mmHg mmHg
(tinggi) (Handayani dkk, 2015)

Tanda Vital PD-1.1.4 Nadi: 82x/menit Nadi : 60-100x/menit


(normal) (Anggraeni, 2012)

Respiratory RR : >18tahun (12-


Rate:20x/menit 20x/menit) (Handayani
(normal) dkk, 2015)

Penurunan nafsu
Sistem pencernaan PD-1.1.5 makan dan -
minum

Kesadaran PD-1.1.7 Compos Mentis -

Kesimpulan :
Kondisi pasien dalam keadaan sadar namun mengalami lemas, sesak
nafas dan penurunan nafsu makan serta minum yang disebabkan karena adanya
kelelahan dan kerja pernafasan yang meningkat.Sesak nafas yang dialami
pasien dpat disebabkan karena adanya cairan yang berlebih didalam paru-paru,
akibatnya jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke paru-paru (Lee
JH, 2011). Berdasarkan tanda vital Tn AM memiliki tekanan darah pasien
tinggi yaitu 170/100 mm/Hg yang berkaitan dengan hipertensi.

7
5. Data Riwayat Makanan (FH)
Tabel 1.5 Data Riwayat Makan

Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
Dietary (FH)
Asupan Energi FH-1.1.1 Berdasarkan recall Estimasi Kebutuhan Energi
Total asupan Energi sebesar (CS- 1.1)
1670 kkal yaitu 86%
dari total kebutuhan (Metode estimasi
(Defisit ringan) kebutuhan berdasarkan
rumus Mifflin (1990):
BMR = (10 x BBE) + (6,25
x TB) – (5 x usia) + 5
BMR = (10 x 75,2) + (6,25 x
166) – (5 x 53) + 5
BMR = 752 + 1037,5 – 265
+5
BMR = 1529,5
Energi = BMR x FS X FA
= 1529,5 x 1,1 x 1,15
= 1935 kkal
Kategori asupan:
<70% : Defisit berat
70-79%: Defisit sedang
80-89%: Defisit ringan
90-119%: Normal
>119%: Diatas kecukupan
(Anggraeni, 2012)
Jenis Makanan FH-1.2.2.2 Makanan pokok Berdasarkan Perhitunga
Nasi 3x /hari @100 g FFQ Semi kuantitatif yang
Lauk Hewani dibandingkan dengan
Telur goreng 4x/mgg AKGI 2013 didapatkan:
@1 butir, ayam bakar
3x/ 2 mgg @ 1 ptg,  Energi sebesar 1461,5 kkal
ikan mujair (51,8%) defisit berat
goreng3x/mgg @1 ptg  Protein sebesar 46,41 gram
Lauk Nabati (58.8%) defisit berat
Tempe goreng 1x/mgg  Lemak sebesar 33 gram
@80 g, tahu goreng (41,8) defisit berat
1x/mgg  Karbohidrat sebesar 259,6
Sayur gram (61,3%) defisit
Sayur 2x/ hari @ ½ berat
gelas meliputi oseng
welok, oseng kacang
panjang, oseng daun
pepaya, oseng
kangkung, sayur
bening, sayur lodeh, tu
mis tahu sawi putih
Buah

8
Pepaya 3x/mgg @ptg
Minuman
air putih 2 botol
sdg/hari, kopi 3x/hari
(240 ml/hari) dengan
penambahan gula 1,5
sdm, jamu kunyit
1x/mgg,
Jajanan
Mendoan 2x/ hari @1
buah, bakwan 2x/ hari
@1buah

Asupan Lemak FH-1.5.1.1 Berdasarkan recall Estimasi kebutuhan


Total asupan lemak sebesar lemak (CS- 2.1)
32 gram hanya 59,5%
dari total kebutuhan Perhitungan Kebutuhan
energi Lemak
(Defisit berat) Kebutuhan lemak sebesar
25% dari total energi
kebutuhan
Kebutuhan lemak
Lemak = 25% x 1935
= 483,75 kkal
= 53,7 gram
Kategori asupan:
<70% : Defisit berat
70-79%: Defisit sedang
80-89%: Defisit ringan
90-119%: Normal
>119%: Diatas kecukupan
(Anggraeni, 2012)
Asupan Protein FH-1.5.2.1 Berdasarkan recall Estimasi kebutuhan
Total asupan protein protein (CS- 2.2)
sebesar 50,9 yaitu
84,8% dari total Protein = 0,8 x BB aktual
kebutuhan = 0,8 x 75,2
(Defisit ringan) = 60,1 gram
= 240,6 kkal
Kategori asupan:
<70% : Defisit berat
70-79%: Defisit sedang
80-89%: Defisit ringan
90-119%: Normal
>119%: Diatas kecukupan
(Anggraeni, 2012)
Asupan Karbohidrat FH-1.5.3.1 Berdasarkan recall Estimasi kebutuhan
Total asupan karbohidrat karbohidrat (CS- 2.3)
sebesar 251,9 yaitu
83% dari total Perhitungan Kebutuhan
kebutuhan Karbohidrat

9
(Defisit ringan) Kebutuhan Karbohidrat = (
Energi total – protein –
lemak)
= 1935 – 483,75 – 240
= 1211,2 kkal
= 302,8 gram

Kategori asupan:
<70% : Defisit berat
70-79%: Defisit sedang
80-89%: Defisit ringan
90-119%: Normal
>119%: Diatas kecukupan
(Anggraeni, 2012)
Penggunaan Obat FH-3.1.1 Cefriaxone 20 gr/ 24 Ceftriaxone digunakan untuk
yang Diresepkan jam, ketorolax 30 mencegah infeksi di jantung,
gr/8jam, Furocemid (Tjay dan Rahardja, 2007);
dan ranitidine ketorolac bekerja dengan
menghambat sintesis
prostaglandin yang merupakan
mediator yang berperan pada
inflamasi, nyeri, demam dan
sebagai penghilang rasa nyeri
perifer(Marino,2007);
ranitidine digunakan untuk
mengurangi sesak
nafas(Kabo,2011);
furosemid diuretik untuk
mengatasi retensi cairan
sehingga mengurangi beban
volume sirkulasi yang
menghambat kerja jantung
(Douglas,2008).

Kesimpulan:
1) Berdasarkan recall 24 jam asupan energi, protein, karbohidrat dan lemak
mengalami defisit.

2) Tn. AM sering mengkonsumsi makanan yang digoreng, jajanan seperti


mendoan dan bakwan yang memiliki kadar lemak tinggi. Lemak tinggi
dapat menyebabkan aterosklerosis yaitu menumpuknya lemak pada
dinding pembuluh darah (Jansen,2006). Pasien juga sering mengonsumsi
kopi 3 kali dalam sehari yang dapat beresiko tehadap hipertensi.

10
6. Pembahasan
Tn. AM merupakan pasien laki-laki yang berusia 53 tahun, berasal dari
Losari RT 01 RW 04 dan beragama Islam. Pasien bekerja sebagai penjahit baju
dan tinggal bersama seorang istri dan dua orang anak. Pasien masuk rumah sakit
pada tanggal 7 Desember 2018 dan dilakukan skrining gizi pada 8 Desember 2018
dengan diagnosis medis CHF dengan hipertensi. Gagal jantung kongestif atau
yang dikenal juga dengan Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu
keadaan dimana terdapat ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
secara adekuat keseluruh tubuh (Grossman &Brown, 2009). CHF merupakan
suatu sindrom klinis yang terjadi pada pasien yang mengalami abnormalitas (baik
akibat keturunan atau didapat) pada struktur dan fungsi jantung, sehingga
menyebabkan terjadinya perkembangan serangkaian gejala klinis (kelemahan dan
sesak) dan tanda klinis (edema dan ronkhi) yang mengakibatkan harus dirawat
inap, kualitas hidup yang buruk, dan harapan hidup yang memendek
(Philbin,2008).
Berdasarkan pengukuran panjang ulna sebesar 26 cm, maka diperoleh
pengukuran tinggi badan berdasarkan estimasi sebesar 166 cm dan pengukuran
LiLA sebesar 29,5, sehingga diperoleh hasil estimasi berat badan sebesar 75,2 kg.
Berdasarkan hasil fisik klinis, pasien dalam kondisi compos mentis atau memiliki
kesadaran penuh namun pasien mengalami lemas, sesak nafas, sakit kepala dan
penurunan nafsu makan dan minum. Sesak nafas yang dialami pasien dpat
disebabkan karena adanya cairan yang berlebih didalam paru-paru, akibatnya
jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke paru-paru. Jika jantung tidak
efektif memompa, maka selama melakukan aktivitas, aliran darah ke otot akan
berkurang dan menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Penurunan asupan
atau nafsu makan pada pasien gagal jantung ini dapat disebabkan karena adanya
kelelahan dan kerja pernafasan yang meningkat, anoreksia, proses dan respon
inflamasi yang sedang berjalan, penurunan kapasitas lambung akibat adanya
hepatomegali dan gagal jantung kongestif serta efek samping terapi yang sedang
dijalankan (Lee JH, 2011).
Berdasarkan hasil biokimia pasien menunjukkan kadar neutrofil dan
leukosit yang tinggi. Neutrofil merupakan leukosit polimorfonuklear (PMN) yang

11
berumur pendek, akan mengalami apoptosis pada kondisi normal. Pada gagal
jantung diketahui bahwa apotosis neutrofil berkurang sehingga terjadinya
peningkatan neutrofil. Hal ini terjadi berkaitan dengan hubungan antara
apoptosis leukosit polimorfonuklear (PMN) dengan Left Ventricular Ejection
Fraction (LVEF) pada pasien gagal jantung, dimana semakin rendah LVEF maka
apotosis PMN akan semakin berkurang (Rumalla et al, 2002). Begitupula adanya
hubungan gagal jantung dengan inflamasi low-grade yang berkepanjangan
(Anker and von Haehling, 2004 ; Tracchi et al, 2009).
Pasien memiliki riwayat hipertensi yang ditandai dengan hasil tekanan
darah pasien sebesar 170/100 mmHg termasuk kategori tinggi. Riwayat hipertensi
yang diderita pasien berasal dari ayah pasien, dimana apabila salah satu anggota
keluarga pernah memiliki riwayat terkena hipertensi maka anaknya pun beresiko
terkena hipertensi (Sheps,2005). Hipertensi adalah kelainan system sirkulasi
darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau
tekanan darah >140/90 mmHg (Kemenkes.RI, 2014). Semakin tinggi tekanan
darah, maka lebih besar resiko kemungkinan timbulnya penyakit kardiovaskuler
seperti CHF yang terjadi pada pasien. Hal ini sesuai dengan teori Mariyono dan
Santoso (2008), bahwa hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui
beberapa mekanisme termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri
disebabkan oleh adanya vasokontriksi pada pembuluh darah sehingga membuat
aliran darah tidak lancer dalam mensuplai darah ke organ. Hal ini menyebabkan
jantung bekerja lebih kuat dan mengalami penurunan kerja fungsi jantung dalam
memompa darah sehingga darah menumpuk di ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel
kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
meningkatkan resiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk
terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun ventrikel. Hipertensi merupakan
penyakit yang tidak bisa disembuhkan namun dapat dikendalikan atau dikontrol.
Pasien yang mengalami CHF harus diberikan pemahaman tentang hipertensi dan
CHF agar dapat meningkatkan kesadaran untuk terus berupaya dalam
mengendalikan tekanan darah agar tetap terkontrol.
Selain itu hipertensi terjadi karena beberapa faktor seperti merokok,
minum kopi, kurang aktivitas, dan pola makan (Suhadak, 2010). Pasien memiliki

12
kebiasaan merokok aktif dan mengkonsumsi kopi 3 gelas/hari. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dan minum kopi
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hubungan antara merokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler, tekanan darah perokok melonjak berkali-kali
sepanjang hari selama responden merokok. Sebagai contoh, perokok dengan pre-
hipertensi <140/90 mmHg sebenarnya mencapai hipertensi stadium 1 setiap sekali
merokok (casey dan Benson 2012). Peningkatan ini terjadi karena nikotin yang
menyempitkan pembuluh darah sehingga memaksa jantung bekerja keras dan
mengakibatkan tekanan darah meningkat. Rokok mengandung ribuan zat kimia
berbahaya bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu tar, nikotin, dan karbon
monoksida. Zat kimia tersebut yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis
dan hipertensi (Anggraini,2013).
Riwayat makan pasien dapat diketahui dari hasil recall 24 jam dan food
frequency quistionnare. Hasil recall 24 jam pada pasien didapatkan asupan energi
pasien sebesar 1670 kkal, protein 50,9 gram, lemak 32 gram dan karbohidrat 251,9
gram. Asupan berdasar recall dibandingkan dengan total kebutuhan energi yang
dihitung dengan rumus mifflin dihasilkan tingkat asupan energi sebesar 86%
termasuk dalam kategori defisit ringan, tingkat asupan protein sebesar 84,8%
termasuk kategori defisit ringan, tingkat asupan lemak sebesar 59,5% termasuk
kategori defisit berat dan tingkat asupan karbohidrat sebesar 83% termasuk
kategori defisit ringan.
Asupan yang defisit dapat menyebabkan erjadinya penurunan metabolisme
energi di jantung karena untuk bekerja terus menerus, jantung mendapatkan
energi dari proses fosforilasi setidaknya 6 kg ATP perhari agar jantung dapat
bekerja optimal. Otot jantung tidak mampu menyerap oksigen atau nutrien
langsung dari darah yang mengalir melewati rongga-rongganya. Oksigen dan
nutrisi untuk jantung disuplai oleh sirkulasi koronalia. Pada keadaan normal
jantung mengambil 65% O2 dari arteri koronalia termasuk dalam kondisi istirahat,
dengan demikian oksigen yang tersisa di arteri koronalia hanya sedikit untuk
digunakan bila terjadi peningkatan kebutuhan (Ardehali,2012).
Form FFQ digunakan untuk mengetahui makanan yang sering dikonsumsi

13
pasien serta mengetahui estimasi asupan energi berdasar FFQ per harinya.
Berdasarkan FFQ didapatkan hasil asupan energi sebesar 51,8%, asupan protein
sebesar 58,8%, asupan lemak sebesar 41,8%, dan asupan karbohidrat sebesar
61,3%. Hasil FFQ menunjukkan adanya konsumsi zat gizi yang defisit akan tetapi
beberapa zat gizi mendominasi seperti asupan lemak dimana makanan yang sering
dikonsumsi Tn.AM adalah makanan yang digoreng/berlemak. Hal ini merupakan
suatu faktor penyebab terjadinya hipertensi (Darmojo, 2001).
Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan lemak
yang disebabkan oleh kolesterol akan menempel pada pembuluh darah yang lama-
kelaman akan terbentuk plaque. Terbentuknya plaque dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah yang terkena
aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke seluruh tubuh
akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya volume darah dan tekanan
darah. Meningkatnya tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
hipertensi (Jansen, 2006).
Selain itu dari FFQ dapat diketahui bahwa konsumsi Tn. AM sering
mengonsumsi kopi dan jamu tradisonal yaitu jamu kunyit. Menurut Suryono
(2010), kunyit memiliki kandungan kimia berupa saponin, flovanoid dan minyak
atsiri. Minyak Atsiri pada kunyit mampu mengoptimalkan fungsi metabolisme
dalam tubuh. Diketahui bahwa pada hipertensi fungsi metabolisme tidak berjalan
dengan baik, terdapat penumpukan kadar Na dalam darah, penumpukan kadar
lemak dalam pembuluh darah dan lain sebagainya. Dengan terkontrolnya darah,
pembuluh darah, jantung dan fungsi metabolisme dalam tubuh maka curah
jantung dan tahanan perifer yang berperan penting dalam siklus tekanan darah
yang semula tinggi dapat diturunkan, sehingga tekanan darah turun.
Adapun kebiasaan pasien dalam mengonsumsi kopi disebabkan karena
salah satu zat yang terkandung dalam kopi yaitu kafein yang mengandung zat
aditif. Zat ini akan berbahaya bagi penderita Hipertensi. Kafein bekerja di dalam
tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf yang akan
memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan

14
darah. Kafein tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya
menghalangi adenosin untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan
mengakibatkan hormon adrenalin atau epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan
menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah (Ramadhani, 2017).
Penelitian di USA yang dilakukan oleh Cuno Uiterwaal dkk pada tahun
2007 menunjukkan bahwa subjek yang tidak terbiasa minum kopi memiliki
tekanan darah lebih rendah jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi
kopi 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang
mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi >6
cangkir per hari justru memiliki tekanan darah yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari
(Martiani,2012).

Terapi medis yang diberikan kepada pasien yaitu Cefriaxon20g/24 jam,


ketorelax 30g/8 jam, furosemid, dan ranitidine. Ceftriaxone adalah salah satu
antibiotik yang dapat digunakan untuk mencegah infeksi pada jantung (Tjay dan
Rahardja, 2007). Berdasarkan hasil penelitian obat sebagai terapi gagal jantung
kongestif yang paling banyak diresepkan ialah Furosemide. Furosemide
merupakan golongan loop diuretik sebagai diuretik kuat sehingga akan
meningkatkan ekskresi natrium dan air dalam tubuh (Davies et al., 2000).
Menurut PERKI (2015) diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung
dengan tanda klinis atau gejala seperti edema perifer dan sesak nafas. Tujuan dari
pemberian furosemid diuretik adalah untuk mengatasi retensi cairan sehingga
mengurangi beban volume sirkulasi yang menghambat kerja jantung dan untuk
mencapai status euvolemia dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus
diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau retensi
(Douglas,2008).
Ranitidin merupakan Golongan obat non gagal jantung kongestif atau
obat yang tidak termasuk obat khusus untuk gagal jantung kongestif melainkan
obat pada komorbid (penyakit penyerta). Hal ini berkaitan dengan penggunaan
oksigen lebih banyak diberikan kepada pasien gagal jantung kongestif yang
merupakan tindakan penanggulangan kegawatdaruratan pada pasien gagal

15
jantung, karena hampir semua penderita gagal jantung mengeluh sesak napas
(Kabo,2011). Ranitidin bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung,
sehingga menekan rasa mual dan muntah akibat rangsangan makanan atau
rangsangan histamin pada malam hari (Munaf,2009).
Ketorolac termasuk golongan obat antiinflamasi non steroid (NSAID),
obat ini untuk penggunaan jangka pendek (tidak lebih dari 5 hari). Ketorolac
bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mediator
yang berperan pada inflamasi, nyeri, demam dan sebagai penghilang rasa nyeri
perifer (Marino, 2007).

16
7. Matriks Integrasi

Hipertensi Vasokontriksi Aliran darah tidak


lancar

NB-1.3
Ketidaksiapan untuk
berubah pola diet/ Aliran darah balik Suplai darah ke
hidup ke jantung organ menurun
Riwayat Keluarga
menurun

Jantung bekerja
Tidak tertarik
lebih keras
menerapkan
informasi

Jantung
mengalami
Hasil FFQ: Sering
penurunan fungsi
mengonsumsi
makanan berminyak,
kopi dan merokok

Disfungsi
Hipertrofi Darah menumpuk
Infark miokard Sistolik dan ventrikel Kiri di ventrikel
Diastolik

Congestive Heart Neutrofil dan


Inflamasi leukositTinggi
Falilure

Sesak Nafas

Penurunan Nafsu
Makan

NI-2.1 Asupan
Oral Inadekuat

Hasil Recall : Energi,


protein KH defisit
ringan. Lemak defisit
berat (Sheps(2005), Mariyono dan Santoso (2008), Suhadak(2010))

17
BAB II
DIAGNOSIS

Problem Etiology Sign and Sympton


NI-2.1 Asupan Oral Penerimaan makan Pasien mengalami sesak nafas
tidak adekuat terbatas karna fisiologi dan hasil recall 24 jam
atau perilaku - Asupan energi 86% (defisit
ringan).
- Asupan lemak 59,5%
(defisit berat).
- Asupan protein 84,8%
(defisit ringan).
- Asupan karbohidrat 83%
(defisit ringan).
Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan penerimaan makan terbatas karna fisiologi
atau perilaku ditandai dengan pasien mengalami sesak nafas dan hasil recall yang
menunjukkan asupan energi, protein dan karbohidrat defisit ringan. Sedangkan lemak
defisit berat.
NB-1.3.1 Ketidaksiapan Ketidaktertarikan untuk Hasil FFQ berupa seringnya
untuk diet/ perubahan mengaplikasikan mengonsumsi makanan
pola hidup informasi berminyak, kopi dan
merokok.
Ketidaksiapan untuk diet/perubahan pola hidup berkaitan dengan ketidaktertarikan
untuk mengaplikasikan informasi ditandai dengan hasil FFQ berupa seringnya
mengonsumsi makanan berminyak, kopi dan merokok.

18
BAB III

INTERVENSI

A. Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan oral agar status gizi pasien optimal secara
bertahap.
2. Meningkatkan kualitas gizi pasien menjadi lebih baik melalui pilihan
makanan dan perubahan kebiasaan makan yang baik.
3. Memberikan edukasi pentingnya diet pasien untuk penyembuhan
B. Rencana Intevensi Diet
1. Tujuan Diet
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan tanpa memberatkan kerja
jantung.
- Memenuhi kebutuhan gizi pasien
2. Prinsip dan Syarat Diet
- Energi diberikan cukup sesuai kebutuhan pasien mencapai 90%.
- Protein diberikan sebesar 0,8g/kg BB.
- Lemak diberikan 25% dari kebutuhan energi total.
- Karbohidrat cukup yaitu selisih kebutuhan energi dengan protein dan
lemak.
- Bentuk makanan lunak.
3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
1) Perhitungan Kebutuhan Energi Menggunakan Rumus Mifflin
BMR = (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x usia) + 5
BMR = (10 x 75,2) + (6,25 x 166) – (5 x 53) + 5
BMR = 752 + 1037,5 – 265 + 5
BMR = 1529,5
Energi = BMR x FS X FA
= 1529,5 x 1,1 x 1,15
= 1935 kkal (Mifflin,1990)

19
2) Perhitungan Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak sebesar 25% dari total energi
Lemak = 25% dari kebutuhan energi total
Lemak = 25% x 1935
= 483,75 kkal
= 53,7 gram (Almatsier,2010)
3) Perhitungan Kebutuhan Protein
Protein = 0,8 x BB aktual
= 0,8 x 75,2
= 60,1 gram
= 240,6 kkal (Almatsier,2010)
4) Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan Karbohidrat = ( Energi total – protein – lemak)
KH = energi – lemak – protein
KH = 1935 – 483,75 – 240
KH = 1211,2 kkal
KH = 302,8 gram (Almatsier,2010)
4. Terapi Diet
Jenis Terapi : Diet Jantung III
Rute Pemberian : Oral
Waktu : 3x makan besar 2x makan selingan
Bentuk Makanan : Makanan lunak
C. Rencana Intervensi Edukasi Gizi
1. Tujuan Edukasi Gizi
a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
jenis diet serta pemilihan makanan yang tepat untuk pasien.
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk mematuhi diet yang
dianjurkan.
c. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk mendukung
pasien dalam menjalani diet.

20
2. Sasaran
Sasaran intervensi edukasi gizi kasus ini adalah Tn. AM dan kerabat
atau keluarga yang mendampingi selama sakit.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu : 20 menit
Tempat : Ruang rawat inap
4. Materi
 Peningkatan pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita.
 Pemberian pengetahuan tentang tanda dan gejala penyakit CHF
dengan hipertensi.
 Pemberian pengetahuan tentang faktor resiko pada penyakit
penyakit CHF dengan hipertensi.
 Memberikan pengetahuan mengenai makanan yang dianjurkan dan
yang tidak dianjurkan
 Memberikan prinsip dan syarat diet.
 Memberikan saran menu makan.
D. Koordinasi Asuhan Gizi
- Dokter
Membantu mengatasi keluhan pasien, membantu memanau kasar
biokimia pada pasien, dan bertanggung jawab atas pasien dalam
menangani kondisi CHF pasien.
- Perawat
Melakukan skrining pada saat awal pasien masuk, membantu dalam
jadwal pemberian makan pasien dan perkembangan kondisi fisik
klinis serta tanda vital pasien.
- Apoteker
Membantu dalam memberikan obat yang akan dikonsumsi pasien
untuk menghindari interaksi antara obat dan makanan.
- Laboran
Membantu dalam pemantauan nilai laboratorium pasien.

21
E. Pembahasan Intervensi
Intervensi gizi dilakukan dengan tujuan memperbaiki kondisi
pasien dengan pengaturan makanan yang tepat untuk menurunkan
hipertensi dan memberikan asupan makanan tanpa memperberat kerja
jantung, memberikan edukasi gizi sesuai dengan diet yang diberikan. Diet
yang diberikan yaitu dengan pemberian diet secara per-oral karena pasien
mampu makan secara oral dan tidak mempunyai gangguan mengunyah
ataupun menelan. Jenis diet yang diberikan yaitu Diet Jantung III yang
diberikan dalam bentuk makanan lunak dan kandungan energinya sudah
memperhitungkan faktor aktivitas dan faktor stress, bertujuan agar tidak
memberatkan kerja jantung dan mengurangi sesak nafas pasien. Frekuensi
makan diberikan sebanyak 3 kali makanan utama dan 2 kali selingan.
Penyajian diet makanan didasarkan pada kebutuhan zat gizi pasien dengan
implementasi rekomendasi energi dengan menggunakan rumus mifflin
yaitu sebesar 1935 kkal, protein yaitu 0,8 g/kgBB/hari atau 60,1 gram.
Karbohidrat diberikan cukup yaitu sebesar 302,8 gram atau selisih
dari total energi dengan protein dan lemak. Karbohidrat diberikan cukup
karena berdasarkan sebuah penelitian di Washington menyatakan,
konsumsi makanan diit yang kaya karbohidrat berpotensi meningkatkan
kadar gula yang akan mempengaruhi fungsi aliran darah sekaligus
mengakibatkan risiko penyakit jantung semakin besar. Mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat berlebihan akan dipecah menjadi
lemak dalam tubuh (Koni,2009).
Lemak diberikan sedang yaitu sebesar 25% dari kebutuhan energi
total atau sebesar 53,7 gram. Hal ini berdasarkan hasil penelitian
Septianggi (2013), menunjukan bahwa konsumsi asupan lemak dengan
kadar kolesterol mempunyai hubungan yang positif dengan penyakit
jantung. Salah satu penyebab meningkatnya kadar kolesterol adalah pola
konsumsi makanan yang mengandung lemak, karena dari 28 responden
mempunyai asupan lemak lebih yaitu >25% sebanyak 15 pasien. Asupan
lemak dibutuhkan oleh tubuh sekitar 20%-25% dari total kebutuhan energi
sehari.

22
Monitoring evaluasi asupan dengan melihat sisa makanan pasien.
Hal ini dilakukan setiap hari dengan target asupan ≥ 80%. Metode yang
digunakan ialah metode comstock. Menurut Nida (2011), prinsip dari
metode comstok atau taksiran visual adalah para penaksir (enumenator)
menaksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk setiap
golongan makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut bisa dalam
bentuk berat makanan yang dinyatakan dalam bentuk gram atau dalam
bentuk skor bia menggunakan pengukuran. Walaupun mempunyai
kekurangan, metode ini dapat menghasilkan hasil yang cukup detail dan
tidak mengganggu pelayanan makanan secara signifikan.
Edukasi gizi disampaikan pada pasien dan keluarga dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan pasien terkait CHF dan dietnya tentang
pengertian CHF, gejala umum, tujuan dan syarat diet, pengaturan makanan
dan contoh menu sehari untuk pasien CHF. Edukasi dilakukan sekali
selama perawatan di ruang rawat inap/bangsal pasien selama 10-15 menit.
Alat edukasi yang digunakan ialah leaflet. Moniting dan evaluasi yang
dilakukan dengan cara menanyakan kembali apa yang disampaikan,
apabila pasien atau keluarga dapat menjawab artinya pasien dan keluarga
telah paham materi yang disampaikan.
Intervensi mengenai kolaborasi dengan tenaga kesehatan seperti
pada dokter Membantu mengatasi keluhan pasien, membantu memanau
kasar biokimia pada pasien, dan bertanggung jawab atas pasien dalam
menangani kondisi CHF pasien. Pada perawat dengan melakukan skrining
pada saat awal pasien masuk, membantu dalam jadwal pemberian makan
pasien dan perkembangan kondisi fisik klinis serta tanda vital pasien.
Apoteker yaitu membantu dalam memberikan obat yang akan dikonsumsi
pasien untuk menghindari interaksi antara obat dan makanan dan laboran
untuk membantu dalam pemantauan nilai laboratorium pasien.

23
BAB IV

RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

A. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Tabel 3.1 monitoring dan evaluasi

Anamnesis Target Pelaksanaan Evaluasi


Jumlah asupan makanan Asupan makanan
Asupan dari analisis zat gizi meningkat secara bertahap
Setiap hari
makanan (energy, protein, lemak hingga mencapai 80 %
dan karbohidrat) dari total kebutuhan
Suhu mencapai 37 derajat
2-3 kali
Fisik klinis Suhu, Respiratory Rate dan RR 12-20 kali/menit
seminggu.
(normal)
Mual muntah, nyeri perut Keluhan pasien menurun
Keluhan Setiap hari
bagian atas, hingga hilang
Peningkatan pengetahuan
Dapat memahami materi
dan penerapan prinsip dan Hari ke-3
Edukasi yang disampaikan dengan
syarat diet terkait penyakit sebelum pulang
merivew kembali materi.
pasien

B. Implementasi diet
Kajian Rekomendasi
Jenis diet : TETP (Tinggi Energi Tinggi protein)
Bantuk makanan : Lunak
Cara pemberian : oral
Tabel 3.2 Data Perbandingan Asupan Zat Gizi

Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)


Kebutuhan
Rekomendasi
% Pemenuhan

Tabel 3.3 Implementasi Asupan


Ukuran Kandungan Gizi
Waktu Menu Bahan Penukar Gra Protei
URT Energi Lemak KH
m n
Nasi
Beras 1P 1 gls 200 175 4 40
Tim
Pagi Wortel ½P ½ gls 50 12,5 0,5 - 2,5
Pouch
telur 1P 1bh 55 75 7 5
egg

24
Temp
2 ptg
e Tempe 1P 50 75 5 3 7
sdg
bacem

Minya
½P ½ sdt 2,5 25 2,5
k

Sayur Baya
½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
benin m
g Jangu
½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
bayam ng
Agar-
agar
Agar Straw 107,
Selinga ½P 2 bh 25 - - 6
agar berry 5
n
buah 11,1
Kiwi ½P I bh 76 46 0,5 0,4
4
anggur 1/5P 4bh 33 10 2,4
Nasi
Beras 1P 1 gls 200 175 4 40
Tim
Pepes
1P 1 ptg 55 150 7 5
Ayam
1 bj
Tahu 1P 110 75 5 3 7
bsr
Telur
1P 1 btr 55 75 7 5 0
ayam
Rolad
1/10
e Wortel 1/10 P 10 2.5 0,1 0 0,5
gls
Tahu
Siang Seledr 1/20
1/20 P 5 1,25 0,05 0 0,25
i gls
Minya
1P 1sdm 5 50 5
k
Jamur ½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Buncis ¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
Wortel ¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
Sayur
Brokol
Jamur ¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
i
Minya
¼P ¼ sdt 1,25 12,5 1,25
k
1 1/2
Alpuk
Jus 1P bh 150 127,5 1,2 9,75 11,5
Selinga at
Alpuk bsr
n
at 1
Gula IP 13 50 12
sdm
Nagas
1P 1 bh 35 77 0,9 1,4 15
ari
Nasi
1P 1 gls 200 175 4 40
Tim
Filet Guram
Malam IP 1 ekr 40 50 7 2
Gura e
me Tepun 2
1/5P 10 35 0,8 8
asam g sdm

25
manis meize
na
Minya
1P 1sdm 5 50 5
k
2 ptg
tempe 1P 50 75 5 3 7
sdg
Tepun
Steak g 1/10
1/10 P 5 17,5 0,4 4
tempe Meize sdm
na
Minya 1
1P 5 50 5
k sdm
Oyong ½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Bihun 1P ½ gls 50 175 4 40
Sayur
wortel ¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
oyong
Minya ¼
¼P 1,25 12,5 1,25
k sdm
Pisang 1P 1 bh 50 50 12
286.
2004,2 66,4 52,5
2

26
BAB V

KESIMPULAN

1. Tn. AM adalah pasien laki-laki yang berusia 53 tahun dengan panjang ulna
26 cm dan LiLA 29,5 sehingga diperoleh estimasi tinggi badan 166 cm
dan estimasi berat badan 75,2 kg. Status gizi pasien normal dengan
perhitungan %deviasi 101,7%. Pasien didiagnosis CHF dengan hipertensi.
2. Berdasarkan hasil biokimia, kadar neutrofil dan leukosit tinggi berkaitan
dengan adanya inflamasi akibat dari penyakit gagal jantung dikarenakan
berkurangnya apoptosis neutrofil.
3. Berdasarkan fisik klinis pasien penampilan keseluruhan pasien sadar namun
lemas, tanda vital pasien normal berdasar respiratory rate, suhu, dan denyut
nadi. Sedangkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
4. Berdasarkan hasil recall 24 jam, asupan energi, protein, dan karbohidrat
termasuk golongan defisit ringan, sedangkan lemak termasuk golongan
defisit berat. Berdasarkan FFQ pasien sering mengonsumsi makanan yang
digoreng, jajanan berlemak dan kopi.
5. Diagnosis gizi yang ditegakkan yaitu:
a. Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan peningkatan kebutuhan
asupan zat gizi ditandai dengan hasil recall yang menunjukkan asupan
energi, protein dan karbohidrat defisit ringan. Sedangkan lemak defisit
berat.
b. Ketidaksiapan untuk diet/perubahan pola hidup berkaitan dengan
ketidaktertarikan untuk mengaplikasikan informasi ditandai dengan
hasil FFQ berupa seringnya mengonsumsi makanan berminyak, kopi
dan merokok.
6. Intervensi diet yang diberikan berupa diet jantung III, bentuk makanan
lunak diberikan secara oral dalam bentuk 3x makan dan 2x selingan .
7. Monitoring dan evaluasi yang dilihat antara lain asupan makanan
meningkat secara bertahap hingga mencapai 90 % dari total kebutuhan,
tekanan darah mencapai 120/80 mmHg (normal), keluhan pasien menurun
hingga hilang dan pengetahuan pasien meningkat serta dapan menerapan
prinsip dan syarat diet.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. 2013. Hubungan Karakteristik Pasien Rawat Jalan dengan Kejadian Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Selasa Tahun 2013. Skripsi. STIK Bina
Husada. Palembang.
Anggraeni. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Ardehali H, sabbah HN, burke MA, sarma S, liu PP, cleland JG, etc. 2012 Targeting
myokardial subsrat metabolism in heart failure: potential for new therapies. Eur J
heart fail.
Casey dan Benson. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Anker SD and von Haehling S, 2004. Inflammatory mediators in chronic heart failure: An
overview. Heart. 90(4): 464–470.
Darmojo,Boedhi.2001.Mengamati perjalanan epidemiologi hipertensi di
Indonesia.Medika.

Davies M.K., Gibbs C.R. and Lip G.Y., 2000, ABC of heart failure. Management:
diuretics, ACE inhibitors, and nitrates., BMJ (Clinical research ed.), 320 (7232),
428–31. Terdapat
di:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10669450%5Cnhttp://www.pubmedcentra
l.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC1117548.
Douglas L M. Disorder of Heart. 2008. Dalam ; George W.T, ed Harrrison's Principles of
Internal Medicini, Edisi XVI. New York ; McgRAW Hills 2008; 1448-53.
Fajar, Suratman Abdillah. 2018. Buku Saku Gizi AZURA edisi II. Diakses dari pada 9
Oktober 2018.
Grossman, William & Donald S. B. (2009). Heart Failure and Pulmonary Edema. Science
Article Lippincott Williams & Wilkins 1-9 .
Handayani, Dian, dkk. 2015. Nutrition Care Process (NCP). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ilayperuma I, Nanayakkara G, Palahepitiya N. 2010. A Model for the Estimation of
Personal Stature from the Length of Forearm [serial online]. Int. J. Morphol.
Diakses dari: http://www.scielo.cl/pdf/ijmorphol/v28n4/art15 .pdf.
Jansen, S. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius.
Jelliffe D, Jelliffe E. 1989. Community Nutritional Assessment. New York: Oxford
University Press
Kabo, P., 2011, Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kadiovaskuler Secara Rasional,
Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kemenkes.RI. 2014. Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), Hal 1–7.
Khairun, Nida. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.Skripsi.
Lee JH, Jarreau T, Prasad A, Lavie C, O’Keefe J dan Ventura H. Nutritionl assessment in
heart failure patients. Congest Hheart Fail 2011;17: Hal 199-203
Marino PL, Sutin y KM. Analgesia and sedation. The ICU book. 3erd
ed.Philadelphia:Lppincot Wlliams &Walkins, 2007: Hal 247-52.
Mariyono, H., & Santoso, A. (2008). Gagal Jantung. Denpasar: FK_Unud.
http://ejournal.unud.ac.ud/abstrac/9gagal20%jantung.pdf. Diakses pada tanggal 10
Januari 2017

28
Martiani , Ayu, Rosa Lelyana. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan
Minum Kopi. Journal of Nutrition College,1(1) hal 78-79
M. Ramadhani Firmansyah dan Rustam.2017. Hubungan Merokok dan Konsumsi Kopi
dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan, Volume VIII,
Nomor 2, Agustus 2017, hlm 263-268
Munaf, S., 2009, Obat-Obat yang Mempengaruhi Saluran Cerna [dalam] Staf Pengajar
Departemen Farmakologi FKUS, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi Kedua,
75104, Palembang: EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia., 2015, Pedoman Tatalaksana
Gagal Jantung, Edisi 1., Jakarta.
Philbin, D. S. (2008).Prediction of hospital readmission for heart failure:development of
a simple risk score based on administrative data.Diperoleh pada tanggal 14 maret
2019 dari
http://www.journals.elsevierhealth.com/periodicalis/jac/article/PIIS073150979900
0595
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Fungsi Ginjal (Program Pendidikan Dokter Spesialis
Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung), Vol.3, No. 2, pp. 148-149.
Rumalla VK, Calvano SE, Spotnitz AJ et al, 2002. Alterations in immunocyte tumor
necrosis factor receptor and apoptosis in patients with congestive heart failure. Ann
Surg. 236:254– 260.
Septianggi, dkk. 2013. Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolestrol dengan Kadar
Kolestrol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tungurejo
Semarang. 2(2).
Sheps, S. G. (2005). Mayo Clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi.
Jakarta:Intisari Mediatama
Suhadak, 2010. Pengaruh Pemberian Teh Rosella Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Tinggi Pada Lansia Di Desa Windu Kecamatan Karangbinangun kabupaten
lamongan?”. Lamongan. BPPM stikes muhammadiyah lamongan.
Suryono S. Keefektifan Campuran Mahkota Dewa, Jinten Hitam Dan Kunyit Putih Pada
Hipertensi (Di Dusun Pandansari Kec. Purwoasri Kab. Kediri Tahun 2010). Jurnal
AKP. 2017 Apr 11;3(1).
Susanto. (2010). Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok per Hari. Jakarta:
Gramedia.
Tjay, T.H dan Rahardja, K., 2007, Obat – obat Penting : khasiat, penggunaan, dan Efek-
efek sampingnya. Edisi ke VI. Cetakan I, Hal. 263, 270, Penerbit Gramedia,
Jakarta.
Tracchi I, Ghigliotti G, Mura M et al, 2009. Increased neutrophil lifespan in patients with
congestive heart failure. European Journal of Heart Failure. 11: 378–385.

29
Lampiran 1. Form SEMI-FFQ
Frekuensi Kandungan Gizi
Daftar Berat
URT Minggu E P L KH
Makanan (gr) Hari
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Makanan Pokok
Nasi gls 100 3x - 525 12 120
Lauk Pauk
Telur goreng 1 btr 55 - 4x 42,8 4 2,8
Ayam bakar 1 ptg sdg - 3x/2mg 32,1 1,5 1
Ikan mujair 1 ptg sdg - 3x 21,4 3 0,85
Lauk Nabati
Tempe goreng ptg sdg 80 1x 17,1 1,1 0,68 1,6
Tahu goreng ptg 100 1x 9,7 0,64 0,38 0,9
Sayur
Sayur, 1/2 gls
meliputi
Oseng welok 2x 25 1 5
Oseng kacang 2x 25 1 5
panjang
Oseng daun 2x 25 1 5
pepaya
Oseng 2x 25 1 5
kangkung
Sayur bening 2x 25 1 5
Sayur lodeh 2x 25 1 5
Tumis tahu 2x 25 1 5
sawi putih
Buah
Pepaya 1 ptg 50 3x 21,42 5,14
Lain-lain
kopi+gula 1,5 sdm 225 54
19,5 3x
pasir gula pasir
Kopi 1gls 240ml 3x 180,75 9,15 0,375 30,9
Mendoan 1 bh 30 2x 120 6,72 7,7 7,62
Bakwan 1 bh 20 2x 91,3 1,3 19,3 4,5
Jumlah 1461,5 46,41 33 259,6

30

Anda mungkin juga menyukai