Pencernaan
Dosen pembimbing :
Disusun oleh :
Atas karunia Allah SWT akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Malformasi Anorektal” untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari keterbatasan kemampuan baik dalam
pengalaman maupun pengetahuan serta waktu yang tersedia sehingga kami yakin dalam penyajian
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian kami telah berusaha secara maksimal
dengan melaksanakan kelompok belajar.
Harapan kami semoga hasil yang telah dicapai dalam makalah ini dapat bermanfaat. Untuk
penyempurnaan penulisan, diharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
selanjutnya.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 3
C. TUJUAN MASALAH ....................................................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi ....................................................................................................................... 5
B. Definisi ............................................................................................................................................ 10
C. Etiologi ............................................................................................................................................ 10
D. Klasifikasi Atresia Ani .................................................................................................................... 11
F. Tanda dan gejala ................................................................................................................................. 11
G. Faktor Predisposisi ............................................................................................................................. 11
H. Komplikasi ......................................................................................................................................... 11
I. Penatalaksanaan............................................................................................................................... 12
J. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................................................... 12
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN ................................................................................................................................ 14
B. ANALISA DATA ........................................................................................................................... 18
C. Diagnosa keperawatan ..................................................................................................................... 19
D. Intervensi keperawatan .................................................................................................................... 19
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 24
B. SARAN ........................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada dan trepsis
yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan
tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal.
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi
anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani merupakan kelainan
bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah
tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara
abnormal (Suradi, 2001).
Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.
Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).
Penulis menyimpulkan bahwa, atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang
terjadi saat kehamilan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan anatomi fisiologi tentang Malformasi anorectal ?
2. Apa yang dimaksud tentang Malformasi anorectal ?
3. Jelaskan Etiologi tentang Malformasi anorectal ?
4. Jelaskan klasifikasi tentang Malformasi anorecal ?
5. Sebutkan tanda dan gejala Malformasi anorectal ?
6. Sebutkan factor predisposisi Malformasi anorectal ?
7. Sebutkan komplikasi Malformasi anorectal ?
8. Jelaskan bagaimana penatalaksanaan Malformasi anorectal ?
9. Sebutkan apa saja pemeriksaan penunjang Malformasi anorectal ?
3
4
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui anatomi fisiologi tentang Malformasi anorectal ?
2. Mengetahui yang dimaksud tentang Malformasi anorectal ?
3 Mengetahui Etiologi tentang Malformasi anorectal ?
4. Mengetahui klasifikasi tentang Malformasi anorecal ?
5. Mengetahui tanda dan gejala Malformasi anorectal ?
6. Mengetahui factor predisposisi Malformasi anorectal ?
7. Mengetahui komplikasi Malformasi anorectal ?
8. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan Malformasi anorectal ?
9. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang Malformasi anorectal ?
10. Mengetahui asuhan keperawatan tentang Malformasi anorectal ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di bawahnya terletak
kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh
darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Di sebelah luar mulut ditutupi
oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis
oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depresor anguli oris menekan
ujung mulut.
a. Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan
tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum.
b. Palatum yang dapat bergerak, terdiri mole (palatum lunak) terletak di belakang yang
merupakan lipatan menggantung atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, di sebelah kanan dan kiri dari tiang fauses
terdapat saluran lendir menembus ke tonsil.
2. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah
ini dapat digerakkan ke seluruh arah.
Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung
lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis
yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu kita menelan makanan, supaya
makanan jangan masuk ke jalan nafas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-
puting pengecap atau ujung saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir
yang terdapat pada bagian bawah kira-kira di tengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak
selaput lendir. Flika sublingua terdapat di sebelah kiri dan kanan frenulum lingua, di sini
terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada pertengahan flika sublingua ini terdapat saluran
dari grandula parotis, submaksilaris, dan glandula sublingualis.
5
6
Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan
menelan, serta merasakan makanan.
3. Faring
4. Esofagus
5. Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat
dan beratnya kira-kira 1 ½ kg. Letaknya di bagian atas dalam rongga abdomen di sebelah
kanan bawah diafragma. Hati terdiri atas 2 lapisan utama : permukaan atas berbentuk
cembung, terletak di bawah diafragma, dan permukaan bawah tidak rata dan
memperlihatkan lekukan fisura transverses. Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu
arteri hepatika dan vena porta.
Arteri hepatika, keluar dari aorta dan member 1/5 darah pada hati, masuk ke hati akan
membeku jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai
vena hepatika. Vena porta yang terbentuk dari lienalis dan vena mesentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati.
7
Fungsi hati :
a. Mengubah zat makanan yang di absorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat
dalam tubuh.
b. Mengubah zat buangan dan penawar racun untuk disekresi dalam empedu dan urine.
c. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
d. Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, dibentuk dalam sistem
retikuloendotelium.
e. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat.
6. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di
depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan
mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang
sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsang kimiawi yang menyebabkan
dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Getah lambung
di halangi oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti
marah dan rasa takut.
Fungsi lambung :
a.) Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
b.) Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptic dan
desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjaddi pepsin.
c.) Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d.) Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang sekresi getah lambung.
7. Pankreas
8. Usus halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan
saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang
terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah di dalam), lapisan otot melingkar
(M.sirkuler), lapisan otot memanjang (M. longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar)).
Absorpsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung di dalam usus halus
melalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan seluruh limfe di sebelah dalam
permukaan vili usus. Sebuah vilus berisi lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan
otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan
ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan
makanan cair dan lemak yang diabsorpsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui
pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta
dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.
9. Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum
ini terdapat selaput lendir, yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini
bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus).
Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus kolektekus yang
fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan
amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida, dan tripsin yang
berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini
disebut kelenjar-kelenjar Brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m. Dua perlima bagian atas adalah
jejunum dengan panjang ± 23 m, dan ileum dengan panjang 4-5 m. Lekukan jejunum dan
ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum
yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Sambungan antara jejunum dan ileum
tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum
dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileosekalis. Orifisium ini diperkuat
oleh sfingter ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula sekalis valvula
9
baukhini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asenden tidak masuk
kembali ke ileum.
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 ½ m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-
lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri.
12. Sekum
14. Apendiks
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai
pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi
usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis
minor, terletak horizontal dibelakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap
infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan
perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
15. Kolon transversum
Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke
bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.
10
18. Rektum
19. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh sfingter :
a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
B. Definisi
C. Etiologi
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
1. Anomaly Low
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat sfingter
internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.
2. Anomaly intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Anomaly high
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya
berhubungan dengan fistula genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina
(perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
G. Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir, seperti :
H. Komplikasi
1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang :
a. Eversi mukosa anal.
b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
12
I. Penatalaksanaan
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak
akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi
BAB berkurang frekuensinya dan agak padat.
J. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak
pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan
mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.
BAB III
TINJAUAN KASUS
An. R , usia 8 bulan,perempuan,klien dibawa oleh orangtua untuk pembuatan lubang anus sesuai
dengan instruksi dokter bedah sebelumnya. Kondisi saat ini BAB lancar,flatus ada,mual muntah
tidak ada,produksi stoma lancar,kembung tidak ada. Operasi PSARP telah dilakukan sehari
sebelum pengkajian . klien BAB spontan sejak lahir namun tidak dari lubang anus melainkan dari
lubang vagina (menurut persepsi orang tua saat itu). Klien lalu dirujuk ke RSCM dan terdiagnosis
atresia ani fistel rectovestibular . klien dilakukan kolostomi sigmoid pada tanggal usia 3 bulan .
klien lahir pada usia kehamilan 39 minggu, sponta, ditolong oleh bidan , dengan BBL 3000gr ,PBL
48 cm,langsung menangis . selama hamil ibu tidak mengalami masalah serius .
Terapi : parasetamol 3x150 mg (k/p), cefotaxine 2x500 mg, IVFD KaEN3B 1000 cc +KCI 25meq,
Ventolin : bisolvon : NaCL = 1:1:1 (2x 1 cc) . pemeriksaan penunjang : DPL : Hb 9,8 gr/dl ;27,9%
; LED 40 mm : ELektrolit : K :2,56 meq/dl
Pengkajian fisik : abdomen sebelah kiri terdapat kolostomi dengan produksi feses lancar, dan
terawatt baik . paska operasi tampak luka jahitan di anus . ibu memfiksasi posisi an. R Dengan
membedong bagian pinggang ke bawah dengan kain gendongan . BB 6,8 kg , TB 64 cm , klien
tampak aktif dan mudah tersenyum bila diajak bicara dengan sipapun . paska operasi anak menjadi
rewel dan gelisah skala nyeri ( FLACC scale ) 4 . Makan bubur/tim habis 1 porsi. Paska operasi
minum bertahap. Kesadaran compos mentis, suhu 37 C , frekuensi nadi 115x/mnt, RR 36x/mnt,
mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, bising usus normal, akral hangat CRT <2 detik, suara
napas ronchi,terdengar batuk sesekali .
13
14
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : An. R
Umur : 8 bulan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri Pasca Operasi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Paska operasi tampak luka jahitan di anus . paska operasi anak menjadi rewel dan
gelisah skala nyeri (FLACC Scale) 4 . makan bubur/tim habis 1 porsi paska operasi
minum bertahap kesadaran composmentis , suhu 37 C ,frekuensi nadi 115x/menit,RR
36x/menit RR 36x/menit mukosa bibir lembab,turgor kulit elastis, bising usus
normal,akral hangat,CRT<2 detik, suara nafas ronchi dan terdengar batuk sesekali.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien dilakukan kolostomi sigmoid pada tanggal usia 3 bulan. Klien lahir pada usia
39 minggu,spontan,ditolong oleh bidan ,dengan BBL 3000 gr , PBL 48 cm, langsung
menangis selama hamil ibu tidak mengalami masalah serius
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Terkaji
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
- Kesadaran compos mentis
- Pemeriksaan antropomentri
BB : 6,8 kg
TB : 64 cm
- Tanda-tanda vital
Suhu : 37 c
Nadi : 115 x/menit
RR : 36 x/menit
b. Sistem tubuh
1. Sistem pernapasan
16
4. Data penunjang
1.) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Unit
LED 40 <10 mm
2.) Terapi :
NO NAMA OBAT DOSISI INDIKASI
B. ANALISA DATA
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
- Tampak
cemas
4. Ds : Terlampir Inkontinensia Defekasi
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d luka
2. Resiko infeksi b.d pembedahan
3. Defisiensi pengetahuan b.d prosedur pembedahan dan kondisi bayi
4. Inkontinensia defekasi b.d kolostomi
D. Intervensi keperawatan
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 8 Bulan
Diagnosa Medis : Malformasi anorektal
No Medrec : Tidak Terkaji
- Tanda-Tanda pengalaman
nyeri pasien
Vital suhu 37 C
3. Pilih dan lakukan 3. Agar pasien dapat
respirasi 36x/mnt penanganan melakukan
nyeri ( penanganan nyeri
,nadi 115 normal
farmakologi, non
farmakologi dan
-Mampu mengenali interpersonal) 4. Agar pasien dapat
nyeri (skala, 4. Tingkatkan
istirahat yang baik
intensitas, frekuensi istirahat
dan tanda nyeri )
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
(
Kegagalan penurunan
septum anarektal
Malformasi anorektal
Produksi stoma
Defisiensi lancar
pengetahua
n
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk
didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum. Penyebab kelainan ini belum
diketahui secara pasti.
1.faktor lingkungan seperti peggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol selama masa
kehamilan
2.Kelainan genetik atau bawaan (autosomal)
anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik.
bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
1. Anomaly Low
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
2. Anomaly intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung anal dan
sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Anomaly high
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius – retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum
lebih dari1 cm.
Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu :
a. Pembuatan kolostomi
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
c. Tutup kolostomi
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan tentang pemahaman dan
pengetahuan tentang Malformasi anorektal kami selaku penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna .oleh karena itu,kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca,maupun dosen.agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
24
DAFTAR PUSTAKA