NERVUS FASIALIS
Disusun Oleh:
Sindy Oktaviani
1608437587
Pembimbing:
dr. Amsar AT, Sp. S
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2017
NERVUS FASIALIS
2
Nervus fasialis mengandung 4 macam serabut, yaitu: 2,3
1. Serabut somato-motorik, yang mensarafi seluruh otot-otot wajah (kecuali
m.levator palpebrae (N.III)) serta otot platisma, stilohioid, digastrikus
bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.
2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivarius
superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum,
rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual
dan lakrimalis.
3. Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua
pertiga bagian depan lidah.
4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga suhu dan raba dari
sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh n.trigeminus. Daerah
overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih) ini terdapat
di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna dan bagian luar gendang
telinga.
Secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Nama Komponen Asal Fungsi
Saraf fasialis Brankial Nukleus fasialis Otot-otot ekspresi wajah
eferen/somatomotorik serta m.platisma,
m.stilohioideus,
m.digastrikus
Saraf Viseral Nukleus salivatorius Nasal, lakrimal, kelenjar
intermediet eferen/viseromotorik superior liur (sublingual dan
submandibular)
Viseral Ganglion genikulatum Pengecapan 2/3 anterior
aferen/viserosensorik lidah
Somatik Ganglion genikulatum Telinga luar, bagian
aferen/somatosensorik kanalis auditorius,
permukaan luar membran
timpani
3
Gambar 2. Intisaraf kranial motorik dan parasimpatis (tampak samping)2
4
subarachnoid di sudut cerebellopontine dan masuk ke meatus acusticus internal
bersama nervus intermedius dan nervus kranial VIII (nervus vestibulocochlear). 1
Di dalam meatus akustikus internus, nervus fasialis dan intermediate
berpisah dengan nervus vestibulokoklearis. Nervus fasialis berjalan ke lateral ke
dalam kanalis fasialis kemudian ke ganglion geniculatum. Pada ujung kanalis
tersebut, nervus fasialis keluar cranium melalui foramen stilomastoideus.1
Dari foramen tersebut, serat motorik menyebar ke wajah, beberapa melewati
glandula parotis. Nukleus motorik merupakan bagian dari arkus refleks yakni
refleks kornea dan refleks berkedip. Refleks kornea berasal dari membran mukosa
mata (aferen) dibawa melalui nervus V1 oftalmikus menuju ke nukleus sensorik
trigeminus utama. Di nukleus tersebut rangsang ditransmisikan ke neuron yang
berhubungan dengan nervus fasialis pada sisi yang sama. Bagian eferen dari refleks
tersebut berasal dari neuron eferen nervus fasialis.1
Refleks berkedip berasal dari mata (aferen) mengantarkan impuls optiknya
ke nukleus di tektobulbaris menyebabkan refleks berkedip jika cahaya terang.
Selain kedua refleks tersebut, impuls akustik yang berasal dari nervus
vestibulokoklearis mencapai nukleus dorsalis dan menghasilkan arkus refleks
berupa tegangan otot stapedius atau relaksasi.1
Persarafan supranuklear dari nervus fasialis terletak pada kedua hemisfer
serebri untuk otot dahi, sedangkan otot wajah sisanya mendapat persarafan dari
girus presentralis kontralateral. 1
5
Gambar 3. Jaras motorik nervus fasialis4
6
pengecapan total (ageusia) jarang terjadi. Dari nukleus tersebut impuls dikirim ke
talamus kontralateral (nukleus ventroposteromedial) menuju ke regio postsentralis
korteks area 43 dan insula area 52.1
Serat somatik aferen. Serat somatik aferen berasal dari pinna, meatus akustikus
eksternus, dan gendang timpani. Serat berjalan menuju ganglion geniculatum
menuju nukleus sensorik nervus trigeminus. 1
7
Serat eferen sekretorik. Nervus intermedius terdiri dari serat parasimpatis yang
berasal dari nukleus salivatorius superior. Seratnya meninggalkan nukleus menuju
ganglion geniculatum lanjut ke ganglion pterigopalatina dan menuju glandula
lakrimal serta mukosa nasal. Sebagian lagi menuju ganglion submandibula, lewat
nervus lingualis. Ganglion submandibula bertanggung jawab untuk sekresi
glandula submandibularis dan sublingualis berupa saliva. Aferen dari sistem ini
berasal dari sistem nervus olfaktorius. Glandula lakrimal menerima input dari
hipotalamus (emosi). Hal ini mengakibatkan jika mencium bau yang enak akan
terjadi sekresi saliva. Dan jika emosi meningkat atau sedih maka akan terjadi
lakrimasi. 1
8
III. Pemeriksaan Fisik Neurologis
1. Fungsi Motorik
- Pada saat diam perhatikan : 5
Asimetris muka (lipatan nasolabial)
Bila asimetris (dari) muka jelas, maka hal ini disebabkan oleh kelumpuhan
jenis perifer. Dalam hal ini kerutan dahi menghilang, mata kurang dipejamkan,
plika nasolabialis mendatar dan sudut mulut menjadi lebih rendah. Pada
kelumpuhan jenis sentral (supranuklir) muka dapat simetris waktu istirahat,
kelumpuhan baru nyata bila penderita disuruh melakukan gerakan misalnya ;
menyeringai.
Gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing,tremor dsb-nya)6
Ekspresi muka (Sedih, gembira, takut, seperti topeng)
- Atas perintah: 5
1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri
2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetris), kemudian pemeriksa mencoba
membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri)
3. Memperlihatkan gigi (asimetris)
4. Bersiul (asimetris/deviasi ujung bibir)
Pada penderita tak sadar dapat dilakukan dengan menekan sudut rahang untuk
melihat apakah terjadi menyeringai atau tidak
5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing)
6. Menarik sudut mulut kebawah (bandingkan konsistensi otot plastima kanan dan
kiri). Pada kelemahan yang ringan, kadang-kadang tes ini bisa untuk
mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini
- Gejala Chvostek
Gejala Chvostek dibangkitkan dengan jalan mengetok N. VII. Ketokan
dilakukan dibagian depan telinga. Bila positif, ketokan ini menyebabkan kontraksi
otot yang disarafinya.Dasar gejala Chvostek ialah bertambah pekanya nervus
fasialis terhadap rangsang mekanik.7
2. Fungsi pengecapan
9
Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani, dapat
menyebabkan ageusi (hilangnya pengecapan) pada 2/3 lidah bagian depan. Untuk
memeriksanya penderita disuruh menjulurkan lidah, kemudian kita taruh pada
lidahnya bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam (hal ini dilakukan secra bergiliran
dan diselingi istirahat). Bila bubuk ditaruh, penderita tidak boleh menarik lidahnya
kedalam mulut, sebab bila lidah ditarik kedalam mulut, bubuk akan tersebar melalui
ludah ke bagian lainya, yaitu kesisi lidah lainnya atau kebagian belakang lidah yang
persarafannya diurus oleh saraf lain. Penderita disuruh menyatakan pengecapan
yang dirasakan dengan isyarat, misalnya 1 untuk rasa manis, 2 untuk rasa pahit, 3
untuk rasa asin dan 4 untuk rasa asam. 7
4. Lainnya
1. Stapedial refleks
Pemeriksa menempatkan ujung kedua stetoskop masing-masing pada
telinga kanan dan kiri, kemudian dengan perlahan-lahan diafragma stetoskop
diketuk dengan ujung jari. Bila ada kelumpuhan otot stapedius, maka penderita
akan berusaha dengan cepat untuk melepaskan ujung stetoskop pada telinga yang
terganggu (karena mendengar suara yang keras sekali).5
2. Tanda glabella
Ketukkan dengan refleks hammer pada glabella akan menimbulkan refleks
menutup mata (berkedip) secara terus menerus (orang normal hanya berkedip 1-2
kali saja). Positif pada penderita Parkinson.5
10
palsy yang terpisah dari otot-otot dahi. Penderita masih dapat mengangkat alis
matanya menutup matanya dengan kuat. Tipe facial palsy yang seperti ini disebut
dengan tipe facial palsy central, sedangkan pada lesi di inti atau lesi perifer, otot-
otot wajah di daerah lesi akan melemah.1,3
Inti motorik nervus facialis di inervasi tidak hanya oleh korteks facial tetapi
juga oleh diencephalon yang memegang peranan penting dalam pengaturan emosi
berkaitan dengan ekspresi wajah.1
11
Gambar7. Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus fasialis7
Paralisis Nuklear
12
Paralisis Supranuklear
Paralisis Infranuklear
13
Paralisis motorik perifer dari otot yang disarafi
oleh saraf fasialis, kegagalan pendengaran dan
penuruna eksitabilitas vestibular
Gambar9.Lokasilesinervusfasialisbeserta klinisnya1
14
mg/kgBB setiap hari selama 5 hari), jika terapi ini dimulai dalam 10 hari setelah
onset kelumpuhan wajah, mempercepat pemulihan dan diikuti dengan kesembuhan
total pada lebih dari 90% kasus.1
15
DAFTAR PUSTAKA
16