MAKALAH
OLEH :
ACHMAD ULFAN MUHSININ
NIM AKF 16.001
ALFIATUZ ZARO
NIM AKF 16.015
1.1 Pendahuluan
Penyakit Parkinson dan Alzheimer merupakan gangguan neurodegeneratif yang
banyak diderita oleh manusia. Penyakit tersebut menyebabkan penurunan kinerja pada
saraf karena sel-sel saraf (neuron) di bagian otak yang terlibat dalam fungsi kognitif telah
rusak dan tidak lagi berfungsi normal sehingga menyebabkan gangguan intelek dan tingkah
laku, demensia, penurunan daya ingat, serta kelemahan otot. Penyebab kedua penyakit
tersebut belum dapat dijelaskan, namun terdapat beberapa faktor yang diduga memicu
timbulnya kedua penyakit tersebut.
Penyakit Perkinson dan Alzheimer banyak diderita oleh manusia yang berusia
lebih dari 60 tahun dan lebih mempengaruhi pria daripada wanita. namun tidak menutup
kemungkinan penyakit tersebut juga dapat menyerang usia muda.
Kedua penyakit tersebut terjadi secara bertahap, dan bukan merupakan bagian dari
proses penuaan normal dan merupakan penyebab paling umum dari demensia. Demensia
merupakan kehilangan fungsi intelektual, seperti berpikir, mengingat, dan berlogika, yang
cukup parah untuk mengganggu aktifitas sehari-hari. Demensia bukan merupakan sebuah
penyakit, melainkan sebuah kumpulan gejala yang menyertai penyakit atau kondisi
tertentu. Gejala dari demensia juga dapat termasuk perubahan kepribadian, mood, dan
perilaku
1.4 Manfaat
Adapun manfaat makalah berdasarkan judul diatas yakni:
1. Memahami pengertian penyakit Alzheimer dan Parkinson
2. Memahami penyebab penyakit Alzheimer dan Parkinson
3. Memahami perjalan penyakit Alzheimer dan Parkinson
4. Memahami gejala klinis penyakit Alzheimer dan Parkinson
5. Memahami penatalaksanaan penyakit Alzheimer dan Parkinson
6. Memahami proses pencegahan terhadap penyakit Alzheimer dan Parkinson
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
A. Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan sebuah kelainan otak yang bersifat irreversible dan
progresif yang terkait dengan perubahan sel-sel saraf sehingga menyebabkan kematian
sel otak. Hal ini ditandai dengan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah dan
keterampilan kognitif lainnya yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Penyakit Alzheimer terjadi secara bertahap, dan bukan
merupakan bagian dari proses penuaan normal dan merupakan penyebab paling umum
dari demensia. [3]
B. Parkinson
Penyakit parkinson merupakan proses degeneratif yang melibatkan neuron
dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang memproduksi dan
menyimpan neurotransmitter dopamin).
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin
dengan berbagai macam sebab. [6]
Klasifikasi penyakit parkinson
a. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini. Etiologi belum
diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah:
infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal
terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
b. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin,
reserpin, tetrabenazin dan lain-lain yang merupakan obat-obatan yang menghambat
reseptor dopamin dan menurunkan cadangan dopamin misalnya perdarahan
serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lakuner,
tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
c. Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive supranuclear palsy, Multiple
system atrophy, degenerasi kortikobasal ganglionik, sindrom demensia,
Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan herediter (Penyakit Wilson, Penyakit
Huntington, Perkinsonisme familial dengan neuropati peripheral). Klinis khas yang
dapat dinilai dari jenis ini pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lentikularis),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi
palidal (parkinsonismus juvenilis).
2.2.Etiologi
A. Alzheimer
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif
dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang
non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana
faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.[1]
B. Parkinson
Penyebab parkinson yaitu terjadinya pengurangan (reduksi) sel dopamin pada
substansi hitam dan substansi bergaris. Adanya pigmen neuromelanin pada substansi
hitam dan lokus serulens yang bersifat toksin toksin tidak dikenal yang berasal dari
lingkungan dan faktor genetik. [4,10]
a. Usia
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang paling lazim setelah
penyakit Alzheimer, dengan insidens di Inggris kira-kira 20/100.000 dan
prevalensinya 100-160/100.000. Prevalensinya kira-kira 1% pada umur 65 tahun
dan meningkat 4-5% pada usia 85 tahun.
b. Genetik
Adanya riwayat penyakit Parkinson pada keluarga meningkatkan faktor resiko
menderita penyakit Parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan
2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonism tampak pada usia relatif muda.
c. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit Parkinson tiap periode mungkin berhubungan
dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi,
industrialisasi ataupun gaya hidup. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan
secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit Parkinson
d. Faktor Lingkungan
1. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan
kerusakan mitokondria.
2. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
3. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predisposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia
astroides.
4. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stres oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya, kopi
merupakan neuroprotektif.
5. Ras
Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan
kulit hitam.
6. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
7. Stress dan Depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stres dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stres
dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stres
oksidatif.
b. Gejala Non-Motorik
1. Disfungsi otonom
a. Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
b. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
c. Pengeluaran urin yang banyak
d. Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku orgasme.
2. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
3. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
4. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
5. Gangguan sensasi
a. Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna.
b. Penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan system saraf otonom untuk melakukan
penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan.
c. Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau
anosmia).
2.5 Penatalaksanaan
A. Alzheimer [8,9]
1. Kolinesterase inhibitor
Cholinesterase inhibitor telah diakui untuk pengobatan penyakit Alzheimer ringan
sampai sedang yang juga dapat dijadikan standar perawatan untuk pasien dengan
penyakit Alzheimer. Kerja farmakologis dari Donepezil, rivastigmine, dan galantamine
adalah menghambat cholinesterase, dengan menghasilkan peningkatan kadar
asetilkolin di otak. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase. Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia
selama pemberian berlangsung. 4 jenis kolinesterase inhibitor yang paling sering
digunakan adalah
a. Donepezil (merk dagang ARICEPT®) disetujui untuk pengobatan semua tahap
Alzheimer disease. Donepezil dimulai dengan dosis 5 mg per hari, kemudian dosis
ditingkatkan menjadi 10 mg per hari setelah satu bulan
b. Galantamine (merk dagang RAZADYNE®) disetujui untuk tahap ringan sampai
sedang. Galantamine dimulai dengan dosis 4 mg dua kali sehari. Pertama-tama,
dosis ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari dan akhirnya sampai 12 mg dua
kali sehari.
c. Rivastigmine (merk dagang EXELON®) untuk tahap ringan sampai sedang.
rivastigmine ditingkatkan dari 1,5 mg dua kali sehari sampai 3mg dua kali sehari,
kemudian menjadi 4,5 mg dua kali sehari, dan untuk maksimal dosis 6 mg dua kali
sehari.
d. Tacrine (COGNEX®) merupakan kolinesterase inhibitor pertama yang disetujui
untuk digunakan sejak tahun 1993, namun sudah jarang digunakan saat ini karena
faktor resiko efek sampingnya, salah satunya adalah kerusakan hati. []
2. Memantin
Memantin merupakan obat yang telah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA)
untuk pengobatan penyakit Alzheimer sedang sampai berat. Dosis awal untuk
penggunaan Memantin adalah 5 mg perhari, kemudian dosis ditingkatkan berdasarkan
penelitian, hingga 10 mg dua kali sehari. Memantine tampaknya bekerja dengan cara
memblok saluran N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang berlebihan. Memantine yang
dikombinasikan dengan cholinesterase inhibitor maupun yang tidak, tampaknya dapat
memperlambat kerusakan kognitif pada pasien dengan AD yang moderat.[]
3. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan penurunan
thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan
transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis.
Pemberian thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral,
menunjukkan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo
selama periode yang sama.
4. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan
memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya
diberikan tricyclic anti depresant (Amitryptiline 25-100 mg/hari)
5. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrat endogen yang disintesa di dalam mitokondria dengan bantuan
enzim ALC transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan
aktivitas asetilkolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian dosis 1-2
gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan bahwa dapat
memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif.
6. Antioksidan
Pada pasien dengan AD sedang-berat, penggunaan antioksidan selegiline, α-tokoferol
(vitamin E), atau keduanya, memperlambat proses kematian. Karena vitamin E
memiliki potensi yang rendah untuk toksisitas dari selegiline, dan juga lebih murah,
dosis yang digunakan dalam penelitian untuk diberikan kepada pasien AD adalah 1000
IU dua kali sehari. Namun, efek yang menguntungkan dari vitamin E tetap
kontroversial, dan sebagian peneliti tidak lagi memberikan dalam dosis tinggi karena
ternyata memiliki potensi dalam menimbulkan komplikasi kardiovaskular.[5]
B. Parkinson [12]
a. Bekerja pada sistem dopaminergic
1. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak
levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada
neuron dopaminergic oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase
(dopadekarboksilase).
2. Agonis dopamin
Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid (Permax), Pramipexol
(Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif
untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor
dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin
secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala
Parkinson.
3. Penghambat Monoamine Oxidase (MAO Inhibitor)
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada
penyakit Parkinson karena neurotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan
mencegah perusakannya. Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan
menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan
dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik.
b. Bekerja pada sistem kolinergik
Antikolinergik
Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat aksi
neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu mengoreksi
keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala
tremor. Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit
parkinson , yaitu thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin).
c. Bekerja pada Glutamatergik
Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat ini
menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan
dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada
penderita Parkinson lanjut.
d. Bekerja sebagai pelindung neuron
Neuroproteksi
Berbagai macam obat dapat melindungi neuron terhadap ancaman degenerasi akibat
nekrosis atau apoptosis. Termasuk dalam kelompok ini adalah :
1. Neurotropik faktor, yaitu dapat bertindak sebagai pelindung neuron terhadap
kerusakan dan meningkatkan pertumbuhan dan fungsi neuron.
2. Anti-exitoxin, yang melindungi neuron dari kerusakan akibat paparan bahan
neurotoksis (MPTP , Glutamate)
3. Anti oksidan, yang melindungi neuron terhadap proses oxidative stress akibat
serangan radikal bebas.
4. Bioenergetic suplements, yang bekerja memperbaiki proses metabolisme energi di
mitokondria. Nikotinamide termasuk dalam golongan ini dan menunjukkan
efektifitasnya sebagai neuroprotektant pada hewan model dari penyakit parkinson.
5. Rotigotine, rotigotine transdermal yang disampaikan adalah tambahan yang secara
klinis inovatif dan berguna untuk kelas agonis dopamin reseptor dan memberikan
stimulasi terus-menerus dopaminergik mungkin langkah menuju meminimalkan
komplikasi yang timbul dari stimulasi pulsatil dopaminergik.
2.6 Pencegahan
A. Alzheimer [2]
Pencegahan terhadap penyakit Alzheimer diantaranya
1. Konsumsi makanan sehat yang kadar lemak dan kolesterolnya rendah. Tingkatkan
asupan serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
2. Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman keras.
3. Penderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, diharapkan teratur dalam
mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, serta menjalani nasihat dari dokter
mengenai pola hidup sehat.
4. Jika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah untuk menurunkan
berat badan secara aman.
5. Rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar kolesterol dan gula secara teratur agar
Anda selalu waspada.
6. Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti bersepeda
atau berjalan kaki.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dalam makalah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
Alzheimer dan Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan
gangguan pada neuron atau saraf. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit
penyebab dimensia yang banyak di derita oleh pasien lanjut usia, namun tidak menutup
kemungkinan dapat diderita oleh pasien dengan usia muda. Alzheimer dan Parkinson
menimbulkan dampak yang hampir mirip diantaranya gangguan pada kemampuan
mengingat seseorang.
Penyakit Alzheimer dan Parkinson masih belum diketahui penyebab pastinya,
namun terdapat beberapa faktor yang diperkirakan menjadi faktor pemicu munculnya
kedua penyakit tersebut. Pada penatalaksanaannya penyakit Alzheimer dan Parkinson
menggunakan beberapa golongan obat seperti penghambat kolinesterase dan
antikolinegik
3.2 Saran
Saran bagi pembaca yaitu dengan meningkatnya pengetahuan, sudah sepatutnya
dapat menjaga kesehatan dan waspada terhadap beberapa faktor penyebab penyakit
Alzheimer dan Parkinson.
DAFTAR PUSTAKA