Anda di halaman 1dari 11

ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No.

1, April 2013

PERKEMBANGAN FEMINISME BARAT


DARI ABAD KEDELAPAN BELAS HINGGA POSTFEMINISME: SEBUAH
TINJAUAN TEORETIS

Ni Komang Arie Suwastini


Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Email: ariesuwastini_101004@yahoo.co.uk

Abstrak
Tulisan ini mengulas perkembangan feminisme barat dari abad ke delapan belas hingga
abad ke dua puluh satu saat feminisme memasuki era postfeminisme untuk
mengungkapkan perubahan feminisme dari waktu ke waktu merupakan perkembangan
yang menunjukkan kemampuan feminisme untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan situasi
dan kondisi yang dialami perempuan. Dalam garis besar, feminisme dapat dibagi menjadi
empat tonggak perkembangan, yakni feminisme awal, feminisme gelombang pertama,
feminisme gelombang kedua, dan feminisme gelombang ketiga dan/atau postfeminisme.
Secara umum keempatnya memiliki tujuan yang sama yakni untuk memperjuangkan
subjektivitas perempuan Masing-masing gelombang memiliki penekanan perjuangan yang
berbeda dan setiap gelombang berikutnya merupakan revisi dari gelombang sebelumnya.
Dikotomi feminisme gelombang ketiga dan/atau postfeminisme merupakan perkembangan
yang paling majemuk dan menimbulkan banyak kontroversi karena postfeminisme
merupakan persinggungan antara feminisme dan postmodernisme yang berkembang
menjelang pergantian milennium yang berpadu dengan kebutuhan internal dalam feminisme
sendiri. Kemajemukan dalam perkembangan feminisme terakhir ini harus dipandang
sebagai kekayaan dan kelebihan karena itu berarti feminisme semakin terbuka terhadap
perbedaan dan perubahan.

Kata Kunci: Feminisme, postfeminisme, subjektivitas.

Abstract
The present paper aims at review the development of western feminism from the eighteenth
century up to the twenty-first century when feminism entered the era of postfeminism in
order to demonstrate that the developments of feminism is a continuous process which
shows feminism‘s adaptability to women‘s contemporary issues. In the broadest sense,
feminism can be periodically divided into four stages of development, namely the early
feminism, the first-wave feminism, the second-wave feminism, and the third-wave feminism
and/or postfeminism. In general they all share the same goal that is to promote female
subjectivity with different emphases in their goals and each subsequent wave is a revision of
the proceeding wave. Third-wave feminism and/or postfeminism, however, is the most plural
and controversial development as it is the intersection between feminism with the
postmodern paradigms that develops robustly before the turn of the millennium combined
with the internal demands from within feminism. The pluralism in this last stage of feminism
should be considered as strength for feminism as it shows feminism‘s adaptability to
diversity and change.

Key Words: feminism, postfeminism, subjectivity

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 198


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

PENDAHULUAN Namun perlu diingat bahwa feminisme


Setelah feminisme gelombang bukanlah gerakan universal dengan konsep
kedua mencapai puncaknya pada tahun homogen yang dapat mewakili seluruh
1970an, terjadi perkembangan yang perempuan. Seperti yang ditekankan Tong
meresahkan kaum feminis baik dari pihak (2009), feminisme merupakan konsep yang
akademis maupun pihak praktisi. Pada sangat luas dan majemuk. Feminisme
1980an, berkembang banyak aliran merupakan sebuah kata yang memayungi
feminisme yang berbeda dan sering berbagai pendekatan, pandangan, dan
berkontradiksi satu sama lainnya. Salah satu kerangka berpikir yang digunakan untuk
perkembangan yang paling meresahkan menjelaskan penindasan terhadap
adalah perkembangan postfeminisme yang perempuan dan jalan keluar yang digunakan
sering diartikan sebagai matinya feminisme. untuk meruntuhkan penindasan tersebut
Tulisan berikut akan membahas pengertian (Tong, 2009: 1). Adapun pembagian
feminisme dan tahapan-tahapan feminisme menjadi gerakan feminisme awal,
perkembangannya, diikuti dengan feminisme gelombang kedua, dan feminisme
pengertian postfeminisme dan prinsip- gelombang ketiga seperti yang dilakukan
prinsipnya untuk menunjukkan bahwa Gamble (2006) merupakan salah satu usaha
postfeminisme merupakan kelanjutan dari untuk menarik benang merah
feminisme itu sendiri. perkembangan feminisme secara
Sarah Gamble memberikan definisi kronologis.
umum feminisme sebagai ―the belief that
women, purely and simply because they are GERAKAN FEMINISME AWAL
women, are treated inequitably within a Gerakan feminisme awal
society which is organized to prioritise male merupakan sebagai usaha-usaha untuk
viewpoints and concerns‖ (2006: vii). menghadapi patrarki antara tahun 1550-
Feminisme adalah paham, kajian, dan 1700 di Inggris (Hodgson-Wright, 2006).
gerakan sosial yang bertujuan untuk Fokus perjuangan feminisme awal adalah
mengubah status subordinat perempuan melawan pandangan patriarkis mengenai
dalam masyarakat yang mengutamakan posisi subordinat perempuan karena
perspektif laki-laki. Masyarakat yang dianggap sebagai mahluk yang lebih lemah,
mengutamakan kepentingan laki-laki di atas lebih emosional dan tidak rasional (Jenainati
kepentingan perempuan merupakan definisi dan Groves, 2007: 9). Pemikiran ini
dari masyarakat yang patriarkis (Weedon, dimungkinkan karena berkembangnya
1987 dalam Hodgson-Wright, 2006: 3). Pencerahan di Inggirs yang mempengaruhi
Feminisme merupakan perjuangan pemikiran mengenai perempuan sebagai
untuk mengakhiri penindasan terhadap bagian dari masyarakat yang turut berperan
perempuan (Jenainati dan Groves, 2007: 3). bagi perkembangan masyarakat (O‘Brien,
Sejalan dengan Jenainati dan Groves, Ross 2009).
(2009) melihat feminisme sebagai semua Menurut Hodgson-Wright (2006),
usaha yang bertujuan untuk memperbaiki perjuangan feminisme awal melalui tiga
kondisi perempuan. Dengan mengaitkan cara. Pertama melalui usaha untuk merevisi
definisi umum feminisme dari Gamble esensials subordinasi perempuan dalam
(2006), Jenainati dan Groves (2007) dan ajaran gereja. Kedua dengan menentang
Weedon (1987), feminisme dapat berbagai buku panduan bersikap yang
dirumuskan sebagai keyakinan, gerakan cenderung mengekang perempuan pada
dan usaha untuk memperjuangkan jaman tersebut. Ketiga, dengan membangun
kesetaraan posisi perempuan dan laki-laki solidaritas antar penulis perempuan.
dalam masyarakat yang bersifat patriarkis. Solidaritas ini membangun kepercayaan diri
dan dukungan finansial di kalangan penulis

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 199


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

perempuan. Pendidikan inteketual yang perempuan. Aktifitas kaum feminis di Inggris


diberikan kepada anak-anak perempuan ini bergaung juga di Amerika yang mencapai
dalam keluarga-keluarga yang dipengaruhi tonggak penting pada Seneca Falls
oleh Pencerahan pada gilirannya Convention (1848) yang menuntut
menerbitkan inspirasi mengenai dihapuskannya semua diskriminasi
pentinganya pendidikan perempuan menjadi berdasarkan jenis kelamin.
dasar bagi pergerakan yang lebih politis Di Inggris, meningkatnya
dalam feminisme gelombang pertama meningkatnya jumlah perempuan yang
(Ross, 2009). bekerja menuntut disediakannya sekolah
yang dapat mempersiapkan perempuan
FEMINISME GELOMBANG PERTAMA sebagai tenaga kerja professional. Meski
Feminisme gelombang pertama lapangan kerja yang tersedia umumnya
dianggap dimulai dengan tulisan Mary berada pada sektor domestik, namun hal ini
Wollstonecraft The Vindication of the Rights mendorong meluasnya kebutuhan
of Woman (1792) hingga perempuan pendidikan untuk perempuan. Pada
mencapai hak pilih pada awal abad gilirannya, semakin banyak perempuan
keduapuluh (Sanders, 2006). Tulisan yang terlibat di dunia pendidikan yang
Wolstonecraft dilihat Sanders sebagai memicu dicetuskannya ide bahwa
tonggak gerakan feminisme modern perempuan berhak mendapatkan hak pilih
Wollstonecraft menyerukan pengembangan (Sanders, 2006). Isu ini semakin memuncak
sisi rasional pada perempuan dan menuntut pada 1895 saat kata ―feminist‖ digunakan
agar anak perempuan dapat belajar di untuk pertama kalinya dalam Athenaeum
sekolah pemerintah dalam kesetaraan (Walters, 2005: 1). Hak pilih untuk
dengan anak laki-laki. Pendidikan ini perempuan dicapai pada 1918.
diharapkan Wolstonecfrat akan Menurut Sanders (2006), feminisme
mengembangkan intelektualitas perempuan gelombang pertama mencakup beberapa
sehingga mampu berkembang menjadi ambivalensi. Para feminis gelombang
individu yang mandiri, terutama secara pertama sangat berhati-hati agar tidak
finansial (Richardson, 2002). Perjuangan terlibat kehidupan yang tidak konvensional.
Wollstonecraft dilanjutkan oleh pasangan Mungkin ini ada kaitannya dengan backlash
Harriet dan John Stuart Mill. Mereka yang dialami pasca biografi Mary
memperjuangkan perluasan kesempatan Wollstonecraft (Kirkham, 1997). Di samping
kerja bagi perempuan dan hak-hak legal itu, gerakan ini hanya memperjuangkan
perempuan dalam pernikahan maupun perempuan lajang dari kelas menengah
perceraian. saja, terutama yang memiliki intelektualitas
Feminisme gelombang pertama juga tinggi. Sementara itu, gerakan mereka
sudah diwarnai oleh usaha beberapa hanya ditujukan untuk isu-isu tertentu saja
perempuan untuk memperjuangkan hak dan belum ada kesadaran mengenai
perempuan setelah menikah dan hak asuh gerakan feminisme yang lebih luas. Hanya
anak setelah perceraian. Salah satu pejuang perempuan kaya yang memiliki kesempatan
hak perempuan yang sudah menikah yang untuk berkarir dan kehidupan domestic
paling menonjol adalah Caroline Norton karena mereka mampu membayar pelayan
yang memperjuangkan hak asuh atas anak- untuk melakukan pekerjaan rumah tangga
anaknya setelah Caroline bercerai (Gleadle, mereka. Dan kritik yang paling mencolok
2002). Aktifitas para perempuan ini adalah para feminis ini masih mengandalkan
merangsang tumbuhnya kesadaran bantuan kaum laki-laki untuk mencapai
mengenai ketertindasan perempuan yang tujuan-tujuan mereka.
kemudian mendorong munculnya berbagai
organisasi untuk membela nasib kaum FEMINISME GELOMBANG KEDUA

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 200


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

Feminisme gelombang kedua Paham ini percaya bahwa kekuasaan


dimulai pada tahun 1960an yang ditandai patriarki bekerja pada insitusi-institusi
dengan terbitnya The Feminine Mystique personal seperti pernikahan, pengasuhan
(Freidan, 1963), diikuti dengan berdirinya anak, dan kehidupan seksual (Genz dan
National Organization for Woman (NOW, Brabon, 2009: 48). Menurut aliran ini,
1966) dan munculnya kelompok-kelompok perempuan telah dipaksa oleh patriarki
conscious raising (CR) pada akhir tahun untuk bersikap apolitis, mengalah, dan
1960an (Thompson, 2010). Feminisme lemah kembut. Mereka menentang kontes-
gelombang kedua dinilai sebagai feminisme kontes kecantikan karena menganggap
yang paling kompak dalam paham dan kontes-kontes tersebut sebagai sarana
pergerakan mereka (Thornham, 2006). untuk mencekoki perempuan dengan
Feminisme gelombang kedua bertema besar standar kecantikan yang melemahkan posisi
―women‟s liberation‖ yang dianggap sebagai perempuan.
gerakan kolektif yang revolusionis. Di Inggris, Kelompok Kanan
Gelombang ini muncul sebagai reaksi terbentuk kuat di kalangan perempuan
ketidakpuasan perempuan atas berbagai pekerja. Mereka melaksanakan pemogokan
diskriminasi yang mereka alami meskipun untuk menuntut persamaan upah.
emansipasi secara hukum dan politis telah Sementara itu kelompok kiri sangat
dicapai oleh feminisme gelombang pertama. dipengaruhi oleh paham Sosialis Marxisme
Untuk itu, feminisme gelombang kedua lebih (Thornham, 2006). Namun dalam The British
memusatkan diri pada isu-isu yang National Women‟s Liberation Conference
mempengaruhi hidup perempuan secara pada 1970, aliran kanan dan kiri di Inggris
langsung: reproduksi, pengasuhan anak, bersatu dan menyerukan satu feminisme.
kekerasan seksual, seksualitas perempuan, Secara kompak mereka menuntut
dan masalah domestisitas (Gillis, et.al., persamaan upah, persamaan pendidikan
2004). dan kesempatan kerja, tempat penitipan
Menurut Thornham (2006), anak 24 jam, alat kontrasepsi gratis, dan
feminisme gelombang kedua di Amerika aborsi sesuai kebutuhan. Tuntutan-tuntutan
dapat dikelompokkan menjadi dua aliran. ini menunjukan bahwa feminisme
Kelompok pertama merupakan aliran kanan gelombang kedua berfokus pada isu
yang cenderung bersifat liberal yang perempeuan sebagai kelompok yang
bertujuan untuk memperjuangkan partisipasi tertindas dan tubuh perempuan sebagai
perempuan di seluruh kehidupan sosial (di situs utama penindasan tersebut.
Amerika), dengan hak dan kewajiban yang Menurut Thornham (2006), salah
sama dengan laki-laki. Aliran ini ada di satu ciri utama feminisme gelombang kedua
bawah organisasi NOW (National baik di Inggris maupun di Amerika adalah
Organization for Women- Organisasi usaha mereka untuk merumuskan teori yang
Perempuan Nasional) yang didirikan oleh mampu memayungi semua perjuangan
Betty Freidan pada 1966. feminis. Dalam pandangan Thornham, buku
Aliran kedua sering disebut aliran The Second Sex (1956) dari Simone de
kiri dan bersifat lebih radikal. Feminisme Beauvoir menjadi salah satu acuan utama
radikal berakar reaksi para feminis yang feminisme tahun 1970an. Simone de
merasa tidak terfasilitasi dalam feminisme Beauvoir menentang determinisme biologis
liberal NOW karena perbedaan ras, kelas, dalam fisiologi, determinisme dorongan
dan protes terhadap kekejaman Amerika bawah sadar dalam psikoanalisa Freud dan
dalam perang Vietnam (Siegel, 2007). determinisme subordinasi ekonomi dalam
Konsep utama feminisme radikal adalah teori Marx (Phoca dan Wright, 1999;
―consciousness raising‘ dengan paham ―the Thornham, 2006). Menurut de Beauviour,
personal is political‖ (Whelehan, 1995). teori-teori tersebut telah mendorong

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 201


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

internalisasi konsep perempuan sebagai berpendapat pembebasan perempuan


yang liyan (the Other) dan perempuan terletak pada penguasaan control terhadap
menjadi wanita karena konstruksi-konstruksi produksi, reproduksi, seksualitas, dan
sosial yang patriarkis tersebut (de Beauvoir, pendidikan anak (Tong, 2009).
1956). Bagi de Beauvoir, perempuan harus Di Perancis, Luce Irigaray, Hélène
merebut kesempatan untuk mencapai Cixous dan Julia Kristeva menggunakan
kesetaraan dalam hal ekonomi dan sosial psikoanalisa untuk menjelaskan subordinasi
agar perempuan menjadi subjek yang setara posisi perempuan (Tong, 2009). Ketiganya
dengan laki-laki. setuju dengan de Beauvoir bahwa
Di Amerika, pendapat de Beauvoir perempuan menginternalisasi peran mereka
dikembangkan oleh Betty Freidan, Kate sebagai yang liyan. Dengan menggunakan
Millett, dan Shulamith Firestone (Jenainati psikoanalisa dari Lacan, mereka menelusuri
dan Groves, 2007). Baik Freidan maupun de subordinasi perempuan melalui perbedaan
Beauvoir percaya bahwa satu-satunya jalan seksual yang dikonstruksi dalam bahasa
untuk membebaskan perempuan dari dan budaya (Thornham, 2006).
ketertindasan adalah dengan mengubah Feminisme gelombang kedua
perempuan itu sendiri. Freidan berpendapat, dikritisi oleh para perempuan kulit hitam,
untuk menjadi perempuan yang setara lesbian, dan perempuan pekerja yang
dengan laki-laki, perempuan harus kemudian membentuk gerakan radical
meninggalkan jebakan rumah tangga dan (Gubar, 2000; Jenainati dan Groves, 2007).
semua ―feminine mystique‖ yang mengikat Banyak pihak yang menganggap ―women‟s
perempuan dalam konstuksi yang liberation‖ hanya mengutamakan
mensubordinasinya (Freidan, 1963). perempuan kulit putih dan gagal mencakup
Menurut feminis gelombang kedua, isu kelas dan ras (Zaslow, 2009: 28), meski
conscious rising (pencerahan akan kondisi Thompson (2010) berpendapat feminisme
tertindasnya perempuan oleh patriarki) sejak awal selalu dipengaruhi oleh isu
merupakan alternative terbaik untuk mengenai perempuan Afrika, Latina, dan
menyadarkan perempuan dari Asia. Sementara itu, kaum lesbian menuduh
keterkungkuan mereka (O‘Reilly dan Porter, feminisme gelombang kedua
2005). Sementara itu Kate Millett dan mengutamakan kaum heteroseksual dan
Firestone berpendapat lebih radikal. mengesampingkan lesbianisme (Thornham,
Bergerak di bidang sastra, Kate Millett 2006), meski Whelehan (1995) dan Tong
mengembangkan kajian sastra, film, dan (2009) menunjukkan bahwa femininisme
budaya untuk melawan penindasan radikal dan feminisme lesbian berkembang
terstruktur melalui control ideologis. secara simultan pada 1960an dan 1970an.
Sementara Firestone mengikuti ajaran Secara umum, teori-teori feminis
Marxis dan mengajak perempuan gelombang kedua dianggap ―setengah
menguasai alat-alat reproduksi (Tong, ramalan setengah utopia (Bammer, 1991).
2009). Terlepas dari rasa solidaritas yang
Di Inggris, Julliet Mitchel setuju terbangun antar feminis gelombang kedua,
bahwa penindasan perempuan utamanya selalu ada perbedaan antara perempuan
dilakukan secara ideologis dalam dari berbagai kelas, ras, dan etnis. Karena
‗psychology of femininity‘ (Thornham, 2006). itu, pencarian terhadap feminisme yang
Diinternalisasi oleh perempuan melalui mampu mewakili seluruh perempuan
pencekokan ideologi yang terstruktur, merupakan sebuah utopia (Braidotti, 2003:
psikologi femininitas ini kemudian 197), karena feminisme berakar dari
diwujudkan dalam perilaku seksual yang berbagai isu yang berbeda dan karenanya
privat dan pengabdian pada keluarga. memiliki sejarah dan perkembangan yang
Namun tidak seperti Firestone, Mitchel

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 202


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

majemuk (Whelehan, 1995; Gubar, 2000; dapat dicakup dalam perkembangan


Tong, 2009; Budgeon, 2011a). feminisme pasca gelombang kedua.
Kenyataan mengenai perbedaan Dikotomi antara feminisme
mendorong perkembangan feminisme ke gelombang ketiga dan postfeminisme dalam
berbagai arah yang berbeda. Feminisme perkembangan feminisme pasca gelombang
gelombang kedua dianggap berakhir pada kedua merupakan salah satu permasalahan
1975 (Hewitt, 2010) dan pada akhir 1980an, mendasar yang dialami mengenai
feminisme berkembang secara divergen ke penamaan perkembangan feminisme pasca
arah feminisme gelombang ketiga dan yang 1970an. Jika keduanya dianggap sebagai
berbarengan dengan lahirnya postfeminisme perkembangan feminisme yang berbeda,
yang kontroversial. maka keduanya merupakan perkembangan
POSTFEMINISME/FEMINISME yang berlangsung pada waktu yang hampir
GELOMBANG KETIGA bersamaan. Jika keduanya dianggap
Berbagai kritik terhadap perkembangan yang sama, ada usaha-
universalisme dalam feminisme gelombang usaha definitif dari beberapa feminis yang
kedua mendorong terjadinya pendefinisian mendefinisikan diri mereka sebagai feminis
kembali berbagai konsep dalam feminisme gelombang ketiga dan atau sebaliknya
pada akhir tahun 1980an. Menurut Brooks postfeminist. Lebih jauh, kedua istilah tidak
(1997: 8), setidaknya ada tiga hal yang hanya sering dimaknai secara bertentangan,
mendorong terjadinya reartikulasi konsep- keduanya juga memiliki banyak definisi yang
konsep feminisme. Pertama, dari dalam terkadang saling tumpang tindih dan saling
feminisme sendiri yang mulai melihat bahwa bertentangan.
konsep mereka bersifat rasis dan Istilah postfeminisme muncul lebih
etnosentris yang hanya mewakili perempuan awal dalam sebuah artikel pada 1920. Istilah
kulit putih kelas menengah dan ini digunakan untuk menyatakan sikap ―pro
memarginalkan perempuan dari kelompok perempuan namun tidak anti-laki-laki,‖ yang
etnis dan kelas lainnya. Kedua, feminis merayakan keberhasilan feminisme
gelombang kedua dianggap belum cukup gelombang pertama dalam meraih hak pilih
menyuarakan isu ―sexual difference.‖ (Faludi, 2006; Genz dan Brabon: 2009).
Sementara itu, di luar feminisme, Istilah postfeminisme kembali
berkembang teori-teori postmodenrnisme, muncul pada 1980an dengan makna yang
poststrukturalisme dan postkolonialisme sangat beragam. Gill dan Scharff (2011)
yang kemudian beririsan dengan merangkum adanya empat pengertian
perkembangan feminisme. postfeminisme. Pertama, postfeminisme
Dengan sedemikian banyaknya sebagai titik temu antara feminisme dengan
suara yang tak terwakili dalam feminisme postmodernisme, poststrukturalisme, dan
gelombang kedua berpadu dengan postkolonialisme yang berarti postfeminisme
perkembangan post-modernisme, merupakan pengkajian yang lebih kritis
perkembangan feminisme sejak akhir tahun terhadap feminisme (Brooks, 1997).
1980an menjadi sangat majemuk. Pengertian postfeminisme
Postmodernisme menolak wacana monolitik berikutnya mengacu pada perayaan matinya
dan kebenaran tunggal serta pengaburan feminisme yang ditandainya dengan
batas-batas adi budaya dengan budaya tercapainya tujuan-tujuan feminisme
masa (dalam hal ini budaya populer). gelombang kedua pada 1970an sehingga
Dengan konsep-konsep postmodernis ini, tujuan-tujuan tersebut tidak lagi relevan
banyak suara yang tadinya dipinggirkan pada 1980an (Tasker dan Negra, 2007
mendapatkan kesempatan untuk dikutip dalam Gill dan Scharff, 2011).
menyuarakan diri dan didengar. Hal ini Pengertian post-feminisme sebagai
mengakibatkan begitu banyak aliran yang perayaan atas matinya feminisme ini

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 203


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

diajukan oleh para pendukung feminisme sebagai reaksi atas postfeminisme. Mereka
gelombang kedua. Tania Modleski, memiliki pandangan negatif terhadap
misalnya, melihat postfeminisme sebagai postfeminisme. Para pelopor feminisme
kajian yang menegasi dan meruntuhkan gelombang ketiga seperti Iyvonne Tasker
perjuangan kaum feminis dan mengantar dan Diane Negra memiliki pandangan
perempuan kembali ke jaman pre-feminis negatif terhadap postfeminisme dan menarik
(dikutip dalam Gamble, 2006: 37). dikotomi antara feminisme gelombang ketiga
Pengertian postfeminisme yang dan postfeminisme dalam hubungannya
ketiga menurut Gill dan Scharff (2011) dengan budaya popular (Genz dan Brabon,
adalah postfeminisme sebagai backlash. 2009). Postfeminisme dinilai sebagai
Susan Faludi merupakan salah satu feminisme aras utama yang dimotori
proponen utama perumusan definisi berbagai kepentingan komersial tanpa
postfeminisme sebagai backlash. Dalam aktivitas ataupun agenda feminis yang jelas.
buku fenomenalnya Backlash: The Dalam hal ini, feminisme gelombang ketiga
Undeclared War Against American Women menyatakan diri sebagai feminisme yang
(1991), Faludi merumuskan postfeminisme berkembang di dunia akademik, bersifat
sebagai perang terhadap feminisme melalui sistematis, dan bersifat lebih kritis.
media masa dan budaya popular. Media Gamble (2006) melihat feminisme
masa dan budaya popular digunakan gelombang ketiga sebagai reaksi
sebagai perantara untuk menyebarkan perempuan kulit berwarna terhadap
propaganda yang mendiskreditkan dominasi perempuan kulit putih dalam
perempuan-perempuan yang telah feminisme gelombang kedua dan menolak
teremansipasi. Backlash, menurut Faludi, asumsi bahwa penindasan terhadap
mendapat dukungan dari pemerintah (2006: perempuan bersifat seragam dan universal.
291). Lebih jauh, feminisme gelombang ketiga
Definisi postfeminisme keempat juga terlibat berbagai aktivitas turun ke jalan.
yang dirangkum Gill dan Scharff (2011) Gamble menyerukan penggunaan istilah
adalah postfeminisme sebagai sensibility. feminisme gelombang ketiga dan menolak
Dengan mengacu pada pembahasan penggunaan istilah postfeminisme karena
terhadap konsep ―double entanglement‖ dari implikasi negatif yang melekat pada makna
Judith Butler yang dilakukan oleh McRobbie postfeminisme.
(1994, 2009), postfeminisme merupakan Tong (2009) mendefinisikan
―both a doing and undoing of feminism‖ yang feminisme gelombang ketiga sebagai
mengartikulasikan konsep-konsep perkembangan feminisme yang dimulai
feminisme pendahulunya sekaligus pada 1990an yang mendapat pengaruh dari
melakukan peninjauan kembali atas konsep- feminisme-feminisme sebelumnya.
konsep tersebut. Salah satu konsep feminis Feminisme ini, lanjut Tong, memiliki
yang mengalami redefinisi adalah peralihan rumusan agenda feminisme yang berbeda
femininitas sebagai bagian dari tubuh dan dari feminisme pendahulunya karena
perubahan focus dari objektifikasi feminisme gelombang ketiga merayakan
perempuan ke subjektifikasi yang lebih perbedaan (2009: 271). Berbeda dengan
menekankan pada kemampuan perempuan Gamble yang menentang istilah
untuk membuat keputusan, pilihan, dan postfeminisme, Tong bahkan menolak untuk
mempertanggungjawabkan diri sendiri. menyebut istilah postfeminisme dan memilih
Feminisme gelombang ketiga juga menggunakan istilah feminisme
memiliki banyak definisi yang berbeda dan multicultural.
terkadang saling bertentangan. Para Shelley Budgeon (2011a) melihat
pencetus feminisme gelombang ketiga feminisme gelombang ketiga sebagai
secara sistematis menyatakan diri mereka feminisme yang sangat dipengaruhi oleh

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 204


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

budaya populer. Hal ini bertentangan Zeisler, kemajemukan definisi feminisme


dengan pendapat Tasker dan Negra serta gelombang ketiga disebabkan karena
pendapat Faludi di atas yang melihat masing-masing pelopornya berusaha
posteminisme sebagai feminisme yang merumuskan gelombang feminisme ini
merangkul budaya populer. Bagi Budgeon, menurut pengalaman individual atau
feminisme gelombang ketiga melihat budaya kelompok semata (2008: 113). Dalam hal ini,
populer sebagai objek kajian kritis dan Zeisler melihat feminisme gelombang ketiga
menolak oposisi biner yang memarginalkan sebagai perkembangan feminisme yang
budaya populer (2011a: 280). Feminisme lebih individual yang antara lain disebabkan
gelombang ketiga merupakan karena kegagalan feminisme gelombang
perkembangan feminisme yang kedua untuk memfasilitasi kemajemukan
mendekonstruksi dan mengevaluasi kembali dalam rumusan feminisme hegemonis
feminisme sebelumnya agar dapat terus mereka.
berkembang dan memfasilitasi perempuan Bertentangan dengan Zeisler,
pasca feminisme tahun 1970an (Budgeon, Brooks melihat postfeminisme sebagai
2011b: 4). istilah yang memayungi berbagai
Di sisi lain, Budgeon mendefinisikan perkembangan feminisme pasca 1970an.
postfeminisme sebagai perkembangan Menurut Brooks, postfeminisme merupakan
feminisme yang lebih kontradiktif terhadap ―a [sic] conceptual frame of
feminisme gelombang kedua. Dalam reference encompassing the intersection
pandangan Budgeon, postfeminisme of feminism with a number of anti-
merangkul sekaligus menolak feminisme. foundationalist movements [sic]
Budgeon sepakat dengan Angela McRobie represent[ing] feminism „coming of age,‟ its
yang melihat postfeminisme sebagai maturity into a confident body of theory
perayaan terhadap pencapaian tujuan- and politics, representing pluralism and
tujuan feminisme sehingga feminisme dapat difference and reflecting on its position in
dilihat sebagai masa lalu (McRobbie, 2009). relation to other philosophical and political
Tercapainya tujuan-tujuan feminisme movements similarly demanding change‖.
membuka jalan bagi perempuan untuk (Brooks, 1997: 1)
mencapai tujuan-tujuan yang bersifat Definisi ini tidak menafikan gerakan-
individual melalui gaya hidup dan pola gerakan feminisme terdahulunya dan
konsumsi yang menjadi ciri khas melihat postfeminisme sebagai
postfeminisme (2011b: 281). Jadi, dalam perkembangan feminisme dipengaruhi oleh
pemahaman Budgeon dan McRobbie, perkembangan berbagai bidang lainnya.
feminisme gelombang ketiga bersifat global, Dengan pengaruh berbagai teori dan
aktifis, dan akademis sementara gerakan anti-fundalis yang mengakui
postfeminisme lebih bersifat individualistic, kemajemukan dan perbedaan, definisi
konsumtif, dan populer. mengakui adanya berbagai aliran dalam
Zeisler (2008) melihat feminisme perkembangan feminisme. Dengan sikap
gelombang ketiga sebagai istilah yang terbuka terhadap perkembangan di dunia
memayungi berbagai perkembangan filsafat dan dunia politik, definisi
feminisme pasca gelombang kedua dengan postfeminisme ini bisa menerima berbagai
berbagai definisi yang saling bertentangan. perubahan dan perkembangan yang terjadi
Sementara itu, postfeminisme dilihat pasca feminisme gelombang kedua, baik
sebagai bentuk protes dari generasi feminis yang bersifat teoretis maupun bersifat
non-akademis yang melihat feminisme populer.
sebagai gerakan yang sudah mencapai Namun terlepas dari berbagai
tujuannya dan karenanya sudah tidak kontradiksi dalam pendefinisian feminisme
relevan lagi untuk dilanjutkan. Menurut pasca gelombang ketiga, Genz dan Brabon

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 205


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

melihat bahwa feminisme gelombang ketiga KESIMPULAN


maupun postfeminisme memiliki banyak Dari pembahasan di atas, dapat
persamaan. Bahkan keduanya sering dilihat bahwa feminisme telah berkembang
digunakan sebagai istilah yang memayungi dari sekedar perjuangan untuk diakui
seluruh perkembangan feminisme pasca sebagai manusia yang memiliki rasio seperti
1970an. Misalnya saja Brooks (1997) serta layaknya laki-laki, feminisme berkembang
Genz dan Brabon (2009) menggunakan menjadi gerakan yang memiliki aspirasi
istilah postfeminisme untuk mencakup majemuk. Namun inti dari kesemua
feminisme gelombang ketiga, sementara perjuangan tersebut adalah kesetaraan
Zaslow (2009) dan Budgeon (2011) perempuan untuk menjadi subjek aktif dalam
menggunakan feminisme gelombang ketiga hidupnya. Masing-masing gelombang
untuk mencakup postfeminisme. Keduanya memiliki penekanan yang berbeda dalam
menentang agenda anti budaya populer tujuan periodiknya. Tujuan feminisme awal
dalam feminisme gelombang kedua dan berevolusi dari perjuangan untuk diterima
mengakui budaya populer sebagai situs sebagai mahluk yang berasio menjadi
yang subur untuk mengartikulasikan tuntutan atas hak-hak perempuan yang lebih
feminisme dan pemberdayaan perempuan legal. Feminisme gelombang pertama
(Genz dan Brabon, 2009: 162). Dan dengan berawal dari tuntutan yang sama atas
berpegang pada rumusan postfeminisme pendidikan bertujuan untuk
yang diusulkan Brooks (1997) serta Genz memperjuangkan hak perempuan untuk
dan Brabon (2009), keduanya dipengaruhi mendapatkan pendidikan formal berevolusi
oleh teori-teori postmodern dan keduanya menjadi tuntutan untuk mendapatkan hak
merangkul perbedaan. pilih. Kesetaraan dalam segala bidang
Pada akhirnya, usaha untuk dalam feminisme gelombang kedua
membedakan postfeminisme dan feminisme kemudian berevolusi menjadi tuntutan atas
gelombang ketiga dianggap sia-sia karena hak-hak istimewa perempuan karena
menurut Gamble, ―any attempt to fisiologisnya yang berbeda dari laki-laki.
differentiate between third wave feminism Sedangkan feminisme gelombang ketiga
and postfeminism may be achieving nothing dan/atau postfeminisme telah memiliki
more than a little juggling with semantics‖ agenda yang sangat majemuk sejak awal
(2006: 44). Menurut Genz dan Brabon, dimulainya.
perbedaan antara postfeminisme dengan Perubahan dalam feminisme dari
feminisme gelombang ketiga fenomenon waktu ke waktu maupun kemajemukan
yang tak terhindarkan dari kehidupan sosial feminisme pasca 1970an bukanlah sebuah
budaya masyarakat Barat yang rentan kelemahan. Perubahan dalam tujuan-tujuan
terhadap kontradiksi (2009: 162). Meski feminisme merupakan bukti bahwa
pendapat ini cenderung menggaris bawahi feminisme dapat beradaptasi terhadap
feminisme gelombang ketiga sebagai perubahan kebutuhan perempuan sesuai
perkembangan yang didominasi dunia dengan tuntuan jaman yang dihadapi
Barat, namun kesadaran feminisme untuk perempuan. Sedangkan kemajemukan
mengakui perbedaan dan merangkul dalam feminisme pasca gelombang kedua
kemajemukan menjadi modal sendiri bagi bukanlah hal yang baru bagi feminisme.
perempuan non-Barat untuk Menurut Tong (2009), feminisme
mengembangkan feminisme dengan merupakan gerakan yang memiliki akar
keyakinan bahwa feminisme pasca majemuk. Berbagai aliran yang muncul
gelombang kedua berkomitmen untuk dalam feminisme, baik dalam feminisme
merangkul aliran-aliran feminis yang gelombang kedua maupun gelombang
berbeda. ketiga merupakan perkembangan dari
perbedaan-perbedaan yang telah dimiliki

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 206


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

feminisme sejak awal. Mereka berkembang Gamble. London and New York:
ketika mendapatkan konteks yang tepat saat Routedge.
perempuan mendefinisikan perbedaan di
Genz S. dan B. Brabon. 2009.
antara mereka. Perbedaan-perbedaan ini
Postfeminism: Cultural Text and
memperkaya feminisme dan mendorong
Theories. Edinburgh: Edinburgh
feminisme untuk terus berkembang.
University Press
DAFTAR PUSTAKA Gillis, S., G. Howie, dan R. Munford. 2004.
Bammer, Angelika. 1991. Partial Visions – ―Introduction‖ dalam Third Wave
Feminism and Utopianism in the Feminism: A Critical Exploration.
1970s. New York dan London: Editor Stacy Gillis, Gillian Howie dan
Routledge Rebecca Munford. Hampshire dan
New York: Palgrave MacMillan.
Braidotti, Rosi. ―Feminist Philosophies‖
dalam A Concise Companion to Gills dan Schraff. 2011. Gill, Rosalind dan
Feminist Theory editor Mary Eagleton. Christina Scharff. 2011. New
Melbourne: Blackwell Publishing. Femininities: Postfeminism,
2003. Neoliberalism and Subjectivity.
Hampshire dan New York: Palgrave
Brooks, A. 1997. Brooks, Ann, 1997.
MacMillan.
Postfeminism: Feminism, Cultural
Theory and Cultural Forms. London Gleadle, 2002 Kathryn Gleadle, 2002.
dan New York: Routledge Radical Writing on Women, 1800-
1850. Hampshire and New York:
Budgeon. S. 2011a. Third-Wave Feminism
Palgrave MacMillan.
and the Politics of Gender in Late
Modernity. New Hampshire dan New Gubar, Susan. 2000. Critical Condition:
York: Palgrave MacMillan. Feminism at the Turn of the Century.
New York: Columbia University Press.
Budgeon, S. 2011b. ―The Contradictions of
Successful Feminity: Third-wave Hewitt, N.A. 2010. ―From Seneca Falls to
Feminism, Postfeminism and ‗New‘ Suffrage? Reimaginingg a ―Master‖
Femininities‖ dalam New Femininities: Narrative I US Women‘s History‖
Postfeminism, Neoliberalism and dalam No Permanent Waves:
Subjectivity editor Rosalind Gill dan Recasting Histories of U.S. Feminism.
Christina Scharff. Hamphsire dan New Brunswick, New Jersey, London:
New York: Palgrave MacMillan. 2011. Rutgers Univerity Press
De Beauvoir, S. 1956. The Second Sex. Hudgson-Wright, 2006. Hodgson-Wright,
London: Lowe and Bryligne. Early Feminism, dalam Cambridge
Companion to Feminism and
Faludi. S. 1991/2006. Backlash: The
Postfeminism, Sarah Gamble (2006).
Undeclared War Against American
Women. New York: Three Rivers Jenainati Cathia dan Judy Groves, 2007.
Press. Introducing Feminism. Malta:
Gutenberg Press.
Freidan, B. 1963. The Feminine Mystique.
New York: Dell Publishing. Kirkham, M. 1997. Kirkham, Margaret. 1997.
Jane Austen, Feminism, and Fiction.
Gamble, S. 2006. ―Postfeminism‖ dalam The
London and New Jersey: The Athole
Routledge Companion to Feminism
Press.
and Postfeminism. Editor Sarah

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 207


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

McRobbie, A. 2009. The Aftermath of Siegel, Deborah. 2007. Sisterhood


Feminism – Gender, Culture, and Interrupted: From Radical Women to
Social Change. London: SAGE Grrls Gone Wild. Hampshire dan New
Publications, Ltd. York: Palgrave MacMillan
McRobbie, A. 1994. McRobbie, Angela. Thompson, Becky. 2010. ―Multiracial
1994. Postmodernism and Popular Feminism: Recasting the Chronology
Culture, New York: Routledge. of Second Wave Feminism‖ dalam No
Permanent Waves- Recasting
O‘Brien, K. 2009. OWmen and
Histories of US Feminism editor
Elightenment in Eighteenth-Century
Nancy Hewitt. New Brunswick, New
Britain. Cambridge: Cambridge
Jersey, London: Rutgers University
University Press.
Press. 2010.
O‘Reilly, A. dan M. Porter. 2005.
Thornham, S. 2006. ―Feminism and Film‖
―Introduction‖ dalam Motherhood:
dalam The Routledge Companion to
Power and Oppression. Editor Marie
Feminism and Postfeminism. Editor
Porter, Patricia Short dan Andrea
Sarah Gamble. London and New
O‘Reilly. Toronto: Women‘s Press.
York: Routedge.
Phoca, S dan R. Wright. 1999. Introducing
Tong, R. 2009. Tong, Rosmarie. 2009.
Postfeminsim. Cambridge: Icon
Feminist Thought: A More
Books, Ltd. rd
Comprehensive Introduction. 3
Richardson, Alan. 2002. ―Mary Edition. Colorado: Westview Press
Wollstonecraft on Education‖ dalam
Walters, Margaret. 2005. Feminism: A Very
The Cambridge Companion to Mary
Short Introduction. New York: Oxford
Wollstonecraft, editor Claudia l.
University Press
Johnson. Cambridge: Cambridge
University Press. 2002. Whelehan, Imelda. 1995. Modern Feminist
Thought – Second Wave to
Ross, Sarah Gwyneth. 2009. The Birth of
Postfeminism. Edinburgh: Edinburgh
Feminism – Women as Intellect in
University Press.
renaissance Italy and England.
Massachusetts dan London: Harvard Zaslow, 2009 Emilie Zaslow. 2009:
University Press. Feminism, Inc. Coming of Age in Girl
Power Media Culture. New York:
Sanders, Valerie. 2006. ―First Wave
Palgrave MacMillan.
Feminism‖ dalam Cambridge
Companion to Feminism and Zeisler, A. 2008. Feminism and Popular
Postfeminism, editor Sarah Gamble Culture. California: Seal Press.
(2006).

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 208

Anda mungkin juga menyukai