PELAYANAN
ANETESIA
Jakarta Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmatNya Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesia Rumah Sakit Umum
Daerah Cilincing dapat dibuat. Pedoman ini akan dijadikan pedoman dalam operasional
pelayanan pasien maupun pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesia di Rumah Sakit
Umum Daerah Cilincing, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
khususnya sumber daya manusia sesuai standar.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar dapat kami
perbaiki.
Akhir kata kami berharap semoga pedoman akreditasi ini dapat bermanfaat untuk
pelayanan di RSUD Cilincing
i
DAFTAR PUSTAKA
B. Sasaran .............................................................................................................. 1
A. Pengertian .......................................................................................................... 2
B. Falsafah ............................................................................................................ 3
B. Ketenagaan ...................................................................................................... 12
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Gambaran umum alur pelayanan anestesia dan terapi intensif di rumah
sakit ............................................................................................................................ 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Sasaran
1
BAB II
PENGERTIAN PELAYANAN ANESTESIA
A. Pengertian
2
12. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin
tertentu, berdasarkan standar kompetensi, standar pelayanan kedokteran
dan pedoman nasional yang disusun, ditetapkan oleh rumah sakit sesuai
kemampuan rumah sakit dengan memperhatikan sumber daya manusia,
sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
13. Pelayanan pra-anestesia adalah penilaian untuk menentukan status medis
pra-anestesia dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang
memperoleh tindakan anestesia.
14. Pelayanan intra anestesia adalah pelayanan anestesia yang dilakukan
selama tindakan anestesia meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara
kontinu.
15. Pelayanan pasca anestesia adalah pelayanan pada pasien pasca
anestesia sampai pasien pulih dari tindakan anestesia.
16. Pelayanan kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit
kritis.
17. Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien
yang berisiko mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut
dan jangka panjang.
18. Pelayanan anestesia/analgesia di luar kamar operasi adalah tindakan
pemberian anestetik/analgesik di luar kamar operasi.
19. Pelayanan penatalaksanaan nyeri adalah pelayanan penanggulangan
nyeri, terutama nyeri akut, kronik dan kanker dengan prosedur intervensi
(interventional pain management).
B. Falsafah
Pelayanan anestesia dan terapi intensif pada hakekatnya harus bisa memberikan
tindakan medis yang aman, efektif, berperikemanusiaan, berdasarkan ilmu
kedokteran mutakhir dan teknologi tepat guna dengan mendayagunakan sumber
daya manusia (SDM) berkompeten dan profesional menggunakan peralatan dan
obat-obatan yang sesuai dengan standar, pedoman dan rekomendasi profesi
anestesia dan terapi intensif Indonesia.
3
C. Tujuan Pelayanan Anestesia di Rumah Sakit
4
BAB III
PENGORGANISASIAN
A. Struktur Organisasi
Direktur
Perawat
Bedah
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan anestesia
perlu ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas, tanggung jawab dan
hubungan kerja yang jelas meliputi bidang administratif maupun secara teknis medis
disesuaikan dengan jenis dan kelas rumah sakit, sarana dan prasarana serta sumber
daya manusia yang tersedia.
1. Koordinator pelayanan
Koordinator pelayanan adalah dokter spesialis anestesia. Jika tidak ada
dokter spesialis anestesia maka koordinator pelayanan ditetapkan oleh
direktur rumah sakit yang diatur dalam peraturan internal rumah sakit.
a. Tugas :
1. Mengoordinasi kegiatan pelayanan anestesia sesuai dengan sumber
daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia;
2. Mengawasi pelaksanaan pelayanan anestesia setiap hari;
3. Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan anestesia
5
4. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan kegiatan
berkala.
b. Tanggung jawab :
1. Menjamin terlaksananya pelayanan anestesia dan terapi intensif yang
bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien;
2. Pengawasan pelaksanaan pencatatan, evaluasi dan pembuatan
laporan kegiatan di dalam rumah sakit;
3. Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan anestesia dan
keselamatan pasien di dalam rumah sakit.
2. Perawat anestesia/perawat
a. Tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan pra-anestesia, yang meliputi:
a. Pengkajian keperawatan pra-anestesia;
b. pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien;
c. pemeriksaan tanda-tanda vital;
d. persiapan administrasi pasien;
e. analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien;
f. evaluasi tindakan keperawatan pra-anestesia, mengevaluasi secara
mandiri maupun kolaboratif;
g. mendokumentasikan hasil anamnesis/pengkajian.
h. persiapan mesin anestesiaa secara menyeluruh setiap kali akan
digunakan dan memastikan bahwa mesin dan monitor dalam
keadaan baik dan siap pakai.
i. pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk
memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat anestesiaa
maupun obat emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit.
j. memastikan tersedianya sarana prasarana anastesi berdasarkan
jadwal, waktu dan jenis operasi tersebut.
6
d. membantu dokter melakukan pemasangan alat monitoring invasif;
e. pemberian obat anestesia;
f. mengatasi penyulit yang timbul;
g. pemeliharaan jalan napas;
h. pemasangan alat ventilasi mekanik;
i. pemasangan alat nebulisasi;
j. pengakhiran tindakan anestesia;
k. pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh
tindakan tercatat baik dan benar.
b. Tanggung jawab:
1. Perawat anestesia dan perawat bertanggung jawab langsung
kepada dokter penanggung jawab pelayanan anestesia;
2. Menjamin terlaksananya pelayanan/asuhan keperawatan anestesia
di rumah
sakit;
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan anestesia sesuai standar.
7
BAB IV
PELAYANAN ANESTESIA DI RUMAH SAKIT
1. Pra-Anestesia
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesia harus
dilakukan sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa pasien
berada dalam kondisi yang layak untuk prosedur anestesia.
b. Dokter spesialis anestesia bertanggung jawab untuk menilai dan
menentukan status medis pasien pra-anestesia berdasarkan prosedur
sebagai berikut :
1. Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
2. Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi
yang diperlukan untuk melakukan anestesia.
3. Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesia yang akan
dilakukan meliputi teknik anetesia, dosis dan rute pemberian obat dan
memastikan bahwa pasien dan/atau keluarga pasien telah mengerti
dan menandatangani persetujuan tindakan.
Adapun jenis-jenis anetesia yang mungkin dikerjakan adalah :
- ANESTESIA UMUM (AU)
AU adalah teknik pembiusan dengan bius total dimana pasien
tidak sadar, tidak dapat dirangsang dan tidak merasakan sakit.
Obat bius untuk AU berupa obat yang disuntikkan ke dalam
pembuluh darah atau zat anestesi yang dapat dihirup/dihisap,
terutama pada bayi/anak. Lama kerja obat disesuaikan dengan
lama operasi. Sesuai dengan kebutuhan operasi dan kondisi
8
pasien, teknik ini akan mempengaruhi kemampuan untuk
mempertahankan patensi jalan nafas, terjadi depresi fungsi
pernafasan spontan atau depresi fungsi otot. Sehingga pasien
sering memerlukan pemasangan alat pernafasan untuk
mempertahakan patensi jalan napas dan pemberian nafas
bantu.
- ANESTESIA SPINAL/EPIDURAL
Anestesia spinal/epidural adalah pembiusan yang hanya
meliputi daerah perut ke bawah (perut sampai ujung kaki)
dengan pasien tetap sadar tanpa merasakan nyeri. Bila pasien
menginginkan untuk tidur maka dokter dapat rnemberi obat
tidur/penenang melalui suntikan. Obat bius yang dipakai adalah
obat bius lokal (Anestesi Lokal) dan bisa ditambah dengan obat
lain yang bisa menambah kekuatan obat maupun rnenambah
lama kerja obat bius lokal. Untuk anestesia spinal, obat bius
lokal tersebut disuntikkan dengan jarum yang sangat kecil di
celah tulang belakang di daerah punggung.
Untuk anestesia epidural didaerah punggung penyuntikan
didahului dengan pemberian obat bius lokal dan melalui jarum
epidural yang disuntikan di celah tulang belakang akan
dimasukkan selang kecil ke arah pinggiran tulang belakang,
yang berfungsi untuk menyalurkan obat ke sekitar saraf yang
ada di pinggiran tulang belakang.
Pada kedua teknik diatas, penyuntikan dilakukan pada pasien
dalam keadaan posisi duduk membungkuk atau miring ke salah
satu sisi dengan kedua tungkai dilipat ke perut dan kepala
menunduk. Pada waktu penyuntikan obat, akan terasa hangat di
punggung. Setelah obat masuk ke tulang belakang, pada
awalnya akan merasakan kesemutan pada tungkai, lama
kelamaan akan terasa berat pada kedua tungkai dan pada
akhirnya kedua tungkai tidak dapat digerakkan, seolah-olah
tungkainya hilang. Pada awalnya di bagian perut pasien masih
bisa merasakan sentuhan, gosokan, dan tarikan, tapi lama
kelamaan akan tidak merasakan apa-apa lagi. Hilang rasa ini
bisa berlangsung kira-kira 2 sampai 3 jam sesuai jenis obat
anestesi lokal yang digunakan.
9
Dosis disesuaikan dengan berat badan pada setiap pasien.
Pemberian edukasi ini dijabarkan dalam form edukasi tindakan
anestesia dan sedasi.
4. Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan obat-
obat yang akan dipergunakan.
c. Pemeriksaan penunjang pra-anestesia dilakukan sesuai standar profesi.
d. Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
10
3. Pelayanan Pasca-Anestesia
AKTIVITAS MOTORIK
-Gerak 4 anggota tuguh 2
2 -Gerak 2 anggota tubug 1
-Tidak ada gerakan 0
PERNAFASAN
-Nafas dalam,batuk dan tangis kuat 2
-Nafas dangkal dan adekuat 1
3
-Apnoe atau nafas tidak adekuat 0
TEKANAN DARAH
-Sistolik ± 20% dari pre operasi 2
-Sistolik ± 20%-50% dari pre operasi 1
4
-Sistolik ± 50% dari pre operasi 0
KESADARAN
-Sadar penuh, mudah dipanggil 2
-Respon terhadap rangsangan+, Reflek 1
5
protektif+
-Tidak ada respon, reflek protektif- 0
11
Tabel 4.2 BROMAGE SCORE
NO KRITERIA SCORE
1 Dapat mengangkat tungkai 0
1
2
3
2 Tidak dapat mengangkat 0
tungkai bawah tetapi msh dapat 1
menekuk lutut 2
3
3 Tidak dapat menekuk lutut tapi 0
dapat mengangkat kaki 1
2
3
4 Tidak dapat mengagkat kaki 0
1
2
3
B. Ketenagaan
Pelayanan anestesia di Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing dilaksanakan
dengan pendekatan tim yang terdiri dari dokter spesialis anestesia dan/atau dokter
lain, serta dapat dibantu oleh perawat anestesia.
Koordinator pelayanan anestesia dipimpin oleh dokter spesialis anestesia. Jika
tidak ada dokter spesialis anestesia maka koordinator pelayanan ditetapkan oleh
direktur rumah sakit yang diatur dalam peraturan internal rumah sakit.
12
Jumlah kebutuhan tenaga anestesia disesuaikan dengan beban kerja dan
klasifikasi pelayanan anestesia diselenggarakan oleh rumah sakit, sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
13
19 Sikat pembesih pipa trakea, ukuran kecil dan besar
20 Pulse oxymeter sederhana
21 EKG
22 Perlengkapan anestesia regional
23 Suction pump dan suction catheter
24 Tabung N2O
25 Oxygen apparatus + flowmeter
26 Jackson reese
27 Sungkup muka
28 Tourniquet
29 Alat pompa infus
30 O2 + gas-gas medik
31 Syringe pump
32 Alat pemanas infus
D. Sistem Pelayanan
14
E. Alur Pasien dalam Pelayanan Anestesia
Pasien yang membutuhkan pelayanan anetesi di rumah sakit dapat berasal dari:
instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, dan instalasi rawat inap termasuk
ruang rawat
intensif.
Gambar 4.1 Gambaran umum alur pelayanan anestesia dan terapi intensif
di rumah sakit
F. Pengendalian Limbah
15
H. Pencatatan dan Pelaporan
16
BAB V
PENUTUP
17