Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan
hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier,
1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan
gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu
sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya
dsebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi
secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif
yaitu mobilisasi dimana pasien dalam menggerakan tubuhnya
dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau
keseluruhan. Sedangkan mobilisasi aktif yaitu dimana pasien
dalam menggerakan tubuhnya dilakukan secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk
embantu jalannya penyembuhan pasien. Perubahan gerakan dan
posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang
menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat
mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan
mobilisasi.
Dalam angka memenuhi kebutuhan dasar manusia dan asuhan
keperawatan, salah satu tugas perawat yaitu memenuhi
kebutuhan mobilisasi dimana saat itu pasien tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan pepindahan secara mandiri.
Manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Ketika orang
dapat berdiri dan bergerak, mereka lebih sehat. Paru-paru
mereka mengembang lebih mudah. Mereka mencerna makanan
secara seksama lebih baik. Mereka mampu berdefekasi dengan
baik, fungsi ginjal mereka lebih baik dan tulang serta otot
mereka lebih sehat. Dan sebaliknya, jika sedang sakit mereka
sering tidak dapat bergerak atau hanya dapat bergerak sedikit.
Untuk mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat
harus dengan tepat mengangkat klien, menggunakan teknik
pemberian posisi yang tepat, dan memindahkan klien dengan
aman. Banyak kondisi patologi yang memengaruhi kesejajaran
dan mobilitas tubuh. Abnormalitas postur kongenital atau
didapat memengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal, serta
kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan tubuh. Selama
pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuh dan
rentang gerak. Abnormalitas postur dapat menghambat
kesejajaran, mobilitas, atau keduanya sehingga membatasi
rentang gerak pada beberapa sendi, perawat mempertahankan
rentang gerak maksimum pada sendi yang tidak sakit. (A. Azis
Alimut Hidayat, 2005 : 117).
Kebanyakan orang mengganti posisi mereka secara konstan dan
bergerak meskipun diatas tempat tidur. Namun, ketika klien
lemah atau nyeri, atau mengalami fraktur, atau paralisis atau
tidak sadar, mereka tidak dapat mengubah posisi seperti orang
normal. Mereka memerlukan bantuan untuk mengubah posisi
seperti posisi sim’s , semi fowler, miring, dorsal recumbent
lithomi dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini akan membahas
mengenai standar operasional prosedur bagaimana cara
melakukan mobilisasi pada pasien yang akan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan dari tempat tidur ke kereta dorong
(brankart) dan cara mengatur posisi dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana cara atau
standar operasional memindahkan pasien dan mengatur posisi ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui dan memahami cara
atau standar operasional memindahkan pasien dan mengatur
posisi.

LIHAT PULA: SOP MOBILISASI PASIEN DAN


PENGATURAN ROM

BAB II
PEMBAHASAN
A. Memindahkan Pasien
1. Pengertian memindahkan pasien
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan
hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya
(A.Aziz, 2006).
Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak
atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri
dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya
dsebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Memindahkan pasien merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
pada klien (pasien) dengan kelemahan fungsional untuk
berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau dari tempat tidur
ke brangkar.
2. Tujuan
a. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom
disuse,
b. Mempertahankan kenyamanan pasien,
c. Mempertahankan kontrol diri pasien,
d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan(diagnostik, fisik,
dll.),
e. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi,
f. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada
pasien yang toleransi dengan kegiatan ini), dan
g. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien
yang tirah baring (memindahkan pasien dari tempat tidur ke
kursi roda).
B. Mengatur Posisi
1. Pengertian mengatur posisi
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur
pasien dalam posisi yang baik dan mengubah secara teratur dan
sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek keperawatan
yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan
mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter
dan perry, 2005).
2. Tujuan mengatur posisi
a. Mencegah nyeri otot
b. Mengurangi tekanan
c. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
d. Mencegah kontraktur otot
e. Mempertahankan tonus otot dan reflek
f. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan
3. Macam-macam pengaturan posisi pasien

a. Posisi Supinasi (Telentang)


Posisi supinasi adalah posisi pasien berbaring terlentang dengan
kepala dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal.
b. Posisi Lateral (Side-Lying)
Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi
bagian tubuh dengan kepala menoleh ke samping.
c. Posisi Dorsal Recumbent
Posisi dorsal recumbent adalah posisi terlentang dengan kedua
kaki ditekuk dan tumit atau telapak kaki menempel pada tempat
tidur dan kedua kaki direnggangkan.
d. Posisi Trendelenberg
Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih
rendah dari pada posisi kaki.
e. Posisi Sims
Posisi sims adalah posisi dimana pasien berbaring miring ke
salah satu sisi, baik kekanan atau kekiri.
f. Posisi Lithotomi

Posisi Lithotomi adalah posisi dimana pasien terlentang dengan


mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.
g. Posisi Pronasi (Telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring di atas
abdomen atau tengkurap dengan kepala menoleh ke samping.

h. Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest)

Posisi klien dengan berlutut kedepan dengan kepala dan dada


teratas rileks pada tempat tidur.
i. Posisi Fowler

Posisi duduk, dimana pasien istirahat diatas tempat tidur dengan


tubuh agak dinaikan keatas dan derajat ketinggian (75 – 90)
derajat.
j. Posisi semi fowler

Yang dimaksud dengan sikap semi fowler adalah sikap dalam


posisi setengah duduk 15 derajat sampai dengan 60 derajat.
k. Posisi ortopnea
Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi Fowler tinggi,
klien duduk di tempt tidur atau di tepi tempat tidur degan meja
yang menyilang di atas tempat tidur.
j. Posisi semi fowler

Yang dimaksud dengan sikap semi fowler adalah sikap dalam


posisi setengah duduk 15 derajat sampai dengan 60 derajat.

k. Posisi ortopnea
Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi Fowler tinggi,
klien duduk di tempt tidur atau di tepi tempat tidur degan meja
yang menyilang di atas tempat tidur.

l. Posisi dangling
Posisi klien dengan duduk diatas tempat tidur dan kaki berjuntai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memindahkan pasien merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
pada klien (pasien) dengan kelemahan fungsional untuk
berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau dari tempat tidur
ke brangkar.
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur
pasien dalam posisi yang baik dan mengubah secara teratur dan
sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek keperawatan
yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan
mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter
dan perry, 2005).
B. Saran
Diharapkan pada saat coners mahasiswa dapat mempraktekan
memindahkan pasien dan mengatur posisi dengan tepat dan
benar.
DAFTAR PUSTAKA
Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi.
Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Jilid 1. Surabaya : Salemba Medika.
Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku
Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai