“MENINGITIS”
OLEH :
(1821312036)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata
ajar keperawatan anak lanjut pada Pascasarjana Fakultas Keperawatan UNAND Padang.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih mempunyai kekurangan dan belum
sempurna, sehingga penulis menerima kritikan, saran dan koreksi dari semua pihak untuk
melengkapi dan memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi kita bersama.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu selesainya makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maningitis bakteri merupakan inflamasi SSP akut. Perkembangan terapi
antimikroba telah memberikan efek yang nyata pada perjalanan dan prognosis
penyakit, walaupun penggunaan vaksin konjugat melawan Hemophilus influenza tipe
B (Vaksin Hib) pada tahun 1990 telah menghasilkan perubahan yang paling dramatis
dalam epidemiologi meningitis bakteri (Feign dan Perlman, 1998).
Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di obati
secara dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan gangguan memori
juga sering terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat mengalami letargi, tidak
responif dan koma. Selain itu kejang juga dapat terjadi yang merupakan akibat dari
area iritabilitas di otak. ICP (Intracranial Pressure) meningkat akibat perluasan
pembengkakan di otak atau hidrosefalus. Tanda awal peningkatan ICP mencakup
penurunan tingkat kesadaran dan defisit motorik lokal. Anak dengan meningitis
bakteri akut mengalami hilang pendengaran (0,5-6,9% tipe sensorineural permanen
dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada anak yang telah sakit selama 24 jam
(Anurogo, 2014). Infeksi fulminan akut terjadi pada sekitar 10 % pasien meningitis
meningokokus yang memunculkan tanda-tanda septikemia yang berlebihan. Awitan
demam tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah dan ekstremitas), syok dan tanda
koagulasi intravaskular diseminata (DIC) terjadi secara mendadak, kematian dapat
terjadi dalam beberapa jam setelah awitan infeksi (Brunner & Suddart 2013).
Data World Health Organization (WHO) (2015), melaporkan bahwa Pada
tahun 2014 di Afrika ditemukan 14.317 dugaan kasus meningitis dengan jumlah
kematian sebanyak 1.304 jiwa. Setiap tahun, kasus meningitis bakteri mempengaruhi
lebih dari 400 juta orang yang tinggal di 26 negara (dari Senegal ke Ethiopia). Lebih
dari 900.000 kasus dilaporkan dalam 20 tahun terakhir (1995-2014). kasus meningitis
tersebut mengakibatkan kematian sebanyak 10%. Sedangkan 10-20% meninggalkan
gejala sisa neurologis. Meningitis penyebab kematian bayi umur 29 hari - 11 bulan
dengan urutan ketiga yaitu (9,3%) setelah diare (31,4%), dan pneumoni (23,8%).
Proporsi meningitis penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan
merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans Entero Colitis (NEC) yaitu (10,7%)
(Balitbangkes 2008). Di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014 terdapat 96 orang
pasien anak dengan meningitis, tahun 2015 73 orang. Pasien meningitis perlu
dilakukan pengawasan tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering
cheyneStokes. Selain itu dalam pemberian cairan harus di lakukan secara cermat
untuk mencegah komplikasi kelebihan cairan seperti edema serebri. Turunkan suhu
anak dengan kompres hangat dan nilai status hidrasi pada anak (Ngastiyah, 2012).
Perawat sangat diperlukan perannya dalam memberikan asuhan kepada pasien.
Mortalitas bergantung pada daya tahan tubuh pasien, cepatnya mendapat pengobatan,
cara pengobatan dan perawatan yang diberikan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Meningitis
2. Tujuan Khusus
1. Memahami Definisi Meningitis
2. Memahami Etiologi Meningitis
3. Memahami Patifisiologi Meningitis
4. Memahami Manifestasi Klinis Meningitis
5. Memahami Penatalaksanaan Terapeutik Meningitis
6. Memahami asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada meningen, membrane yang menutupi otak
dan sumsum tulang belakang (Ketut & Mendri).
B. Etiologi
Infeksi yang paling sering terjadi pada meningitis disebabkan oleh berbagai
organisme tetapi berikut ini merupakan tiga jenis yang utama :
1. Bakteri atau piogenik, disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama
meningokokus, pneumokokus, dan basilus influenza
2. Tuberkulosa, disebabkan oleh basilus tuberculosis
3. Virus atau aseptic, di sebabkan oleh berbagai jenis virus
Penyebab utama meningitis pada neonates adalah streptokokus group B dan
Escherichia coli. Sedangkan meningokokus (serebrospinal epidemika) terjadi
dalam bentuk epidemic dan merupakan satu-satunya bentuk yang mudah
ditularkan ke orang lain melalui infeksi droplet dari secret nasofaring dapat terjadi
pada semua usia namun infeksi meningkat sesuai dengan jumlah kontak ; oleh
karena itu infeksi ini terutama terjadi pada anak usia sekolah dan remaja (Wong,
Hockenberry, Wilson, & Schwartz, 2009).
C. Patofisiologi
Meningitis terjadi akibat perluasan berbagai infeksi bakteri, kemungkinan
disebabkan oleh berkurangnya resistensi yang didapat terhadap berbagai organisme
penyebab infeksi. Jalur infeksi yang paling sering adalah melalui penyebaran vascular
dari focus infeksi di tempat lain. Organisme juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui
implantasi langsung setelah terjadinya luka tusuk, fraktur tengkorak yang membuka
jalan masuk ke kulit atau sinus, pungsi lumbal, atau prosedur bedah, abnormalitas
anatomi seperti spina bifida, atau benda-benda asing seperti Ventricular Shunt.
Setelah Proses implantasi, organisme menyebar ke dalam cairan serebrospinal yang
berfungsi sebagai saluran untuk penyebaran infeksi di seluruh ruang subaraknoid.
Proses infeksi sama dengan yang terlihat pada setiap infeksi bakteri yaitu inflamasi,
eksudasi, akumulasi sel darah putih, dan berbagai derajat kerusakan jaringan.
Otak menjadi hiperemik dan edema, dan seluruh permukaan otak tertutup lapisan
eksudat purulent. Pada saat infeksi meluas ke dalam ventrikulus otak, pus yang kental,
fibrin, atau pelengketan dapat menyumbat saluran yang sempit sehingga terjadi
obstruksi aliran cairan serebrospinal (Wong, Hockenberry, Wilson, & Schwartz,
2009).
D. Manifestasi Klinis
Neonatus Bayi dan anak yang Anak-anak dan Remaja
masih kecil
Tanda-tanda spesifik : 1. Demam 1. Biasanya awitan
1. Sangat sulit 2. Pemberian makan mendadak
menegakkan buruk 2. Demam
diagnosis 3. Vomitus 3. Menggigil
2. Manifestasi 4. Iritabilitas yang 4. Sakit kepala
penyakit samar dan nyata 5. Vomitus
tidak spesifik 5. Serangan kejang 6. Perubahan
3. Pada saat lahir yang sering (sering sensorium
terlihat sehat, tetapi disertai dengan 7. Kejang (sering
dalam beberapa hari tangisan bernada menjadi tanda
mulai terlihat dan tinggi) awal)
menunjukkan 6. Fontanela 8. Iritabilitas
perilaku yang buruk menonjol 9. Agitasi
4. Menolak pemberian 7. Kaku kuduk dapat 10. Dapat terjadi :
susu/makan terjadi atau tidak Fotofobia,
5. Kemampuan terjadi Delirium,
mengisap susu 8. Tanda Brudzinski Halusinasi,
buruk dan kering tidak Perilaku agresif,
6. Vomitus atau diare membantu dalam Mengantuk,
7. Tonus otot buruk penegakan Stupor, Koma
8. Penurunan gerakan diagnosis 11. Kaku kuduk
9. Fontanela yang 9. Sulit untuk 12. Dapat berlanjut
penuh, tegang, dan diperoleh dan menjadi
menonjol dapat dievaluasi pada opistotonos
terlihat pada akhir kelompok usia ini 13. Tanda kering dan
perjalanan penyakit. 10. Empiema subdural brudzinski positif
10. Leher biasanya (Infeksi H 14. Respon reflex
lemas (supel) Influenzae) hiperaktif tetapi
Tanda-tanda nonspesifik: bervariasi
1. Hipotermia atau Tanda-tanda dan gejala
demam (bergantung yang khas sesuai dengan
maturitas bayi) masing-masing organisme
2. Ikterus :
3. Iritabilitas 1. Ruam petekie atau
4. Mengantuk purpurik (infeksi
5. Kejang meningokokus)
6. Pernapasan regular khususnya jika
atau apnea disertai dengan
7. Sianosis keadaan mirip
8. Penurunan berat syok.
badan 2. Kelainan sendi
(infeksi
meningokokus
dan H. influenza).
3. Telinga
mengeluarkan
secret yang kronis
(meningitis
pneumokokus).
(Wong, Hockenberry, Wilson, & Schwartz, 2009)
E. Penatalaksanaan Terapeutik
Meningitis bakteri akut merupakan keadaan kedaruratan medis yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan terapi yang segera untuk mencegah kematian serta
disabilitas sampingan. Penatalksanaan terapeutik pertama antara lain :
Tindakan kewaspadaan terhadap isolasi
Dimulainya terapi antimikroba
Pemeliharaan hidrasi yang optimal
Pemeliharaan ventilasi
Mengurangi peningkatan TIK
Penatalaksanaan syok bakteri
Pengendalian serangan kejang
Pengendalian suhu tubuh yang terlalu panas/dingin
Perbaikan anemia
Penanganan komplikasi (Wong, Hockenberry, Wilson, & Schwartz, 2009)
F. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat
pembedahan pada otak, cedera kepala
2) Pada neonates : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks mengisap
kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menangis
lemah
3) Pada anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang
diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi,
fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan
kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kering dan Brudzinski positif,
refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus.
4) Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-
ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Burdzinski positif.
b. Diagnosis Keperawatan
1) Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan proses inflamasi
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tekanan intra
cranial
3) Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan kelemahan otot-otot
pernapasan, ketidak mampuan untuk batuk, dan penurunan kesadaran
4) Tidak efektif pola napas berhubungan dengan menurunnya kemampuan untuk
bernapas
5) Risiko injury berhubungan dengan disorientasi, kejang, gelisah
6) Perubahan proses berpikir berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran
7) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan,
kehilangan cairan yang abnormal
8) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya sekresi
hormone antidiuretic
9) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, lemah, mual dan muntah
10) Kecemasan berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam
c. Perencanaan
1) Anak akan mempertahankan perfusi serebral yang adekuat
2) Diagnosa 3 dan 4 : Anak akan menunjukkan status pernapasan adekuat yang
ditandai dengan jalan napas paten dan bersih, pola napas efektif dan
pernapasan normal
3) Anak tidak akan mengalami injury
4) Anak akan mempertahankan kontak dengan lingkungan sekitar
5) Anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan yang ditandai dengan
membrane mukosa lembab dan turgor kulit elastis
6) Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat
7) Anak akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat
8) Orangtua akan mengekspresikan ketakutan/kecemasan, dan mengidentifikasi
situasi yang mengancam, dan mengatasi kecemasannya.
d. Implementasi
1) Mempertahankan perfusi serebral yang adekuat
a) Pastikan anak tidak akan mengalami injury
b) Pertahankan anak akan tetap kontak dengan lingkungan sekitar
c) Mengobservasi dan mencatat tingkat kesadaran (kewaspadaan orientasi,
mudah terstimulasi, letargi, respon yang tidak tepat)
d) Menilai status neurologi setiap 1-2 jam (gerakan yang simetris, refleks
infantile, respon pupil, kemampuan mengikuti perintah, kemampuan
mengepalkan tangan, gerakan tangan, ketajaman penglihatan mata, refleks
tendon dalam, kejang, respon verbal)
e) Memonitor adanya peningkatan tekanan intracranial (meningkatnya
lingkar kepala, fontanel menonjol, meningkatnya tekanan darah,
menurunnya nadi, pernapasan tidak beraturan, mudah terstimulasi,
menangis merintih, gelisah, bingung, perubahan pupil, deficit focal,
kejang)
f) Catat setiap kejang yag terjadi, anggota tubuh yang terkena, lamanya
kejang, dan aura
g) Menyiapkan peralatan jika terjadi kejang (pinggiran tempat tidur
dinaikkan, tempat tidur dalam posisi rata, peralatan penghisapan lender,
bel mudah dijangkkau, peralatan emergensi, obat anti kejang)
h) Meninggikan bagian kepala tempat tidur 30°
i) Mempertahankan kepala dan leher dalam satu garis lurus untuk
memudahkan venous return
j) Memberikan antibiotic sesuai order/mempertahankan lingkungan yang
tenang dan menghindari rangsang yang berlebihan (cahaya lampu tidak
terlalu terang, anak dalam posisi yang nyaman, hindari melakukan
tindakan yang tidak penting)
k) Mengajarkan kepada anak untuk menghindari valsava manuver
(mengedan, batuk, bersin) dan jika merubah posisi anak lakukan secara
perlahan
l) Melakukan latihan pasif/aktif (ROM)
m) Hindari dilakukannya pengikatan jika memungkinkan
n) Memonitor tanda-tanda septic syok (hipotensi, meningkatnya temperature,
meningkatnya pernapasan, kebingungan, disorientasi, vasokonstriksi
perifer)
o) Memonitor hasil analisa gas darah
p) Memberikan terapi untuk mengurangi edema otak sesuai order
q) Memberikan oksien sesuai order
2) Mempertahankan oksigenasi yang adekuat
3) Mencegah injury
4) Mempertahankan fungsi sensori
5) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat
6) Mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat
7) Orangtua akan mengekspresikan ketakutan/kecemasan terhadap kemungkinan
kehilangan anak dan mencari solusi untuk mengatasinya
e. Perencanaan Pemulangan
1) Anjurkan bagaimana mempertahankan nutrisi yang adekuat ; makanan rendah
lemak
2) Jelaskan pentingnya istirahat
3) Ajarkan cara mencegah infeksi
4) Jelaskan tanda dan gejala hepatitis fulminant : perubahan status neurologis,
perdarahan, retensi cairan.
BAB III
ANALISIS JURNAL
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Meningitis merupakan peradangan pada meningen, membrane yang menutupi
otak dan sumsum tulang belakang.
2. Meningitis terjadi akibat perluasan berbagai infeksi bakteri, kemungkinan
disebabkan oleh berkurangnya resistensi yang didapat terhadap berbagai
organisme.
3. Meningitis memerlukan penanganan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada neurologis.
B. Saran
Perawat sangat diperlukan perannya dalam memberikan asuhan kepada pasien
denganmeningitis. Mortalitas bergantung pada daya tahan tubuh pasien, cepatnya
mendapat pengobatan, cara pengobatan dan perawatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Jiang Hongchao. (2017). Prevalence and antibiotic resistance profiles of cerebrospinal fluid
pathogens in children with acute bacterial meningitis in Yunnan province, China,
2012-2015. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0180161.
Ketut, M., & Mendri, N. K. (n.d.). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit & Resiko Tinggi.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., & Schwartz, P. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik (6 ed., Vol. 1). (E. K. Yudha, Ed.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.