UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 1 of 40
BAB I
ALAT UKUR LISTRIK KUMPARAN-PUTAR (MOVING-COIL)
+
S N
Demikian pula pada alat ukur kumparan putar yang bekerja atas dasar prinsip adanya suatu
kumparan listrik yang ditempatkan pada medan magnit, yang berasal dari suatu magnet
permanen. Arus listrik dc (direct-current) yang dialirkan melalui kumparan akan
menyebabkan kumparan tersebut berputar. Komponen utama yang terdapat pada alat ukur
tersebut serta posisinya diperlihatkan pada gambar I.2
6
θ
1. Magnet Tetap
2. Kutub Sepatu
5 8 3. Inti Besi Lunak
4. Kumparan-Putar (Moving-Coil)
1
5. Pegas Spiral
f f 6. Jarum Penunjuk
N S
3 7. Rangka Kumparan-Putar
2 8. Tiang Poros
7
4
Silinder inti besi (3) ditempatkan diantara kedua kutub magnet (2). Diantara kutub-kutub
magnet dan silinder inti besi tersebut akan terbentuk medan magnet yang merata yang masuk
melalui kutub-kutub tersebut kedalam silinder secara radial. Dalam celah udara tersebut
ditempatkan kumparan putar (4) yang dapat berputar melalui sumbu (8). Bila arus searah
mengalir melalui kumparan tersebut, maka timbul gaya elektromagnetis f, sebagai hasil
interaksi antara arus dan medan magnet. Besarnya gaya tersebut dapat dihitung sebagai
berikut;
Jika besarnya medan magnet adalah B, panjang kumparan a, dan lebar kumparan b, maka
momen putar TD adalah:
Momen yang diberikan pegas, berlawanan dengan arah TD. Bila konstanta pegas adalah τ,
maka momen pegas adalah:
TC = τ.θ (momen pegas = TC)
Bila berputar sebesar sudut θ0, maka dalam keadaan seimbang TD = TC, sehingga:
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 3 of 40
τ. θ0 = B.n.a.b.I
𝐵.𝑛.𝑎.𝑏
θ0 = I
τ
𝐵.𝑛.𝑎.𝑏
disebut sebagai konstanta alat ukur (Instrument constant)
τ
I = m.I’
dimana:
Rm+Rs
m= (m = factor pengali / multiplying factor )
Rs
Sebagai contoh, jika ammeter mempunyai skala maksimum 100 µA dan resistansi moving-
coil nya adalah 5 KΩ, maka dengan menggunakan R-shunt 5,005 Ω, sehingga:
5000+5,005
m= = 1000
5,005
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 4 of 40
sehingga: I = m.I’
= 1000 x 100 µA = 100 mA
Dengan demikian skala maksimum dari ammeter tersebut menjadi 100 mA.
I I’ RK
RS Gambar I.6 RK Kompensasi Temperature.
RM
Koeffisien temperature dari RM adalah α dan koeffisien dari RS dan RK yang sama-sama
dibuat dari manganin adalah nol.
Misal: Arus yang akan diukur adalah 1, sedangkan arus yang masuk kumparan-putar
(moving-coil) setelah temperature berubah dari t0 ke t adalah 1. Arus I’ dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:
I
I’ = 𝑚
Rs
sehingga: I’ = Rm 1+αt−t0 +Rs+Rk I
Rs α.R1
= Rm+Rs+Rk I 1 - Rm+Rs+Rk t - t0
Jika t = t1, maka perubahan dari arus yang mengalir ke kumparan-putar (moving-coil) akan
terjadi sebesar:
α.Rm t1−t0
Rm+Rs+Rk
Contoh, jika RM = 5 KΩ dengan α = 0,4 % per 0C, RS = 5,005 Ω dan RK = 45 KΩ, dan
temperature berubah dari t0 = 20 0C ke t = 30 0C, bila arus yang akan diukur adalah 100 mA.
Maka penunjukkan alat pengukur amper (ammeter) akan berubah dari penunjukkan pada
temperature t0 dengan besar sebagai berikut:
Jadi alat ukur ammeter tersebut, untuk pengukuran yang menunjukkan 100 mA pada saat
temperature keliling 20 0C akan menunjukkan (100 - 0,4) = 99,6 mA pada saat temperature
keliling 30 0C. Jadi pengaruh temperature keliling tidak terlalu besar (dapat dikurangi) jika
menggunakan rangkaian kompensasi tersebut. (Bandingkan dengan penunjukkan 96 mA jika
tidak menggunakan rangkaian kompensasi).
I I5 I3 I1 RK1
Gambar I.7 Rangkaian Metoda Swinburne.
RS2 RS1 RM
RK2
RM dan RS1 terbuat dari tembaga sedangkan RK1, RK2, dan RS2 terbuat dari manganin.
Bila temperature naik, arus I5 membesar sedangkan I1 dan I3 menurun. I3 turun lebih cepat
dari I1 karena RS1 terbuat dari tembaga sedangkan RK1 dari menganin. Perubahan pada I1
dapat dikurangi dengan memilih konstanta-konstanta yang tepat.
Jika koeffisien temperature dari RM dan RS1 adalah α dan dari RK1, RK2 dan RS2 adalah nol,
sedangkan arus I adalah arus yang akan diukur dan I1 arus yang mengalir pada moving-coil
setelah temperature berubah dari t0 ke t, maka hubungan matematis antara I - I1 adalah:
Rk1 (Rk2+Rs2)
RM - =0
Rs1
Bila dipilih RK2 RS2 sehingga RS2 dapat diabaikan terhadap RK2, maka yang harus dipenuhi
agar temperature tidak berpengaruh adalah:
RM.RS1 = RK1.RK2
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 7 of 40
Maka persyaratan agar karakteristik temperature dapat diperbaiki seteliti mungkin adalah:
RK2 RS2
dan RM.RS1 = RK1.RK2
Tahanan (resistor) shunt untuk arus besar, karena dimensi (ukuran) nya yang sangat besar,
dapat menimbulkan panas akibat dissipasi daya pada resistor tersebut dikonversi menjadi
panas, misalnya untuk pengukuran arus hingga 20 Ampere atau lebih. Maka sebaiknya
resistor-shunt tersebut tidak ditempatkan dibagian dalam dari kotak alat ukur tetapi dibagian
luar agar panas yang ditimbulkannya tidak memanasi komponen lainnya.
Resistor (tahanan) R dihubungkan seri dengan moving-coil. Bila resistansi moving-coil adalah
RM, dan misal suatu tegangan V yang akan diukur ditempatkan pada ujung-ujung alat ukur
tegangan, maka arus I adalah:
V
I = Rm+R
Bila arus melalui moving-coil adalah I, maka skala tegangan harus dinyatakan sebagai volt.
Contoh:
Jika R = 37,5 KΩ dihubungkan seri dengan moving-coil yang mempunyai skala maksimum
4 mA dan resistansi dalam 3 Ω, maka:
Barapa R jika alat tersebut digunakan untuk mengukur tegangan (Volt) dengan harga skala
maksimum 30 Volt.
Pada dasarnya alat ukur tegangan (voltmeter) adalah alat ukur arus (ammeter) moving-coil
yang dilengkapi dengan sejumlah resistor seri maupun resistor-shunt yang disesuaikan
dengan batas-batas ukur yang diinginkan. Untuk meningkatkan kemampuan maksimum
voltmeter maka resistansi R harus diperbesar sesuai tegangan maksimum yang diinginkan.
Besarnya resistansi R yang harus digunakan dihitung dengan cara seperti pada contoh diatas.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 8 of 40
3K
~
0
3 Volt
2K5
TEST PRODS
Rangkaian sederhana dari sebuah ohmmeter diperlihatkan pada gambar I.10. Prinsip kerjanya
berdasarkan hukum Ohm, dan sumber tegangan dc diperoleh dari sebuah battery 3-volt. Pada
rangkaian tersebut, sensitivitas dari kumparan-putar adalah 1.000 ohm per volt dan resistansi
dalamnya 10 ohm. Untuk memperoleh simpangan maksimum dari jarum penunjuk dengan
sumber tegangan battery sebesar 3 volt, maka diperlukan resistansi total dari rangkaian
sebesar 3.000 ohm. Resistansi total tersebut diperoleh dengan menggunakan sebuah resistor
2.500 ohm dan sebuah variable-resistor 490 ohm yang dirangkai seri dengan battery dan
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 9 of 40
I.5 Wattmeter:
Wattmeter merupakan alat-ukur yang sangat jarang digunakan oleh teknisi perawatan
pesawat terbang, namun disini akan diberikan penjelasan singkat mengenai prinsip kerjanya.
Satuan dari daya listrik adalah watt dimana daya listrik sebesar 1 (satu) watt dihasilkan jika
arus sebesar 1 (satu) amper mengalir dari tegangan listrik sebesar 1 (satu) volt. Dalam suatu
rangkaian listrik, watt sama dengan produk dari besarnya tegangan dan besarnya arus. Hal
tersebut benar untuk rangkaian dc dan rangkaian ac jika tegangan dan arus se fasa (arus dan
tegangan tidak berbeda fasa).
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 10 of 40
kumparan
tegangan R
L Gambar I.12 Rangkaian Wattmeter Type
Electrodinamometer
Rangkaian arus dihubungkan seri dengan rangkaian obyek yang akan diukur, sedangkan
rangkaian tegangan dihubungkan parallel dengan rangkaian obyek. Sebuah resistor R
dihubungkan seri dengan kumparan tegangan untuk membatasi arus yang masuk ke
kumparan-putar (moving-coil) tersebut. Besarnya medan-magnet tetap tergantung dari
besarnya arus yang mengalir ke obyek-ukur, sedangkan besarnya medan-magnet moving-coil
tergantung dari besarnya tegangan yang pada obyek-ukur. Gerak rotasi jarum-penunjuk
tergantung dari besarnya kedua medan-magnet tersebut.
V
φ
α Gambar I.13. Hubungan Fasa Dua Arus
Yang Berbeda.
Ø1
Ø2
Untuk memperoleh Ø2 yang sudut fasanya terlambat 900 terhadap V, maka jumlah lilitan dari
kumparan dinaikkan sedemikian rupa sehingga kumparan tersebut dapat dianggap induktansi.
Dengan demikian, maka Ø2 adalah sebanding dengan V/ω, sehingga:
Wattmeter type induksi ini digunakan untuk pengukuran daya dimana perbedaan sudut
fasanya besar, dan banyak digunakan pada panel-panel listrik.
T1 i1 + i 2
Jika arus listrik berbanding lurus dengan tegangan, dan arus beban dinyatakan sebagai i 1 =
k1.v dan i2 = k2.i, maka:
Harga rata-rata dari 4.k1.k2.v.i untuk satu periode, adalah sebanding dengan daya beban.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 12 of 40
Papan skala
Jarum Penunjuk
KΩ x100Ω Ω
Pengatur Jarum (sim-
1000 1000
pangan maksimum)
V V
O 500 500 O
L
L Tombol / Selector
T 250 250 T
(pemilih fungsi)
D 50 50 A
C C Test Prod (common/-)
10 10
Jarum penunjuk:
Pada saat pembacaan hasil pengukuran, diusahakan agar posisi pembaca, jarum penunjuk,
dan papan skala membentuk garis yang tegak lurus dengan papan skala. Hal ini untuk
menghindari kesalahan pembacaan (parallax).
Pengatur Jarum Simpangan Minimum:
Pengatur ini dapat diputar dengan menggunakan screw-driver untuk mengatur agar
simpangan minimum dari jarum penunjuk berada tepat pada skala minimum. Pengesetan
tersebut dilakukan sebelum multimeter digunakan.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 14 of 40
Tombol-Pemilih (Selector-Knob):
Tombol ini digunakan untuk merubah fungsi maupun range pengukuran sesuai yang
dikehendaki. Jika prakiraan besaran listrik dari obyek yang akan diukur belum diketahui,
sebaiknya posisikan tombol ini pada posisi range terbesar. Jika simpangan jarum terlalu
kecil, barulah dipindahkan ke posisi range yang lebih kecil secara bertahap sampai
pembacaan mudah dilihat.
Test-Prod:
Test-prod ini adalah jack untuk kabel-kabel penghubung yang akan digunakan dalam
pengukuran. Untuk menghindari kesalahan polaritas, terminal positif menggunakan kabel
berwarna merah sedangkan terminal negative (common) menggunakan kabel berwarna hitam.
Beberapa multimeter dilengkapi dengan switch untuk merubah polaritas.
Sensitivitas:
Sensitivitas (sensitivity) pada alat-ukur moving-coil menyatakan besarnya arus listrik
yang harus mengalir melalui kumparan (coil) agar jarum penunjuk mencapai
simpangan maksimum dan dinyatakan dalam satuan ohm/volt.
Jika sebuah kumparan-putar membutuhkan arus listrik sebesar 0,00005 amper agar jarum
penunjuk mencapai simpangan maksimumnya, maka sensitivitasnya adalah 20.000 ohm
per volt karena dibutuhkan resistor 20.000 ohm untuk membatasi arus hingga 0,00005 amper
jika digunakan sumber tegangan sebesar 1 (satu) volt.
Dalam pekerjaan pengukuran pada rangkaian elektronika dimana arus maupun tegangan yang
akan diukur sangat kecil, diperlukan alat ukur dengan sensitivitas yang sangat tinggi. Hal ini
diperlukan agar disipasi daya oleh alat-ukur tidak terlalu besar dan memberikan akurasi hasil
pengukuran yang baik.
A
R1 V
Sebuah sumber dc 100 volt dihubungkan ke dua buah resistor yang dirangkai seri. Masing
resistor bernilai 100.000 ohm, sehingga resistansi totalnya adalah 200.000 ohm. Karena
kedua resistor mempunyai resistansi yang sama, maka tegangan jatuh ditiap resistor adalah
50 volt. Jika kita melakukan pengukuran tegangan menggunakan sebuah voltmeter yang
mempunyai sensitivity 1000 ohm per volt.
Misalkan voltmeter tersebut mempunyai kemampuan skala ukur 100 volt dan dihubungkan
seperti pada gambar I.9 untuk mengukur tegangan antara titik A dan B. Karena sensitivity
voltmeter 1000 ohm/volt maka resistansi total dari voltmeter adalah 1000 x 100 = 100.000
ohm. Resistansi tersebut berhubungan secara parallel dengan R1 sehingga menghasilkan
resistansi parallel sebesar 50.000 ohm. Sehingga resistansi total seluruh rangkaian menjadi
150.000 ohm.
Sehingga resistansi antara A dan B menjadi 50.000 ohm dan resistansi antara B dan C
100.000 ohm. Akibatnya tegangan jatuh antara A dan B adalah 33,3 volt sedangkan antara B
dan C adalah 66,7 volt. Hal tersebut memperlihatkan bahwa voltmeter tersebut tidak dapat
digunakan untuk rangkaian tersebut karena memberikan hasil pengukuran yang jauh dari
yang sebenarnya. Jika menggunakan voltmeter yang mempunyai sensitivity 20.000 ohm /
volt, akan diperoleh akurasi pengukuran yang jauh lebih baik, yaitu 48,7 volt (coba hitung
sendiri), lebih mendekati nilai yang sebenarnya 50 volt.
€=M-T
dimana:
€ = kesalahan alat-ukur
M = harga yang diperoleh dari pengukuran
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 16 of 40
BAB II
OSCILLOSCOPE
II.1 Pendahuluan:
Untuk mengamati perubahan tegangan listrik terhadap perubahan waktu (tegangan sebagai
fungsi waktu) dengan periode perubahan yang cepat tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan alat ukur moving-coil. Besarnya arus atau tegangan listrik yang berubah
periodik dengan perubahan waktu (merupakan fungsi dari waktu), misalnya sumber listrik ac,
dapat diamati dengan menggunakan oscilloscope. Oscilloscope dilengkapi dengan CRT
(Cathode Ray Tube) yang memiliki layar (screen) yang dapat menampilkan bentuk sinyal
listrik yang diukur serta perubahannya terhadap perubahan waktu. Dengan oscilloscope kita
juga dapat mengamati perbedaan fasa antara dua buah signal.
CRT merupakan tabung vakum yang mempunyai sebuah electron gun dan bagian dalam dari
layarnya dilapisi phosphorescent dimana electron akan menumbuk lapisan tersebut. Lapisan
phosphorescent akan menyala dititik dimanan terjadi tumbukan electron yang datang dari
electron gun.
Gambar II.1 memperlihatkan komponen dasar yang ada pada sebuah CRT. Katoda yang telah
dipanasi melepaskan electron. Besarnya tegangan pada control grid menentukan aliran
electron untuk mengendalikan intensitas cahaya. Anoda menaikkan kecepatan electron,
sedangkan anoda focus untuk mengatur focus dari electron beam agar tumbukannya
membentuk titik yang halus (fokus). Permukaan layar juga merupakan anoda dan akan
membantu percepatan dari electron beam.
Fungsi dari vertical dan horizontal deflection plate adalah untuk membelokkan electron beam
sedemikian agar titik tumbuknya sesuai dengan yang diinginkan. Gambar II.2
memperlihatkan begaimana deflection plates mengarahkan electron beam ke layar.
- Tegangan nol atau netral pada deflection plate tidak mempengaruhi arah aliran
electron.
- Tegangan negative pada deflection plate, mengakibatkan arah aliran electron akan
menyimpang menjauhi deflection plate.
- Tegangan positif pada deflection plate, mengakibatkan arah aliran electron akan
tertarik/mendekati deflection plate.
Gambar II.2 juga memperlihatkan berbagai kemungkinan kombinasi tegangan pada deflection
plate dan resultante dari arah electron yang terjadi.
Defleksi Horizontal
Untuk dapat mengvisualisasikan sinyal input, digunakan sebuah generator tegangan gigi
gergaji yang dihubungkan ke rangkaian defleksi horizontal. Gambar II.3 memperlihatkan
bagaimana sebuah tegangan gigi gergaji digunakan, yang diawali dengan tegangan negative
kemudian berubah naik mencapai suatu tegangan positif. Tegangan tersebut mengakibatkan
tumbukkan electron pada layar bergeser dari sisi layar paling kiri ke sisi layar paling kanan
sehingga menghasilkan garis lurus dari kiri ke kanan layar. Proses tersebut terjadi berulang
dengan kecepatan yang cukup tinggi.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 18 of 40
Perubahan tegangan gigigergaji dari negative ke positif ditentukan oleh frekwensi. Ketika
sinyal gigi gergaji tersebut telah mencapai satu perioda/siklus dari kiri ke kanan, maka akan
kembali ke kiri layar untuk memulai membentuk siklus baru. Dalam kurun waktu tersebut,
suplai electron berhenti sejenak sehingga tidak terjadi cahaya pada layar. Periode kurun
waktu tersebut dinamakan flyback.
Defleksi Vertical
Jika sinyal yang sama digunakan juga pada rangkaian defleksi vertical, maka akan dihasilkan
pula garis lurus namun pada arah vertikal dari layar.
ALTERNATE Mode
Pada gambar II.5 diperlihatkan blok diagram system pengolahan signal CHOP Mode.
Tegangan output dc dari masing-masing amplifier (penguat signal) dapat diatur / dirubah.
Perbedaan tegangan dari masing-masing mengakibatkan pula perbedaan tegangan output dari
masing-masing amplifier yang selanjutnya digunakan (dihubungkan) kerangkaian defleksi
dari CRT.
Switching pada gerbang tersebut dikendalikan oleh sebuah multivibrator yang pada
kebanyakan oscilloscope bekerja dengan frekwensi 100 KHz. Karena periode waktu
switching yang begitu cepat, maka penampilan pada layar dua garis putus-putus horizontal
yang sejajar seperti diperlihatkan pada gambar II.6.
Garis putus-putus A adalah output dari kanal A, dan garis putus-putus B adalah output dari
kanal B. Perambatan garis-garis tersebut dari kiri ke kanan dikendalikan oleh generator gigi-
gergaji (saw-tooth generator) yang terhubung ke plate horizontal.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 22 of 40
Perbedaan posisi vertikal dari A dan B diperoleh karena tegangan referensi yang digunakan
kanal A berbeda dengan tegangan referensi kanal B.
Jika frekwensi chopper jauh lebih tinggi dari frekwensi horizontal-sweep, maka jumlah garis
putus akan menjadi sangat rapat/padat. Sebagai contoh, jika frekwensi chopping = 100 KHz
dan frekwensi sweep = 1 KHz, maka satu rangkaian garis horizontal akan terdiri dari 100
potongan garis pendek, sehingga akan terlihat sebagai sebuah untaian titik-titk seperti
diperlihatkan pada gambar II.7
A …………………………
gambar II.7
…………………………
B
Jika frekwensi sweep semakin rendah dibandingkan frekwensi chopper, maka tampilan pada
display / layar akan terlihat berbentuk garis lurus yang tak terputus (continue). Oleh karena
itu, chope-mode digunakan pada sweep-rate yang rendah (penyetelan / pengaturan
time/division yang rendah).
Tegangan output berubah sesuai perubahan tegangan signal input. Bentuk signal yang
ditampilkan pada layar oscilloscope tergantung dari signal yang masuk, seperti diperlihatkan
pada gambar II.8.
…………………
Signal Kanal B
AC
ke attenuator vertikal
DC
GND
VOLT/CM:
- Selektor (tombol pemilih) ini berfungsi untuk memilih besaran skala defleksi
vertikal sesuai yang dilehendaki, misalnya: pada posisi tombol menunjuk ke 10,
berarti satu kotak skala (1 cm) arah vertikal menunjukkan besaran tegangan 10
volt. Dan dua cm arah vertikal = 2 x 10 volt = 20 volt.
VARIABLE-AMPLITUDE:
- Tombol ini biasanya ditempatkan sedemikian sehingga letak poros putarnya
menyatu dengan tombol VOLT/CM.
- Berfungsi untuk mengatur penguatan dari vertical-amplifier. Misal: jika tombol
tidak berada pada posisi maksimum (fully-clockwise), berarti defleksi vertikal
sebenarnya lebih kecil dari yang tertera / ditunjukkan oleh tombol VOLT/CM.
VARIABLE-POSITION (SHIFT):
- Tombol ini untuk mengatur posisi signal arah vertikal (keatas/kebawah) layar.
BAlANCE (BAL):
- Biasanya berupa screw-driver-adjusment.
- Digunakan ini untuk pengaturan / pencegah “shifting” (gambar
bergerak/bergetar dan sulit diamati) dari trace (tampilan gambar signal) ketika
melakukan pengesetan/pengaturan VARIABLE-AMPLITUDE.
SET-GAIN:
- Berupa screw-driver-adjusment.
- Digunakan untuk melakukan kalibrasi vertical-amplifier (VOLT/CM Cal)
X 10 (Jika Ada):
- Untuk memperbesar sensitivitas pengukuran defleksi vertikal, dengan cara
menambah penguatan (gain) amplifier menjadi 10 X.
- Pada posisi ini, amplitude signal masuk ke defleksi arah vertikal dinaikkan 10
kali lipat.
INVERT:
- Tombol ini digunakan untuk membalikkan polaritas (berarti fasa) dari tegangan
signal yang masuk ke rangkaian defleksi vertikal.
MODE:
- Digunakan untuk memilih kanal yang akan dihubungkan ke rangkaian defleksi
vertikal.
- Tombol Pemilih (selector) ini pada umumnya memiliki posisi pilihan sebagai
berikut:
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 25 of 40
II.3.3. Bagian Pengendali Trigerring & Horizontal (Trigerring & Horizontal Section
Control):
TRIGGER-SOURCE:
- Tombol ini digunakan untuk memilih signal dari kanal mana yang akan
digunakan sebagai signal trigger (pemicu).
TRIGGER-SLOPE SWITCH:
- Switch ini digunakan untuk memilih apakah sweep dari sawtooth-generator
diinisiasi ke polaritas positif ataukah ke polaritas negative dari signal yang akan
diamati / diukur.
TRIGGER LEVEL:
- Tombol ini digunakan untuk mengatur tegangan yang dibutuhkan untuk
men”trigger” sweep.
Oscilloscope digunakan juga untuk mengukur tegangan ac dan untuk mengamati bentuk
gelombangnya. Pengukuran frekwensi dan perbedaan sudut fasa sinyal-sinyal tersebut dapat
juga dilakukan menggunakan metoda gambar Lissajous.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 26 of 40
misalkan:
FV = k
FH
maka FV = k.FH
Jika kedua sinyal berbentuk gelombang sinus, bentuk pola Lissajous diperlihatkan pada
gambar II.12. Jika kedua sinyal gelombang sinus tersebut mempunyai frekwensi yang sama,
artinya FV = FH, maka hasil pola yang ditunjukkan adalah seperti diperlihatkan pada gambar
II.8a, sebuah garis lurus, elips, atau lingkaran tergantung dari beda fasa antara kedua sinyal.
Pola pada gambar II.12b diberikan jika perbandingan frekwensi kedua sinyal adalah 2 : 1,
misalnya, FV / FH = 2, dan FV = 2FH.
Angka perbandingan dari frekwensi-frekwensi dapat diketahui dengan cara menarik garis
mendatar (H) dan garis vertikal (V) yang mencakup satu bentuk pola Lissajous tertutup,
seperti diperlihatkan pada gambar II.12d dan e, dan menghitung jumlah titik potong (TH) pada
arah garis mendatar, dan jumlah titik potong (TV) pada arah garis vertikal tadi.
Perbandingan kedua frekwensi adalah:
𝐹𝑣 𝑇ℎ
= 𝑇𝑣
𝐹ℎ
𝑇ℎ
dan FV = FH 𝑇𝑣
Pada gambar II.12a, FV = FH, dan pada gambar II.12b, FV = ½ FH. Dalam setiap pola dapat
dilihat bahwa gambar pola tergantung pula dari fasa antara FV and FH.
H H
V V
TH = 3 TH = 3
TV = 2 TV = 4
gambar II.12d gambar II.12e
Perbandingan Frekwensi 3 : 2 Perbandingan Frekwensi 3 : 4
BAB III
PENGUKURAN FREKWENSI
1
f = 2π√CL
dimana:
f = frekwensi resonansi (Hertz)
C = kapasitansi capacitor (Farad)
L = induktansi inductor / koil (Henry)
π = 3,14
C2 L mA +
X
Ketika dikopel ke sebuah amplifier (penguat) atau kesebuah oscillator, arus daya keluaran
(mA) akan maksimum ketika frekwensi dari frequency-meter beresonansi atau sama dengan
frekwensi dari rangkaian LC2.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 29 of 40
Seperti telah kita ketahui bahwa effisiensi rangkaian LC sangat ditentukan oleh faktor
kualitas dari masing-masing komponen pembentuk rangkaian tersebut, dalam hal ini yaitu
komponen induktor L dan kapasitor C, dimana:
𝑋
Q=𝑅
-
mA
+
C2
gambar III.2 Kumparan-Kopel memper-
L1 C1 baiki sensitivitas / efisiensi
L2
J2 dan akurasi.
output
J1
input
Gelombang signal yang diukur diubah menjadi pulsa-pulsa digital untuk kemudian dihitung
oleh rangkaian penghitung (counter). Counter tersebut menghitung jumlah pulsa-pulsa digital
dalam suatu periode waktu tertentu.
Gambar III.3 memperlihatkan tampilan sebuah frequency-counter 2.5 GHz yang biasa
digunakan untuk mengukur frekwensi RF (Radio Frequency). Kemampuan yang dimilikinya
antara lain adalah:
- Sensitivitas yang tinggi untuk pengukuran frekwensi VHF (Very High Frequency) &
UHF (Ultra High Frequency).
- Range pengukuran sampai dengan 2.6 GHz.
- Resolusi layar monitor, 0.1 Hz min. untuk 10 MHz range.
- Menggunakan IC microprocessor dengan kemampuan mengukur: Frequency, Period,
Multi Resolution, Data Hold, Relative Measurement, Data Record (Max., Min., Average
reading)
- LCD Display
- Memberikan akurasi pengukuran yang tinggi.
- Dilengkapi dengan optional telescoping antenna untuk pengukuran frekwensi dari
pemancar RF.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 31 of 40
Fungsi tombol dan indicator pada frequency-counter 2,6 GHz adalah sebagai berikut:
1. Display
2. Gate Time Indicator
3. AC/DC 9V Adapter Socket
4. Power ON Button
5. Power OFF Button
6. HOLD (Data Hold) Button
7. REL. Button (Relative Measurement)
8. RESO. Button (Resolution Selecting)
9. RECORD Button (Memory Record)
10. CALL (Memory Data Call) Button
11. Range Selector
12. Gate Time (Fast/Slow) Selector
13. 10 MHz Sensitivity Selector
14. 2500 MHz (Channel A) InputBNC Socket
15. 500 MHz (Channel B) Input BNC Socket
16. 10 MHz (Channel C) Input BNC Socket
17. Tempat / tutup battery
15
14 16
13
11 12
10
9 5
6 4
7 8
3
1
2
17
Gambar III.3 Tampilan panel depan Frequency-Counter 2.5 GHz
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 32 of 40
BAB IV
SIGNAL GENERATOR
IV.1 Pendahuluan:
Sebuah dc-power supply menghasilkan tegangan dc untuk suatu rangkaian elektronik
sedangkan sebuah signal generator menghasilkan tegangan ac. Signal generator adalah
generator pembangkit tegangan ac yang banyak digunakan oleh teknisi elektronik. Generator
sinyal tersebut digunakan untuk pengujian atau kalibrasi berbagai besaran listrik dalam suatu
rangkaian dimana diperlukan adanya oscillator yang telah diketahui frekwensi dan tegangan
output nya. Untuk menghasilkan generator sinyal yang frekwensi dan tegangan output nya
akurat, maka pembuatannya harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu:
1. frekwensi oscillasi dan tegangan output harus stabil
2. kebocoran gelombang elektromagnetik pada terminal output harus sangat kecil
3. impedansi output tidak berubah walaupun frekwensi dan/atau tegangan output
berubah
4. distorsi gelombang output sangat kecil (hanya ada sedikit komponen gelombang
harmonic)
5. jika dimodulasi, tingkat modulasi harus teliti dan distorsinya sangat kecil
Bentuk gelombang dari sinyal yang dibangkitkan dapat berbentuk gelombang sinusoid (sine-
wave), persegi (square-wave), gigi-gergaji (sawtooth-wave), atau segitiga (triangle-wave),
dengan lebar frekwensi (frequency range) tertentu. Frekwensi ac meliputi spektrum yang
sangat lebar. Tak ada sebuah instrument yang didesain untuk mampu mencakup seluruh
range-frekwensi yang ada. Dipasaran tersedia berbagai generator sinyal dengan berbagai
range frekwensi. Sesuai range frekwensi dari sinyal yang dihasilkan, signal generator yang
biasa digunakan oleh teknisi elektronik, dapat kita kelompokan kedalam dua kelompok yaitu:
- AF Signal Genarator (Audio Oscillator)
- RF Signal Generator
AF Signal Generator menghasilkan sinyal elektrik dengan frekwensi mulai dari beberapa cps
sampai kira-kira 20.000 cps. Range frekwensi tersebut diklasifikasikan sebagai frekwensi
audio, karena range frekwensi tersebut sama dengan range frekwensi yang dapat direspon
oleh telinga manusia. Tentunya telinga manusia tidak dapat merespon langsung sinyal
elektrik namun harus dirubah dahulu menjadi sinyal suara (getaran di udara) menggunakan
peralatan konversi sinyal elektrik menjadi sinyal suara misalnya loudspeaker. Sebuah AF
generator biasanya mempunyai kemampuan range frekwensi yang lebih lebar dari frekwensi
audio yaitu mulai dari frekwensi beberapa cps hingga sekitar 600 kcps yang dibagi kedalam
beberapa spektrum frekwensi.
RF Signal Generator menghasilkan frekwensi radio dengan frekwensi yang jauh lebih tinggi
dari frekwensi yang dihasilkan AF signal generator. Karena frekwensi RF meliputi spektrum
yang sangat lebar Generator ini dibuat dengan berbagai spesifikasi sesuai kemampuan range
frekwensi nya. Block-diagram sebuah contoh RF Signal Generator diperlihatkan pada
gambar IV.1. Frekwensi oscillasi 25 kHz - 25 MHz dibagi dalam 9 band. Untuk sinyal
modulasi digunakan oscillator internal dengan frekwensi oscillasi 400 Hz atau 1000 Hz.
Sinyal modulasi dapat pula dilakukan dari luar (external modulation). Dilengkapi dengan dua
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 33 of 40
terminal output, dimana satu terminal menghasilkan tegangan output yang besarnya konstan
sebesar 1 volt dengan impedansi 150 ohm sedangkan terminal lainnya menghasilkan
tegangan output yang variabel (dapat diubah) mulai dari 1 volt sampai 0,1 volt dengan
impedansi konstan 75 ohm.
Tegangan output berubah dilakukan deng an rangkaian peredam variabel yang mempunyai
beberapa langkah mulai dari 0 sampai 100 dB dengan perbedaan tiap langkah sebesar 1 dB.
terminal
output
fm = 400 Hz, 1000 Hz oscillator konstan
modulasi level level
modulasi output
BAB V
PENGUKURAN RADIO FREQUENCY (RF)
V.1. RF Current:
Alat ukur arus RF (RF Current) menggunakan thermocouple yang dihubungkan dengan instrument
alat ukur dc. Thermocouple terbuat dari dua logam berbeda yang jika dipanasi menghasilkan tegangan
dc yang kecil. Panas untuk memanasi thermocouple tersebut diperoleh dari kawat resistance yang
dialiri arus RF. Jadi kawat resistance tersebut berfungsi sebagai elemen pemanas. Tegangan dc yang
dihasilkan thermocouple bergantung pada besarnya kalor panas, namun panas yang ditimbulkan lebih
ditentukan oleh besarnya daya yang digunakan elemen pemanas dari pada besarnya arus yang
mengalir ke elemen pemanas. Hal ini mengakibatkan akurasi penunjukkan alat ukur menjadi kurang
baik pada daerah skala mendekati simpangan minimum, sedangkan pada daerah skala mendekati
simpangan maksimumnya akurasi pengukuran semakin baik. Sehingga untuk RF ammeter yang
mempunyai skala maksimum 1 ampere, akurasi pengukuran yang masih baik adalah untuk
pengukuran arus RF 0,3 sampai 1 ampere, sedangkan RF ammeter yang mempunyai skala maksimum
5 ampere, akurasi pengukuran yang masih baik adalah untuk pemgukuran 1,5 sampai 5 ampere, dan
seterusnya.
Pada dc ammeter, untuk meningkatkan kemampuan pengukuran, digunakan resistor shunt. Pada RF
ammeter, hasil pengukuran sangat dipengaruhi oleh frekwensi RF sehingga penggunaan resistor shunt
sangat tidak dianjurkan karena akan mempengaruhi akurasi hasil pengukuran.
METAL BOX
RF IN RF OUT
CONNECTOR CONNECTOR
Gambar V.1 memperlihatkan sebuah RF ammeter untuk pengukuran arus RF melalui saluran
transmisi kabel coaxial. RF ammeter tersebut dibuat menggunakan kotak logam agar transmisi RF
tidak teradiasi keluar yang akan mempengaruhi akurasi hasil pengukuran. Hubungan antara RF IN
dan RF OUT dibuat sependek mungkin untuk menghasilkan akurasi yang terbaik.
V.2. RF Voltage:
Sebuah RF Voltmeter merupakan sebuah rectifier-type instrument dimana RF dikonversikan
ke dc yang hasilnya diukur menggunakan sebuah voltmeter dc. Pada umumnya rectifier yang
digunakan adalah diode kristal, misalnya diode 1N34 atau sejenisnya, karena kapasitansinya
yang sangat kecil sehingga pengaruhnya terhadap rangkaian RF sangat kecil.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat, impedansi rangkaian RF Voltmeter
harus jauh lebih besar dibandingkan dengan impedansi dari rangkaian RF yang akan
diukur.
Rangkaian dasar RF Voltmeter diperlihatkan pada gambar V.2 yang terdiri dari sebuah half-
wave rectifier, sebuah ammeter dan sebuah resistor, R1 untuk meningkatkan linieritas.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 35 of 40
Konstanta waktu rangkaian C1R1 harus jauh lebih besar dibandingkan dengan perioda dari
frekwensi RF yang akan diukur. RFC (Radio Frequency Choke) digunakan untuk mem by-
pass signal dc yang mungkin ada pada rangkaian yang diukur. Kapasitor C2 digunakan untuk
menghasilkan konversi RF ke dc yang lebih baik.
1N34 R1
+
RANGKAIAN
YANG RFC C1 C2 MA
DIUKUR
-
Rangkaian RF Voltmeter pada gambar V.2 pada umumnya digunakan untuk pengukuran
tegangan RF sampai sekitar 20 volt. Untuk pengukran tegangan RF yang lebih besar
digunakan RF Voltmeter yang memiliki dual-range, 0-20volt dan 0-100 volt, dengan
rangkaian seperti diperlihatkan pada gambar V.3. Rangkaian pembagi tegangan R 1R2
digunakan untuk meningkatkan kemampuan pengukuran tegangan.
J1 J2
R1 LOW S1
1000
Ω 1N34
R2 1000 22 KΩ
3300 pf + 0-1 -
Ω mA
1000
pF
V.3. RF Power:
Untuk mengukur daya RF dibutuhkan beban resistive yang telah diketahui besaran
resistansinya dan sebuah RF ammeter atau sebuah RF voltmeter yang telah terkalibrasi.
Selanjutnya, daya diperoleh dari persamaan I2.R atau E2/R dimana R adalah resistansi beban
dalam satuan ohm.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pengukuran daya RF, beberapa hal perlu dipahami
terlebih dahulu yaitu mengenai Impedansi dan SWR (Standing Wave Ratio).
Impedance & Standing Wave Ratio (SWR):
Pengaturan system penyelaras antenna (antenna matching systems) membutuhkan peralatan
untuk pengukuran impedansi input antenna maupun impedansi saluran transmisi
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 36 of 40
(transmission lines), atau pengukuran SWR yang merupakan perbandingan antara gelombang
pancar terhadap gelombang pantul. Daya transmisi ideal (terbesar) akan diperoleh jika SWR
sama dengan 1. Pengukuran yang paling sederhana adalah menggunakan metoda “bridge”
(jembatan).
Gambar V.4a memperlihatkan prinsip dasar dari metoda “bridge” yang terdiri dari dua
rangkaian pembagi tegangan yang disusun parallel untuk dihubungkan ke sumber tegangan.
Jika tegangan jatuh di R1 sama dengan tegangan jatuh di RS, maka tegangan jatuh di R2 dan
RL juga sama jika tidak ada perbedaan potensial listrik / tegangan listrik antara A dan B.
Sehingga penunjukkan voltmeter adalah nol volt dan “bridge” dikatakan berada dalam
keadaan “balanced” (setimbang). Jika tegangan jatuh di R1 tidak sama dengan tegangan jatuh
di RS, maka tegangan di titik A tidak sama dengan tegangan di titik B, dan voltmeter akan
menunjukkan perbedaannya. Gambar V.4b mirip dengan V.4a kecuali salah satu rangkaian
pembagi tegangannya merupakan komponen capacitive dan bukan komponen resistive.
Dengan pertimbangan praktis, untuk frekwensi radio, kita lebih memilih rangkaian seperti
pada gambar V.4a karena resistansi resistor tidak dipengaruhi frekwensi, sehingga besaran
R1/R2 merupakan bilangan tetap (konstan). Prinsip kerja rangkaian “bridge” tersebut
dimanfaatkan pada pengukuran SWR. Rangkaian pada gambar V.4b, dimana besaran
impedansi/resistansi RL belum diketahui, lebih banyak digunakan untuk pengukuran, dengan
mempertimbangkan penggunaan variable-capacitor untuk C1 dan C2.
R1 RS C1 RS
untuk V = 0 untuk V = 0
R2 C1
E V RL = RS
R1
E V RL = RS
C2
R2 RL C2 RL
SWR Bridge:
Pada rangkaian gambar V.4a, jika R1 dan R2 sama, maka “bridge” akan balanced jika RL =
RS atau jika RL sebuah resistor atau sebuah saluran transmisi yang impedansinya sesuai
dengan resistansi RS. SWR adalah rasio/konstanta yang menyatakan perbandingan antara
tegangan gelombang datang/pancar (outgoing atau forward) VO dengan tegangan gelombang
pantul (reflected) VR, sebagai berikut:
Vo+Vr
S.W.R. =
Vo−Vr
dimana:
VO adalah tegangan gelombang datang/pancar (forward voltage)
VR adalah tegangan gelombang pantul (reflected voltage)
Tegangan gelombang datang (forward voltage) sama dengan E/2 jika RS = RL dimana RL
adalah impedansi output ZO dari saluran transmisi.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 37 of 40
Pengukuran Tegangan:
Pengamatan SWR yang telah diuraikan diatas, dilakukan melalui pengukuran tegangan
dengan memanfaatkan sebuah diode-rectifier yang dirangkai seri dengan sebuah resistor
(sekurang-kurangnya 10.000 ohm) dan sebuah miliammeter atau microammeter.
Untuk mengetahui tegangan gelombang datang/pancar pada saluran transmisi, diukur dengan
cara menghubung-singkat (shorting) atau membuka (disconnecting) RL (RL adalah line-input
terminal dari saluran transmisi), sedangkan tegangan gelombang pantul diukur dengan R L
terhubung/terpasang. Pada kedua pengukuran tersebut, beban pada sumber tegangan E
berbeda. Jika tegangan tidak stabil (karena perubahan beban), maka tegangan E pada kedua
pengukuran menjadi tidak sama dan hal ini akan memberikan kesalahan yang cukup besar
pada hasil pengukuran. Untuk mengkompensasi hal tersebut dilakukan dengan menggunakan
voltmeter lain untuk memonitor tegangan pada rangkaian bridge. Tegangan pada rangkaian
bridge tersebut dijaga agar sama dengan hasil pengukuran pertama dengan cara mengatur
(readjust) rangkaian sistem coupling nya.
in J1 R* J2 out
0,01
F 10KΩ 47Ω 10KΩ
0,01
F 0,01 R*: 52 atau 75 Ω (ter-
F gantung impedan-
si saluran transmi-
+ - + si)
INPUT BRIDGE
VM VM
Metoda paling sederhana untuk mengetahui daya dari beban yang diketahui resistansinya
adalah dengan menggunakan sebuah rangkaian sistem antenna yang dilengkapi rangkaian
penyelaras (matching circuit) seperti yang telah dijelaskan diatas. Dibuatlah rangkaian yang
dapat diatur (adjusted), dengan memanfaatkan prinsip-prinsip jembatan SWR (SWR Bridge),
untuk memperoleh SWR sebesar 1 : 1 dengan beban resistive yang sesuai, misalnya 52 atau
75 ohm.
Setelah proses matching (penyelarasan) dengan menggunakan matching circuit (rangkaian
penyelaras), transmitter (pemancar) RF diatur (adjusted) hingga ammeter menunjukkan arus
maksimum. RF ammeter dirangkai sesuai dengan posisi voltmeter pada rangkaian SWR
Bridge. Sebuah ammeter 0-1 dapat digunakan untuk pengukuran daya antara 5 - 50 watt
untuk saluran transmisi 52 ohm, atau antara 7,5 - 75 watt untuk saluran tranmisi 75 ohm.
Akurasi terbaik diperoleh pada simpangan jarum 50 % sampai 100 %.
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 38 of 40
BAB VI
MULTIMETER DIGITAL
VI.1. Pendahuluan:
Alat-alat ukur menggunakan moving-coil memberikan hasil pengukuran melalui penunjukkan
jarum pada papan skala. Pada alat ukur digital, hasil pengukuran ditampilkan langsung
berupa angka/besaran numerik. Hal tersebut dapat mengeliminir kesalahan pembacaan yang
terjadi pada pengukuran menggunakan alat ukur analog. Keuntungan lain yang diperoleh
dengan menggunakan alat ukur digital adalah penggunaan sinyal digital yang dapat
digunakan untuk pencetakkan (printing) atau perekaman langsung ke alat penyimpan data,
misalnya: pita magnetic atau penghubungan langsung ke computer untuk pengolahan data.
Besaran-besaran obyek yang diukur, biasanya berubah secara teratur dalam bentuk analog.
Pada alat ukur digital, besaran-besaran obyek ukur tersebut diubah menjadi besaran digital.
Alat pengubah besaran obyek ukur menjadi besaran digital tersebut dinamakan analog-
digital converter (A-D Converter) yang merupakan suatu bagian penting pada alat ukur
digital.
pembalik polaritas
comparator
tegangan +
yang - VS (tegangan referensi)
diukur
VX
0
harga2 sesaat yang terukur luas 1 periode dari gelombang
dengan metoda perbandingan diukur dengan metoda integrasi
a. Voltage-Frequency Converter:
Jenis ini mempunyai rangkaian pengubah tegangan ke frekwensi dan sebuah frequency-
counter (penghitung frekwensi). Tegangan yang diukur diubah menjadi pulsa-pulsa yang
frekwensinya sebanding dengan besarnya tegangan yang diukur. Selanjutnya frequency-
meter menghitung jumlah pulsa dalam suatu periode waktu tertentu.
V2 t2
=
V1 t1
c. Jenis Feedback:
GS
UAMTC
TRAINING MATERIAL
ELECTRONICS MEASUREMENT TECHNIQUE
Rev: A Date: 22 - 9 - 2011 Page : 40 of 40
Prinsip kerja voltmeter digital jenis feedback digambarkan pada gambar VI.3. Output
(keluaran) integrator v1 mempunyai slope yang merupakan “slope” dari tegangan yang
diukur vx dan tegangan referensi +vS atau -vS.
C
integrator komparator generator gel
R1 v1 v2 segitiga
vx
K generator rangkaian
R2 pulsa “gate”
v2 adalah tegangan pulsa segiriga. Jika v2 = v1 maka akan terjadi pembalikan polaritas dari
sakelar K oleh komparator.
Jika periode waktu untuk K berada pada -vS adalah t1 dan berada pada +v2 adalah t2,
maka:
Karena (t1 + t2) sama dengan periode dari frekwensi gelombang jala-jala, maka vx dapat
ditentukan dengan mengukur beda lebar pulsa (t1 - t2).
+vS
t1 t2
-vS
t