Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK EKSPLORASI

A. PENGERTIAN
Eksplorasi (exploration) adalah suatu aktivitas untuk
mencari tahu (searching) atau perjalanan untuk
mengungkap (discovery) keadaan suatu daerah,
ruang ataupun suatu wilayah yang sebelumnya tidak diketahui
keberadaannya, baikfisik maupun non fisik (misalnya: pengetahuan).
Sementara itu, objek geologi tidak terbatas pada cebakan mineral,
batubara, minyak dan gas bumi. Objek geologi pula meliputi gejala atau
fenomena yang berdampak negative bagi kehidupan manusia.
Eksplorasi mineral secara singkat dibatasi sebagai proses yang di
lakukan oleh suatu badan usaha, kemitraan atau korporasi
dengan tujuan untuk menemukanbijih (konsentrasi mineral yang
bernilai ekonomis) untuk ditambang. Metode eksplorasi dalam
eksplorasi mineral adalah metode eksplorasi yang secara fisik
menentukan langsung ataupun tidak langsung
keberadaan suatu gejala geologi yang dapat berupa tubuh suatu
endapan mineral ataupun satu atau lebih petunjuk geologi.

Eksplorasi sumber daya geologi dimaksudkan sebagai usaha


untuk mengetahui keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi
mineraldansumberdaya energi, oleh karena itu perlu dilakukan
kegiatan eksplorasi untukdapat menentukan lokasi yang bersifat
ekonomis dan layak untuk diolah (eksploitasi).
B. Metode Eksplorasi

1. Metode eksplorasi langsung


Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa
pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan
kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari,
serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran,
dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan
interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-
fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini
dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi
(tahap awal s/d detail).
Beberapa metode (aspek) yang akan dibahas sehubungan dengan
Metode Eksplorasi Langsung ini adalah :
a) Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-
informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan
berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai
penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat
informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi
pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan
informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-
tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.

Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi


singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas
geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan. Namun
dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan
dapat diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji
sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan
posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti
pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.

Pada saat pemetaan dapat dijumpai singkapan, singkapan dapat


didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang
tersingkap (muncul) di permukaan . Singkapan biasanya dapat dijumpai
pada lembah-lembah sungai, dikarenakan terjadi erosi akibat dari aliran
air sungai sehingga menyebabkan batuan tersingkap. Namun ada juga
pada kondisi dimana batuan menonjol secara alami akibat gaya gaya
endogen yang bersala dari dalam bumi atau karena gerakan atau
gesekan kerak bumi. Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau
dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain adalah
posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara). Penyebaran,
arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.
Penyebaran dan pola alterasi yang ada.
b) Parit Uji
Paritan uji dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan
permukaan, kemiringan perlapisan, struktur tanah dan lain-lain. Pada
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada
overburden yang tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang
efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya sedalam 2 - 2,5 meter,
selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis.
Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika
pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit
harus tegak lurus dengan arah arus sungai.
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi
singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan. Pada
pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara
menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan
(terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus
bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik
perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
c) Sumur uji
Pembuatan sumur uji atau test pit dimaksudkan untuk mendapatkan hasil lebih
akurat dari pembuatan parit uji, sumur uji dibuat dengan menggali lubang
sedalam 10 sampai 20 meter. Pada pembuatan sumur uji harus diperhatikan
beberapa faktor, seperti adanya bongkahan bongkahan yang akan
mempersulit dalam proses penggalian. Faktor lain yang juga harus
diperhatikan adalah adanya air yang akan menyulitkan dalam proses
penggalian dan pada proses pengamatan struktur batuan yang ada pada
sumur uji yang telah dibuat. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dari
penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, dan lain-
lain.

Pembuatan sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan


yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis. Pada
endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan
kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai,
ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta
dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Pada endapan yang berhubungan
dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan
untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona
lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona,
serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

d) Pemboran Eksplorasi

Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang


berdiameter kecil pada suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup
ratusan meter untuk memperoleh data yang representatif.
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan
dan direncanakan dengan baik adalah kondisi geologi dan topografi, tipe
pemboran yang akan digunakan, spasi pemboran, waktu pemboran, dan
pelaksana (kontraktor) pemboran. Informasi dari lubang bor dapat diperoleh
dari beberapa sumber batuan, inti bor atau sludge, geofisika bawah
permukaan; dan informasi dari hasil pemboran. Pada bagian ini akan lebih
ditekankan pada pengamatan geologi.

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah


menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan
pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan
zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian
kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran
geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.
2. Metode Eksplorasi Tidak Langsung

Metode eksplorasi tidak langsung adalah kegiatan eksplorasi yang


dilakukan dengan tidak berhubungan langsung dengan bahan atau
endapan bahan galian yang dicari. Kegiatan eksplorasi ini dilakukan
melalui mengamati atau menganalisis kelainan kelainan sifat sifat baik itu
sifat fisik maupun sifat kimia dari batuan. Ada beberapa metode yang
umum digunakan untuk melakukan eksplorasi tidak langsung diantaranya
adalah;
A. Metode Geofisika
Eksplorasi geofisika dilakukan berdasarkan perbedaan dari sifat fisik dari
batuan, mineral dan bijih dari endapan yang diukur. Secara umum
eksplorasi geofisika dilakukan dengan beberapa metode antara lain yaitu;
A. Metode Magnetik
Metode magnetik pada dasarnya adalah memetakan gangguan
lokal pada medan magnetik bumi yang disebabkan oleh variasi
kemagnetan batuan. Metode ini adalah metode geofisika tertua yang
dikenal oleh manusia. Sejarah metode ini dimulai dari kompas magnetik
yang pertama ditemukan di Cina 3000 tahun yang lalu. Dalam
perkembangannya medan magnetik bumi telah digunakan dalam
eksplorasi bijih besi pada eksplorasi di Swedia. Alat untuk
menggunakan metode magnetik adalah magnetometer. Saat ini metode
magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang paling banyak
digunakan orang karena selain mudah penggunaannya juga murah
pemakaiannya. Bijih yang mengandung mineral magnetik akan
menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga dengan segera
dapat diketahui. Metoda eksplorasi dengan magnetik sangat berguna
dalam pencarian sasaran eksplorasi sebagai berikut :
 Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
 Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
 Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit
sebagai mineral ikutan
 Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung
magnetit dalam jumlah cukup
 Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu
batuan beku yang mengandung mineral magnetik.
B. Metode geostatistik
Metode ini mengukur dan menyelidiki sifat kelistrikan yang dimiliki oleh
batuan atau mineral. Mineral-mineral sulfida pada umumnya bisa
dikenali dengan metode ini dikarenakan oleh sifat fisisnya yang mudah
menghantarkan listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya
dipakai sistem empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada
bumi. dua elektrode dipakai untuk memasukan arus listrik ke dalam
bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C, dan dua
elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena
arus tadi, elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential
electode” disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke empat
elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah cara
Wenner dan cara Shlumberger.
C. Metode Seismik
Tujuan utama metode seismik adalah mengukur cepat rambat dari jenis
perlapisan yang terdiri dari batuan dengan cepat rambat berbeda tiap
batuan yang akan diterima oleh alat penerima getaran disebut geofon.
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih
tetapi banyak dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Geofon-
geofon yang dipasang secara teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan
terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu ledakan dan waktu
kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui
kecepatan rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan
batuan. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwa permukaan dapat
diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang berbeda
pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima
gelombang yang dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk
gelombang di dasar laut Cepat rambat gelombang seismik pada batuan
tergantung pada jenis batuan, derajat pelapukan, derajat pergerakan,
tekanan, porositas (kadar air) dan, Umur (diagenesa, konsolidasi,dll)
D. Metode Geokimia
Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran
kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur unsur bijih atau unsur unsur
yang berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi
endapan bijih. Secara sederhana eksplorasi geokimia adalah
pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan,
tanah, sedimen sungai aktif, vegetasi, air, atau gas untuk mendapatkan
anomali geokimia yaitu konsentrai abnormal dari unsur tertentu yang
kontras terhadap lingkungannya. Pengukuran sistimatika terhadap satu
atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan, tanah, stream, air
atau gas. Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa
konsentrasi unsur-unsur yang kontras terhadap lingkungannya atau
background geokimia. Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi
unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zona mineralisasi. Anomali
merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik atau
batuan dengan titik lainnya. Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih
cenderung untuk menentukan perbedaan mendasar (anomali) unsur-
unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses
untuk membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.

C.SURVEY GEOLISTRIK
Jenis-jenis metode geolistrikJenis-jenis metode geolistrik yaitu :
1. Metode Tahanan Jenis
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat
tahanan jenis listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip dasar
metode resistivitas yaitu mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan
mengukur kembali potensial yang diterima di permukaan. Faktor
geometri diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara elektroda
potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus
AB.Besarnya resistansi R dapat diperkirakan berdasarkan besarnya
potensial sumber dan besarnya arus yg mengalir. Besaran resistansi
tersebut tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jenis material
karena masih bergantung ukuran atau geometri-nya. Untuk itu
digunakan besaran resistivitas yang merupakan resistansi yang telah
dinormalisasi terhadap geometri. Ketika melakukan eksplorasi,
perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus.
Perbedaan letak titik tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik
yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik
pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri.

2. Metode Polarisasi Terimbas (Induced Polarization)


Metode polarisasi terimbas (Induced Polarization) adalah salah satu
metode geofisika yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang
terjadi di bawah permukaan akibat adanya arus induktif yang
menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam.
Parameter yang diukur adalah nilai dari chargeability, yaitu nilai dari
perbandingan antara peluruhan potensial sekunder terhadap waktu.
Konfigurasi pengukurannya sama dengan metoda tahanan
Jenis.Metode ini umumnya digunakan untuk penelitian eksplorasi air
tanah, geoteknik, ekplorasi mineral, studi lingkungan, dan arkeologi.
Peralatan metoda Polarisasi Terimbas yang dimiliki oleh Pusat Survei
Geologi, adalah sebagai berikut : IPR-12 Receiver dengan TSQ-3
Transmitter Merk Scintrex.
3. Metode Potensial Diri
Metoda potensial diri pada dasarnya merupakan metoda yang
menggunakan sifat tegangan alami suatu massa (endapan) di alam.
Hanya saja perlu diingat bahwa anomali yang diberikan oleh metoda
potensial diri ini tidak dapat langsung dapat dikatakan sebagai badan
bijih tanpa ada pemastian dari metoda lain atau pemastian dari kegiatan
geologi lapangan. Karena pengukuran dalam metoda potensial diri
diperoleh langsung dari hubungan elektrik dengan bawah permukaan,
maka metoda ini tidak baik digunakan pada lapisan-lapisan yang
mempunyai sifat pengantar listrik yang tidak baik (isolator), seperti
batuan kristalin yang kering.

Ada dua macam teknik pengukuran Metode Potensial Diri yaitu:


1) Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu
lagi bergerak pada lintasannya.
2) Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara
simultan, misalnya dengan interval 50 m.
CONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER DAN DIPOLE-POLE
1. Konfigurasi Dipole-dipole
Selain konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang
dapat digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada
konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu
elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada
sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1
terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole
digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial. Untuk elektrode
arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5
kali spasi terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium
yang mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode
potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-
masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode
potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian
pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan
elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran
elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.

2. Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-
kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena
keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar
maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak
lebih besar dari 1/5 jarak AB.
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan
tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang
relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai
karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa
mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau
dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai
tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi
perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka
ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar.
Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu
ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil,
misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai
perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan
yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama
pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar,
katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada
elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.

Parameter yang diukur :


 Jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2)
 Arus (I)
 Beda Potensial (∆ V)
Parameter yang dihitung :
 Tahanan jenis (R)
 Faktor geometrik (K)
 Tahanan jenis semu (ρ )
Cara intepretasi Schlumberger adalah dengan metode penyamaan
kuva (kurva matching). Ada 3 (tiga) macam kurva yang perlu diperhatikan
dalam intepretasi Schlumberger dengan metode penyamaan kurva, yaitu
:
 Kurva Baku
 Kurva Bantu, terdiri dari tipe H, A, K dan Q
 Kurva Lapangan
Untuk mengetahui jenis kurva bantu yang akan dipakai, perlu diketahui
bentuk umum masing-masing kurva lapangannya.
 Kurva bantu H, menunjukan harga ρ minimum dan adanya variasi 3
lapisan dengan ρ1 > ρ2 < ρ3.
 Kurva bantu A, menunjukkan pertambahan harga ρ dan variasi lapisan
dengan ρ1 < ρ2 < ρ3.
 Kurva bantu, K menunjukan harga ρ maksimum dan variasi lapisan
dengan ρ1 < ρ2 > ρ3.
 Kurva bantu Q, menunjukan penurunan harga ρ yang seragam : ρ 1 >
ρ2 > ρ 3
Konfigurasi wenner

konfigurasi Wenner yaitu konfigurasi empat elektroda dimana jarak antar


C1P1=P1P2=P2C2=a, dimana kedua pasang elektroda ini dipasang secara
simetris terhadap titik sounding. sebagaimana dapat diketahui dalam mencari
nilai k adalah 1 di bagi dengan jarak 1 per r1, kurang 1 per r2, tutup kurung
besar kurang lagi, kurung buka 1 per r3 dikurang 1 per r4 tutup kurung dan
diselesaikan secara matematika. Sedangkan jarak untuk masing-masing
elektroda arus terhadap titik sounding adalah a/2, maka jarak masing-masing
elektroda terhadap sound 3a/2. Untuk resistivity mapping maka spasi a tidak
diubah-ubah, sedangkan untuk sounding dilakukan pengubahan jarak
elektroda yang diperbesar secara gradual. Konfigurasi wenner ini terdapat tiga
macam yaitu wenner alfa, beta dan gama yang memiliki sensitivitas yang
berbeda pula. Konfigurasi ini memiliki kemampuan sangat baik dalam resolusi
vertikal, untuk CST, dan kesensitivan secara lateral. Semakin besar
bentangan antar elektroda maka semakin besar kesensitifannya.

Konfigusari Wenner-Schlumberger

Konfigurasi Wenner-Schlumberger merupakan gabungan antara konfigurasi


Wenner dan Schlumberger. Dalam konfigurasi ini jarak antara elektroda P1-P2
adalah a dan jarak spasi antar C1-P1=P2-C2 yaitu na. Dalam konfigurasi
ini, Sehingga spasi jarak elektrodanya konstan. Dari konfigurasi ini memiliki
kelebihan cakupan secara horizontal, penetrasi kedalaman yang baik. Pada
gambar dibawah menunjukkan bahwa pola sensitivitas, meningkat seiring
besarnya n, dan sensitivitasnya menjadi positif, dan tertinggi pada P1-P2 dan
menyebar mendekati C1-C2. Sangat sensitif terhadap perubahan horizontal
oleh sebab itu baik untuk survey kedalaman.

Anda mungkin juga menyukai