Anda di halaman 1dari 36

WORKING PAPER 8

Mengatasi Hambatan
Penelitian di Universitas
WORKING PAPER 8

Mengatasi Hambatan
Penelitian di Universitas

Oleh:
Yanuar Nugroho, Budiati Prasetiamartati dan Siti Ruhanawati

Maret 2016
Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas

Pandangan penulis yang diungkapkan dalam publikasi ini tidak mencerminkan


pandangan Pemerintah Australia, Pemerintah Indonesia, atau Knowledge Sector
Initiative. Semua entitas di atas tidak bertanggung jawab atas apa pun yang timbul
akibat dari publikasi ini. Penulis berterima kasih kepada Fred Carden dan Robin
Bush untuk komentar dan ulasan akhir serta Emil Karmila, Anton Septian Rusmana
dan Mirisa Hasfaria untuk penerjemahan dan penyuntingan.

ii
Pesan Kunci
• Penelitian sangat penting untuk membangun ekonomi berbasis pengetahuan.
Pada abad 21, ekonomi berbasis pengetahuan adalah jalan menuju ekonomi yang kompetitif.
Sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN),
keberhasilan pembangunan jangka panjang di Indonesia tergantung pada kemampuan
Indonesia memperkuat keunggulan kompetitifnya. Hal tersebut ditentukan oleh terpenuhinya
sejumlah hal mendasar, yaitu pekerja terampil, daya inovasi, riset yang independen, dan iklim
investasi yang kuat. Agar berkembang dengan efektif, semua hal tersebut membutuhkan
fondasi penelitian nasional yang kokoh.
• Pendanaan penelitian di Indonesia sangat kurang memadai.
Indonesia tidak memiliki infrastruktur pendanaan untuk pengembangan sains dan teknologi.
Pendanaan sangat rendah, hanya sebesar 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini
lebih rendah dibandingkan dana yang dikucurkan oleh negara-negara berkembang pesat lain
untuk hal serupa, yang berkisar 1% sampai 3%. Kapasitas sumber daya manusia Indonesia
untuk melakukan penelitian pun masih lemah. Selain itu, universitas lebih mengutamakan
kegiatan pengajaran dibanding penelitian. Pada tingkat individu, kualitas penelitian sangat
rendah dan publikasi masih terbatas.
• Lingkungan universitas menghambat pengembangan penelitian.
Kegiatan penelitian kurang mendapatkan penghargaan di lingkungan universitas. Sebaliknya,
pengajaran lebih diutamakan dan dihargai. Hubungan antara universitas dan kegiatan
penelitian dengan sektor publik dan industri sangat lemah. Universitas memelihara struktur
monodisiplin, padahal isu-isu dan permasalahan yang dihadapi oleh pengambil kebijakan
bersifat multidisiplin. Universitas juga tidak mendorong dan memberi insentif untuk publikasi
di jurnal peer-reviewed. Selain itu, kelemahan struktural terdapat pada regulasi dari birokrasi
yang mengatur penelitian.
• Peraturan pengadaan barang dan jasa membatasi partisipasi universitas dalam penelitian yang
disponsori pemerintah.
Interaksi antara pembuat kebijakan dengan komunitas peneliti sangat terbatas, sehingga
mereka tidak bisa mengutarakan isu-isu yang menjadi kebutuhan dan kepedulian masing-
masing pihak. Kolaborasi antar lembaga pemerintah dalam membahas kebutuhan riset sangat
rendah. Selain itu, agenda penelitian yang diajukan oleh pemerintah setiap tahun tak begitu
dipakai sebagai rujukan.
• Sejumlah penelitian sedang dilakukan untuk mengidentifikasi cara untuk mengatasi hambatan-
hambatan di atas dan untuk meningkatkan daya saing Indonesia.
Knowledge Sector Initiative (KSI) mendanai dua studi mengenai hambatan penelitian di
universitas. Sementara Universitas Indonesia, berkolaborasi dengan Centre for Inovation, Policy,
and Governance (CIPG) melakukan studi tentang lingkungan universitas yang mendukung
pengembangan penelitian. Tujuan utama dari studi-studi tersebut adalah mengidentifikasi
alternatif intervensi untuk membangun fondasi riset yang kokoh dan mendukung ekonomi yang
kompetitif.

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas iii


Daftar Isi

Pesan Kunci.......................................................................................................... iii

Ringkasan Eksecutif ............................................................................................ v

Singkatan dan Akronim......................................................................................... viii

1. Pengantar........................................................................................................ 1

2. Kajian Literatur................................................................................................ 6

3. Konsultasi dengan Kelompok Konsultatif......................................................... 12

4. Kesimpulan dan Langkah ke Depan................................................................ 18

Daftar Pustaka...................................................................................................... 22

iv
Ringkasan Eksekutif

M
akalah ini membahas isu peningkatan kualitas dan
kapasitas penelitian di Indonesia. Secara khusus,
makalah ini meneliti penyebab rendahnya kualitas riset
universitas di Indonesia, yang berada di bawah negara-
negara lain, seperti Bangladesh, Nigeria, Thailand, Malaysia, dan
Singapura (Suryadarma et.al, 2011). Kajian mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi kinerja penelitian di Indonesia sangat sedikit,
tetapi dari studi-studi yang sudah dilakukan dapat dirumuskan
rekomendasi sebagai berikut:
• Indonesia perlu meningkatkan anggaran untuk kegiatan
penelitian dan pengembangan;
• Pengambil kebijakan di Indonesia tak berlebihan dalam
mengatur sektor pengetahuan; dan
• Kepemimpinan di tingkat pucuk sangat penting.
Ihwal anggaran penelitian, sebuah studi yang membandingkan
anggaran penelitian di lima negara berpenghasilan menengah
(Brazil, Meksiko, Filipina, Singapura, dan Malaysia) menyimpulkan
bahwa Indonesia harus memperbesar pengeluaran di bidang
penelitian dan pengembangan dari 0,08% menjadi 1% dari PDB.
Studi yang dilakukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas v


(Brodjonegoro dan Greene, 2012) menemukan pada agenda penelitiannya sendiri, dan
bahwa kurangnya dukungan dana serta sistem kurang memedulikan kebutuhan di ranah
pelaporannya yang kaku menyebabkan peneliti kebijakan. Hal ini mengakibatkan rendahnya
Indonesia kurang produktif dibandingkan negara penggunaan bukti. Kepemimpinan universitas
lain yang memiliki PDB hampir setara - untuk dalam komunitas peneliti dibutuhkan untuk
setiap dolar yang diinvestasikan. Indonesia menanamkan pola pikir kebijakan (policy
tidak memiliki infrastuktur pendanaan untuk thinking) dan penggunaan temuan penelitian
pengembangan sains dan teknologi mutakhir. dalam kebijakan komunitas.
Berkaitan dengan pengaturan sektor Minat terhadap isu-isu penggunaan
pengetahuan, hambatan terhadap kinerja temuan penelitian dalam proses kebijakan
penelitian di universitas lebih banyak menunjukkan peningkatan. Ada dua studi yang
disebabkan oleh masalah internal dibanding sedang berjalan mengenai hal tersebut, yang
eksternal, seperti persoalan insentif atau akan dijelaskan di bawah ini – dan makalah ini
tantangan menyeimbangkan beban pengajaran mengeksplorasi potensi studi yang dilakukan
dan penelitian. Kajian Brodjonegoro dan oleh universitas mitra KSI untuk mendorong
Greene mencatat beberapa hal penting yang kegiatan penelitian kebijakan di antara
perlu dilakukan, yaitu: komunitas peneliti.
• Menyederhanakan peraturan menyangkut Dua kajian mengenai hambatan universitas
akses dana penelitian; dalam mengembangkan riset tersebut adalah:
• Menghapus pembedaan jalur karier riset • Mereformasi Riset di Indonesia, yang
dan administratif; dan mengkaji penyebab fenomena rendahnya
• Memberikan dana tambahan kepada jumlah akademisi yang berminat menjadi
lembaga penerima dana penelitian untuk peneliti (dilakukan oleh Universitas
menutup biaya penelitian tidak langsung, Indonesia dan Centre for Innovation Policy
tanpa mengurangkan jumlah ini dari total and Governance (CIPG) didukung oleh
penerimaan. Global Development Network (GDN)); dan
Penelitian tidak pernah didorong untuk • Buku Putih Pendidikan Tinggi, yang
menjadi sebuah karier. Hal ini mengakibatkan berfokus pada pendidikan tinggi di
terjadinya ketidakselarasan antara kegiatan Indonesia, termasuk pelembagaan
pengajaran dan penelitian, dan pada akhirnya penelitian multidisiplin di program
menghambat kinerja universitas berbasis pascasarjana di Indonesia (dilakukan oleh
riset. Selain itu, terdapat beberapa masalah AIPI dan didukung oleh KSI).
mendasar pada lingkungan pendukung Kelompok konsultatif menyimpulkan
kegiatan penelitian. Barangkali, masalah perlunya kajian diagnostik terkait hambatan
terbesarnya terdapat pada kurangnya motivasi universitas dalam melakukan penelitian. Kajian
individu untuk bertahan di sektor pengetahuan. tersebut bukan hanya harus mengkaji isu-
Ini adalah fungsi dari tiga faktor yang telah isu konseptual dan filosofis, tetapi juga harus
disebutkan sebelumnya, yaitu pendanaan, menawarkan intervensi nyata untuk mengubah
pengendalian, dan kepemimpinan. keadaan.
Kajian tersebut juga mengungkap kurangnya Berdasarkan temuan studi yang sudah
ruang interaksi dan saling memengaruhi antara dilakukan dan yang sedang berjalan di atas,
sisi penawaran (supply) dan permintaan kelompok konsultatif mitra KSI yang terdiri
(demand). Produksi pengetahuan didorong oleh dari empat lembaga riset di universitas
kemajuan teoritis, sementara sisi permintaan menyarankan beberapa isu untuk dikaji lebih
terhadap temuan penelitian didorong oleh lanjut sebagai berikut:
realitas praktis dan politis. Komunitas peneliti • Kesesuaian – kegiatan penelitian, para
cenderung hanya memusatkan perhatian peneliti dan konteks kebijakan diselaraskan

vi
agar mencapai keseimbangan; pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapainya,
• Pendanaan penelitian – walaupun Indonesia harus memberikan perhatian yang
penelitian dianggap penting, pendanaan lebih pada bidang penelitian agar lebih kompetitif
riset masih sangat terbatas karena dibanding negara-negara tetangga. Hal ini
masih dianggap sebagai beban investasi hanya dapat dicapai melalui pengembangan
ekonomi; penelitian yang sesuai dan berkelanjutan.
• Agenda riset – Dewan Riset Nasional Kajian diagnostik tersebut bertujuan untuk
(DRN) telah menerbitkan Agenda Riset memberikan sumbangan dalam mengatasi
Nasional (ARN). Agenda ini menjadi tantangan dalam pelaksanaan penelitian di
rujukan penelitian yang mendukung proses universitas, dan meningkatkan kepedulian
kebijakan, namun kurang mendapatkan universitas dan pemerintah terhadap proses
perhatian yang serius. Alternatif lain harus tersebut melalui kepemimpinan yang efektif.
dieksplorasi demi menciptakan agenda
sains yang dapat digunakan;
• Karier meneliti – ketidakjelasan jenjang
karier untuk peneliti menjadi salah satu
masalah utama rendahnya minat berkarier
dalam bidang penelitian. Minat untuk
berkarier akan tumbuh jika peneliti tidak
dipandang sebagai ‘kelas dua’; dan
• Sistem remunerasi dan insentif peneliti –
gaji untuk peneliti cenderung lebih kecil
dibanding gaji di sektor lain. Umumnya,
motivasi utama untuk menjadi seorang
akademisi di Indonesia adalah untuk
mendapatkan nama dan kebebasan
melakukan pekerjaan sampingan.
Walaupun dibutuhkan waktu tahunan untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing sumber
daya manusia, infrastruktur, dan lembaga
pengembangan sains dan teknologi, ada banyak
hal yang bisa dicapai untuk memperbaiki sektor
pengetahuan melalui kajian diagnostik terhadap
peraturan dan regulasi, serta pengaturan
kelembagaan.
Terakhir, perlu kita catat bahwa penelitian
sangat terkait erat dengan inovasi. Pemerintah
Indonesia mempunyai komitmen terhadap
ekonomi berbasis pengetahuan yang akan
membawa negara ini menuju pembangunan dan

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas vii


Singkatan dan
Akronim

AIPI : Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia


ARN : Agenda Riset Nasional
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations
AusAID : Australian Agency for International Development (saat ini diintegrasikan ke
Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) sebagai Australian Aid)
BOPTN : Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Dikti : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
DRN : Dewan Riset Nasional
GDN : Global Development Network
GERD : Gross Domestic Expenditure on Research and Development (Pengeluaan
Domestik Bruto untuk Penelitian dan Pengembangan)
Jakstranas : Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional
KSI : Knowledge Sector Initiative
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LPNK : Lembaga Penelitian Non Kementerian
Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Menristek : Menteri Riset dan Teknologi
PAPPIPTEK : Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
PDB : Produk Domestik Bruoto
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PTN-BH : Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Sisdiknas : Sistem Pendidikan Nasional
SK : Surat Keputusan
SSCI : Social Sciences Citation Index

viii
Pengantar 1

S
ebagai sebuah negara berpendapatan menengah
yang baru muncul (emerging middle-income country),
tantangan Indonesia untuk meningkatkan daya
saing semakin meningkat. Kebijakan pembangunan
harus diarahkan untuk menggali potensi-potensi yang dapat
membawa hasil pembangunan yang berkualitas. Kendati ada
pertanyaan menyangkut efektivitasnya, menginformasikan
kebijakan melalui riset merupakan salah satu pendekatan
lazim. Penelitian dipandang sebagai upaya strategis dalam
memengaruhi dan memperbaiki kebijakan. Istilah “kebijakan
berbasis bukti” (evidence-based policy) berpijak pada
gagasan bahwa penelitian (yang menghasilkan bukti) adalah
dasar dari sebuah kebijakan yang baik.
Tantangan untuk membangun kapasitas penelitian yang
dapat menjadi pendukung proses formulasi dan implementasi
kebijakan dihadapi oleh negara mana pun, tidak terkecuali
Indonesia. Salah satu strategi untuk mengatasi tantangan
tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas penelitian di
universitas di Indonesia. Walaupun upaya untuk mendorong,
meningkatkan, dan memfasilitasi kegiatan penelitian sudah
dilakukan, prestasi penelitian masih rendah. Kinerja hasil
penelitian biasanya diukur dengan jumlah publikasi ilmiah
internasional dan paten. Menurut SCImago Journal and
Country Rank1, selama kurun waktu 1996-2008, Indonesia
menghasilkan publikasi ilmiah sebanyak 9.194 dokumen,
menempatkan produktivitas ilmiahnya di bawah Bangladesh,
Kenya, Lithuania, dan Nigeria, dan jauh di bawah negara-
negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia dan
Singapura (lihat Gambar 1). Selain itu, Social Sciences

1 SCImago. (2007). SJR — SCImago Journal & Country Rank.


Diperoleh pada 24 Desember 2010 dari http://www.scimagojr.com.

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 1


Gambar 1: Perbandingan Penelitian di Beberapa Negara (Dalam
Persen)
Angka-angka berikut menunjukkan pangsa penelitian yang dipublikasikan di
negara tertentu yang dilakukan oleh peneliti lokal

60
53
50
Persentase

40

30 27 28
25
21
20 15
12
10

0
ia

na

nd

il
in

di

si

az
s

Ci

la
ne

ay
In
lip

Br
ai

al
do

Fi

Th

M
In

Sumber: Database SSCI, 1956 sampai 2011

Citation Index (SSCI) menunjukkan bahwa Salah satu indikator kegunaan penelitian
publikasi hasil penelitian yang diajukan oleh adalah paten. Dalam hal paten, jumlah yang
peneliti Indonesia ke jurnal internasional yang didaftarkan oleh peneliti Indonesia di United
peer-reviewed hanya 12%, setengah dari States Patent and Trademark Office (USPTO)
jumlah publikasi penelitian dari Thailand dan pada 2008 berada di bawah Singapura,
Malaysia.2 Malaysia, Thailand dan Filipina. Sementara itu,

Gambar 2: Jumlah Paten Terdaftar di Indonesia

7000
6,039
6000

5000

4000
2,834
2,485 2,631
3000 2,148
1,740 1,761 Nasional
1,647
2000 1,349
Asing

1000 247 49 72 77 111 84 94 99 288

0
0

01

02

03

04

05

06

07

08
00

20

20

20

20

20

20

20

20
-2
92
19

2 Sumber: D.,
Suryadarma, Direktorat
Pomeroy, Paten Direktorat
J. and Jenderal
Tanuwidjaja, S., Hak Cipta Intelektual Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Factors
Economic Manusia, 2010
Underpinning Constraints in
Indonesia’s Knowledge Sector, AusAID Knowledge
Sector Diagnostic, 2011. Artikel SSCI dipublikasikan
2 di 2.474 jurnalD.,
Suryadarma, ilmu sosial lintas
Pomeroy, 50Tanuwidjaja,
J. and disiplin ilmu.S., SSCI dimiliki oleh Thomson Reuters. Untuk
SSCI dimiliki oleh Thomson Reuters.
Economic Factors Underpinning Constraints Untuk in informasi lebih lanjut, lihat: http://thomsonreuters.
informasi lebih lanjut, lihat: http://thomsonreuters.
Indonesia’s Knowledge Sector, AusAID Knowledge com/en/products-services/scholarly-scientific-
com/products_services/science/science_products/
Sector Diagnostic, 2011. Artikel SSCI dipublikasikan research/scholarly-search-and-discovery/social-
az/social_sciences_citation_index/.
di 2.474 jurnal ilmu sosial lintas 50 disiplin ilmu. sciences-citation-index.html

2
Tabel 1: Jumlah Paten yang Diterbitkan oleh Kantor U.S Patent and Trademark (Tahun Terpilih)

Negara 1992 2000 2008

Jepang 23.151 32.922 36.679

Singapura 35 242 450

Taiwan 1.252 5.806 7.779

Korea Selatan 586 3.472 8.731

Malaysia 11 47 168

Thailand 2 30 40

Cina 41 163 1.874

Indonesia 9 14 19

Filipina 7 12 22

Vietnam 0 0 0

Sumber: Data Kantor U.S Patent and Trademark

jumlah paten yang terdaftar di Indonesia antara alokasi dana penelitian universitas yang
tahun 1992 dan 2008 didominasi oleh paten dikucurkan oleh pemerintah Indonesia
luar negeri. Hal-hal tersebut menggambarkan mencapai Rp 1,7 triliun (US$ 131 juta). Dana
kualitas penelitian dan pengembangan serta itu untuk menumbuhkan penelitian inovatif
sumber daya manusia di Indonesia yang masih dalam bidang sains (khususnya dalam bidang
rendah. Bahkan, tabel 1 menunjukkan bahwa ilmu alam dan, dalam batas tertentu, ilmu
rendahnya jumlah paten yang diterbitkan di sosial). Dana ini berasal dari dana Bantuan
Indonesia tidak bertambah signifikan dari waktu Operasional Perguruan Tinggi Negara
ke waktu dibandingkan dengan negara-negara (BOPTN) dan Penerimaan Negara Bukan
lain di kawasan yang sama (Brodjonegoro dan Pajak (PNBP).3 Dengan digabungkannya
Greene, 2012). pendidikan tinggi (sebelumnya berada di bawah
Mengingat pentingnya peran universitas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
dalam membangun kapasitas penelitian, dengan Kementerian Riset dan Teknologi
pertanyaan fundamental yang diajukan adalah: pada 2014, ada harapan bagi perbaikan
faktor-faktor struktural apa yang menghambat penelitian di universitas, yang tercermin
kemajuan penelitian di universitas di Indonesia? dalam publikasi, paten, dan perkembangan
Selama ini, universitas telah banyak mengkaji riset-riset inovatif. Kinerja dan pendanaan
faktor-faktor eksternal yang menghalangi penelitian di Indonesia tertinggal dari sebagian
kinerja penelitian, seperti kebijakan dan besar negara-negara ASEAN.4 Rencana
kurangnya dana riset. Namun masih sedikit pemerintah yang memberikan harapan adalah
yang melihat faktor internal, seperti insentif mengundang sektor swasta untuk berkontribusi
dan ketidakseimbangan beban kerja antara dalam pendanaan riset. Area penelitian yang
kegiatan pengajaran dan penelitian. diidentifikasi dapat menjadi target dana dari
Pemerintah sudah membuka kesempatan komunitas bisnis adalah pangan, energi,
bagi universitas untuk mengembangkan material maju (advanced material), teknologi
penelitian, walaupun rencana dan programnya
kurang jelas. Sebagai contoh, pada 2015, 3 Kompas, 16 Desember 2014.
4 Kompas, 17 Desember 2014.

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 3


informasi, serta keamanan dan kesehatan.5 Hal ini berimbas pula pada jabatan profesor:
Namun demikian, sumber pendanaan dari profesor pengajar memperoleh ‘legitimasi’ dan
sektor swasta berpotensi mengabaikan topik- penerimaan sosial, sedangkan profesor riset
topik nonteknologi atau nonkomersial seperti tidak. Hal ini berdampak langsung pada tingkat
pendidikan, masyarakat, dan budaya.6 universitas: beban pengajaran dosen semakin
Masalah lainnya, kenyataan bahwa bertambah dan menghilangkan kesempatan
penelitian tidak pernah menjadi pilihan karier. untuk melakukan kegiatan penelitian – karena
Hal ini terjadi bukan saja dalam konteks kontrak penelitian biasanya menyebabkan
sosio-kultural yang tercermin pada pesimisme dosen mengurangi waktu mengajar dan
terhadap kelayakan penelitian menjadi sebuah bahkan kehadiran di kampus. Ini mengurangi
profesi, tapi juga tercermin dari bagaimana kesempatan untuk naik jabatan. Beberapa
kegiatan penelitian dianggap kontradiktif universitas besar mengompensasi hal ini
dengan kegiatan pengajaran di lingkungan dengan mempekerjakan staf peneliti tetap.
universitas itu sendiri. Tampak ada ketegangan Namun, hal ini tidak terlalu berdampak pada
antara kegiatan pengajaran dan penelitian di perbaikan kualitas (dan kuantitas) penelitian.
universitas yang berdampak pada terhambatnya Makalah ini memberikan masukan
kinerja penelitian. 7 komprehensif untuk studi lanjut yang
Walaupun sudah banyak fakta yang mendiagnosa hambatan penelitian di universitas
diajukan mengenai dampak negatif dikotomi di Indonesia dan mengidentifikasi upaya-upaya
antara pengajaran dan penelitian di universitas, untuk mengatasi kendala tersebut. Tulisan ini
regulasi pemerintah tentang staf tetap menelaah kajian-kajian terdahulu dan literatur
akademik di universitas tidak mendorong terkait, dan merangkum hasil konsultasi dengan
kegiatan penelitian (lihat tabel di bawah). kelompok konsultatif yang difasilitasi oleh KSI.

Tabel 2: Kredit Kumulatif Minimum Fungsi Utama dan Pendukung Akademisi

Fungsi
Fungsi Utama
Pendukung
Kualifikasi
No. Jabatan Pendidikan
Akademik Pengabdian
dan Penelitian
Masyarakat
Pengajaran
1. Asisten Ahli Magister > 55% > 25% < 10% < 10%
2. Dosen Magister > 45% > 35% < 10% < 10%
3. Dosen Senior Doktor > 40% > 40% < 10% < 10%
4. Profesor Doktor > 35% > 45% < 10% < 10%

Sumber: Peraturan Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17/2013 tentang Jabatan Fungsional
Dosen dan Angka Kreditnya. Dosen didefinisikan sebagai pengajar profesional dan ilmuwan.

Satu-satunya jabatan akademik yang diakui Untuk proses analisis, kami merujuk pada
secara resmi adalah dosen. Tidak ada kerangka strukturasi dasar (basic structuration
spesifikasi mengenai jabatan peneliti tetap. framework) (Giddens, 1984) yang menjelaskan
bagaimana struktur muncul sebagai suatu
5 Kompas, 9 Januari 2015. akibat (outcome), tetapi pada saat yang sama
6 Republika, 23 Januari 2015. juga sebagai media (medium) dari tindakan
7 Diskusi Kelompok Terfokus 15 Desember 2014 dan individu. Di sini, penelitian dilihat sebagai
12 Januari 2015.

4
tindakan pada tingkat individu dan struktur pada
tingkat sistem. Kerangka ini memberikan dasar
konseptual untuk melihat hambatan-hambatan
(dan pendorong) penelitian di universitas pada
tingkat struktural/sistem (misalnya kebijakan
negara/pemerintah, struktur penelitian dan
pendanaan, dukungan untuk memperdalam
bidang penelitian, dll.), tingkat modalitas
(misalnya aturan dan peraturan universitas,
fasilitas, pengelolaan riset, fasilitasi untuk
ruang penelitian, dll.), dan pada tingkat individu
(misalnya kinerja penelitian yang sedang
dikerjakan, kualifikasi, kapasitas, jaringan, dll.).
Pada bagian selanjutnya, makalah ini akan
menelaah kajian-kajian yang telah dan sedang
dilakukan tentang berbagai hambatan penelitian
di dalam sistem universitas di Indonesia, diikuti
oleh ringkasan hasil konsultasi dengan empat
universitas mitra KSI tentang desain kajian.
Pada bagian akhir disajikan masukan untuk
langkah selanjutnya dalam memperbaiki aspek
penting pembangunan sektor pengetahuan di
Indonesia.

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 5


2 Kajian Literatur

Kajian yang sudah dilakukan dan sedang berjalan


Pada bagian ini kami menelaah beberapa temuan kunci mengenai hambatan
penelitian di universitas di Indonesia dari kajian-kajian terbaru. Dua kajian
masih berlangsung sehingga baru temuan awal yang dapat disampaikan.

Kajian yang sudah dilakukan


Kajian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja penelitian,
khususnya dalam konteks universitas di Indonesia masih relatif minim. Sedikitnya
jumlah ini tidak hanya memperlihatkan rendahnya minat dalam memahami riset
sebagai salah satu indikator kunci kinerja di lembaga perguruan tinggi, tetapi
juga menunjukkan sebuah ironi: tema penelitian di universitas tidak menarik
bagi komunitas peneliti. Di bawah ini kami menelaah beberapa studi yang telah
dilakukan mengenai topik hambatan penelitian.

Perbandingan Pengalaman Negara-negara Berpendapatan Menengah


(Nielsen, 2010)
Studi ini bertujuan memberikan informasi kepada pemangku kepentingan
dalam bidang penelitian di Indonesia mengenai pengalaman negara-negara
berpendapatan menengah (Brazil, Meksiko, Filipina, Singapura, dan Malaysia).
Studi ini menawarkan tiga rekomendasi:
Pertama, belajar dari pengalaman lima negara yang diteliti, Indonesia perlu
meningkatkan pengeluaran untuk penelitian dan pembangunan dari 0,08%
menjadi 0,5%-1% PDB. Indonesia perlu menanamkan investasi lebih besar

6
untuk pembangunan kapasitas sektor menghambat pertumbuhan pasar yang efektif
pengetahuan. Studi ini mengemukakan dalam sektor jasa penelitian. Kajian ini
argumentasi bahwa selama puluhan tahun menemukan bahwa sektor pengetahuan
negara-negara berpendapatan menengah telah membutuhkan hubungan dua arah yang efektif
menanamkan investasi pada sektor antara sisi produksi dan sisi permintaan bukti.
pengetahuan. Strategi ini terbukti mampu Dalam hal ini, pemerintah perlu membuat definisi
mendorong pembangunan sosial ekonomi yang jelas mengenai kebutuhan mereka dan
bangsa tersebut. Oleh karena itu, pemerintah membuat prosedur yang mudah bagi penyedia
Indonesia juga harus meningkatkan investasi penelitian untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
dalam bidang penelitian. Pada sisi permintaan, terdapat masalah
Kedua, pembuat kebijakan di Indonesia struktural dalam hal kelembagaan dan regulasi
tak perlu berlebihan dalam mengatur sektor sumber daya manusia. Pada satu sisi, sering kali
pengetahuan. Dasar pemikiran dari rekomendasi tidak ada kolaborasi antara lembaga pemerintah
ini adalah mekanisme pasar, yaitu pembangunan untuk mengidentifikasi dan mendesain kebutuhan
ekonomi didukung oleh kegiatan penelitian, baik penelitian yang dapat mendukung proses
itu dalam model ekonomi konvensional (berbasis pengambilan kebijakan pembangunan. Pada
manufaktur) atau dalam model ekonomi modern sisi yang lain, struktur kinerja di universitas tidak
(berbasis pengetahuan). Oleh karena itu, menyediakan insentif untuk dilaksanakannya
seperti halnya di negara-negara berpendapatan riset yang bermanfaat bagi proses pengambilan
menengah yang diteliti dalam studi ini, pembuat kebijakan. Terdapat juga masalah, yakni regulasi
kebijakan di Indonesia tidak boleh mengatur membatasi produksi pengetahuan. Studi ini
secara berlebihan sektor pengetahuan. Peran memperlihatkan tidak konsistennya penerapan
pemerintah haruslah dalam kerangka perancang peraturan dan proses pengadaan: prosedurnya
kebijakan, peraturan, dan anggaran untuk rumit, ambigu, dan diterapkan secara berbeda-
memfasilitasi sistem penelitian yang efektif. beda antar unit pemerintahan. Melalui tender
Ketiga, kepemimpinan di tingkat pucuk sangat terbuka, proses pengadaan cenderung
penting. Arahan politik yang jelas dari pemimpin menyingkirkan universitas dan organisasi
di tingkat nasional mengenai pentingnya nonpemerintah dari pasar pengetahuan.
produksi temuan dan penelitian dibutuhkan Berdasarkan temuan tersebut, studi ini
untuk menstimulasi perubahan. memberikan beberapa rekomendasi: mengkritisi
Berdasarkan rekomendasi-rekomendasi dampak regulasi yang mengatur pembedaan
tersebut, studi ini menyimpulkan bahwa kategori pegawai (fungsional vs. struktural)
pendekatan struktural akan lebih bermanfaat terhadap kinerja penelitian; menyederhanakan
guna mendorong peran utama riset dalam proses prosedur pengadaan; dan memperbaiki
pembangunan. Isu-isu yang disarankan meliputi peraturan yang mendiskualifikasi universitas
alokasi dana riset, arahan kebijakan kepada dan organisasi nonpemerintah dari kegiatan riset
riset, dan kepemimpinan politik yang kuat, yang diselenggarakan pemerintah. Sebab, hal ini
menunjukkan faktor-faktor yang membentuk mungkin akar dari ketegangan antara lembaga
‘struktur’, bukan faktor-faktor yang memengaruhi pemerintah dan lembaga nonpemerintah.
‘perilaku individu’. Rekomendasi lain adalah menilai dan mendesain
ulang peran Lembaga Ilmu dan Pengetahuan
Hambatan Regulasi terhadap Pertumbuhan Indonesia (LIPI) dan lembaga penelitian
Pasar Pengetahuan (Sherlock, 2010) lain; memberikan dukungan kepada unit-unit
Tulisan ini bertujuan untuk meneliti pemerintah yang secara khusus membidangi
permintaan terhadap bukti (dari lembaga masalah teknis dan kebijakan; mengembangkan
pemerintah) dan produksinya (oleh universitas, pelatihan tentang prosedur pengadaan kepada
lembaga think-tank dan organisasi non- pegawai pemerintah; mendukung perumusan
pemerintah) di Indonesia. Tulisan ini meneliti dan penerapan undang-undang pengadaan yang
hubungan antara kedua hal tersebut, dan peran baru; dan memfasilitasi partisipasi organisasi
peraturan dan perundang-undangan dalam masyarakat sipil, pemangku kepentingan, dan

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 7


masyarakat umum dalam proses kebijakan. mengatasi hambatan penelitian di universitas
Seperti halnya Nielsen, Sherlock menekankan tidak menyelesaikan persoalan terbesarnya,
pentingnya faktor-faktor struktural di atas yaitu persoalan organisasi dan struktur di
faktor-faktor individual dalam memengaruhi sektor pengetahuan (mungkin seperti fenomena
kinerja penelitian. Perbedaan studi ini dengan ‘elephant in the room’ – persoalan nyata yang
sebelumnya adalah studi yang dilakukan tak perlu didiskusikan lagi). Persoalan terbesar
oleh Sherlock menyentuh aspek modalitas, ini diklasifikasikan sebagai persoalan mendasar
yaitu pemberdayaan kapasitas lembaga riset, dalam hal lingkungan pendukung penelitian,
peran pegawai pemerintah dalam meninjau seperti ekonomi nasional dan kebijakan
dan membuat rancangan prosedur, dan peran serta struktur perundang-undangan; budaya
masyarakat sipil. Studi ini mengakui bahwa pendidikan yang tidak menekankan kualitas
reformasi struktural membutuhkan ‘massa penelitian; kurangnya pendanaan hibah inti
yang kritis’ (critical mass) pada tingkat individu, jangka panjang untuk lembaga penelitian;
yang hanya bisa dicapai melalui fasilitasi atau kurangnya permintaan untuk penelitian jangka
peningkatan modalitas. panjang yang mengutamakan hasil (outcome);
insentif untuk organisasi yang memberikan jasa
Tinjauan Bantuan Pembangunan Kapasitas konsultasi; sulitnya meningkatkan kapasitas
Ilmu Sosial pada Sektor Pengetahuan di kelembagaan penelitian dengan dana dan
Indonesia (McCarthy dan Ibrahim, 2010) administrasi yang terbatas; dan kurangnya
Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi insentif karier untuk membuat penelitian
faktor-faktor utama yang membatasi mengenai kebijakan.
perkembangan penelitian sosial kualitatif di Terakhir, studi ini mengidentifikasi persoalan
Indonesia. Di antara sejumlah temuan, pertama, mendasar pada tingkat struktural (makro) dan
universitas tidak mengembangkan kerangka tingkat modalitas (meso, diistilahkan sebagai
pendanaan dan kebijakan untuk mendukung ‘lingkungan pendukung’), tetapi tidak terlalu
penelitian sosial berkualitas tinggi. Tidak ada memberikan perhatian pada tingkatan peneliti
insentif untuk memproduksi penelitian sendiri, (mikro). Walaupun semua masalah pada tingkat
yang berakibat pada ‘budaya’ di antara akademisi, makro dan mikro telah diselesaikan, keberhasilan
dengan mencari pekerjaan sampingan di luar penelitian di tingkat individu tergantung juga pada
lingkungan akademik. Remunerasi yang sangat seberapa besar motivasi dan perasaan ‘aman’
rendah dalam sektor akademik menyebabkan individu dalam bekerja di sektor pengetahuan.
peneliti dan dosen bekerja di luar sektor
penelitian, sebagai konsultan – memberikan jasa Tinjauan Sektor Pengetahuan di Indonesia
penasihat pada lembaga donor dan pemerintah (Karetji, 2010)
– atau bahkan pindah pekerjaan ke sektor lain Studi ini memberikan tinjauan luas
seperti pemerintahan atau swasta. terhadap tataran kelembagaan, kebijakan, dan
Kedua, pendekatan yang telah dilakukan karakteristik sektor pengetahuan di Indonesia.
lembaga donor dalam membantu menumbuhkan Studi ini menemukan tidak proporsionalnya
sektor penelitian tidak memberikan dampak anggaran dana penelitian untuk ilmu sosial.
signifikan. Pendekatan-pendekatan tersebut Dalam anggaran riset nasional, alokasi belanja
termasuk mendukung universitas dalam penelitian dibagi untuk tujuh sektor prioritas yang
melakukan proyek penelitian di dalam negeri; lebih menekankan aspek pengetahuan teknologi
perpindahan sementara staf antar unit kerja dan teknis.
atau lembaga; mendukung pengembangan Studi ini mengidentifikasi bahwa pada ‘sisi
infrastruktur, pelatihan, dan pendidikan penawaran’ atau sisi produksi pengetahuan,
pascasarjana; dan membantu pusat studi sebagian besar universitas di Indonesia tidak
independen untuk mendapatkan dana mempunyai jalur karier yang jelas untuk para
operasional dan penelitian. penelitinya: kebanyakan akademisi direkrut
Ketiga, studi ini menunjukkan bahwa secara internal, tanpa disertai transparansi
sebagian besar upaya yang dilakukan dalam prosedur perekrutan, sementara pusat studi

8
didirikan tanpa peta jalan (roadmap) yang mengembangkan keterampilan agar dapat
jelas. Pusat studi-pusat studi ini berdiri hanya menjual jasa dan memperoleh pendapatan yang
berdasarkan minat individu sehingga mereka dapat diandalkan.
harus berjuang mencari dana penelitian sendiri.
Walaupun kurang pendanaan untuk melakukan Studi Awal Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia
penelitian, sebagian besar organisasi yang (Brodjonegoro dan Greene, 2012)
memproduksi pengetahuan telah cukup lama Selain empat studi yang mengkaji isu-isu
menerima bantuan dana untuk pengembangan struktural, kapasitas, dan peraturan, sebuah
kapasitas dari berbagai sumber. Namun studi yang baru-baru ini dipublikasikan secara
demikian, keterampilan manajerial pusat khusus meneliti dan menawarkan solusi
studi-pusat studi tersebut masih lemah. Hal terhadap permasalahan pendanaan. Studi ini
ini membatasi kemampuan mereka untuk dilakukan oleh AIPI dan didanai oleh World
melakukan penelitian yang berkualitas. Bank dan AusAID (sekarang DFAT), dan
Sesungguhnya, ada peningkatan jumlah sumber menyajikan bukti bahwa jumlah publikasi dan
daya manusia (termasuk peneliti) di universitas paten di Indonesia rendah. Para ilmuwan
untuk melakukan kegiatan penelitian karena meyakini bahwa penyebab masalah ini adalah
tersedianya beragam keahlian dengan kualifikasi sulitnya mendapatkan bantuan proyek penelitian
akademik yang tinggi. dan sistem penganggaran serta pelaporan yang
Lembaga-lembaga tersebut perlu melakukan kaku. Oleh sebab itu, produktivitas peneliti
evaluasi terhadap cara mereka mengelola Indonesia lebih rendah dibanding peneliti di
pendapatan dan melakukan investasi modal, negara-negara lain, dilihat dari per dolar dana
khususnya investasi pada pelatihan staf dan penelitian yang diinvestasikan. Akibatnya, dalam
pembangunan kapasitas organisasional. kelompok negara dengan kategori yang sama
Investasi dalam infrastruktur teknologi (dalam hal ukuran dan kekayaan), Indonesia
informasi dan komunikasi sangat penting untuk mempunyai produktivitas sains dan teknologi
meningkatkan kapasitas organisasi penelitian, nasional terendah.
dan juga investasi dalam menjalin kemitraan Akar masalahnya, menurut studi ini, Indonesia
(seperti kemitraan antara universitas negeri tidak mempunyai infrastruktur pendanaan yang
dan swasta) yang akan memperkuat kapasitas mendukung perkembangan sains dan teknologi.
organisasional lembaga-lembaga terkait. Indonesia juga tidak memiliki infrastruktur
Pengembangan kapasitas dalam organisasi pendanaan terkait alokasi dana dan pengeluaran
penelitian harus mengatasi masalah seperti untuk para peneliti, penyediaan fasilitas
kurangnya sistem pengembangan pengetahuan penelitian, atau sistem penganggaran negara
kolektif dari penelitian yang dilakukan individu. yang lentur, yang sesuai kegiatan penelitian.
Dalam proses pengembangan kapasitas dan Jumlah investasi di Indonesia untuk kegiatan
manajemen penelitian, program penelitian harus penelitian dan pengembangan kurang dari 0,1%
dimonitor dan dievaluasi untuk menghindari bias dari PDB, jumlah yang sangat kecil dan hampir
individu. tidak kentara disajikan dalam bagan resmi.
Pada sisi permintaan, studi ini Kajian ini meyakini bahwa masalah ini dapat
mengonfirmasikan adanya permasalahan diatasi secara sistematis dengan membentuk
kesenjangan antara penelitian dan kebijakan: Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia yang
peran sektor pengetahuan dalam memengaruhi dialokasikan secara kompetitif kepada para
pengambil kebijakan tergantung pada seberapa ilmuwan dan insinyur untuk melakukan penelitian
penting sektor ini dipandang mampu mendukung kelas dunia. Hal ini dapat mengatasi persoalan
kepentingan pengambil kebijakan dan birokrat peningkatan produktivitas, terlebih dengan
di tingkat tinggi dalam mempertahankan disyaratkannya dukungan kelembagaan untuk
kekuasaan dan akses kepada sumber daya. Oleh mendapatkan dana tersebut.
karena itu, lembaga penelitian tidak bisa selalu Secara khusus, studi ini merekomendasikan
mengandalkan sisi permintaan untuk memenuhi pembentukan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia
kebutuhan mereka. Lembaga penelitian harus (DIPI) sebagai berikut:

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 9


• Dibentuk di bawah pengawasan AIPI karena • Apakah otonomi kampus diikuti oleh otonomi
statusnya otonom. akademisi dan otonomi birokrasi.
• Penyederhanaan regulasi dalam meng- Walaupun studi ini masih dalam tahap awal,
akses dana penelitian, terutama dana studi GDN tampaknya sejalan dengan upaya
yang berasal dari swasta dan dana KSI dalam mengidentifikasi dan mengatasi
nonpemerintah. Regulasi harus memungkin- hambatan-hambatan penelitian di universitas.
kan penggunaan dana terlepas dari proses Fokus studi pada tingkat struktural menganjurkan
anggaran tahunan, terutama untuk kasus KSI untuk mengarahkan perhatian pada tingkat
proyek yang bersifat tahun jamak. meso dan/atau mikro untuk meneliti dinamika
• Penghapusan perbedaan antara jalur karier penelitian dan dampaknya pada lembaga dan
penelitian dan administrasi, dan memastikan individu peneliti.
pemberian gaji dan tunjangan yang sama Pada tingkat meso, fokus studi adalah
untuk keduanya. pada fasilitas dan modalitas. Dalam sistem
• Membolehkan institusi penerima hibah DIPI, universitas, kedua hal ini adalah media yang
baik universitas atau lembaga penelitian membentuk kegiatan penelitian yang dilakukan
non-kementerian (LPNK), menerima dana oleh pusat studi atau individu (dan demikian
tambahan untuk menutup biaya tidak pula dalam sistem penelitian nasional, fasilitas
langsung yang timbul dalam proses dan modalitas adalah hal yang membentuk
penelitian, tanpa mengurangi jumlah yang penelitian di universitas, yaitu dalam bentuk
diterimanya. kebijakan-kebijakan yang mengatur kegiatan
penelitian). Pada tingkat mikro, fokus penelitian
Kajian yang sedang berjalan adalah pada cara bagaimana penelitian sebagai
Ada dua studi yang berlangsung yang meneliti sebuah ‘kegiatan’ dilakukan secara rutin oleh
kendala penelitian di universitas. Berikut adalah individu peneliti. Di sini, istilah ‘memperdalam
ringkasan dari kedua studi tersebut. bidang penelitian’ dan ‘memperluas ruang
penelitian’ (akan didiskusikan di bagian
Studi yang Didanai oleh Global Development selanjutnya) menjadi kunci untuk memahami
Network tentang ‘Reformasi Penelitian di dinamika alur penelitian, dari tingkat struktural/
Indonesia’ sistem (misalnya kebijakan) sampai organisasi
Studi Reformasi Penelitian di Indonesia: dan manajemen penelitian pada tingkat meso
Kebijakan dan Praktik didanai oleh Global (misalnya universitas atau pusat studi), dan
Development Network (GDN) dan dilaksanakan bagaimana semua hal ini berdampak pada
oleh Universitas Indonesia dan CIPG (setelah kinerja individu peneliti.
ini kami istilahkan ‘studi GDN’). Studi ini fokus
pada bidang ilmu sosial dan meneliti faktor- Buku Putih Pendidikan Tinggi yang Didanai
faktor yang menghambat penelitian pada tingkat oleh KSI (Oey-Gardiner, 2015-2016)
makro, meso, dan mikro. Untuk mendapatkan Studi kedua yang sedang berlangsung
pemahaman yang mendalam, studi ini mengkaji meneliti pertentangan antara penelitian
tujuh studi kasus, dua di antaranya dilakukan di monodisiplin versus multidisiplin. Kompetisi
Papua dan Aceh. global yang semakin ketat menuntut peneliti
Beberapa isu yang akan dibahas dalam studi untuk mempunyai dasar pengetahuan yang luas.
kasus ini adalah: Hal ini dapat dicapai dengan lebih baik melalui
• Apakah ada pengaruh kebijakan yang perguruan tinggi yang bersifat interdisipliner.
berbeda dari penelitian dasar, terapan, dan Lembaga pendidikan tinggi di negara maju
kebijakan; mengakui bahwa untuk menumbuhkan dan
• Mengapa hanya sedikit orang/akademisi mengembangkan inovasi kreatif, pengetahuan
di lingkungan universitas yang berminat peneliti yang sudah terlanjur terspesialisasi perlu
menjadi peneliti dibanding menjadi dosen, diperluas. Di Indonesia, saat ini kebijakan publik
atau setidaknya minat untuk meningkatkan didasarkan pada prinsip ‘linieritas’,
fokus penelitian; mempersempit pengalaman pendidikan

10
seseorang untuk lebih terspesialisasi. Kebijakan keputusan yang sah. Di sinilah persoalan pokok
ini dinilai kontradiktif dengan tuntutan dari sisi permintaan – kebijakan atau keputusan
perkembangan pasar global. Anggota AIPI politik sebagian besar diambil sebelum adanya
mengakui bahwa tren global sekarang justru penelitian. Ini berarti permintaan akan penelitian
menuju wacana dan perkembangan ilmu datang setelah diambilnya keputusan politik
pengetahuan yang bersifat inter-trans- terhadap kebijakan tertentu. Oleh karena itu,
multidisipliner. Indonesia harus mengadopsi tujuannya adalah untuk memberikan legitimasi,
perkembangan ini jika ingin bersaing di dunia atau dalam beberapa kasus, untuk
global. menyempurnakan keputusan (politik/kebijakan)
Studi yang dilakukan AIPI bermaksud menilai yang telah dibuat sebelumnya. Agar dianggap
posisi akademisi dalam isu pertentangan sah, kebijakan haruslah didukung oleh penelitian
pendekatan monodisiplin versus multi-inter- yang kuat dan konklusif. Seharusnya
transdisipliner dalam proses pengembangan penelitianlah yang mendorong kebijakan. Ranah
pengetahuan dan inovasi. Untuk mengumpulkan proses pembuatan kebijakan bahkan
data terkait, AIPI akan melakukan serangkaian mengindikasikan bahwa kenyataannya justru
kunjungan konsultasi ke tujuh universitas sebaliknya: keputusan politiklah yang mendorong
di Indonesia, menyelenggarakan seminar, kebijakan, lalu penelitian dibutuhkan untuk
dan pertemuan konsolidasi. Studi ini akan memberikan legitimasi. Tantangan bagi peneliti
menghasilkan sebuah laporan tentang adalah mendapatkan bukti terkait isu-isu yang
kesempatan melakukan studi interdisipliner di relevan sebelum proses pembuatan keputusan.
perguruan tinggi di Indonesia. Studi diharapkan Ini berarti mengantisipasi isu sebelum pembuat
selesai pada akhir 2016. kebijakan mengetahuinya.
Sisi pasokan, atau produksi, pengetahuan
Ringkasan Kajian Literatur di sektor pengetahuan memiliki agenda
Ikhtisar studi tentang lingkungan penelitian penelitiannya sendiri. Agenda ini kemungkinan
di Indonesia tersebut telah melihat semua didorong oleh pemahaman konseptual
tingkatan yang terlibat di dalam permintaan akan atau kemajuan refleksi teori dan akademik.
dan produksi pengetahuan. Namun, yang masih Namun seringkali kemajuan teoritis yang
belum terjawab adalah interaksi rinci antara sisi mendorong penelitian terputus dari aktualitas
permintaan dan persediaan, dan mekanisme (dan faktualitas) yang mendorong kebijakan.
yang digunakan bagi berbagai tingkatan untuk Hal yang paling mencemaskan peneliti dan
saling berinteraksi dan mempengaruhi satu akademisi (baik dalam ilmu-ilmu alam maupun
sama lain. Kami sangat yakin bahwa mekanisme sosial) adalah kemajuan pemikiran/pemahaman
generatif dari hubungan-hubungan inilah yang teori atau konsep, bukan dinamika aktual dari
akan menjelaskan karakteristik hambatan (atau konteks sosial dimana mereka bekerja – dan
pendorong) kinerja penelitian di Indonesia, yang menjadi sasaran kebijakan.
terutama di suatu universitas. Memahami Kesimpulannya, komunitas penelitian
mekanisme generatif dalam hubungan tersebut (termasuk universitas atau pusat penelitian)
dapat pula mengarah ke beberapa solusi. menciptakan agenda penelitian mereka sendiri
Seringkali kebutuhan untuk tujuan penelitian meski tidak berhubungan dengan kebutuhan
untuk kebijakan tertentu tidak dikomunikasikan kebijakan. Kedua hal tersebut tidak saling
maupun didefinisikan dengan benar. Ini bisa berkomunikasi; keduanya tidak saling berkaitan;
terjadi karena kebutuhan itu sendiri tidak keduanya tidak saling terhubung. Memang
dirumuskan dengan baik oleh pembuat kebijakan. hubungan antara kebijakan (permintaan) dan
Kebijakan membutuhkan penelitian karena penelitian (penawaran) adalah tidak mengikuti
beberapa alasan. Di antaranya yang paling premis atau non sequitur.
mendasar adalah untuk mendukung suatu

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 11


3 Konsultasi dengan
Kelompok Konsultatif

S
ebagai bagian dari usaha mengatasi hambatan penelitian
di universitas, KSI mengambil inisiatif untuk membentuk
sebuah kelompok konsultatif yang terdiri dari empat pusat
studi universitas mitra. Tiga diskusi kelompok terfokus telah
dilakukan (15 Desember 2014, 12 Januari 2015 dan 25 Februari
2015), bersama dengan konsultasi individual, sebagai bagian dari
upaya komprehensif untuk mengeksplorasi dan memperdalam
pemahaman tentang topik yang dikaji, dan membangun kepedulian
mitra terhadap permasalahan tersebut.8
Kajian literatur dan diskusi-diskusi menghasilkan beberapa
gagasan mengenai hambatan penelitian di universitas. Hambatan-
hambatan ini teridentifikasi dan ditemukan pada konteks dan
tingkatan yang berbeda-beda (dari tingkat struktural sampai

8 Anggota kelompok konsultatif yang berpartisipasi dalam Diskusi Kelompok


Terfokus adalah Dr. Yodi Mahendradhata; Prof. Adi Utarini; Prof. Irwanto;
Prof. Hana Panggabean; Dr. Clara Ajisuksmo; Anindita Gabriella, M.A; Dadi
Darmadi, M.A; Idris Thaha, M. Si; Sri Budi Eko Wardani, M. Si dan Anna
Margret, Ph.D.

12
individual), walaupun perbedaan karakter dan Pendanaan Penelitian
tipologi pusat studi memengaruhi bagaimana • Walaupun sudah banyak diketahui bahwa
permasalahan tersebut terwujud. Isu-isu ketersediaan dana adalah hal yang krusial
utama yang dipandang dapat mengurangi atau bagi penelitian, masalah pendanaan riset
menghapus kendala penelitian di universitas masih belum terselesaikan: dana penelitian
disepakati sebagai berikut: terbatas dan kalaupun tersedia sulit diakses
oleh peneliti. Pendanaan penelitian masih
Kesesuaian dianggap sebagai beban ekonomi untuk
Maksud dari kesesuaian adalah harmonisasi investasi.
dan sinkronisasi kegiatan penelitian, peneliti, • Di tingkat universitas, tidak ada sistem
dan konteks organisasional. penilaian terhadap dampak atau hasil
• Kegiatan penelitian dan pengajaran penelitian untuk menilai kualitas penelitian
bukanlah hal yang bertolak belakang; atau dampak akademik dan sosio-
sebaliknya, kedua hal tersebut saling ekonomi penelitian tersebut. Oleh karena
memperkaya. Pengajaran yang berkualitas itu, walaupun konsep ‘skala ekonomi’
akan membawa pada penelitian yang diterapkan, perhitungannya sulit dilakukan.
berkualitas, begitu pula sebaliknya. Dana untuk satu proyek penelitian biasa
Terjadinya ‘saling sandera’ (mutual hostage) di universitas saat ini berkisar Rp 150 juta
antara penelitian dan pengajaran (yakni dan dilaksanakan dalam periode satu tahun
alokasi waktu pengajaran berkurang karena fiskal. Jangka waktu yang pendek dan dana
penelitian, dan waktu untuk kegiatan yang terbatas sering kali menyebabkan
penelitian habis untuk pengajaran) adalah tak adanya hasil yang berarti dari kegiatan
salah satu isu utama dan mendesak yang penelitian selain hanya sebuah laporan.
harus segera diselesaikan. Tidak ada kegiatan lanjutan menerbitkan
• Universitas dan pusat studinya harus artikel jurnal atau pembekalan akademik,
‘diharmonisasi’ – realisasi visi dan misi pusat atau menulis artikel populer dan diseminasi
studi harus sejalan dengan visi dan misi publik.
universitas. Pusat studi dapat menyediakan • Dua tahun terakhir, alokasi dana penelitian
penelitian mendalam yang relevan untuk dalam APBN menunjukkan peningkatan,
proses pengajaran, sementara universitas walaupun jumlahnya tidak terlalu signifikan.
menjadi rumah tempat proses pengajaran Alokasi dana penelitian yang bersumber
berbasis penelitian. Kedua hal tersebut dari internal universitas sangat sulit bahkan
memerlukan pengembangan kapasitas mustahil diperoleh, karena universitas
dalam pengelolaan, dan yang lebih penting, lebih mengutamakan kegiatan pengajaran.
penyeimbangan beban kerja. Karakteristik kebanyakan lembaga
• Masalah struktural lain terkait dengan pendidikan tinggi di Indonesia – jika bukan
isu kesesuaian adalah dualisme dalam semuanya – adalah sebagai ‘universitas
kualifikasi dan ranking jabatan profesor. pengajaran’, bukan ‘universitas riset’.
Saat ini ada dua skema jabatan profesor,
yaitu profesor peneliti dan profesor pengajar. Agenda/Prioritas Riset
Profesor pengajar lebih diterima luas dan • DRN telah memublikasikan sebuah dokumen
dipandang lebih memiliki legitimasi. Jabatan strategis yaitu ‘Agenda Riset Nasional’
profesor peneliti diberikan oleh LIPI, atau ARN. Agenda riset ini bertujuan untuk
sementara profesor akademik diberikan oleh memberikan rujukan tentang riset-riset
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan yang mendukung proses kebijakan. Namun
dengan skema kredit. Kedua skema ini demikian, peneliti, universitas, dan pemberi
perlu direkonsiliasi agar jenjang akademik, dana tidak pernah memberikan perhatian
baik penelitian maupun pengajaran, menuju serius terhadap dokumen tersebut. Hal ini
kepada jabatan profesor yang sama. tercermin pada sedikitnya rujukan terhadap

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 13


Tabel 3: Pengeluaran Domestik Bruto untuk Penelitian dan
Pengembangan (GERD) pada 2009 dan 2013

2009 2013
GERD Rp 4,72 triliun Rp 8,09 triliun
PDB Rp 5.613 triliun Rp 9.083 triliun
Ratio GERD/PDB 0,08% 0,09%

Sumber: PAPPIPTEK LIPI

dokumen tersebut dari perspektif kebijakan. di pasar internasional melalui peningkatan


Sebabnya, bisa jadi fokus area yang bidang sains, teknologi, dan inovasi.
dicakup dalam dokumen tersebut (27 area Prioritas tersebut adalah meningkatkan hasil
fokus) terlalu luas, sehingga sulit menyebut penelitian, pembangunan, dan penerapan
dokumen ini sebagai sebuah agenda sains dan teknologi; meningkatkan daya
penelitian. ARN gagal menjawab persoalan saing produksi barang dan jasa; mendukung
dasar dari pertanyaan, bagaimana dan keberlanjutan penggunaan sumber daya
sejauh mana penelitian dapat memberikan alam dan perubahan gaya hidup; mendukung
kontribusi terhadap pembuatan kebijakan kegiatan sains dan teknologi, termasuk
berbasis bukti. penyediaan sumber daya manusia,
• ARN tidak memberikan infomasi mengenai infrastruktur, kelembagaan, dan jaringan;
agenda riset universitas dan pusat serta pencapaian target pembangunan fisik,
studi universitas. Pada satu sisi, hal ini yaitu membangun 100 techno-parks di tingkat
menunjukkan betapa sedikitnya pengaruh kota dan satu taman sains di tiap provinsi.
atau inspirasi ARN (dan DRN) terhadap • Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
arah dan pengelolaan riset universitas. (Bappenas) mempunyai agenda risetnya
Pada sisi lain, hal tersebut memutus sendiri yang bersifat sektoral dan
arahan kegiatan riset dan pengembangan diformulasikan dari bawah ke atas (seperti
kapasitas penelitian antara perencana halnya perumusan RPJMN). Agenda tersebut
di tingkat nasional dan universitas. ARN dibangun dari konsolidasi agenda riset yang
harus digunakan sebagai alat untuk diajukan oleh kementerian dan didiskusikan
mengoordinasikan kegiatan riest yang dengan unit-unit kerja di lingkungan
dilaksanakan oleh lembaga kementerian, Bappenas. Proses ini dimaksudkan untuk
LPNK, dan universitas. menjamin koordinasi lintas kementerian.
• Rencana Pembangunan Jangka Menengah Namun demikian, direktorat Iptek di
Nasional (RPJMN) adalah rujukan resmi dan Bappenas hanya berkoordinasi dengan
panduan bagi kementerian dan pemerintah LPNK dan Kementerian Riset dan
daerah untuk merumuskan kebijakan dan Teknologi. Ada kekhawatiran bahwa
rencana pembangunan, walaupun terkadang dengan dimasukkannya sains dan teknologi
mereka melenceng dari apa yang tertuang dalam UU Nomor 17/2007 tentang Rencana
dalam RPJMN. Pesan kunci yang ingin Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025
disampaikan di sini adalah RPJMN sebagai akan (dan sudah) terjadi keterputusan
dokumen rujukan bagi perumusan kebijakan antara Kebijakan Strategi Pembangunan
sesungguhnya dapat juga dengan mudah Nasional (Jakstranas) tentang sains dan
diterjemahkan menjadi definisi kebutuhan teknologi dengan ARN yang dikeluarkan
riset pada tingkat nasional dan kementerian, oleh DRN.
tetapi ini jarang terjadi.
• Secara khusus mengenai riset, RPJMN 2015- Sumber Daya Manusia untuk Riset dan ‘Karier’
2019 telah mencantumkan prioritas agenda Penelitian
pengembangan sains dan teknologi yaitu • Ironisnya, walaupun pelatihan tentang
meningkatkan produktivitas dan daya saing kegiatan penelitian meningkat, jumlah

14
peneliti penuh waktu yang berkualitas di • Yang paling mengkhawatirkan adalah
setiap disiplin ilmu sangat terbatas. Hal ini tidak adanya jenjang karier yang jelas bagi
berlaku juga di kalangan peneliti pemula, peneliti. Hal ini menimbulkan keraguan di
yang mungkin karena karier seorang antara akademisi junior yang baru meniti
peneliti seringkali dipandang kurang karier di universitas untuk terjun sebagai
menarik bukan saja dari segi keamanan peneliti. Ketidakjelasan ini tidak hanya terjadi
kerja (jenjang karier yang tidak jelas), tapi pada jenjang karier seorang peneliti menuju
juga dalam hal pendapatan. Sangat jarang jabatan profesor, tetapi juga mengenai
ditemukan peneliti penuh waktu di sebuah arahan karier peneliti dalam kebijakan
universitas kecuali peneliti tersebut orang nasional dan peraturan universitas. Hanya
yang sudah sangat terkenal, dan barangkali ketika peneliti tidak dipandang sebagai
itu pun karena peneliti tersebut bekerja ‘kelas dua’, minat menjadi peneliti sebagai
penuh waktu hanya dalam jangka waktu pilihan karier akan tumbuh.
tertentu untuk proyek penelitian khusus.
Isu yang lebih besar adalah kurangnya Remunerasi Peneliti dan Sistem Insentif
prioritas untuk kegiatan penelitian. Beban • Gaji atau remunerasi peneliti dalam sektor
pengajaran yang tinggi membuat penelitian pengetahuan tidak semenarik gaji di sektor
yang serius mustahil dilakukan. Selain itu, lain. Peneliti dipandang sebagai profesi yang
struktur penggajian membatasi penggunaan kurang populer dan mempunyai reputasi
waktu untuk pelaksanaan penelitian yang sosial yang kurang mentereng. Untuk
serius (sering kali dengan dana minim). Di peneliti yang serius, sering kali lembaga
universitas di negara maju, gaji akademisi tempat mereka bekerja (universitas, atau
cukup untuk biaya hidup, dan waktu untuk pusat studi di universitas, atau lembaga
kegiatan mengajar lebih sedikit dibanding think-tank independen) mempunyai fasilitas
dengan di Indonesia. Selain itu, dana riset penelitian yang minim.
dapat digunakan untuk mengompensasi • Bagi peneliti, gairah mendapatkan hibah
sebagian waktu mengajar. Publikasi penelitian (dari pemerintah atau dari internal
untuk promosi jabatan menjadi ukuran universitas) dan kesempatan memperoleh
yang penting, tapi ada pembedaan antara tambahan gaji serta kesempatan melakukan
penerbitan berbayar (vanity publishing), penelitian, sering kali tergerus oleh desain
penerbitan artikel di jurnal yang diterbitkan pengawasan dan evaluasi penelitian yang
oleh internal universitas, dan penerbitan buruk. Beban tugas-tugas administratif
peer-reviewed, baik di tingkat domestik menumpuk dan, yang lebih parah, sistem
maupun internasional. pengawasan dan evaluasi memperlakukan
• Dalam konteks universitas, sudah menjadi kegiatan penelitian sama seperti kegiatan
pengetahuan umum bahwa kualifikasi untuk lain. Akibatnya, peneliti dibebani oleh
akademisi yang mengajar sering kali lebih tugas administratif pelaporan yang tidak
rendah dibanding akademisi yang melaku- perlu (yang sering kali tidak sejalan
kan riset – apalagi jika publikasi dengan tahapan penelitian, atau bahkan
diperhitungkan. Bagi akademisi, lebih mengganggu kegiatan penelitian itu sendiri),
mudah bekerja mendapatkan gaji dari dan bukannya memusatkan perhatian
kegiatan mengajar dan ditopang pekerjaan pada upaya menghasilkan penelitian yang
sebagai konsultan, dibanding mencari dana berkualitas.
hibah penelitian. • Tidak ada standar sistem insentif untuk
• Dalam beberapa kasus, peneliti profesional peneliti di universitas. Beberapa universitas
dari luar universitas direkrut oleh rektor untuk akan memberikan insentif finansial (dan
ditempatkan di pusat studi. Sangat sedikit sosial) kepada peneliti yang berhasil
dari mereka melanjutkan meniti karier dalam menerbitkan artikel di jurnal peer-reviewed
sistem universitas tersebut. (biasanya jurnal internasional). Walaupun

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 15


peneliti dapat mengajukan hibah publikasi menerbitkan artikel tersebut. Sistem kredit
untuk menulis artikel jurnal dari pemerintah juga mencerminkan pendekatan kaku yang
(seperti Dirjen Pendidikan Tinggi), proses kontraproduktif dalam mendorong riset yang
tersebut sangat lambat. Bantuan finansial berkualitas (misalnya, kehadiran dalam
universitas kepada peneliti untuk membuat seminar, makalah konferensi/simposium,
publikasi internasional lebih rendah dari dll.). Oleh karena itu, reformasi sistem
bantuan pemerintah. kenaikan jabatan dan perbaikan kualitas
• Motivasi utama untuk menjadi akademisi di penelitian universitas mutlak diperlukan.
Indonesia sering kali untuk meningkatkan • Kum berlaku sebagai rujukan sistem
status sosial, yaitu menjadi dosen sehingga remunerasi dan penggajian di universitas
mempunyai otonomi lebih besar terhadap yang bersifat nasional. Namun demikian,
waktu yang bisa digunakan untuk melakukan sistem verifikasi kum sangat rumit dan
pekerjaan sampingan lain. Jarang ada keseluruhan pendekatan basis datanya
alasan ilmiah yang mendorong mereka perlu direformasi. Sistem kum didesain tidak
menjadi peneliti yang baik. berdasarkan asas kepercayaan. Contohnya,
• Pasal 89 UU Nomor 12/2012 tentang penggunaan dokumen elektronik (misalnya
Perguruan Tinggi menyatakan bahwa ijazah yang dipindai, formulir-formulir
sekitar 30% dari BOPTN dapat dialokasikan administratif, dll.) harus mulai diterapkan,
untuk kegiatan penelitian selain PNBP dari begitu pula sistem daring untuk pelaporan
universitas yang mencapai Rp 300-400 dan verifikasi. Hal ini tidak hanya akan
miliar.9 Walaupun aturan ini sudah berlaku mempermudah proses administrasi bagi
selama beberapa waktu, realisasi dana ini para akademisi, tetapi juga untuk sistem
dalam membangun penelitian di universitas administrasi pemerintah.
belum efektif.
Skema Publikasi dan Riset untuk Kebijakan
Sistem Kredit ‘Kum’ • Ada beberapa keluaran yang dapat
• Sistem kredit nasional yang mengutamakan dihasilkan dari suatu penelitian: laporan
angka kredit kumulatif, atau jamak disebut penelitian, artikel akademik (kertas kerja,
‘kum’, yang telah diterapkan sejak 199910 artikel jurnal, makalah seminar, bab dalam
adalah faktor struktural yang menentukan buku), artikel populer (dalam majalah, koran),
kemajuan karier seseorang di universitas. liputan berita (wawancara, profil, berita), dan
Sistem kredit adalah alat penilaian makalah kebijakan (makalah pembekalan,
akademik. Sistem penggajian terkait erat risalah kebijakan). Jika strategi yang tepat
dengan sistem kredit ini, yang sayangnya diterapkan, target keluaran penelitian dapat
tidak dapat mendorong pencapaian hasil dicapai dan penelitian dapat memberikan
penelitian yang berkualitas. Sebagai contoh, dampak. Namun demikian, tidak banyak
besarnya angka kredit yang diberikan peneliti mampu menerapkan strategi ini,
kepada penerbitan artikel di jurnal nasional atau lebih tepatnya, tidak banyak proyek
dan internasional tidak sesuai dengan riset yang didesain dengan pendekatan
sulitnya upaya yang dikerahkan untuk yang strategis untuk menciptakan dampak.
• Skema sertifikasi dosen (mulai berlaku 2008)
9 Kompas, 16 Desember 2014; JPNN, 9 Desember mencakup insentif finansial untuk publikasi
2014. akademik di jurnal terakreditasi, selain
10 Dasar hukum untuk sistem ini adalah Keputusan kegiatan pengajaran dan penelitian. Hal ini
Bersama Kementerian antara Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian
bermanfaat untuk mendorong penelitian
Negara Nomor 61409/MPK/KP/99 dan Nomor yang berkualitas, tapi hasilnya tidak sebesar
181/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan yang diharapkan. Argumentasi ini akan
Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Dasar ini
dieksplorasi dalam studi diagnostik KSI
telah diperbaharui oleh Permendikbud Nomor 92 2014
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Nilai yang akan datang pada pertengahan 2016.
Kredit untuk Jabatan Fungsional Dosen.

16
• Skema publikasi universitas secara dalam proses intelektual (membaca,
keseluruhan perlu ditinjau ulang. Hampir berefleksi, berpikir, dll.). Perlu dipikirkan
semua departemen dan fakultas mengelola cara agar riset dapat memengaruhi pembuat
jurnal. Akibatnya, universitas di Indonesia kebijakan dan proses pembuatan kebijakan.
mempunyai jumlah jurnal internal tertinggi. • Ada kebutuhan mendesak untuk
Walaupun dipandang sebagai cara yang mendekatkan riset pada proses pembuatan
bagus untuk meningkatkan publikasi ilmiah kebijakan. Proses pembuatan kebijakan perlu
dalam hal kuantitas (dan angka kum), hal didukung oleh data dan bukti; sementara
tersebut tidak cukup mampu meningkatkan agenda riset perlu diberi masukan oleh
jumlah publikasi di jurnal internasional peer- kebutuhan kebijakan. Memang tidak mudah
reviewed. Sistem kum memberi bobot lebih (atau praktis) bagi pembuat kebijakan
banyak kepada publikasi di jurnal nasional untuk mendekati komunitas peneliti secara
dibanding jurnal internasional, sehingga langsung, mungkin lebih praktis jika
akademisi dan peneliti lebih memilih komunitas penelitilah yang melibatkan diri
menerbitkan artikel di jurnal nasional yang dalam proses kebijakan.
dikelola oleh universitasnya sendiri atau
bahkan oleh departemen atau fakultas Manajemen Riset
mereka sendiri karena lebih mudah. Dalam • Isu lain yang digarisbawahi oleh kelompok
jangka panjang, pendekatan ini tidak akan konsultatif adalah manajemen riset. Pada
bermanfaat jika peneliti Indonesia harus tingkatan operasional, dibutuhkan staf yang
bersaing dengan peneliti dari negara lain berdedikasi untuk mengelola pelaksanaan
di tingkat internasional. Ini adalah saat riset, khususnya untuk mengelola agenda
yang tepat untuk memikirkan indikator dan penelitian, alokasi sumber daya (staf peneliti,
angka kredit yang sesuai untuk penilaian pendanaan, jaringan, dll.), menyiapkan
kenaikan jabatan: untuk mendekatkan riset aspek teknis administrasi penelitian
pada proses kebijakan, sebaiknya bukan (formulir, pelaporan), menghubungi donor
hanya publikasi di jurnal internasional peer- potensial/sponsor untuk mendapat dana
reviewed yang diberi angka kredit, tapi juga penelitian, dan menjamin kualitas proses
hasilnya yang relevan dengan kebijakan, dan hasil penelitian. Tugas-tugas tersebut
misalnya kertas kebijakan. harus dikelola bukan hanya secara efektif,
• Ada dua masalah terkait penginformasian tetapi juga strategis. Kuncinya adalah
kebijakan. Pertama, kebutuhan dari sisi menjamin pusat studi mempunyai kapasitas
kebijakan tidak dikomunikasikan dengan penelitian untuk menarik manfaat dari setiap
baik kepada komunitas peneliti –atau jika kesempatan penelitian.
dikomunikasikan, komunitas peneliti tidak • Pengelolaan dimensi kapasitas penelitian
menerima informasi tersebut dengan baik. versus kesempatan penelitian mungkin
Akibatnya, jarang sekali hasil penelitian analogi yang tepat untuk menggambarkan
digunakan secara efektif untuk membantu pengelolaan dimensi ‘penawaran’ versus
pembuatan keputusan atau kebijakan. ‘permintaan’ dalam sektor pengetahuan.
Kedua, dan mungkin yang paling mendasar, Penguatan kapasitas organisasional dalam
pembuatan kebijakan didominasi oleh ranah pengelolaan penelitian mungkin aspek
politik, sementara penelitian berada pada yang paling strategis dalam mendekatkan
ranah intelektual. Kedua ranah tersebut sisi penawaran kepada sisi permintaan
saling berjauhan bahkan terpisah. Hal ini (dan bukan sebaliknya). Hal ini di luar apa
bukan berarti dunia politik tidak intelek atau yang umumnya dipahami: mengelola riset
sebaliknya, tapi bahwa kebijakan sering secara profesional adalah suatu keharusan
kali diputuskan secara politis (melalui lobi, jika kita ingin menghasilkan penelitian yang
negosiasi, dll.), sementara riset bekerja berkualitas.

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 17


4 Kesimpulan dan Langkah
ke Depan

I
su-isu yang diidentifikasi dalam makalah ini membantu
kita memahami beberapa kendala mendasar
pelaksanaan kegiatan penelitian di universitas pada
tiga tingkatan: 1) sistem dan struktur (undang-undang,
kerangka regulasi, dll. – yang berada di ranah negara),
2) modalitas (skema interpretasi, fasilitas, dll. – yang
berada di ruang lingkup universitas dan pusat studi), dan
3) tingkatan individu (pengembangan kapasitas, interaksi
dan jaringan – yang berada pada tingkat personal).
Semua studi yang ditinjau di atas serta konsultasi dengan
kelompok kerja telah membantu memberikan gambaran
untuk memahami dinamika penelitian universitas di
Indonesia dan mengidentifikasi beberapa cara untuk
mengatasi persoalan. Kesimpulan penelaahan ini
dirangkum dalam sembilan poin kunci berikut:
1. Walaupun dikotomi antara penelitian dan pengajaran
di universitas telah banyak diketahui, regulasi
pemerintah tentang staf tetap akademik di universitas
tidak mendorong peningkatan kegiatan penelitian.
Profesor pengajar memperoleh penerimaan sosial
dan legitimasi, sedangkan profesor peneliti tidak.
Hal ini berdampak langsung pada tingkat universitas:
dosen mempunyai beban mengajar yang tinggi
dan kehilangan kesempatan melakukan penelitian
karena kontrak penelitian cenderung mengakibatkan
berkurangnya waktu pengajaran dan bahkan,
kehadiran di kampus. Hal ini mengurangi kesempatan
untuk kenaikan jabatan.
2. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
yang baru mengalami perombakan (Kemenristekdikti
– menggabungkan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ke Kementerian Riset dan Teknologi) bertujuan, salah
satunya, untuk memfasilitasi produksi penelitian.

18
Tujuan utamanya adalah meningkatkan dapat meningkatkan kapasitasnya dengan
hasil penelitian di Indonesia, tetapi cara yang lebih terjangkau (karena tidak
tampaknya lebih berfokus pada sains dan memerlukan biaya perjalanan ke Jakarta),
pengembangan teknologi. Barangkali dan memberikan harapan terjadinya
masih terlalu awal untuk menilai hasil dari peningkatan kinerja penelitian. Ada
kementerian baru ini, tetapi aspek yang perlu keinginan untuk menghapuskan dikotomi
dipikirkan adalah bagaimana kementerian antara universitas negeri dan swasta –
ini dapat mendorong penggunaan hasil lebih dari 80% universitas yang ada di
penelitian dalam proses kebijakan. Indonesia adalah universitas swasta.11
3. RPJMN 2015-2019 (disahkan dengan Kebanyakan universitas swasta dipandang
Keputusan Presiden Nomor 2/2015) sebagai ‘kelas dua’ oleh masyarakat. Hal
menyatakan bahwa keberhasilan ini telah menimbulkan diskriminasi terhadap
pembangunan di Indonesia tergantung pada universitas swasta antara lain dalam
kemampuan negara dalam memperkuat hal pendanaan, fasilitas, staf akademik,
keunggulan kompetitif, khususnya sumber dan kesempatan untuk pengembangan.
daya manusia yang berkualitas dan Pemerintah telah menyadari masalah
teknologi sains yang mumpuni. Namun tersebut dan baru-baru ini mengambil
demikian, tidak ada strategi atau peta jalan langkah perbaikan, terutama untuk
yang jelas untuk menjalankan gagasan ini menjamin pemerataan bantuan kepada
dalam meningkatkan kualitas sumber daya institusi pendidikan tinggi swasta.
manusia untuk kegiatan penelitian. 6. Temuan Sherlock (2010) memberikan
4. UU Nomor 20/2003 tentang Sistem gambaran tentang perubahan status
Pendidikan Nasional memberikan informasi beberapa universitas negeri. Perubahan
yang rinci mengenai pengajaran dan status ini belum membawa dampak
pendidikan. UU ini memberikan perhatian terhadap lingkungan kinerja penelitian.
yang lebih sedikit pada kegiatan riset. Status baru PTN-BH memberikan otonomi
Sebagai contoh, menyebutkan bahwa yang besar kepada universitas dalam hal
perguruan tinggi dilaksanakan dalam sistem pengelolaan, yaitu unversitas dibolehkan
yang terbuka, dan bahwa universitas harus menarik dana dari sumber lain selain dari
menyelenggarakan kegiatan pengajaran, pemerintah. Tujuh universitas terkemuka
penelitian, dan pengabdian masyarakat. telah diberi status ini, sementara empat lain
Tetapi, prioritas dari ketiga kegiatan masih dalam proses. Walaupun dampak
tersebut tetap pada kegiatan pengajaran. dari perubahan status ini masih belum bisa
UU juga membolehkan universitas untuk diketahui, sejumlah pihak menilai status
menarik dana dari berbagai sumber PTN-BH memberikan kesempatan kepada
selama bisa menjaga akuntabilitas dalam universitas untuk meningkatkan pendapatan
hal pengelolaannya. Hal ini memberikan dari sumbangan pembinaan pendidikan
kesempatan kepada universitas untuk mahasiswa. Tetapi, masih memberikan
mengatasi masalah keterbatasan dana perhatian yang kecil terhadap kualitas
dan peningkatan kualitas pendidikan. pengajaran atau terhadap kesempatan
Sayangnya, kesempatan ini masih sedikit untuk meningkatkan kegiatan penelitian.
dimanfaatkan. 7. Aspek lain yang perlu dipertimbangkan
5. UU yang sama menyebutkan bahwa adalah pengadaan jasa penelitian
universitas swasta juga dapat – atas
nama pemerintah – bertindak sebagai 11 Universitas negeri di Indonesia berjumlah 73.
mentor bagi universitas di daerah terpencil. Sedangkan universitas swasta ada 453. Jumlah ini
tidak termasuk akademi atau jenis perguruan tinggi
Dengan demikian, universitas di daerah lain. Sumber: forlap.dikti.go.id/perguruantinggi/
homegraphpt.

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 19


pemerintah. Praktik belakangan ini berfokus pada isu-isu yang mempunyai
menunjukkan bahwa pemerintah biasanya dampak sosial tinggi.14 Kesadaran
mengontrak jasa penelitian dari individu- masyarakat juga harus ditumbuhkan.
individu bukan dari lembaga riset. Beberapa Bahwa kebijakan yang baik hanya dapat
universitas telah mendirikan unit kerja dibuat berdasarkan proses pembuatan
khusus untuk mengelola kemitraan langsung kebijakan yang didasarkan pada data
dengan pemerintah. Namun apakah praktik berkualitas, informasi, dan penelitian. Di
ini berkontribusi secara positif terhadap sini, kemauan politik pemerintah untuk
kinerja penelitian universitas, atau terhadap menjamin kebijakan berbasis bukti menjadi
efektivitas riset untuk kebijakan, masih kunci utama.
menjadi pertanyaan. Masalah utama
tampaknya adalah keterbatasan dana Jalan ke Depan
dan legislasi yang membatasi pengadaan Kebutuhan studi diagnostik tentang
penelitian oleh pemerintah, baik dalam hal hambatan penelitian universitas di Indonesia
durasi riset maupun lokasi peneliti. Hal ini mutlak diperlukan. Studi diagnostik bukan
membutuhkan investigasi lebih lanjut. saja harus membahas persoalan konseptual
8. Dalam hal modalitas, prospek untuk dan filosofis, tetapi yang lebih penting adalah
mendorong penelitian universitas melalui menawarkan intervensi untuk mengatasi
regulasi pemerintah dan dukungan swasta permasalahan. Oleh karena itu, studi diagnostik
tidak sejalan dengan realitas. Anggaran harus membantu mitra KSI untuk meningkatkan
penelitian masih berkisar antara 0,09% kegiatan penelitian di universitasnya masing-
dari PDB (idealnya berkisar 1%), dan 74% masing.
dari jumlah itu berasal dari pemerintah.12 Studi diagnostik harus fokus terhadap isu-
Pemerintah (misalnya Kementerian isu berikut:
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) 1) Kesesuaian
mengakui bahwa pengelolaan dan tata 2) Pendanaan penelitian
kelola universitas di Indonesia masih jauh 3) Agenda/prioritas riset
di bawah negara lain, khususnya dalam 4) Sumber daya manusia untuk riset dan
hal pengelolaan finansial.13 Hal ini akan ‘karier’ penelitian
berakibat pada rendahnya kemampuan 5) Remunerasi peneliti dan sistem insentif
universitas dalam mengelola penelitian 6) Sistem kredit ‘kum’
secara efektif. 7) Skema publikasi dan riset untuk
9. Banyak upaya yang harus dilakukan agar kebijakan
riset untuk kebijakan dapat dilakukan. 8) Manajemen riset
Temuan penelitian (baik pusat studi Setiap isu harus diselidiki pada tiga level
pemerintah maupun nonpemerintah) sangat hambatan/pendorong: 1) struktural/sistemik
jarang digunakan oleh pemerintah dalam (misalnya kebijakan negara/pemerintah,
proses pembuatan kebijakan. Hal ini struktur penelitian dan pendanaan, dukungan
disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memperdalam bidang penelitian, dll.);
pemerintah melihat pentingnya manfaat 2) tingkat modalitas (misalnya aturan dan
penelitian untuk membantu proses peraturan universitas, fasilitas, pengelolaan
pembuatan kebijakan, dan gagalnya riset, fasilitasi untuk ruang penelitian, dll.);
komunitas peneliti berinteraksi dengan dan 3) pada tingkat individu (misalnya kinerja
pemerintah. Alasan yang sering dikemuka- penelitian yang sedang dikerjakan, kualifikasi,
kan pemerintah adalah penelitian tidak kapasitas, jaringan, dll.).
Ada dua poin yang perlu dipertimbangkan:
12 Kompas, 9 Januari 2015.
13 Jawa Pos, 21 Januari 2015. 14 Kompas, 23 Januari 2015.

20
1. Hibah kompetitif adalah bentuk pendanaan Ekonomi Kreatif). Untuk mencapai hal ini,
penting yang memungkinkan peneliti Indonesia harus memberikan perhatian
akademik mengejar agenda intelektualnya. lebih banyak kepada kegiatan penelitian:
Oleh karena itu, kemampuan akademisi Indonesia tidak dapat melepaskan diri
untuk mencari pendanaan adalah sebuah dari persaingan dalam bidang penelitian
keharusan dalam dunia akademik. dengan negara-negara tetangga. Tidak ada
Ekspektasi akademisi untuk mendapatkan jalan lain untuk meningkatkan daya saing
dana riset dari universitas, atau setidaknya nasional pada tingkat global selain dengan
universitas mengupayakan dana penelitian mengembangkan penelitian. Dibutuhkan
untuk mereka, semakin meningkat. Hal ini waktu yang panjang untuk membangun
dapat meningkatkan riset yang berkualitas sumber daya manusia yang berkualitas dan
dan memberikan dampak nyata pada berdaya saing, infrastruktur, dan lembaga
masyarakat, dan juga menghasilkan pengembangan sains dan teknologi. Studi
publikasi di jurnal internasional diagnostik perlu mengkaji peraturan,
terkemuka. Studi diagnostik harus dapat regulasi, dan pengaturan kelembagaan
mengidentifikasi pengembangan kapasitas yang mencerminkan upaya ini.
yang diperlukan peneliti dan pusat studi. Makalah ini merangkum data dan
Pengembangan kapasitas ini meliputi perspektif dari universitas mitra KSI. Kami
meningkatkan pemahaman peneliti melakukan kajian literatur untuk meninjau
terhadap peran hibah penelitian dalam studi-studi diagnostik yang telah dilakukan dan
karier akademik mereka, mengenalkan mengeksplorasi temuan dari studi yang sedang
mereka pada kesempatan-kesempatan berjalan. Temuan-temuan ini menjadi bahan
yang tersedia, dan membangun kapasitas diskusi antara KSI dengan universitas mitra.
pusat studi untuk memberikan pelayanan Makalah ini dan konsultasi dengan mitra KSI
pendukung yang berkualitas. membawa pada pengembangan studi yang
2. Studi diagnostik harus menyadari bahwa lebih mendalam yang dilakukan oleh empat
riset sangat terkait erat dengan sistem universitas mitra KSI. Studi tersebut masih
inovasi. Pemerintah telah berkomitmen berjalan dan laporan penelitiannya diharapkan
bahwa ekonomi berbasis pengetahuan dapat selesai pada 2016. Kami yakin bahwa
akan menjadi salah satu jalan bagi studi tersebut akan turut mendorong kebijakan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berbasis bukti di Indonesia, khususnya dalam
(misalnya dengan dibentuknya Badan menarik manfaat dari sektor pengetahuan.

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 21


Daftar Pustaka
Brodjonegoro, Satryo Soemantri and Greene, Michael P., 2012, Creating an Indonesian
Science Fund, Indonesian Academy of Sciences, World Bank and AusAID, Jakarta
Gibbons, Michael, Limoges, Camille, Nowotny, Helga, Schwartzman, Simon, Scott,
Peter and Trow, Martin, 1994, The new production of knowledge: the dynamics of
science and research in contemporary societies, Sage Publication, London
Government of Indonesia, Ministry of Education and Civil Service Agency, Joint Decree
No. 61409/MPK/KP/99 and No. 181 in 1999 on Guidelines on Lecturer Functional
Post and Credit System
Government of Indonesia, Ministry of Research and Higher Education, Koordinasi
Perguruan Tinggi Swasta Wilayah XII, Kumpulan Info Penting untuk Dosen
(http://www.kopertis12.or.id/2010/08/02/kumpulan-info-penting-untuk-dosen.
html#sthash.6XT7AipZ.dpuf)
Government of Indonesia, Ministry of State Apparatus and Bureaucracy Reform,
Regulation No. 17/2013 on Lecturer Functional Post and Credit System
Iding, Chaidir, 2015, Response to Evaluation of the National Research Agenda (ARN).
Presentation at KSI’s Knowledge Sharing Session, 27 January 2015, Jakarta
Jawa Pos, Hanya 3 PTN Berkualitas Internasional, 21 January 2015
Karetji, Petrarca, 2010, Overview of the Indonesian Knowledge Sector. AusAID, Jakarta
(http://dfat.gov.au/about-us/publications/Documents/indo-ks8-overview.pdf)
Knowledge Sector Initiative, Meeting Notes 1st FGD on University Barriers to Research,
15 December 2014
Knowledge Sector Initiative, Meeting Notes 2nd FGD on University Barriers to Research,
12 January 2015
Knowledge Sector Initiative, Meeting Notes 3rd FGD on University Barriers to Research,
25 February 2015
Kompas, Anggaran Riset Inovatif Ditingkatkan, 16 December 2014
Kompas, Asa di Pendidikan Tinggi, 17 December 2014
Kompas, Pemerintah Gandeng Swasta untuk Riset, 9 January 2015
Kompas, Hasil Riset Kerap Diabaikan Pemerintah, 23 January 2015
Kompas, Menyikapi Keterbatasan Dana Riset, 23 January 2015
Luukkonen, T. and Nedeva, M., 2010, ‘Towards Understanding Integration in Research
and Research Policy’, Research Policy, 39, 674-686.

22
McCarthy, John and Ibrahim, Rustam, 2010, Review of Social Science Capacity
BuildingSupport to Indonesia’s Knowledge Sector, AusAID, Jakarta (http://dfat.gov.au/
about-us/publications/Documents/indo-ks9-socialscience.pdf)
Nielsen, Greta, 2010, Comparative Experiences of Middle Income Countries, AusAID,
Jakarta (http://dfat.gov.au/about-us/publications/Documents/indo-ks10-comparative-
experience.pdf)
SCImago, 2007, SJR — SCImago Journal & Country Rank, 24 December 2010 (http://www.
scimagojr.com)
Sherlock, Stephen, 2010, Knowledge for Policy: Regulatory Obstacles to the Growth
of A Knowledge Market in Indonesia, AusAID, Jakarta (http://dfat.gov.au/about-us/
publications/Documents/indo-ks13-knowledge-to-govt.pdf)
Suryadarma, D., Pomeroy, J. and Tanuwidjaja, S, 2011, Economic Factors Underpinning
Constraints in Indonesia’s Knowledge Sector, AusAID, Jakarta (http://dfat.gov.au/about-
us/publications/Documents/indo-ks2-economic-incentives.pdf)

Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas 23


Yanuar Nugroho
Yanuar Nugroho adalah seorang akademisi, peneliti, dan profesional yang bekerja di bidang
perencanaan dan pembangunan. Ia ditunjuk menjadi Deputi II Kepala Staf Kepresidenan yang
berfokus pada Pengelolaan dan Kajian Program Prioritas. Sejak 2004, ia menjadi seorang
Research Fellow di Manchester Institute of Innovation Research, Universitas Manchester, Inggris.
Ia juga anggota dari kelompok penelitian tentang inovasi, pembangunan, dan keberlanjutan,
serta anggota inti dari Centre for Development Informatics. Pada 2007, ia memperoleh
gelar PhD di bidang Inovasi Teknologi dan Perubahan Sosial. Yanuar memegang Hallsworth
Fellowship dalam bidang Politik dan Ekonomi Inovasi & Perubahan Sosial  (2010-2012) di
Universitas Manchester, dan dinobatkan sebagai salah satu ‘Akademisi Terbaik 2009’ oleh
Sekolah Bisnis Manchester. Ia memperoleh gelar Sarjana Teknik Industri di Institut Teknologi
Bandung, Indonesia, dan menerima British Council Chevening Award untuk memperoleh gelar
MSc (dengan Distinction) di bidang Rekayasa Sistem Informasi di Institut Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Universitas Manchester (2000-2001).  Sebelum melanjutkan studi doktoralnya,
Yanuar aktif di LSM di Indonesia dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas di Indonesia.
Pada 2012, ia menjadi penasihat khusus untuk Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4). Ia secara rutin menjadi kontributor untuk surat kabar
besar di Indonesia, seperti The Jakarta Post, Kompas, Media Indonesia, dan Suara Pembaruan.

Budiati Prasetiamartati
Budiati Prasetiamartati adalah Program Lead di KSI. Ia mengelola kelompok kerja bidang
penelitian dan pendidikan tinggi. Sebelumnya, ia adalah manajer program di Unit Tata Kelola
Pemerintahan Demokratis dan Pengentasan Kemiskinan (Democratic Governance and Poverty
Reduction Unit) di United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, yang bertugas
mengawasi program-program di bidang tata kelola pemerintahan daerah, pengembangan
kapasitas, dan kerangka regulasi desentralisasi. Ia memperoleh gelar doktor di bidang
Pengelolaan Pesisir dan Sumber Daya Kelautan dari Institut Pertanian Bogor pada 2007. Ia
meraih gelar sarjana dari jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung,
dan gelar master dari Institute of Social Studies di Belanda.

Siti Ruhanawati
Siti Ruhanawati adalah Program Officer di KSI, yang mengelola subkelompok kerja di bidang
penelitian dan pendidikan tinggi, terutama dalam mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
penelitian di universitas. Sebelum bergabung dengan KSI, ia adalah lead researcher di Mercy
Corps Indonesia. Bersama PRSF-GRM dan PSF-Bank Dunia, ia membuat penelitian mengenai
organisasi kemasyarakatan dan isu-isu gender. Ia juga bekerja dalam program perdamaian di
Aceh untuk United Nations Development Programme (UNDP) dan The International Organization
for Migration (IOM). Ia meraih gelar master pada 2007 dari Asian Institute of Management,
Filipina, dan memperoleh gelar sarjana dari jurusan Manajemen, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

24
Knowledge Sector Initiative (KSI) merupakan komitmen bersama pemerintah Indonesia dan Australia
yang bertujuan meningkatkan taraf kehidupan rakyat Indonesia melalui penerapan kebijakan publik
yang lebih berkualitas yang menggunakan penelitian, analisis, dan bukti secara lebih baik.
KSI adalah konsorsium yang dipimpin oleh RTI International dan bermitra dengan Australian National
University (ANU), Nossal Institute for Global Health, serta Overseas Development Institute (ODI).

Anda mungkin juga menyukai