Mengatasi Hambatan
Penelitian di Universitas
WORKING PAPER 8
Mengatasi Hambatan
Penelitian di Universitas
Oleh:
Yanuar Nugroho, Budiati Prasetiamartati dan Siti Ruhanawati
Maret 2016
Mengatasi Hambatan Penelitian di Universitas
ii
Pesan Kunci
• Penelitian sangat penting untuk membangun ekonomi berbasis pengetahuan.
Pada abad 21, ekonomi berbasis pengetahuan adalah jalan menuju ekonomi yang kompetitif.
Sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN),
keberhasilan pembangunan jangka panjang di Indonesia tergantung pada kemampuan
Indonesia memperkuat keunggulan kompetitifnya. Hal tersebut ditentukan oleh terpenuhinya
sejumlah hal mendasar, yaitu pekerja terampil, daya inovasi, riset yang independen, dan iklim
investasi yang kuat. Agar berkembang dengan efektif, semua hal tersebut membutuhkan
fondasi penelitian nasional yang kokoh.
• Pendanaan penelitian di Indonesia sangat kurang memadai.
Indonesia tidak memiliki infrastruktur pendanaan untuk pengembangan sains dan teknologi.
Pendanaan sangat rendah, hanya sebesar 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini
lebih rendah dibandingkan dana yang dikucurkan oleh negara-negara berkembang pesat lain
untuk hal serupa, yang berkisar 1% sampai 3%. Kapasitas sumber daya manusia Indonesia
untuk melakukan penelitian pun masih lemah. Selain itu, universitas lebih mengutamakan
kegiatan pengajaran dibanding penelitian. Pada tingkat individu, kualitas penelitian sangat
rendah dan publikasi masih terbatas.
• Lingkungan universitas menghambat pengembangan penelitian.
Kegiatan penelitian kurang mendapatkan penghargaan di lingkungan universitas. Sebaliknya,
pengajaran lebih diutamakan dan dihargai. Hubungan antara universitas dan kegiatan
penelitian dengan sektor publik dan industri sangat lemah. Universitas memelihara struktur
monodisiplin, padahal isu-isu dan permasalahan yang dihadapi oleh pengambil kebijakan
bersifat multidisiplin. Universitas juga tidak mendorong dan memberi insentif untuk publikasi
di jurnal peer-reviewed. Selain itu, kelemahan struktural terdapat pada regulasi dari birokrasi
yang mengatur penelitian.
• Peraturan pengadaan barang dan jasa membatasi partisipasi universitas dalam penelitian yang
disponsori pemerintah.
Interaksi antara pembuat kebijakan dengan komunitas peneliti sangat terbatas, sehingga
mereka tidak bisa mengutarakan isu-isu yang menjadi kebutuhan dan kepedulian masing-
masing pihak. Kolaborasi antar lembaga pemerintah dalam membahas kebutuhan riset sangat
rendah. Selain itu, agenda penelitian yang diajukan oleh pemerintah setiap tahun tak begitu
dipakai sebagai rujukan.
• Sejumlah penelitian sedang dilakukan untuk mengidentifikasi cara untuk mengatasi hambatan-
hambatan di atas dan untuk meningkatkan daya saing Indonesia.
Knowledge Sector Initiative (KSI) mendanai dua studi mengenai hambatan penelitian di
universitas. Sementara Universitas Indonesia, berkolaborasi dengan Centre for Inovation, Policy,
and Governance (CIPG) melakukan studi tentang lingkungan universitas yang mendukung
pengembangan penelitian. Tujuan utama dari studi-studi tersebut adalah mengidentifikasi
alternatif intervensi untuk membangun fondasi riset yang kokoh dan mendukung ekonomi yang
kompetitif.
1. Pengantar........................................................................................................ 1
2. Kajian Literatur................................................................................................ 6
Daftar Pustaka...................................................................................................... 22
iv
Ringkasan Eksekutif
M
akalah ini membahas isu peningkatan kualitas dan
kapasitas penelitian di Indonesia. Secara khusus,
makalah ini meneliti penyebab rendahnya kualitas riset
universitas di Indonesia, yang berada di bawah negara-
negara lain, seperti Bangladesh, Nigeria, Thailand, Malaysia, dan
Singapura (Suryadarma et.al, 2011). Kajian mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi kinerja penelitian di Indonesia sangat sedikit,
tetapi dari studi-studi yang sudah dilakukan dapat dirumuskan
rekomendasi sebagai berikut:
• Indonesia perlu meningkatkan anggaran untuk kegiatan
penelitian dan pengembangan;
• Pengambil kebijakan di Indonesia tak berlebihan dalam
mengatur sektor pengetahuan; dan
• Kepemimpinan di tingkat pucuk sangat penting.
Ihwal anggaran penelitian, sebuah studi yang membandingkan
anggaran penelitian di lima negara berpenghasilan menengah
(Brazil, Meksiko, Filipina, Singapura, dan Malaysia) menyimpulkan
bahwa Indonesia harus memperbesar pengeluaran di bidang
penelitian dan pengembangan dari 0,08% menjadi 1% dari PDB.
Studi yang dilakukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)
vi
agar mencapai keseimbangan; pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapainya,
• Pendanaan penelitian – walaupun Indonesia harus memberikan perhatian yang
penelitian dianggap penting, pendanaan lebih pada bidang penelitian agar lebih kompetitif
riset masih sangat terbatas karena dibanding negara-negara tetangga. Hal ini
masih dianggap sebagai beban investasi hanya dapat dicapai melalui pengembangan
ekonomi; penelitian yang sesuai dan berkelanjutan.
• Agenda riset – Dewan Riset Nasional Kajian diagnostik tersebut bertujuan untuk
(DRN) telah menerbitkan Agenda Riset memberikan sumbangan dalam mengatasi
Nasional (ARN). Agenda ini menjadi tantangan dalam pelaksanaan penelitian di
rujukan penelitian yang mendukung proses universitas, dan meningkatkan kepedulian
kebijakan, namun kurang mendapatkan universitas dan pemerintah terhadap proses
perhatian yang serius. Alternatif lain harus tersebut melalui kepemimpinan yang efektif.
dieksplorasi demi menciptakan agenda
sains yang dapat digunakan;
• Karier meneliti – ketidakjelasan jenjang
karier untuk peneliti menjadi salah satu
masalah utama rendahnya minat berkarier
dalam bidang penelitian. Minat untuk
berkarier akan tumbuh jika peneliti tidak
dipandang sebagai ‘kelas dua’; dan
• Sistem remunerasi dan insentif peneliti –
gaji untuk peneliti cenderung lebih kecil
dibanding gaji di sektor lain. Umumnya,
motivasi utama untuk menjadi seorang
akademisi di Indonesia adalah untuk
mendapatkan nama dan kebebasan
melakukan pekerjaan sampingan.
Walaupun dibutuhkan waktu tahunan untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing sumber
daya manusia, infrastruktur, dan lembaga
pengembangan sains dan teknologi, ada banyak
hal yang bisa dicapai untuk memperbaiki sektor
pengetahuan melalui kajian diagnostik terhadap
peraturan dan regulasi, serta pengaturan
kelembagaan.
Terakhir, perlu kita catat bahwa penelitian
sangat terkait erat dengan inovasi. Pemerintah
Indonesia mempunyai komitmen terhadap
ekonomi berbasis pengetahuan yang akan
membawa negara ini menuju pembangunan dan
viii
Pengantar 1
S
ebagai sebuah negara berpendapatan menengah
yang baru muncul (emerging middle-income country),
tantangan Indonesia untuk meningkatkan daya
saing semakin meningkat. Kebijakan pembangunan
harus diarahkan untuk menggali potensi-potensi yang dapat
membawa hasil pembangunan yang berkualitas. Kendati ada
pertanyaan menyangkut efektivitasnya, menginformasikan
kebijakan melalui riset merupakan salah satu pendekatan
lazim. Penelitian dipandang sebagai upaya strategis dalam
memengaruhi dan memperbaiki kebijakan. Istilah “kebijakan
berbasis bukti” (evidence-based policy) berpijak pada
gagasan bahwa penelitian (yang menghasilkan bukti) adalah
dasar dari sebuah kebijakan yang baik.
Tantangan untuk membangun kapasitas penelitian yang
dapat menjadi pendukung proses formulasi dan implementasi
kebijakan dihadapi oleh negara mana pun, tidak terkecuali
Indonesia. Salah satu strategi untuk mengatasi tantangan
tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas penelitian di
universitas di Indonesia. Walaupun upaya untuk mendorong,
meningkatkan, dan memfasilitasi kegiatan penelitian sudah
dilakukan, prestasi penelitian masih rendah. Kinerja hasil
penelitian biasanya diukur dengan jumlah publikasi ilmiah
internasional dan paten. Menurut SCImago Journal and
Country Rank1, selama kurun waktu 1996-2008, Indonesia
menghasilkan publikasi ilmiah sebanyak 9.194 dokumen,
menempatkan produktivitas ilmiahnya di bawah Bangladesh,
Kenya, Lithuania, dan Nigeria, dan jauh di bawah negara-
negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia dan
Singapura (lihat Gambar 1). Selain itu, Social Sciences
60
53
50
Persentase
40
30 27 28
25
21
20 15
12
10
0
ia
na
nd
il
in
di
si
az
s
Ci
la
ne
ay
In
lip
Br
ai
al
do
Fi
Th
M
In
Citation Index (SSCI) menunjukkan bahwa Salah satu indikator kegunaan penelitian
publikasi hasil penelitian yang diajukan oleh adalah paten. Dalam hal paten, jumlah yang
peneliti Indonesia ke jurnal internasional yang didaftarkan oleh peneliti Indonesia di United
peer-reviewed hanya 12%, setengah dari States Patent and Trademark Office (USPTO)
jumlah publikasi penelitian dari Thailand dan pada 2008 berada di bawah Singapura,
Malaysia.2 Malaysia, Thailand dan Filipina. Sementara itu,
7000
6,039
6000
5000
4000
2,834
2,485 2,631
3000 2,148
1,740 1,761 Nasional
1,647
2000 1,349
Asing
0
0
01
02
03
04
05
06
07
08
00
20
20
20
20
20
20
20
20
-2
92
19
2 Sumber: D.,
Suryadarma, Direktorat
Pomeroy, Paten Direktorat
J. and Jenderal
Tanuwidjaja, S., Hak Cipta Intelektual Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Factors
Economic Manusia, 2010
Underpinning Constraints in
Indonesia’s Knowledge Sector, AusAID Knowledge
Sector Diagnostic, 2011. Artikel SSCI dipublikasikan
2 di 2.474 jurnalD.,
Suryadarma, ilmu sosial lintas
Pomeroy, 50Tanuwidjaja,
J. and disiplin ilmu.S., SSCI dimiliki oleh Thomson Reuters. Untuk
SSCI dimiliki oleh Thomson Reuters.
Economic Factors Underpinning Constraints Untuk in informasi lebih lanjut, lihat: http://thomsonreuters.
informasi lebih lanjut, lihat: http://thomsonreuters.
Indonesia’s Knowledge Sector, AusAID Knowledge com/en/products-services/scholarly-scientific-
com/products_services/science/science_products/
Sector Diagnostic, 2011. Artikel SSCI dipublikasikan research/scholarly-search-and-discovery/social-
az/social_sciences_citation_index/.
di 2.474 jurnal ilmu sosial lintas 50 disiplin ilmu. sciences-citation-index.html
2
Tabel 1: Jumlah Paten yang Diterbitkan oleh Kantor U.S Patent and Trademark (Tahun Terpilih)
Malaysia 11 47 168
Thailand 2 30 40
Indonesia 9 14 19
Filipina 7 12 22
Vietnam 0 0 0
jumlah paten yang terdaftar di Indonesia antara alokasi dana penelitian universitas yang
tahun 1992 dan 2008 didominasi oleh paten dikucurkan oleh pemerintah Indonesia
luar negeri. Hal-hal tersebut menggambarkan mencapai Rp 1,7 triliun (US$ 131 juta). Dana
kualitas penelitian dan pengembangan serta itu untuk menumbuhkan penelitian inovatif
sumber daya manusia di Indonesia yang masih dalam bidang sains (khususnya dalam bidang
rendah. Bahkan, tabel 1 menunjukkan bahwa ilmu alam dan, dalam batas tertentu, ilmu
rendahnya jumlah paten yang diterbitkan di sosial). Dana ini berasal dari dana Bantuan
Indonesia tidak bertambah signifikan dari waktu Operasional Perguruan Tinggi Negara
ke waktu dibandingkan dengan negara-negara (BOPTN) dan Penerimaan Negara Bukan
lain di kawasan yang sama (Brodjonegoro dan Pajak (PNBP).3 Dengan digabungkannya
Greene, 2012). pendidikan tinggi (sebelumnya berada di bawah
Mengingat pentingnya peran universitas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
dalam membangun kapasitas penelitian, dengan Kementerian Riset dan Teknologi
pertanyaan fundamental yang diajukan adalah: pada 2014, ada harapan bagi perbaikan
faktor-faktor struktural apa yang menghambat penelitian di universitas, yang tercermin
kemajuan penelitian di universitas di Indonesia? dalam publikasi, paten, dan perkembangan
Selama ini, universitas telah banyak mengkaji riset-riset inovatif. Kinerja dan pendanaan
faktor-faktor eksternal yang menghalangi penelitian di Indonesia tertinggal dari sebagian
kinerja penelitian, seperti kebijakan dan besar negara-negara ASEAN.4 Rencana
kurangnya dana riset. Namun masih sedikit pemerintah yang memberikan harapan adalah
yang melihat faktor internal, seperti insentif mengundang sektor swasta untuk berkontribusi
dan ketidakseimbangan beban kerja antara dalam pendanaan riset. Area penelitian yang
kegiatan pengajaran dan penelitian. diidentifikasi dapat menjadi target dana dari
Pemerintah sudah membuka kesempatan komunitas bisnis adalah pangan, energi,
bagi universitas untuk mengembangkan material maju (advanced material), teknologi
penelitian, walaupun rencana dan programnya
kurang jelas. Sebagai contoh, pada 2015, 3 Kompas, 16 Desember 2014.
4 Kompas, 17 Desember 2014.
Fungsi
Fungsi Utama
Pendukung
Kualifikasi
No. Jabatan Pendidikan
Akademik Pengabdian
dan Penelitian
Masyarakat
Pengajaran
1. Asisten Ahli Magister > 55% > 25% < 10% < 10%
2. Dosen Magister > 45% > 35% < 10% < 10%
3. Dosen Senior Doktor > 40% > 40% < 10% < 10%
4. Profesor Doktor > 35% > 45% < 10% < 10%
Sumber: Peraturan Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17/2013 tentang Jabatan Fungsional
Dosen dan Angka Kreditnya. Dosen didefinisikan sebagai pengajar profesional dan ilmuwan.
Satu-satunya jabatan akademik yang diakui Untuk proses analisis, kami merujuk pada
secara resmi adalah dosen. Tidak ada kerangka strukturasi dasar (basic structuration
spesifikasi mengenai jabatan peneliti tetap. framework) (Giddens, 1984) yang menjelaskan
bagaimana struktur muncul sebagai suatu
5 Kompas, 9 Januari 2015. akibat (outcome), tetapi pada saat yang sama
6 Republika, 23 Januari 2015. juga sebagai media (medium) dari tindakan
7 Diskusi Kelompok Terfokus 15 Desember 2014 dan individu. Di sini, penelitian dilihat sebagai
12 Januari 2015.
4
tindakan pada tingkat individu dan struktur pada
tingkat sistem. Kerangka ini memberikan dasar
konseptual untuk melihat hambatan-hambatan
(dan pendorong) penelitian di universitas pada
tingkat struktural/sistem (misalnya kebijakan
negara/pemerintah, struktur penelitian dan
pendanaan, dukungan untuk memperdalam
bidang penelitian, dll.), tingkat modalitas
(misalnya aturan dan peraturan universitas,
fasilitas, pengelolaan riset, fasilitasi untuk
ruang penelitian, dll.), dan pada tingkat individu
(misalnya kinerja penelitian yang sedang
dikerjakan, kualifikasi, kapasitas, jaringan, dll.).
Pada bagian selanjutnya, makalah ini akan
menelaah kajian-kajian yang telah dan sedang
dilakukan tentang berbagai hambatan penelitian
di dalam sistem universitas di Indonesia, diikuti
oleh ringkasan hasil konsultasi dengan empat
universitas mitra KSI tentang desain kajian.
Pada bagian akhir disajikan masukan untuk
langkah selanjutnya dalam memperbaiki aspek
penting pembangunan sektor pengetahuan di
Indonesia.
6
untuk pembangunan kapasitas sektor menghambat pertumbuhan pasar yang efektif
pengetahuan. Studi ini mengemukakan dalam sektor jasa penelitian. Kajian ini
argumentasi bahwa selama puluhan tahun menemukan bahwa sektor pengetahuan
negara-negara berpendapatan menengah telah membutuhkan hubungan dua arah yang efektif
menanamkan investasi pada sektor antara sisi produksi dan sisi permintaan bukti.
pengetahuan. Strategi ini terbukti mampu Dalam hal ini, pemerintah perlu membuat definisi
mendorong pembangunan sosial ekonomi yang jelas mengenai kebutuhan mereka dan
bangsa tersebut. Oleh karena itu, pemerintah membuat prosedur yang mudah bagi penyedia
Indonesia juga harus meningkatkan investasi penelitian untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
dalam bidang penelitian. Pada sisi permintaan, terdapat masalah
Kedua, pembuat kebijakan di Indonesia struktural dalam hal kelembagaan dan regulasi
tak perlu berlebihan dalam mengatur sektor sumber daya manusia. Pada satu sisi, sering kali
pengetahuan. Dasar pemikiran dari rekomendasi tidak ada kolaborasi antara lembaga pemerintah
ini adalah mekanisme pasar, yaitu pembangunan untuk mengidentifikasi dan mendesain kebutuhan
ekonomi didukung oleh kegiatan penelitian, baik penelitian yang dapat mendukung proses
itu dalam model ekonomi konvensional (berbasis pengambilan kebijakan pembangunan. Pada
manufaktur) atau dalam model ekonomi modern sisi yang lain, struktur kinerja di universitas tidak
(berbasis pengetahuan). Oleh karena itu, menyediakan insentif untuk dilaksanakannya
seperti halnya di negara-negara berpendapatan riset yang bermanfaat bagi proses pengambilan
menengah yang diteliti dalam studi ini, pembuat kebijakan. Terdapat juga masalah, yakni regulasi
kebijakan di Indonesia tidak boleh mengatur membatasi produksi pengetahuan. Studi ini
secara berlebihan sektor pengetahuan. Peran memperlihatkan tidak konsistennya penerapan
pemerintah haruslah dalam kerangka perancang peraturan dan proses pengadaan: prosedurnya
kebijakan, peraturan, dan anggaran untuk rumit, ambigu, dan diterapkan secara berbeda-
memfasilitasi sistem penelitian yang efektif. beda antar unit pemerintahan. Melalui tender
Ketiga, kepemimpinan di tingkat pucuk sangat terbuka, proses pengadaan cenderung
penting. Arahan politik yang jelas dari pemimpin menyingkirkan universitas dan organisasi
di tingkat nasional mengenai pentingnya nonpemerintah dari pasar pengetahuan.
produksi temuan dan penelitian dibutuhkan Berdasarkan temuan tersebut, studi ini
untuk menstimulasi perubahan. memberikan beberapa rekomendasi: mengkritisi
Berdasarkan rekomendasi-rekomendasi dampak regulasi yang mengatur pembedaan
tersebut, studi ini menyimpulkan bahwa kategori pegawai (fungsional vs. struktural)
pendekatan struktural akan lebih bermanfaat terhadap kinerja penelitian; menyederhanakan
guna mendorong peran utama riset dalam proses prosedur pengadaan; dan memperbaiki
pembangunan. Isu-isu yang disarankan meliputi peraturan yang mendiskualifikasi universitas
alokasi dana riset, arahan kebijakan kepada dan organisasi nonpemerintah dari kegiatan riset
riset, dan kepemimpinan politik yang kuat, yang diselenggarakan pemerintah. Sebab, hal ini
menunjukkan faktor-faktor yang membentuk mungkin akar dari ketegangan antara lembaga
‘struktur’, bukan faktor-faktor yang memengaruhi pemerintah dan lembaga nonpemerintah.
‘perilaku individu’. Rekomendasi lain adalah menilai dan mendesain
ulang peran Lembaga Ilmu dan Pengetahuan
Hambatan Regulasi terhadap Pertumbuhan Indonesia (LIPI) dan lembaga penelitian
Pasar Pengetahuan (Sherlock, 2010) lain; memberikan dukungan kepada unit-unit
Tulisan ini bertujuan untuk meneliti pemerintah yang secara khusus membidangi
permintaan terhadap bukti (dari lembaga masalah teknis dan kebijakan; mengembangkan
pemerintah) dan produksinya (oleh universitas, pelatihan tentang prosedur pengadaan kepada
lembaga think-tank dan organisasi non- pegawai pemerintah; mendukung perumusan
pemerintah) di Indonesia. Tulisan ini meneliti dan penerapan undang-undang pengadaan yang
hubungan antara kedua hal tersebut, dan peran baru; dan memfasilitasi partisipasi organisasi
peraturan dan perundang-undangan dalam masyarakat sipil, pemangku kepentingan, dan
8
didirikan tanpa peta jalan (roadmap) yang mengembangkan keterampilan agar dapat
jelas. Pusat studi-pusat studi ini berdiri hanya menjual jasa dan memperoleh pendapatan yang
berdasarkan minat individu sehingga mereka dapat diandalkan.
harus berjuang mencari dana penelitian sendiri.
Walaupun kurang pendanaan untuk melakukan Studi Awal Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia
penelitian, sebagian besar organisasi yang (Brodjonegoro dan Greene, 2012)
memproduksi pengetahuan telah cukup lama Selain empat studi yang mengkaji isu-isu
menerima bantuan dana untuk pengembangan struktural, kapasitas, dan peraturan, sebuah
kapasitas dari berbagai sumber. Namun studi yang baru-baru ini dipublikasikan secara
demikian, keterampilan manajerial pusat khusus meneliti dan menawarkan solusi
studi-pusat studi tersebut masih lemah. Hal terhadap permasalahan pendanaan. Studi ini
ini membatasi kemampuan mereka untuk dilakukan oleh AIPI dan didanai oleh World
melakukan penelitian yang berkualitas. Bank dan AusAID (sekarang DFAT), dan
Sesungguhnya, ada peningkatan jumlah sumber menyajikan bukti bahwa jumlah publikasi dan
daya manusia (termasuk peneliti) di universitas paten di Indonesia rendah. Para ilmuwan
untuk melakukan kegiatan penelitian karena meyakini bahwa penyebab masalah ini adalah
tersedianya beragam keahlian dengan kualifikasi sulitnya mendapatkan bantuan proyek penelitian
akademik yang tinggi. dan sistem penganggaran serta pelaporan yang
Lembaga-lembaga tersebut perlu melakukan kaku. Oleh sebab itu, produktivitas peneliti
evaluasi terhadap cara mereka mengelola Indonesia lebih rendah dibanding peneliti di
pendapatan dan melakukan investasi modal, negara-negara lain, dilihat dari per dolar dana
khususnya investasi pada pelatihan staf dan penelitian yang diinvestasikan. Akibatnya, dalam
pembangunan kapasitas organisasional. kelompok negara dengan kategori yang sama
Investasi dalam infrastruktur teknologi (dalam hal ukuran dan kekayaan), Indonesia
informasi dan komunikasi sangat penting untuk mempunyai produktivitas sains dan teknologi
meningkatkan kapasitas organisasi penelitian, nasional terendah.
dan juga investasi dalam menjalin kemitraan Akar masalahnya, menurut studi ini, Indonesia
(seperti kemitraan antara universitas negeri tidak mempunyai infrastruktur pendanaan yang
dan swasta) yang akan memperkuat kapasitas mendukung perkembangan sains dan teknologi.
organisasional lembaga-lembaga terkait. Indonesia juga tidak memiliki infrastruktur
Pengembangan kapasitas dalam organisasi pendanaan terkait alokasi dana dan pengeluaran
penelitian harus mengatasi masalah seperti untuk para peneliti, penyediaan fasilitas
kurangnya sistem pengembangan pengetahuan penelitian, atau sistem penganggaran negara
kolektif dari penelitian yang dilakukan individu. yang lentur, yang sesuai kegiatan penelitian.
Dalam proses pengembangan kapasitas dan Jumlah investasi di Indonesia untuk kegiatan
manajemen penelitian, program penelitian harus penelitian dan pengembangan kurang dari 0,1%
dimonitor dan dievaluasi untuk menghindari bias dari PDB, jumlah yang sangat kecil dan hampir
individu. tidak kentara disajikan dalam bagan resmi.
Pada sisi permintaan, studi ini Kajian ini meyakini bahwa masalah ini dapat
mengonfirmasikan adanya permasalahan diatasi secara sistematis dengan membentuk
kesenjangan antara penelitian dan kebijakan: Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia yang
peran sektor pengetahuan dalam memengaruhi dialokasikan secara kompetitif kepada para
pengambil kebijakan tergantung pada seberapa ilmuwan dan insinyur untuk melakukan penelitian
penting sektor ini dipandang mampu mendukung kelas dunia. Hal ini dapat mengatasi persoalan
kepentingan pengambil kebijakan dan birokrat peningkatan produktivitas, terlebih dengan
di tingkat tinggi dalam mempertahankan disyaratkannya dukungan kelembagaan untuk
kekuasaan dan akses kepada sumber daya. Oleh mendapatkan dana tersebut.
karena itu, lembaga penelitian tidak bisa selalu Secara khusus, studi ini merekomendasikan
mengandalkan sisi permintaan untuk memenuhi pembentukan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia
kebutuhan mereka. Lembaga penelitian harus (DIPI) sebagai berikut:
10
seseorang untuk lebih terspesialisasi. Kebijakan keputusan yang sah. Di sinilah persoalan pokok
ini dinilai kontradiktif dengan tuntutan dari sisi permintaan – kebijakan atau keputusan
perkembangan pasar global. Anggota AIPI politik sebagian besar diambil sebelum adanya
mengakui bahwa tren global sekarang justru penelitian. Ini berarti permintaan akan penelitian
menuju wacana dan perkembangan ilmu datang setelah diambilnya keputusan politik
pengetahuan yang bersifat inter-trans- terhadap kebijakan tertentu. Oleh karena itu,
multidisipliner. Indonesia harus mengadopsi tujuannya adalah untuk memberikan legitimasi,
perkembangan ini jika ingin bersaing di dunia atau dalam beberapa kasus, untuk
global. menyempurnakan keputusan (politik/kebijakan)
Studi yang dilakukan AIPI bermaksud menilai yang telah dibuat sebelumnya. Agar dianggap
posisi akademisi dalam isu pertentangan sah, kebijakan haruslah didukung oleh penelitian
pendekatan monodisiplin versus multi-inter- yang kuat dan konklusif. Seharusnya
transdisipliner dalam proses pengembangan penelitianlah yang mendorong kebijakan. Ranah
pengetahuan dan inovasi. Untuk mengumpulkan proses pembuatan kebijakan bahkan
data terkait, AIPI akan melakukan serangkaian mengindikasikan bahwa kenyataannya justru
kunjungan konsultasi ke tujuh universitas sebaliknya: keputusan politiklah yang mendorong
di Indonesia, menyelenggarakan seminar, kebijakan, lalu penelitian dibutuhkan untuk
dan pertemuan konsolidasi. Studi ini akan memberikan legitimasi. Tantangan bagi peneliti
menghasilkan sebuah laporan tentang adalah mendapatkan bukti terkait isu-isu yang
kesempatan melakukan studi interdisipliner di relevan sebelum proses pembuatan keputusan.
perguruan tinggi di Indonesia. Studi diharapkan Ini berarti mengantisipasi isu sebelum pembuat
selesai pada akhir 2016. kebijakan mengetahuinya.
Sisi pasokan, atau produksi, pengetahuan
Ringkasan Kajian Literatur di sektor pengetahuan memiliki agenda
Ikhtisar studi tentang lingkungan penelitian penelitiannya sendiri. Agenda ini kemungkinan
di Indonesia tersebut telah melihat semua didorong oleh pemahaman konseptual
tingkatan yang terlibat di dalam permintaan akan atau kemajuan refleksi teori dan akademik.
dan produksi pengetahuan. Namun, yang masih Namun seringkali kemajuan teoritis yang
belum terjawab adalah interaksi rinci antara sisi mendorong penelitian terputus dari aktualitas
permintaan dan persediaan, dan mekanisme (dan faktualitas) yang mendorong kebijakan.
yang digunakan bagi berbagai tingkatan untuk Hal yang paling mencemaskan peneliti dan
saling berinteraksi dan mempengaruhi satu akademisi (baik dalam ilmu-ilmu alam maupun
sama lain. Kami sangat yakin bahwa mekanisme sosial) adalah kemajuan pemikiran/pemahaman
generatif dari hubungan-hubungan inilah yang teori atau konsep, bukan dinamika aktual dari
akan menjelaskan karakteristik hambatan (atau konteks sosial dimana mereka bekerja – dan
pendorong) kinerja penelitian di Indonesia, yang menjadi sasaran kebijakan.
terutama di suatu universitas. Memahami Kesimpulannya, komunitas penelitian
mekanisme generatif dalam hubungan tersebut (termasuk universitas atau pusat penelitian)
dapat pula mengarah ke beberapa solusi. menciptakan agenda penelitian mereka sendiri
Seringkali kebutuhan untuk tujuan penelitian meski tidak berhubungan dengan kebutuhan
untuk kebijakan tertentu tidak dikomunikasikan kebijakan. Kedua hal tersebut tidak saling
maupun didefinisikan dengan benar. Ini bisa berkomunikasi; keduanya tidak saling berkaitan;
terjadi karena kebutuhan itu sendiri tidak keduanya tidak saling terhubung. Memang
dirumuskan dengan baik oleh pembuat kebijakan. hubungan antara kebijakan (permintaan) dan
Kebijakan membutuhkan penelitian karena penelitian (penawaran) adalah tidak mengikuti
beberapa alasan. Di antaranya yang paling premis atau non sequitur.
mendasar adalah untuk mendukung suatu
S
ebagai bagian dari usaha mengatasi hambatan penelitian
di universitas, KSI mengambil inisiatif untuk membentuk
sebuah kelompok konsultatif yang terdiri dari empat pusat
studi universitas mitra. Tiga diskusi kelompok terfokus telah
dilakukan (15 Desember 2014, 12 Januari 2015 dan 25 Februari
2015), bersama dengan konsultasi individual, sebagai bagian dari
upaya komprehensif untuk mengeksplorasi dan memperdalam
pemahaman tentang topik yang dikaji, dan membangun kepedulian
mitra terhadap permasalahan tersebut.8
Kajian literatur dan diskusi-diskusi menghasilkan beberapa
gagasan mengenai hambatan penelitian di universitas. Hambatan-
hambatan ini teridentifikasi dan ditemukan pada konteks dan
tingkatan yang berbeda-beda (dari tingkat struktural sampai
12
individual), walaupun perbedaan karakter dan Pendanaan Penelitian
tipologi pusat studi memengaruhi bagaimana • Walaupun sudah banyak diketahui bahwa
permasalahan tersebut terwujud. Isu-isu ketersediaan dana adalah hal yang krusial
utama yang dipandang dapat mengurangi atau bagi penelitian, masalah pendanaan riset
menghapus kendala penelitian di universitas masih belum terselesaikan: dana penelitian
disepakati sebagai berikut: terbatas dan kalaupun tersedia sulit diakses
oleh peneliti. Pendanaan penelitian masih
Kesesuaian dianggap sebagai beban ekonomi untuk
Maksud dari kesesuaian adalah harmonisasi investasi.
dan sinkronisasi kegiatan penelitian, peneliti, • Di tingkat universitas, tidak ada sistem
dan konteks organisasional. penilaian terhadap dampak atau hasil
• Kegiatan penelitian dan pengajaran penelitian untuk menilai kualitas penelitian
bukanlah hal yang bertolak belakang; atau dampak akademik dan sosio-
sebaliknya, kedua hal tersebut saling ekonomi penelitian tersebut. Oleh karena
memperkaya. Pengajaran yang berkualitas itu, walaupun konsep ‘skala ekonomi’
akan membawa pada penelitian yang diterapkan, perhitungannya sulit dilakukan.
berkualitas, begitu pula sebaliknya. Dana untuk satu proyek penelitian biasa
Terjadinya ‘saling sandera’ (mutual hostage) di universitas saat ini berkisar Rp 150 juta
antara penelitian dan pengajaran (yakni dan dilaksanakan dalam periode satu tahun
alokasi waktu pengajaran berkurang karena fiskal. Jangka waktu yang pendek dan dana
penelitian, dan waktu untuk kegiatan yang terbatas sering kali menyebabkan
penelitian habis untuk pengajaran) adalah tak adanya hasil yang berarti dari kegiatan
salah satu isu utama dan mendesak yang penelitian selain hanya sebuah laporan.
harus segera diselesaikan. Tidak ada kegiatan lanjutan menerbitkan
• Universitas dan pusat studinya harus artikel jurnal atau pembekalan akademik,
‘diharmonisasi’ – realisasi visi dan misi pusat atau menulis artikel populer dan diseminasi
studi harus sejalan dengan visi dan misi publik.
universitas. Pusat studi dapat menyediakan • Dua tahun terakhir, alokasi dana penelitian
penelitian mendalam yang relevan untuk dalam APBN menunjukkan peningkatan,
proses pengajaran, sementara universitas walaupun jumlahnya tidak terlalu signifikan.
menjadi rumah tempat proses pengajaran Alokasi dana penelitian yang bersumber
berbasis penelitian. Kedua hal tersebut dari internal universitas sangat sulit bahkan
memerlukan pengembangan kapasitas mustahil diperoleh, karena universitas
dalam pengelolaan, dan yang lebih penting, lebih mengutamakan kegiatan pengajaran.
penyeimbangan beban kerja. Karakteristik kebanyakan lembaga
• Masalah struktural lain terkait dengan pendidikan tinggi di Indonesia – jika bukan
isu kesesuaian adalah dualisme dalam semuanya – adalah sebagai ‘universitas
kualifikasi dan ranking jabatan profesor. pengajaran’, bukan ‘universitas riset’.
Saat ini ada dua skema jabatan profesor,
yaitu profesor peneliti dan profesor pengajar. Agenda/Prioritas Riset
Profesor pengajar lebih diterima luas dan • DRN telah memublikasikan sebuah dokumen
dipandang lebih memiliki legitimasi. Jabatan strategis yaitu ‘Agenda Riset Nasional’
profesor peneliti diberikan oleh LIPI, atau ARN. Agenda riset ini bertujuan untuk
sementara profesor akademik diberikan oleh memberikan rujukan tentang riset-riset
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan yang mendukung proses kebijakan. Namun
dengan skema kredit. Kedua skema ini demikian, peneliti, universitas, dan pemberi
perlu direkonsiliasi agar jenjang akademik, dana tidak pernah memberikan perhatian
baik penelitian maupun pengajaran, menuju serius terhadap dokumen tersebut. Hal ini
kepada jabatan profesor yang sama. tercermin pada sedikitnya rujukan terhadap
2009 2013
GERD Rp 4,72 triliun Rp 8,09 triliun
PDB Rp 5.613 triliun Rp 9.083 triliun
Ratio GERD/PDB 0,08% 0,09%
14
peneliti penuh waktu yang berkualitas di • Yang paling mengkhawatirkan adalah
setiap disiplin ilmu sangat terbatas. Hal ini tidak adanya jenjang karier yang jelas bagi
berlaku juga di kalangan peneliti pemula, peneliti. Hal ini menimbulkan keraguan di
yang mungkin karena karier seorang antara akademisi junior yang baru meniti
peneliti seringkali dipandang kurang karier di universitas untuk terjun sebagai
menarik bukan saja dari segi keamanan peneliti. Ketidakjelasan ini tidak hanya terjadi
kerja (jenjang karier yang tidak jelas), tapi pada jenjang karier seorang peneliti menuju
juga dalam hal pendapatan. Sangat jarang jabatan profesor, tetapi juga mengenai
ditemukan peneliti penuh waktu di sebuah arahan karier peneliti dalam kebijakan
universitas kecuali peneliti tersebut orang nasional dan peraturan universitas. Hanya
yang sudah sangat terkenal, dan barangkali ketika peneliti tidak dipandang sebagai
itu pun karena peneliti tersebut bekerja ‘kelas dua’, minat menjadi peneliti sebagai
penuh waktu hanya dalam jangka waktu pilihan karier akan tumbuh.
tertentu untuk proyek penelitian khusus.
Isu yang lebih besar adalah kurangnya Remunerasi Peneliti dan Sistem Insentif
prioritas untuk kegiatan penelitian. Beban • Gaji atau remunerasi peneliti dalam sektor
pengajaran yang tinggi membuat penelitian pengetahuan tidak semenarik gaji di sektor
yang serius mustahil dilakukan. Selain itu, lain. Peneliti dipandang sebagai profesi yang
struktur penggajian membatasi penggunaan kurang populer dan mempunyai reputasi
waktu untuk pelaksanaan penelitian yang sosial yang kurang mentereng. Untuk
serius (sering kali dengan dana minim). Di peneliti yang serius, sering kali lembaga
universitas di negara maju, gaji akademisi tempat mereka bekerja (universitas, atau
cukup untuk biaya hidup, dan waktu untuk pusat studi di universitas, atau lembaga
kegiatan mengajar lebih sedikit dibanding think-tank independen) mempunyai fasilitas
dengan di Indonesia. Selain itu, dana riset penelitian yang minim.
dapat digunakan untuk mengompensasi • Bagi peneliti, gairah mendapatkan hibah
sebagian waktu mengajar. Publikasi penelitian (dari pemerintah atau dari internal
untuk promosi jabatan menjadi ukuran universitas) dan kesempatan memperoleh
yang penting, tapi ada pembedaan antara tambahan gaji serta kesempatan melakukan
penerbitan berbayar (vanity publishing), penelitian, sering kali tergerus oleh desain
penerbitan artikel di jurnal yang diterbitkan pengawasan dan evaluasi penelitian yang
oleh internal universitas, dan penerbitan buruk. Beban tugas-tugas administratif
peer-reviewed, baik di tingkat domestik menumpuk dan, yang lebih parah, sistem
maupun internasional. pengawasan dan evaluasi memperlakukan
• Dalam konteks universitas, sudah menjadi kegiatan penelitian sama seperti kegiatan
pengetahuan umum bahwa kualifikasi untuk lain. Akibatnya, peneliti dibebani oleh
akademisi yang mengajar sering kali lebih tugas administratif pelaporan yang tidak
rendah dibanding akademisi yang melaku- perlu (yang sering kali tidak sejalan
kan riset – apalagi jika publikasi dengan tahapan penelitian, atau bahkan
diperhitungkan. Bagi akademisi, lebih mengganggu kegiatan penelitian itu sendiri),
mudah bekerja mendapatkan gaji dari dan bukannya memusatkan perhatian
kegiatan mengajar dan ditopang pekerjaan pada upaya menghasilkan penelitian yang
sebagai konsultan, dibanding mencari dana berkualitas.
hibah penelitian. • Tidak ada standar sistem insentif untuk
• Dalam beberapa kasus, peneliti profesional peneliti di universitas. Beberapa universitas
dari luar universitas direkrut oleh rektor untuk akan memberikan insentif finansial (dan
ditempatkan di pusat studi. Sangat sedikit sosial) kepada peneliti yang berhasil
dari mereka melanjutkan meniti karier dalam menerbitkan artikel di jurnal peer-reviewed
sistem universitas tersebut. (biasanya jurnal internasional). Walaupun
16
• Skema publikasi universitas secara dalam proses intelektual (membaca,
keseluruhan perlu ditinjau ulang. Hampir berefleksi, berpikir, dll.). Perlu dipikirkan
semua departemen dan fakultas mengelola cara agar riset dapat memengaruhi pembuat
jurnal. Akibatnya, universitas di Indonesia kebijakan dan proses pembuatan kebijakan.
mempunyai jumlah jurnal internal tertinggi. • Ada kebutuhan mendesak untuk
Walaupun dipandang sebagai cara yang mendekatkan riset pada proses pembuatan
bagus untuk meningkatkan publikasi ilmiah kebijakan. Proses pembuatan kebijakan perlu
dalam hal kuantitas (dan angka kum), hal didukung oleh data dan bukti; sementara
tersebut tidak cukup mampu meningkatkan agenda riset perlu diberi masukan oleh
jumlah publikasi di jurnal internasional peer- kebutuhan kebijakan. Memang tidak mudah
reviewed. Sistem kum memberi bobot lebih (atau praktis) bagi pembuat kebijakan
banyak kepada publikasi di jurnal nasional untuk mendekati komunitas peneliti secara
dibanding jurnal internasional, sehingga langsung, mungkin lebih praktis jika
akademisi dan peneliti lebih memilih komunitas penelitilah yang melibatkan diri
menerbitkan artikel di jurnal nasional yang dalam proses kebijakan.
dikelola oleh universitasnya sendiri atau
bahkan oleh departemen atau fakultas Manajemen Riset
mereka sendiri karena lebih mudah. Dalam • Isu lain yang digarisbawahi oleh kelompok
jangka panjang, pendekatan ini tidak akan konsultatif adalah manajemen riset. Pada
bermanfaat jika peneliti Indonesia harus tingkatan operasional, dibutuhkan staf yang
bersaing dengan peneliti dari negara lain berdedikasi untuk mengelola pelaksanaan
di tingkat internasional. Ini adalah saat riset, khususnya untuk mengelola agenda
yang tepat untuk memikirkan indikator dan penelitian, alokasi sumber daya (staf peneliti,
angka kredit yang sesuai untuk penilaian pendanaan, jaringan, dll.), menyiapkan
kenaikan jabatan: untuk mendekatkan riset aspek teknis administrasi penelitian
pada proses kebijakan, sebaiknya bukan (formulir, pelaporan), menghubungi donor
hanya publikasi di jurnal internasional peer- potensial/sponsor untuk mendapat dana
reviewed yang diberi angka kredit, tapi juga penelitian, dan menjamin kualitas proses
hasilnya yang relevan dengan kebijakan, dan hasil penelitian. Tugas-tugas tersebut
misalnya kertas kebijakan. harus dikelola bukan hanya secara efektif,
• Ada dua masalah terkait penginformasian tetapi juga strategis. Kuncinya adalah
kebijakan. Pertama, kebutuhan dari sisi menjamin pusat studi mempunyai kapasitas
kebijakan tidak dikomunikasikan dengan penelitian untuk menarik manfaat dari setiap
baik kepada komunitas peneliti –atau jika kesempatan penelitian.
dikomunikasikan, komunitas peneliti tidak • Pengelolaan dimensi kapasitas penelitian
menerima informasi tersebut dengan baik. versus kesempatan penelitian mungkin
Akibatnya, jarang sekali hasil penelitian analogi yang tepat untuk menggambarkan
digunakan secara efektif untuk membantu pengelolaan dimensi ‘penawaran’ versus
pembuatan keputusan atau kebijakan. ‘permintaan’ dalam sektor pengetahuan.
Kedua, dan mungkin yang paling mendasar, Penguatan kapasitas organisasional dalam
pembuatan kebijakan didominasi oleh ranah pengelolaan penelitian mungkin aspek
politik, sementara penelitian berada pada yang paling strategis dalam mendekatkan
ranah intelektual. Kedua ranah tersebut sisi penawaran kepada sisi permintaan
saling berjauhan bahkan terpisah. Hal ini (dan bukan sebaliknya). Hal ini di luar apa
bukan berarti dunia politik tidak intelek atau yang umumnya dipahami: mengelola riset
sebaliknya, tapi bahwa kebijakan sering secara profesional adalah suatu keharusan
kali diputuskan secara politis (melalui lobi, jika kita ingin menghasilkan penelitian yang
negosiasi, dll.), sementara riset bekerja berkualitas.
I
su-isu yang diidentifikasi dalam makalah ini membantu
kita memahami beberapa kendala mendasar
pelaksanaan kegiatan penelitian di universitas pada
tiga tingkatan: 1) sistem dan struktur (undang-undang,
kerangka regulasi, dll. – yang berada di ranah negara),
2) modalitas (skema interpretasi, fasilitas, dll. – yang
berada di ruang lingkup universitas dan pusat studi), dan
3) tingkatan individu (pengembangan kapasitas, interaksi
dan jaringan – yang berada pada tingkat personal).
Semua studi yang ditinjau di atas serta konsultasi dengan
kelompok kerja telah membantu memberikan gambaran
untuk memahami dinamika penelitian universitas di
Indonesia dan mengidentifikasi beberapa cara untuk
mengatasi persoalan. Kesimpulan penelaahan ini
dirangkum dalam sembilan poin kunci berikut:
1. Walaupun dikotomi antara penelitian dan pengajaran
di universitas telah banyak diketahui, regulasi
pemerintah tentang staf tetap akademik di universitas
tidak mendorong peningkatan kegiatan penelitian.
Profesor pengajar memperoleh penerimaan sosial
dan legitimasi, sedangkan profesor peneliti tidak.
Hal ini berdampak langsung pada tingkat universitas:
dosen mempunyai beban mengajar yang tinggi
dan kehilangan kesempatan melakukan penelitian
karena kontrak penelitian cenderung mengakibatkan
berkurangnya waktu pengajaran dan bahkan,
kehadiran di kampus. Hal ini mengurangi kesempatan
untuk kenaikan jabatan.
2. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
yang baru mengalami perombakan (Kemenristekdikti
– menggabungkan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ke Kementerian Riset dan Teknologi) bertujuan, salah
satunya, untuk memfasilitasi produksi penelitian.
18
Tujuan utamanya adalah meningkatkan dapat meningkatkan kapasitasnya dengan
hasil penelitian di Indonesia, tetapi cara yang lebih terjangkau (karena tidak
tampaknya lebih berfokus pada sains dan memerlukan biaya perjalanan ke Jakarta),
pengembangan teknologi. Barangkali dan memberikan harapan terjadinya
masih terlalu awal untuk menilai hasil dari peningkatan kinerja penelitian. Ada
kementerian baru ini, tetapi aspek yang perlu keinginan untuk menghapuskan dikotomi
dipikirkan adalah bagaimana kementerian antara universitas negeri dan swasta –
ini dapat mendorong penggunaan hasil lebih dari 80% universitas yang ada di
penelitian dalam proses kebijakan. Indonesia adalah universitas swasta.11
3. RPJMN 2015-2019 (disahkan dengan Kebanyakan universitas swasta dipandang
Keputusan Presiden Nomor 2/2015) sebagai ‘kelas dua’ oleh masyarakat. Hal
menyatakan bahwa keberhasilan ini telah menimbulkan diskriminasi terhadap
pembangunan di Indonesia tergantung pada universitas swasta antara lain dalam
kemampuan negara dalam memperkuat hal pendanaan, fasilitas, staf akademik,
keunggulan kompetitif, khususnya sumber dan kesempatan untuk pengembangan.
daya manusia yang berkualitas dan Pemerintah telah menyadari masalah
teknologi sains yang mumpuni. Namun tersebut dan baru-baru ini mengambil
demikian, tidak ada strategi atau peta jalan langkah perbaikan, terutama untuk
yang jelas untuk menjalankan gagasan ini menjamin pemerataan bantuan kepada
dalam meningkatkan kualitas sumber daya institusi pendidikan tinggi swasta.
manusia untuk kegiatan penelitian. 6. Temuan Sherlock (2010) memberikan
4. UU Nomor 20/2003 tentang Sistem gambaran tentang perubahan status
Pendidikan Nasional memberikan informasi beberapa universitas negeri. Perubahan
yang rinci mengenai pengajaran dan status ini belum membawa dampak
pendidikan. UU ini memberikan perhatian terhadap lingkungan kinerja penelitian.
yang lebih sedikit pada kegiatan riset. Status baru PTN-BH memberikan otonomi
Sebagai contoh, menyebutkan bahwa yang besar kepada universitas dalam hal
perguruan tinggi dilaksanakan dalam sistem pengelolaan, yaitu unversitas dibolehkan
yang terbuka, dan bahwa universitas harus menarik dana dari sumber lain selain dari
menyelenggarakan kegiatan pengajaran, pemerintah. Tujuh universitas terkemuka
penelitian, dan pengabdian masyarakat. telah diberi status ini, sementara empat lain
Tetapi, prioritas dari ketiga kegiatan masih dalam proses. Walaupun dampak
tersebut tetap pada kegiatan pengajaran. dari perubahan status ini masih belum bisa
UU juga membolehkan universitas untuk diketahui, sejumlah pihak menilai status
menarik dana dari berbagai sumber PTN-BH memberikan kesempatan kepada
selama bisa menjaga akuntabilitas dalam universitas untuk meningkatkan pendapatan
hal pengelolaannya. Hal ini memberikan dari sumbangan pembinaan pendidikan
kesempatan kepada universitas untuk mahasiswa. Tetapi, masih memberikan
mengatasi masalah keterbatasan dana perhatian yang kecil terhadap kualitas
dan peningkatan kualitas pendidikan. pengajaran atau terhadap kesempatan
Sayangnya, kesempatan ini masih sedikit untuk meningkatkan kegiatan penelitian.
dimanfaatkan. 7. Aspek lain yang perlu dipertimbangkan
5. UU yang sama menyebutkan bahwa adalah pengadaan jasa penelitian
universitas swasta juga dapat – atas
nama pemerintah – bertindak sebagai 11 Universitas negeri di Indonesia berjumlah 73.
mentor bagi universitas di daerah terpencil. Sedangkan universitas swasta ada 453. Jumlah ini
tidak termasuk akademi atau jenis perguruan tinggi
Dengan demikian, universitas di daerah lain. Sumber: forlap.dikti.go.id/perguruantinggi/
homegraphpt.
20
1. Hibah kompetitif adalah bentuk pendanaan Ekonomi Kreatif). Untuk mencapai hal ini,
penting yang memungkinkan peneliti Indonesia harus memberikan perhatian
akademik mengejar agenda intelektualnya. lebih banyak kepada kegiatan penelitian:
Oleh karena itu, kemampuan akademisi Indonesia tidak dapat melepaskan diri
untuk mencari pendanaan adalah sebuah dari persaingan dalam bidang penelitian
keharusan dalam dunia akademik. dengan negara-negara tetangga. Tidak ada
Ekspektasi akademisi untuk mendapatkan jalan lain untuk meningkatkan daya saing
dana riset dari universitas, atau setidaknya nasional pada tingkat global selain dengan
universitas mengupayakan dana penelitian mengembangkan penelitian. Dibutuhkan
untuk mereka, semakin meningkat. Hal ini waktu yang panjang untuk membangun
dapat meningkatkan riset yang berkualitas sumber daya manusia yang berkualitas dan
dan memberikan dampak nyata pada berdaya saing, infrastruktur, dan lembaga
masyarakat, dan juga menghasilkan pengembangan sains dan teknologi. Studi
publikasi di jurnal internasional diagnostik perlu mengkaji peraturan,
terkemuka. Studi diagnostik harus dapat regulasi, dan pengaturan kelembagaan
mengidentifikasi pengembangan kapasitas yang mencerminkan upaya ini.
yang diperlukan peneliti dan pusat studi. Makalah ini merangkum data dan
Pengembangan kapasitas ini meliputi perspektif dari universitas mitra KSI. Kami
meningkatkan pemahaman peneliti melakukan kajian literatur untuk meninjau
terhadap peran hibah penelitian dalam studi-studi diagnostik yang telah dilakukan dan
karier akademik mereka, mengenalkan mengeksplorasi temuan dari studi yang sedang
mereka pada kesempatan-kesempatan berjalan. Temuan-temuan ini menjadi bahan
yang tersedia, dan membangun kapasitas diskusi antara KSI dengan universitas mitra.
pusat studi untuk memberikan pelayanan Makalah ini dan konsultasi dengan mitra KSI
pendukung yang berkualitas. membawa pada pengembangan studi yang
2. Studi diagnostik harus menyadari bahwa lebih mendalam yang dilakukan oleh empat
riset sangat terkait erat dengan sistem universitas mitra KSI. Studi tersebut masih
inovasi. Pemerintah telah berkomitmen berjalan dan laporan penelitiannya diharapkan
bahwa ekonomi berbasis pengetahuan dapat selesai pada 2016. Kami yakin bahwa
akan menjadi salah satu jalan bagi studi tersebut akan turut mendorong kebijakan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berbasis bukti di Indonesia, khususnya dalam
(misalnya dengan dibentuknya Badan menarik manfaat dari sektor pengetahuan.
22
McCarthy, John and Ibrahim, Rustam, 2010, Review of Social Science Capacity
BuildingSupport to Indonesia’s Knowledge Sector, AusAID, Jakarta (http://dfat.gov.au/
about-us/publications/Documents/indo-ks9-socialscience.pdf)
Nielsen, Greta, 2010, Comparative Experiences of Middle Income Countries, AusAID,
Jakarta (http://dfat.gov.au/about-us/publications/Documents/indo-ks10-comparative-
experience.pdf)
SCImago, 2007, SJR — SCImago Journal & Country Rank, 24 December 2010 (http://www.
scimagojr.com)
Sherlock, Stephen, 2010, Knowledge for Policy: Regulatory Obstacles to the Growth
of A Knowledge Market in Indonesia, AusAID, Jakarta (http://dfat.gov.au/about-us/
publications/Documents/indo-ks13-knowledge-to-govt.pdf)
Suryadarma, D., Pomeroy, J. and Tanuwidjaja, S, 2011, Economic Factors Underpinning
Constraints in Indonesia’s Knowledge Sector, AusAID, Jakarta (http://dfat.gov.au/about-
us/publications/Documents/indo-ks2-economic-incentives.pdf)
Budiati Prasetiamartati
Budiati Prasetiamartati adalah Program Lead di KSI. Ia mengelola kelompok kerja bidang
penelitian dan pendidikan tinggi. Sebelumnya, ia adalah manajer program di Unit Tata Kelola
Pemerintahan Demokratis dan Pengentasan Kemiskinan (Democratic Governance and Poverty
Reduction Unit) di United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, yang bertugas
mengawasi program-program di bidang tata kelola pemerintahan daerah, pengembangan
kapasitas, dan kerangka regulasi desentralisasi. Ia memperoleh gelar doktor di bidang
Pengelolaan Pesisir dan Sumber Daya Kelautan dari Institut Pertanian Bogor pada 2007. Ia
meraih gelar sarjana dari jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung,
dan gelar master dari Institute of Social Studies di Belanda.
Siti Ruhanawati
Siti Ruhanawati adalah Program Officer di KSI, yang mengelola subkelompok kerja di bidang
penelitian dan pendidikan tinggi, terutama dalam mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
penelitian di universitas. Sebelum bergabung dengan KSI, ia adalah lead researcher di Mercy
Corps Indonesia. Bersama PRSF-GRM dan PSF-Bank Dunia, ia membuat penelitian mengenai
organisasi kemasyarakatan dan isu-isu gender. Ia juga bekerja dalam program perdamaian di
Aceh untuk United Nations Development Programme (UNDP) dan The International Organization
for Migration (IOM). Ia meraih gelar master pada 2007 dari Asian Institute of Management,
Filipina, dan memperoleh gelar sarjana dari jurusan Manajemen, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
24
Knowledge Sector Initiative (KSI) merupakan komitmen bersama pemerintah Indonesia dan Australia
yang bertujuan meningkatkan taraf kehidupan rakyat Indonesia melalui penerapan kebijakan publik
yang lebih berkualitas yang menggunakan penelitian, analisis, dan bukti secara lebih baik.
KSI adalah konsorsium yang dipimpin oleh RTI International dan bermitra dengan Australian National
University (ANU), Nossal Institute for Global Health, serta Overseas Development Institute (ODI).