Anda di halaman 1dari 14

VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN

KESEHATAN PONTIANAK

VISI

Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan yang bermutu dan mampu


bersaing di tingkat regional tahun 2020

MISI

1. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan yang berbasis kompetensi.


2. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan berbasis penelitian.
3. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakat yang berbasis IPTEK dan
teknologi tepat guna.
4. Mengembangkan program pendidikan tinggi kesehatan yang mandiri,
transparan dan akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik tingakt nasional maupun regional.

i
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH MANAJEMEN BENCANA
MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERAN PERAWAT
DALAM SIKLUS BENCANA

Telah disetujui
Tanggal :

Oleh :

Dosen Penanggung Jawab

Rima Rianti,SST.MMB

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan Judul “manajemen penanggulangan bencana dan peran perawat dalam
siklus bencana” pada mata kuliah Manajemen Bencana.
Dalam penyusunan makalah ini penilis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Dr. Khayan, SKM, M. Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Ns. Asfian, S.Kep, M. Kes, selaku Ketua Program Studi DIV Keperawtan
Pontianak yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Rima Rianti,SST.MMB. selaku dosen mata kuliah Manajemen Bencana
yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Semua dosen Program Studi DIV Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
5. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Pontianak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril
dan spiritual.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Pontianak, 10 April 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ....................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

BAB I PEMBAHASAN .......................................................................................... 1

1.1. Masalah .................................................................................................... 1

A. Kasus 1 .................................................................................................. 1

B. Kasus 2 .................................................................................................. 1

1.2. Manajemen Penanggulangan Bencana ..................................................... 2

A. Penanganan Pada Kasus Pertama ......................................................... 2

B. Penanganan Kasus Kedua ..................................................................... 6

BAB II PENUTUP .................................................................................................. 9

2.1. Kesimpulan ............................................................................................... 9

2.2. Saran ......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

iv
BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Masalah
A. Kasus 1
Sebuah desa di kaki Gunung merapi pernah mengalami bencana
pada saat gunung itu meletus. Banyak korban korban jiwa yang tewas,
hewan ternak banyak mati, rumah banyak yang rusak.
Coba anda berkelompok, 3-5 orang tiap kelompok, lalu diskusikan
mengenai rencana upaya manajemen penanggulangan bencana gunung
meletus dari mulai pra bencana – bencana – pasca bencana.

B. Kasus 2
Ada dihadapkan pada suatu situasi kejadian bencana alam, gunung
meletus. Seperti yang terjadi di sumut. Saat gunung sinabung meletus.
Identifikasi, apa yang bisa dilakukan oleh peran perawat sesuai
dengan siklus bencana (sebelum, saat, dan pasca bencana) di tatanan
pelayanan rumah sakit, puskesmas, klinik, dan pusat evaluasi.

1
1.2. Manajemen Penanggulangan Bencana
A. Penanganan Pada Kasus Pertama
Secara umum, upaya penanggulangan bencana meliputi
kesiapsiagaan, yaitu keadaan siap setiap saat bagi setiap orang, petugas
serta institusi pelayanan (termasuk pelayanan kesehatan) untuk
melakukan tindakan dan cara-cara menghadapi bencana baik sebelum,
sedang, maupun sesudah bencana, dan penanggulangan, yaitu upaya
untuk menanggulangi bencana, baik yang ditimbulkan oleh alam maupun
ulah manusia, termasuk dampak kerusuhan yang meliputi kegiatan
pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Dalam manajemen penanggulangan bencana gunung meletus dibagi


menjadi beberapa tahapan yang meliputi beberapa tahap, diantaranya
yaitu tahap sebelum bencana (pra-bencana), saat bencana, dan setelah
bencana (pasca bencana).
1. Sebelum Terjadi Letusan
Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi
kerugian harta dan korban manusia yang disebabkan oleh bahaya
dan memastikan bahwa kerugian yang ada juga minimal ketika
terjadi bencana. Meliputi kesiapsiagaan dan mitigasi.

2
Kesiapsiagaan mencakup penyusunan rencana
pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan dan
pelatihan personil. Mitigasi mencakup semua langkah yang diambil
untuk mengurangi skala bencana di masa mendatang, baik efek
maupun kondisi rentan terhadap bahaya itu sendiri.
Tindakan yang harus dilakukan oleh pihak berwenang
sebelum terjadi letusan adalah sebagai berikut.
1. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api yang
sedang aktif.
2. Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana
letusan gunung api, peta zona risiko bahaya gunung api, serta
peta pendukung lainnya, seperti peta geologi gunung api.
3. Membuat langkah - langkah prosedur tetap penanggulangan
bencana letusan gunung api.
4. Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi gunung
api kepada masyarakat.
5. Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di
gunung api.
6. Peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya, seperti
peningkatan sarana dan prasarana.

2. Saat Terjadi Letusan


Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana yang bertujuan untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan. Meliputi kegiatan seperti penyelamatan dan
evakuasi korban maupun harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
dan penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pihak berwenang saat
terjadi letusan adalah sebagai berikut:
1. Membentuk tim gerak cepat.

3
2. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan yang didukung
dengan penambahan peralatan yang lebih memadai.
3. Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan
frekuensi pelaporan sesuai dengan kebutuhan.
4. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai
prosedur.

3. Setelah Terjadi Letusan


Penanggulangan pasca bencana meliputi dua tindakan utama
yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan
pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana,
baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial
dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran
serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pascabencana.

4
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah / pihak
berwenang setelah terjadi letusan adalah sebagai berikut.
1. Menginventarisasi data, yang mencakup sebaran dan volume
hasil letusan.
2. Mengidentifikasi daerah yang terkena dan terancam bahaya.
3. Memberikan sarana penanggulangan bahaya.
4. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
5. Menurunkan status tingkat kegiatan.
6. Melanjutkan pemantauan rutin, meskipun keadaan sudah
menurun.
7. Memberikan sarana penataan kawasan jangka pendek dan
jangka panjang.
8. Membangun kembali bangunan, sarana, dan fasilitas lainnya
yang terkena bencana.

5
B. Penanganan Kasus Kedua

Dari manajemen penanggulangan bencana pada kasus pertama di


atas, dapat kita simpulkan beberapa langkah penanggulangan bencana
yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai siklus manajemen bencana
pada kasus 2, diantaranya yaitu:
1. Sebelum Terjadinya Letusan (Pra-bencana)
Perawat dapat melakukan beberapa tindakan seperti:
a. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam penanggulangan
ancaman gunung meletus untuk setiap fasenya.
b. Ikut terlibat dalam berbagai organisasi lingkungan, palang
merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman gunung meletus kepada masyarakat.
c. Terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung
meletus.

2. Saat Bencana
Tahap ini merupakan fase kritis pada tahapan terjadinya bencana.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk

6
memutuskan tindakan pertolongan pertama kepada pasien. Tindakan
ini disebut sebagai triase atau seleksi emergency.
Triase:
a. Merah: prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan
sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada,
perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, luka bakar derajat I-II.
b. Kuning: penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury
dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok
karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat
bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur
tulang multipel, fraktur terbuka, luka bakar derajat II, dll.
c. Hijau: prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah
fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio,
abrasio, dan dislokasi.
d. Hitam: meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat
selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan
meninggal.

3. Tahap Setelah Bencana


Penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yang dapat
dilakukan oleh perawat setelah gunung meletus yaitu rekontruksi
dan rehabilitasi bagi lingkungan dan korban dengan cara:
a. Memberikan bantuan penanganan fisik, sosial, dan psikologis.
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik,
sosial, dan psikologis korban bencana gunung meletus.
b. Menangani stress psikologis yang terjadi dapat terus
berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder yang
merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala
trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut
mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi,

7
ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu
akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan
PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan
bersalah, dan gangguan memori.
c. Perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.

8
BAB II
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Pada manajemen bencana gunung meletus, terdapat beberapa peran
bagi kita sebagai perawat. Peran tersebut dibagi menjadi 3 tahapan / fase,
yaitu fase sebelum, saat, dan sesudah bencana meletusnya gunung. Peran
perawat pada fase pra bencana yaitu mempersiapkan dan memberikan
penyuluhan dan simulasi persiapan bencana. Fase intra bencana menyaring
dan memisahkan korban gawat darurat dengan triase. Fase pasca bencana
memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik,
wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Tidak
hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat
pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat
dan aman.

2.2. Saran
Dalam manajemen penanganan bencana gunung meletus, setidaknya
harus menginformasikan atau mengomunikasikan segala tanda bahaya yang
diperoleh sedini mungkin kepada masyarakat atau melalui kepala desa
masing-masing. Buat sirene tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk
untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah gawat. Pembuatan sungai yang
khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul yang kokoh untuk melindungi
desa dari aliran lahar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ardian Putra, dkk. 2014. Peran Dan Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen
Bencana Pada Fase Tanggap Darurat.

Mepsa, Putra. 2012. Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana.

S Sutanto. 2012. Siklus Manajemen Bencana.

http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_dalam_tanggap_b
encana.docx.

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/download/6836/5596.

KBNP Bencana. 2010. Jurnal Penanggulangan Bencana – BNPB.

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/viewFile/6635/5429.

https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/595.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai