Anda di halaman 1dari 8

Hubungan antara Ekonomi dan agama

Studi hubungan antara ekonomi dan agama memiliki akar pemikiran panjang yang
bermula ketika weber melontarkan tesisnya yakni keterkaitan antara etika protestan dan
semangat kapitalisme.Tesis weber memperlakukan ekonomi sebagai variabel dependen
sementara agama sebagai variabel independent.Dalam studi studi yang berkembang akhir
akhir ini hubungan antara keduanya bersifat timbal balik. Agama dapat menjadi menjadi
variabel independent yang mempergrahui kinerja ekonomi suatu masyarakat atau negara
sebaliknya agama juga dapat menjadi variabel dependent yang di pengaruhi oleh aspek aspek
ekonomi. Sejak tulisan weber yang terkenal mengenai efek etika protestan terhadap
perkembangan nasional, ilmuan sosial kemudian menghubungkan protestantisme dengan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Faktanya protestantisme berkorelasi dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapital. Variabel yang mengontrol protestantisme
tidak mempengaruhi signifikan terhadap perbedaan pertumbuhan di antara negara bekas
koloni prancis, spanyol, inggris baik asia maupun afrika . temuaan empiris lain mengenai
hubungan agama dengan pertumbuhan ekonomi bahwa agama bersifat kondusif bagi
pertumbuhan sepanjang ia terpisah dari ekonomi politik negara. artinya semua agama
mempunyai efek negatif terhadap pembangunan. Sebaliknya pemisahan agama dan negara
yang terjadi pada beberapa negara protestan menjadi kekuatan yang mengerakan
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian pemisahan antar intitusi agama dan negara menjadi
faktor dominan pertumbuhan ekonomi suatu negara(grier, 1997)

Studi yang dilakukan guiso et al (2003), bertujuan mengidentifikasi hubungan antara


intensitas kepercayaan agama dan perilaku ekonomi dengan variabel kontrol negara. Indikator
perilaku ekonomi yang digunakan antara lain sikap terhadap koperasi, pemerintah, wanita
karier,dll. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kepercayanaan agama berhubungan
dengan sikap ekonomi yang baik . pengertian baik di definisikan sebagai kondisi yang
memungkinkan bagi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Jadi orang yang
religius cenderung rasis dan kurang memberikan penghargaan terhadap wanita karier.Efek ini
berbeda antara agama. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa agam kristen memiliki
hubungan yang lebih positif dengan karakteristik sikap kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Studi yang dilakukan oleh guiso di atas memperlakukan agama sebagai variabel independent
yang mempengaruhi terhadap berbagai aspek kehidupan lain khusunya ekonomi. Meskipun
secara kuantitatif terdapat hubungan signifikan antarkedua variabel, sebenarnya terdapat celah
akademik terutama mengenai penjelassaan bagaimana mekanisme yang terjadi di masyarakat
sehingga dapat merasionalisasikan hubungan antara religiusitas dan sikap atau perilaku
ekonomi.

Studi lain yang bersifat makro dan memperlakukan agama sebagai variabel
independent ialah studi yang di lakukan McCleary&Barro(2003) studi ini mengaitkan
hubungan religiusitas dan indikator utama kunjugan kegereja dan kepercayaan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Beberapa variabel yg di perhitungkan sebagai variabel kontrol antara
lain pengaturan pasar agama, koposisi penganut agama, pluralisme agama. Hasil menunjukan
bahwa bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan positif terhadap kepercayaan
agama khusunya kepercyaan surga neraka tetapi mepunyai hubungan negatif dengan
kunjungan kegereja.pertumbuhan ekonomi bergantung pada kepercayaan yang di miliki
seseorang. Hasil ini sesuai sesuai ddengan model, kepercayaan agama memengaruhi
karakteristik individu yg menngkatkan perfoma ekonomi. Studi yang di lakukan
McCleary&Barro(2006) berikutnya memperlakukan agama sebagai variabel dependen yang
di pengaruhi oleh intitusi ekonomi dan politik. penelitian ini menemukan bukti yang
menunjukan bahwa religiusitas berkaitan dengan pembangunan ekonomi, intitusi pemerintah,
dan komposisi penduduk berdasarkan agama di suatu ngara. Kepercayaan agama terutama
terhadap kehidupan akhirat mempengaruhi tingkat partisipasi pelayaan agama baik formal
maupun personal.

Studi serupa di lakukan rehman&Askari(2010) terhadap 208 negara mngajukan


pertanyaan apakah agama(islam) mempengaruhi ekonomi,politik dan sosial. Bagaimana
kepercayaan islam dapat menpengaruhi perilaku tesebut? Menurut pra ahli penjelasaan pada
ayat ayat al quran dan hadist dapat menjadi pedoman hidup bagi umat muslim. Untuk
membuktikan hubungan antara kepercayaan dan perilaku ekonomi para peneliti mengukur
indeks islamisitas baik pada negara islam maupu non islam. Indeks islamisitas mengukur
prinsip yang dianut umat muslim di 208 negara mengunakan empat subindikator yaitu
berkaitan dengan ekonomi, hukum dan pemerintahaan, kemanusian dan hak politik, dan
hubungan internasional. Hasil studi ini menunujukan bahwa negara islam tidak selalu islami,
paling tidak dari sisi ekonomi. Harapanya negara yang paling maju ekonominya menempati
indeks islamisitas lebih tinggi kenyataanya menunjukkan bahwa meski total penduduk dari
56 negara islam sekitar 1,5 m(sekitar 22% penduduk dunia) hanya menhasilkan 6% dari gdp
dunia dan 9% dari total ekspor dunia. Rata rata pendapatan per kapita penduduk negara islam
ialah 3.600 US$ sedangkan pendapatan perkapita negara maju sekitar 5.600% US$ pada 2006.
Ilustrasi yang mengambarkan keterbelakangan ekonomi dunia islam ialah GDP negara islam
sebesar 3,2 T US$ satau 23% dari GDP AS 13,9 T US% pada 2007. Data mengisyaratkan
problem klasik di negara berkemang seperti intitusi dan kebijakan ekonomi yang inefesien,
korupsi, beberapa penyakit tradisionl khas negara negara berkembang.kenyataan menujukan
lemahnya pemerintah bukan agama, sehubung dengan itu maka menjadi penting memperkuat
12 prinsip ekonomi islam untuk meningkatkan good governance, selama ini negara negara
yang mendeklarasikan dirinya sebagai negara islam tidak mengadopsi kebijakan ekonomi dan
finansial yang sesuai dengan ajaran agama islam.

Menurut Heinemann& Schneider(2012) dikalangan ilmuan semakin disadari bahwa


agama menjadi dimensi kultural yang berdampak ekonomi dalam berbagai aspek. Studi yang
memfokuskan pada dampak agama terhadap the shadow economy, Dimensi Dimensi pasar
agama dalam hal ini memperhitungkan. Dimensi dimensi itu meujuk pada keseluruhan derajat
religiusitas, dampak khusus perbedaan negara, kompetisi antaragama, dan hubungan antara
agama dan negara. Ukuran ukuran religiusitas umum/indikator kompetisi agama tidak
mempunyai dampak yang terukur. Negara yang dominal islam/agama agama timur
berhubungan rendahnya derajat the shadow economy dibandingkan negara dominan kristen.
Negara yang terdapat hubungan yang dekat antara agama dengan negara secara menujukan
the shadow economy yang lebih rendah. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa agama
mengunakan pengaruh normatif untuk melindungi kepentingan negara jikat terdapat
hubungan yang saling menguntungkan.Persoalan mengenai apakah agama dapat
menghambat/mendorong perkembangan ekonomi dan perubahan intitusional menjadi penting
karena munculnya gerakan gerakan islamis dan ketidakpuasaan atas kondisi perekonomian di
berbagai negara islam. Hal ini,tesis Bernard Lewis tentang keterkaitan antara agama dan
politik yang melihat Sistem Politik negara negara islam memunculkan kesulitan khusunya
bagi pertumbuhan ekonomi negara itu. Kenyataanya tesis tersebut memiliki kelemahan
pertama lewis menyembunyikan fakta kritis, bahkan ketika fungsi fungsi politik dan agama
muncul bersamaan, agama lebih merupakan pembantu(handmaiden) daripada paglima politik.
kedua, pengaruh agama meningkat ketika negara jatuh ke dalam krisis.

Ketiga,karna kerangka referensi Islam menghasilkan aturan-aturan politik dengan pilihan-


pilihan yang murah ketika terjadi persaingan,tidak banyak memerlukan reformasi
kelembagaan negara.

Keempat,gerakan islamis baik yang lahir dari situasi sebagai perilaku situasi internal maupun
dari lingkungan Internasional,seringkali di tuduh oleh penguasa sebagai perilaku yang tidak
islami(Platteau,2009).
Studi yang dilakukan Allon dan Chase(2005) juga mengaitkan hubungan agama dengan
ekonomi.Hanya saja agama dalam hal ini,di perlakukan sebagai variabel dependent dan
ekonomi sebagai variabel independent. Penelitian ini berkesimpulan bahwa negara yang
memiliki kebebasan ekonomi yang lebih besar menunjukan pendapatan perkapita
penduduknya yang juga lebih tinggi.Dampak kebebasa ekonomi pada tingkat individual
tampaknya berimbas pada kebebasan agama,politik dan aspek sosial lain.Dapat di
perkirakan,bahwa koefisien akan menurun dengan munculnya variabel kebebasan baru.

Selain studi hubungan antara ekonomi dan agama yang bersifat maskroskopik,juga terdapat
studi hubungan yang bersifat mikroskopik.Studi-studi yang berkaitan dengan mikroskopik
pada umumnya bertujuan menginterpretasikan perilaku agama dari perspektif
ekonomi,dengan menerapkan ekonomi mikro dan pola penjelasan perilaku agama
individual,kelompok dan budaya.

Studi yang dilakukanAudretsch et al(2007),misalnya ingin mengetahui bagaimana dampak


agama terhadap pembuatan keputusan individual,dalam hal ini ialah pembuatan keputusan
seseorang menjadi usahawan.Berdasarkan pada data yang di kumpulkan dari sekitar 90.000
pekerja di India,di hasilkan kesimpulan bahwa agama membentuk keputusan
entrepreneurial.Secara khusus,beberapa agama seperti Islam dan Kristen sangat kondusif bagi
wirausahaan,sedangkan yang lain seperti Hindu menghalangi hal itu.Sistem Kasta yang
berlaku di India juga memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan seseorang dengan menjadi
usahawan.Jadi,bukti empiris mendukung bahwa baik agama maupun tradisi sitem kasta
mempengaruhi kewirausahawan.Dengan demikian,menegaskan hubungan antar agama dan
perilaku ekonomi.

Studi yang di lakukan Naughton dan Cornwall (2009)menyimpulkan bahwa kristiani


khususnya katolik sebagai contoh,mengembangkan tradisi sosial yang menghubungkan
kembali karya usahawan dengan visi spiritual perusahaan.Menurut kedua peneliti
ini,pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi dan” peradaban” perlu diimbangi
terbangunnya moral dan modal spiritual masyarakat.

Seorang ekonom,richardh layard(sebagaimana di kutip graham 2009)mengajukan sebuah


hipotesis yang ia sebut sebagai “hipotesis
kebahagiaan”,(happynes).Menurutnya,perkembangan kesejahteraan di barat pada satu sisi
tidak di imbangi dengan kebahagiaan dan kualitas hidup yang lebih baik.Dalam
memperhitungkan faktor utama yang memengaruhi kebahagiaan dan kehidupan yang lebih
baik,layar berpendapat bahwa nilai-nilai agama dan partisipasi dalam kegiatan agama
merupakan faktor penting yang menentukan derajat kebahagiaan.

Loy 1997 menyimpulkan bahwa pasar tidak hanya sistem ekonomi,tetapi juga terdapat
dimensi agama di dalamnya karna ternyata sistem ekonomi sekuler tidak pernah memuaskan
kebutuhan manusia.Ekonomi sebagai disiplin “ilmu sosial” juga lebih baik di pahami sebagai
teologi daripada murni ilmu pengetahuan.Ini menyiratkan bahwa setiap solusi terhadap
problem yang di ciptakan harus memiliki di mensi agama.Hal ini bukan berarti pengalihan
dari sekuler ke nilai-nilai sakraal,melainkan kebutuhan untuk menganalisis bagaimana obsesi
sekuler tidak pernah dapat memenuhi kebutuhan spiritual manusia.Secara sadar atau
tidak,menghindar dari pemahaman rligius tentang dunia menyebabkan manusia mengejar
kebutuhan keduniawiaan dengan semangat agama yang lebih besar karna sebelumnya hal ini
tidak pernah di penuhi.

TESIS WEBER “Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme”

Tesis Weber,mengenai etika protestan mengenai semangat kapitalisme dapat di katatakan


merupakan karya monumental yang paling fenomenal mengenai interdependensi antara
institudi agama dan ekonomi.Tesis Weber ini,masih menjadi perdebatan hangat di kalangan
ilmu sosial hingga saat ini.Tesis Weber itu sendiri,muncul sebagai bentuk kritik terhadap
pandanagan Marx yang menganggap bahwa budaya hanya merupakan ekspresi dari tatanan
ekonomi yang berlaku di masyarakat.Weber sebaliknya melihat budaya (termasuk di sini ialah
agama)merupakan variabel independent yang memengaruhi ekonomi.Inti tesis Weber ialah
bahwa kapitalisme yang berkembang di dunia barat di sebabkan oleh etika protestan yang di
dalamnnya terdapat asketisme”dalam dunia”(inner-worldly asketicisme).

Karakteristik etika tersebut ialah kerja keras,jujur,provesional,hemat dan penuh


perhitungan.Hasilnya,surplus ekonomi yang diinvestasikan kembali ke dalam usaha-usaha
ekonomi produktif sehingga menimbulkann efek ekonomi ganda.Dalam jangka
panjang,proses demikian mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.Agama potestan
,terutama beberapa sekte di dalamnya seperti Calvinimse,Puritanisme,Method-hisme,dan
beberapa sekte baktis lain memiliki etika yang sama yang melihat bahwa takdir manusia baik
di dunia maupun di akhirat sangat di tentukan oleh sikap dan perilakunya di dunia.Kerja
manusia apapun profseinya merupakan “calling” dalam (Berruff) atau panggilan suci
sehingga hal itu menimbulkan dampak kerja yang sungguh-sungguh tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup,tetapi juga terdapat misi suci agar dirinya menjadi pilihan Tuhan.

Menurut Bassten dan Betz (2011),motif asketisme dalam dunia (inner-wordly


acketisme) merupakan ciri utama sekte Calvinisme.Doktrin takdir Calvinisme mengajarkan
bahwa hanya sedikit umat manusia yang terpilih Tuhan.Oleh karna itu,untukmendapatkannya
seseorang harus bekerja sungguh-sungguh.Etika protestan memiliki karakteristik yang
berbeda yang tidak dapat di temukan pada agama Katolik.Etika protestan merupakan
rasionalisme ekonomi dari aktivitas keduniaan yang di lakukan seseorang.Aktivitas keduniaan
mendapat kedudukan yang lebih tinggi dalam agama protestan karna aktivitas tersebut
bernilai ibadah.Setiap aktivitas keduniaan yang di tujukan untuk memperoleh “pekenan”
Tuhan memiliki nilai positif dan hal itu merupakan aktivitas moral paling utama.

Kerja dengan demikian bukan tujuan akhir manusia,melainkan alat untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi,lebih hakiki,yakni menjadi insan “pilihan” Tuhan.Dalam pandangan
Weber,etika protestan ini sangat berbeda dengan etika katolik yang cenderung memisahkan
diri dari dunia.Ajaran agama katolik mengajarkan bahwa aktivitas keduniaan merupakan
bentuk materialisme yang harus di hindari.Etika seperyi ini menjadi penghambat bagi
pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat atau negara.

Weber meneliti agama-agama besar di dunia seperti konfusinisme,hindu,budha dan


yahudi .Studinya terhadap agama besar di dunia tersebut di tunjukan untuk memastikan
apakah dalam agama-agama tersebut terdapat etika yang menyerupai etika
protestan,kemudian di kaitkan dengan perkembangan ekonomi pada setiap negara.Setiap
agama,menurut Weber terdapat di dalamnya etika ekonomi,tetapi masalahnya apakah etika
tersebut di ekspresikan dalam kehidupan nyata atau tidak.Itulah pokok persoalan yang
menyebabkan tingkat perkembangan ekonomi berbeda antar masyarakat .Weber
mengidentifikasi protestan,khususnya calvinisme sebagai akar kapitalisme.Dengan kata
lain,apa yang menginisiasi perkembangan ekonomi ialah revolusi agama,satu diantaranya
ialah relevansi sikap hidup orang yang menang(kaya) dan kalah (miskin).

Weber memberi label khususnya orang kaya menjadi preverensi orang miskin dalam
katolik roma sebagai “publikan”,sedangkan orang kaya dan sukses dalam agama protestan
sebagai “paharisaic”.Ketika agama publikan dominan,perkembangan ekonomi menjadi sulit
karna si miskin merasa pemberan dengan kondisi kemiskinan yang di alaminya dan si kaya
merasa tidak nyaman karna mereka melihat dirinya sendiri sebagai orang yang
berdosa.Sebaliknya si kaya dalam agama paharisaic merayakan kesuksesanya menjadi orang
kaya dan menggagap bahwa hal itu sebagai karunia Tuhan dan si miskin melihat kondisinya
sebagai cobaan atau hukuman dari Tuhan.Baik si kaya maupun si miskin memilki intensif
yang kuat untuk memperbaiki kondisi kehidupannya melalui akumulasi dan investasi
ekonomi,agama publikan mempromosikan nilai-nilai yang resisten terhadap perkembangan
ekonomi,sedangkan agama paharisaic mempromosikan nilai-nilai yang mendorong
ekonomi(grondona,2000 :47).

Dalam pandangan Weber,askitisme menghasilkan kekayaan ekonomi privat dan


merupakan kebalikan dari ketamakan yang murni instintif dan ketidakadilan.Hal yang lebih
penting,jika larangan untuk mengkonsumsi dikombinasikan dengan kebebasan untuk mencari
keuntungan,secara nyata akan menghasilkan pembentukan modal(the creation of capital)
melalui paksaan untuk menabung.Untuk alasan ini,weber yakin bahwa filsafat hidup puritan
cenderung menguntungkan dengan perilaku hidup yang secara ekonomi rasional,dimana
tempatlahir” manusia ekonomi” modern (Lought 2006.45).
MAKALAH SOSIOLOGI AGAMA

EKONOMI DAN AGAMA

DISUSUN OLEH :

1. Mayank Surya Kanti Utami Npm: D1F016009


2. Latif Fauzan Npm: D1F0160
3. Arfianita Sulistiorini Npm: D1F01600
4. Rizky Amelia Nur Siregar Npm: D1F01600

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA DAN DIPLOMA

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

JL. WR Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A- Indonesia

Telpon: +62-736-21884, 26793 faks : +62-736-22105

Laman : http ://unib.ac.id

Anda mungkin juga menyukai