Anda di halaman 1dari 4

30

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi kasus

Rancangan penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah

deskriptif, yaitu menggambarkan pemberian Asuhan Keperawatan pada klien

post ORIF fraktur cruris dengan fokus studi gangguan mobilitas fisik.

B. Subyek Studi kasus

Studi kasus ini akan dilakukan menggunakan dua klien sebagai

subyek, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Klien rawat inap di RSU Tidar Kota Magelang selama studi kasus

dilakukan.
2. Laki-laki usia 25-44 tahun dengan diagnosa fraktur cruris hari kedua post

ORIF.
3. Mampu berkomunikasi dengan baik
4. Bersedia menjadi klien kelolaan.
C. Fokus Studi

Masalah keperawatan yang menjadi kajian utama dalam studi kasus

ini adalah gangguan mobilitas fisik pada klien hari kedua post ORIF fraktur

cruris.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Gangguan mobilitas fisik adalah suatu keadaan dimana individu

mengalami keterbatasan dalam gerakan fisik yang akan diukur dengan

menggunakan derajat kekuatan otot, rentang gerak sendi, tingkat mobilitas

dan aktivitas klien. Klien dikatakan mengalami gangguan mobilitas fisik


31

apabila pada satu atau lebih ekstremitas memiliki derajat kekuatan otot < 5,

rentang gerak sendi tidak dapat mencapi rentang gerak maksimal, dan dalam

pemenuhan kebutuhan dan aktivitas klien tidak dapat melakukakn secara

mandiri.

Fraktur cruris merupakan istilah untuk patah tulang tibia dan fibula,

dapat dibuktikan dengan foto rontgen tulang. Salah satu tindakan konservatif

yang dilakukan pada pasien fraktur cruris di rumah sakit adalah ORIF (Open

Reduction Internal Fixation).

E. Tempat dan Waktu

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien post ORIF fraktur cruris

dengan gangguan mobilitas fisik akan dilakukan di RSU Tidar Magelang

pada 8 – 14 Januari 2018

F. Instrumen Studi kasus

Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk

mengumpulkan data pada studi kasus ini adalah instrumen pengkajian yang

meliputi biodata, riwayat kesehatan, serta pengkajian fokus pada gangguan

mobilitas fisik yang dirumuskan oleh penulis dengan meminta masukan

dengan ahli/dosen terkait. Kemudian alat tulis, alat kesehatan (tensimeter,

stetoskop) dan goniometri untuk mengukur derajat rentang gerak sendi

G. Pengumpulan Data
32

Dalam studi kasus ini terdapat langkah pengumpulan data yaitu

sebagai berikut:

1. Wawancara
Melakukan wawancara atau anamnesa secara langsung dengan cara

mengajukan pertanyaan mengenai gangguan mobilitas fisik yang

dialami klien kepada klien, keluarga klien, dan petugas kesehatan

terkait.
2. Observasi langsung
Melakukan pemeriksaan kekuatan otot, rentang gerak sendi, aktivitas,

asupan nutrisi dan kondisi luka klien dengan teknik Inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui adanya faktor yang

memperburuk masalah gangguan mobilitas fisik pada klien. Serta

melakukan studi dokumentasi menggunakan berbagai sumber catatan

medis serta hasil pemeriksaan penunjang yang relevan dengan

masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik pada post ORIF fraktur

cruris.
H. Analisis dan Penyajian Data

Analisis dalam studi kasus ini dilakukan secara deskriptif dan

disajikan secara narasi. Teknik analisis yang digunakan dengan

mendeskripsikan proses asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi serta evaluasi.

I. Etika Studi kasus

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan serangkaian

proses perizinan yaitu sebagai berikut:


33

1. Meminta izin secara tertulis ke Kesbangpol Kota Magelang untuk

melakukan studi pendahuluan dan studi kasus di RSUD Tidar

Magelang yang ditujukan kepada Direktur RSUD Tidar Magelang.


2. Meminta izin secara tertulis kepada Direktur RSUD Tidar Magelang

untuk melakukan studi pendahuluan.


3. Melakukan studi pendahuluan dengan menyerahkan surat dari diklat

ke bagian instalasi Rekam Medis RSUD Tidar Magelang kemudian

mendapat data yang diinginkan.


4. Melakukan anamnesa dan observasi langsung baik dengan responden

maupun keluarga.
5. Menentukan prioritas masalah keperawatan dari data yang diperoleh,

kemudian menyusun perencanaan dan menentukan kriteria hasil

terkait dengan masalah keperawatan.


6. Melakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
7. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Dalam penelitian ini untuk menjaga kerahasiaan identitas responden
akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden, maka nama

klien akan dituliskan dengan inisial dan alamat klien tidak akan ditulis

secara lengkap serta apabila melakukan tidakan yang berisiko bagi klien

akan menggunakan inform consent untuk mendapat persetujuan klien.

Anda mungkin juga menyukai