Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN KASUS

PERITONITIS UMUM ET CAUSA APPENDISITIS AKUT


DENGAN KOMPLIKASI PERFORASI

HELDIASTRI K. R (I11107070)
Bab I. Penyajian Kasus
Identitas

 Nama : An. Ridwan Iswalludi


 Umur : 11 Tahun 3 Bulan 24 Hari
 Pendidikan : Sekolah Dasar
 Pekerjaan : Pelajar
 Status Perkawinan : Belum Kawin
 Alamat : Desa Sempalai Kecamatan Sebawi
Kabupaten Sambas
 Agama : Islam
 Suku : Melayu
 Masuk melalui : IGD
 Tanggal masuk : 17 April 2013
 Keluhan utama : Nyeri Perut
 Riwayat Perjalanan Penyakit :
Nyeri perut dirasakan tujuh hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Nyeri awalnya dirasakan di area
epigastrium kemudian dirasakan menjalar di seluruh
perut. Nyeri tidak dipengaruhi asupan makanan.
Sering terbangun karena nyeri ulu hati disangkal.
 Nyeri perut disertai rasa mual dan muntah. Muntah
dikeluhkan satu kali, berisi cairan berwarna hijau.
Pasien menyangkal mengonsumsi sayur-sayuran
hijau sebelum muntah. Muntah menyembur
disangkal.
 Pasien juga mengeluh demam yang timbulnya
bersamaan dengan nyeri perut. Demam tidak
terlalu tinggi dan tidak dipengaruhi waktu. Demam
turun setelah diberikan obat penurun panas.
 Lima hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS),
pasien dibawa ke tempat praktek dokter. Dokter
menyarankan untuk ke puskesmas untuk dirawat dan
diberikan obat penetral asam lambung. Hari itu
juga pasien dirawat di puskesmas selama satu hari
dua malam.
 Empat hari SMRS, saat di Puskesmas, pasien
semakin mengeluhkan perutnya semakin nyeri, nyeri
yang timbul terutama dirasakan di perut kanan
bawah yang menyebabkan pasien tidak bisa
bangun dari tempat tidur, serta harus tidur miring
dan membungkuk agar nyerinya berkurang
 Malam harinya perut pasien semakin membesar
dan menjadi tegang. Malam itu juga pasien segera
dirujuk ke Rumah Sakit Pemangkat.
 Tiga hari SMRS,saat di RS Pemangkat, pasien
dipasangkan selang dari hidung. Menurut ibu
pasien, cairan dari selang itu berwarna
kecokelatan. Pasien diobservasi selama satu hari di
RS tersebut. Keesokan harinya pasien segera
dirujuk ke RSDS karena cairan yang keluar dari
selang semakin pekat dan berwarna hijau.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Kurang lebih 2 tahun yang lalu, pasien
pernah dirawat di Rumah Sakit Pemangkat karena
sakit typhoid.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
keluhan yang sama dengan pasien.
 Riwayat Kelahiran
Pasien merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara, lahir cukup bulan, ditolong oleh bidan,
langsung menangis setelah lahir. Berat badan lahir
3500 gram. Panjang badan 50 cm.
 Riwayat Gizi/Pemberian Makanan
 Pasien diberi ASI dari sejak lahir sampai usia satu
tahun, diselingi minum susu formula dan bubur tim
sejak usia anak 6 bulan. Sekarang pasien sehari-
hari makan nasi dengan lauk ikan/daging. Pasien
kurang suka mengonsumsi sayur-mayur.
 Riwayat Tumbuh Kembang
 Pasien tumbuh seperti anak seusianya. Pasien bisa
berjalan ketika usia 1 tahun, tidak ada
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
sebelumnya. Pasien termasuk anak yang aktif
bermain.
 Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan semua imunisasi secara
lengkap.
 Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai PNS dan ibu pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga, pasien berobat
menggunakan jasa ASKES.
Pemeriksaan Fisik
 Tanda Vital
 Keadaan umum : tampak sakit berat
 Kesadaran : compos mentis
 Heart rate (HR) : 112 x/menit, teratur, isi cukup
 Laju Napas : 20 x/menit, teratur, tipe
abdomino-thorakal
 Suhu :38,1°C
 Status gizi :
BB : 27,5 kg
TB : 145 cm
Status gizi :
 IMT = 27,5 (kg)/ (1,45 m)2 = 13,07
 Interpretasi : underweight
 Status Generalis dan Lokalis
 Kulit : pucat (+), tidak ikterik, tidak sianosis,
turgor kulit kembali cepat
 Kepala : deformitas (-)
 Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera tidak
ikterik
 Telinga : otorhea (-)
 Hidung : rinorhea (-)
 Mulut dan tenggorokan: carries gigi (-), lidah tidak kotor
 Leher : KGB tidak teraba
 Dada : gerakan dinding dada simetris, retraksi
intercostals (-)
 Paru :
 Inspeksi : gerakan dada simetris saat dinamis
maupun statis
 Palpasi : fremitus taktil normal kiri dan kanan
 Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
 Auskultas : bunyi napas normal vesikuler (+/+), tidak
dijumpai bunyi napas tambahan berupa rhonki dan
wheezing
 Jantung :
 Inspeksi: ictus cordis terlihat di SIC V, satu jari medial
 Palpasi : ictus cordis teraba satu jari
 Perkusi : jantung dalam batas normal
 Auskultasi : S1 – S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop
(-)
 Abdomen :
 Inspeksi: supel, distensi (-),
 Auskultasi : bising usus (-)
 Palpasi : nyeri tekan (+) regio epigastrium, umbilicus, lumbal
dextra dan sinistra, serta regio iliaka dextra dan sinistra,
defense muscular (+), nyeri tekan titik Mc.Burney (+)
 Perkusi : timpani
 Pungggung : tidak ada kelainan
 Anus dan genitalia : tidak dilakukan
pemeriksaan
 Ekstremitas : akral hangat, waktu
pengisian kapiler < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang
 Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 18-04-2013
 WBC :18,7 k/uL
 Lym : 1,7 K/uL
 Mid : 1,1 K/uL
 Gra : 15,9 K/uL
 RBC : 4,40 M/uL
 HGB : 11,7 g/dL
 HCT : 36,9 %
 PLT : 470 K/uL
Foto Thorax

 Cor pulmo tak tampak


kelainan
Foto Polos Abdomen 2 posisi

Suggest fokal ileus dengan dengan ground glass di area


pelvis (Tu. Abdomen?)
Daftar masalah

 Nyeri perut, diawali pada regio epigastrium


kemudian ke regio kanan bawah dan akhirnya ke
seluruh region
 Muntah hijau
 Demam
 Cairan mass slang berwarna hijau pekat
 Leukositosis
Diagnosis
 Peritonitis umum et causa appendisitis akut dengan
komplikasi perforasi
Diagnosis Diferensial
 Ileus obstruktif
 Demam dengue
 Limfadenitis Mesenterika
 Demam typhoid abdominalis
 Preforasi tukak duodenum
Tatalaksana
 Non-Medikamentosa
 Bed rest
 Cek darah rutin

 Foto polos abdomen 2 posisi

 Foto rontgen thorax

 Pasang Dower catheter

 Puasakan

 Konsul Spesialis Bedah Anak


 Medikamentosa
 IVFD RL 500 cc/6 jam selanjutnya RL 16 tpm + D10%
12 tpm
 Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gr

 Injeksi Metronidazole 3 x 160 mg

 Injeksi ranitidine 3 x 30 mg

 Siapkan WB 350 cc
Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
 Quo ad sanactonam : dubia ad malam
Follow up
Follow-up HR,RR, dan Suhu
120

100

80

60
HR
RR
Suhu
40

20

0
Follow-up hasil pemeriksaan darah
rutin (Hb, Ht, WBC, dan PLT)
40

35

30

25

Hb
20
Ht
WBC
15

10

0
18-04-13 19-04-13 20-04-13 21-04-13 22-04-13
PLT
600

500

400

300
PLT

200

100

0
18-04-13 19-04-13 20-04-13 21-04-13 22-04-13
Bab II. Tinjauan pustaka
Definisi
 Apendiks disebut juga umbai cacing atau apendiks
vermiformis. Apendisitis adalah peradangan
apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
akut abdomen yang paling sering. Peradangan
akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi yang umumnya
berbahaya.
Anatomi dan Fisiologi
Epidemiologi
 Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi
daripada di negara berkembang. Namun, dalam
3-4 dasawarsa terakhir kejadiannya menurun
secara bermakna.
Etiologi
 Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri.
 Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang
diajukan sebagai faktor pencetus.
Patofisiologi
 Apendisitisdimulai di mukosakemudian
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam
waktu 24-48 jam pertama.
 Upaya pertahanan tubuh berusaha membatasi
proses radang ini dengan menutup apendiks
dengan membentuk massa periapendikular
Gambaran Klinis
 Tanda awal:
 Nyerimulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai
mual dan anoreksi.
 Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan
tanda rangsangan peritoneum lokal di titik
McBurney
 Nyeri tekan
 Nyeri lepas

 Defans muscular
 Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
 Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
 Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri
dilepaskan (Blumberg)
 Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak, seperti
napas dalam, berjalan, batuk, mengedan.
 Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik.
Pada awalnya, anak hanya sering menunjukan
gejala rewel dan tidak mau makan.
 Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya.
Beberapa jam kemudian, anak akan muntah
sehingga menjadi lemah dan letargik.
Pemeriksaan
 Demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37,5-
38,5°C.
 Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi
perforasi.
 Pada inspeksi perut, tidak ditemukan gambaran
spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita
dengan komplikasi perforasi.
 Pada palpasi, didapatkan nyeri yang terbatas
pada region iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas.
 Defans muscular menunjukan adanya rangsangan
peritoneal
 Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan
kunci diagnosis.
 tanda Rovsing
 Pada apendisitis retrosekal atau retroilealpalpasi
dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
 Peristalsis usus sering normal tetapi juga dapat
menghilang akibat adanya ileus paralitik pada
peritonitis generalisata yang disebabkan oleh
apendisitis perforasi.
Diagnosis
 Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat
dan teliti, diagnosis klinis apendisitis akut masih
mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus.
 Kesalahan diagnosis lebih sering terjadi pada
perempuan dibandingkan dengan lelaki.
Laboratorium
 Pemeriksaan jumlah leukosit membantu mengakkan
diagnosis apendisitis akut, pada kebanyakan kasus
terdapat leukositosis terlebih pada kasus dengan
komplikasi
Diagnosis Banding
 Gastroenteritis
 Demam dengue
 Limfadenitis mesenterika
 Kelainan ovulasi
 Infeksi panggul
 Kehamilan di luar kandungan
 Kista ovarium terpuntir
 Endometriosis eksterna
 Urolitiasis pielum/ureter kanan
 Penyakit saluran cerna lainnya.
Tatalaksana
 Bila diagnosisi klinis sudah jelas, tindakan yang
paling tepat adalah apendektomi.
 Sebelumnya pasien diberikan antibiotik kombinasi
yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob.
 setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu
kemudian dilakukan apendektomi.
 Pada anak kecil, wanita hamil, dan penderita usia
lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau
berkembang menjadi abses dianjurkan operasi
secepatnya.
Prognosis
 Angka mortalitas adalah 0.1% jika appendicitis
akut tidak pecah dan 15% jika pecah. Kematian
biasanya berasal dari sepsis,atau aspirasi.
 prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum
ruptur dan antibiotik yang lebih baik
Bab III. Pembahasan
 Pasien laki-laki, usia 11 tahun. Datang dengan
keluhan nyeri perut, nyeri perut dirasakan 7 hari
sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri awalnya
dirasakan di ulu hati dan bagian umbilicus
kemudian dirasakan menjalar di seluruh perut.
Nyeri perut disertai rasa mual dan muntah.
 Nyeri ulu hati merupakan keluhan yang paling
sering dikeluhkan oleh pasien.
 Nyeri ulu hati merupakan sensasi nyeri atau rasa
tidak enak pada regio epigastrium, biasanya
menggambarkan adanya masalah pada organ-
organ yang terdapat pada regio epigastrium atau
merupakan suatu nyeri alih yang berasal dari
tempat lain.
 Pasien juga mengeluh demam yang tidak terlalu
tinggi yang timbul bersamaan dengan nyeri perut.
 Pada apendisitis akut demam yang dikeluhkan
tidak terlalu tinggi, 37,5-38,5°C
 Demam tinggi biasanya ditemukan pada apendisitis
akut dengan komplikasi
 Dari pemeriksaan abdomen ditemukan tidak
distensi, nyeri tekan (+) regio
epigastrium, umbilicus, lumbal dextra dan
sinistra, defense muscular (+), bising usus
menghilang.
 Peristalsis usus sering normal tetapi juga dapat
menghilang akibat adanya ileus paralitik pada
peritonitis generalisata yang disebabkan oleh
apendisitis perforasi.
 Pada inspeksi perut, tidak ditemukan gambaran
spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita
dengan komplikasi perforasi.
 Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan
diagnosis apendisitis akut, pada kebanyakan kasus
terdapat leukositosis terlebih pada kasus dengan
komplikasi. Pada pasien ini ditemukan jumlah
leukosit yang tinggi yakni 18,7 K/ul.
 Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan, pasien ini didiagnosis :Peritonitis
umum et causa appendicitis akut dengan
komplikasi perforasi.
 Pemberian antibiotic pada pasien ini sangat
diindikasikan, alasannya selain sebagai terapi
preoperasi juga sebagai terapi definitifpada
pasien ini sudah terjadi komplikasi perforasi yang
dapat menyebabkan terjadinya sepsis.
 Antibiotik yang diberikan pada pasien ini adalah
golongan sefalosporin generasi ketiga. Antibiotik ini
merupakan antibiotik berspektrum luas. Selain itu
diberikan Metronidazole yang efektif terhadap
kuman-kuman anaerob.
 Apendektomi dilakukan pada infiltrat
periapendikular tanpa pus yang telah ditenangkan.
 Sebelumnya pasien diberikan antibiotik kombinasi
yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob.
 setelah keadaan tenang6-8 minggu kemudian
dilakukan apendektomi.
 Pada anak kecil, wanita hamil, dan penderita usia
lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau
berkembang menjadi abses dianjurkan operasi
secepatnya
 Pemberian terapi suportif pada pasien ini, berupa
cairan dan nutrisi, diharapkan dapat
memaksimalkan terapi definitif yang diberikan.
 Setelah operasi, pasien dipuasakan. Hal ini
memungkinkan untuk memberikan terapi suportif
bagi pasien untuk menjaga integritas fisiologis atau
fungsional pasien sampai penyembuhan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai