Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah hal yang paling penting.

Mengetahui dan memahami tumbuh kembang anak tidak hanya melihat dari

satu aspek saja, pemberian nutrisi atau gizi pada anak, tetapi lebih dari itu

tumbuh kembang anak juga harus dilihat dari berbagai aspek, seperti faktor

keturunan, kejiwaan, aturan dalam keluarga dan proses pembelajaran

termasuk didalamnya pendidikan keluarga dan agama. Dalam hal ini

perhatian orang tua lebih difokuskan pada pertumbuhan secara fisik dan

Stimulasi psikososial di sini sangat berperan dalam pembentukan

perkembangan anak. Stimulasi psikososial merupakan perkembangan anak

yang ditinjau dari aspek psikososial, bahwa pada masa ini anak dalam

perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial (Hidayat, 2005:29).

Kebutuhan stimulasi (asah) ini sangat membantu dalam proses pembelajaran

dan pencapaian dalam pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

Stimulasi ini dapat berupa latihan atau bermain. Pembentukan kecerdasan ini

harus ada interaksi dengan lingkungan sejak dini (Hidayat, 2011:51).

Kecerdasan terbentuk dari interaksi antara faktor internal dengan lingkungan.

Faktor lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan dalam keluargan dan

luar keluarga (Candriyani, 2009:14-19).

1
2

Dari penelitian yang dilakukan Jeong Ji Eun at al pada tahun 2014 di

Pediatric klinik Rumah Sakit Universitas Daegu Katolik Korea, Pada tes

awal, 62 dari 70 anak memiliki indeks perkembangan mental (MDI) di bawah

70 dari Bayley Scales of Infant Development Uji II. Dari 62 anak dalam

penilaian tindak lanjut, 30 anak (48,4%) masih dalam kisaran kognitif yang

sama, 12 anak memiliki fungsi intelektual, 6 ditingkatkan untuk rata-rata

fungsi intelektual, dan 5 memiliki gangguan bahasa tertentu, 9 memiliki

gangguan spektrum autisme. Pada tes awal, 38 dari 70 anak memiliki hasil

perkembangan kognitif di bawah 70. Dari 38 anak dalam penilaian tindak

lanjut, 23 anak (60,5%) masih dalam jangkauan kognitif yang sama. Ikatan

Dokter Anak Indonesia (IDAI) jawa timur pada tahun 2007, melakukan

pemeriksaan terhadap 2.634 anak, tim medis menemukan sebanyak 14,3 %

untuk gizi kurang, gizi baik 82,1 %, gizi lebih sebanyak 3,6%, untuk hasil

deteksi pertumbuhan dari berat badan. Untuk tinggi badan tim medis

menemukan, perawakan pendek 13,8 %, tinggi badan normal sesuai usia

83,3% dan perawakan tinggi 2,9%. Sedangkan lingkar kepala

ditemukan micro cephaly atau kepala lebih kecil dari usia normal sebanyak

8,3%, normal 90,0% dan makro chephaly 1,7%. Sementara untuk

perkembangan ditemkan normal sesuai dengan usia 53%, meragukan

(membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%, penyimpangan

perkembangan sebanyak 34%. Dari penyimpangan perkembangan, 10%

terkena motorik kasar (seperti berjalan, duduk dan lain-lain), 30% motorik

halus (seperti menulis, memegang dan lain-lain), 44% bicara bahasa dan 16%

sosialisasi kemandirian (Nadhiroh, 2007). Berdasarkan data dari Dinas


3

Kesehatan Kabupaten Ponorogo bulan Januari-Maret 2013 ada 9.519 balita

terdiri dari 4.710 balita laki-laki dan 4.809 balita perempuan yang sudah di

lakukan skrining atau deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang balita di

Puskesmas. Penyimpangan tumbuh kembang yang di temukan diantaranya di

Puskesmas Sambit terdapat 1 anak mengalami gangguan KPSP. Sedangkan di

Puskesmas Jenangan dan Sukorejo terdapat 2 anak mengalami penyimpangan

KPSP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Ponorogo

masih terdapat masalah perkembangan pada anak usia balita. Jika masalah ini

tidak di atasi dapat mengakibatkan gangguan penyimpangan perkembangan

yang menetap sehingga dapat mempengaruhi perkembangan-perkembangan

anak selanjutnya

Tahun pertama kehidupan adalah sangat penting karena merupakan

dasar perkembangan atau penentu perkembangan selanjutnya. Dapat

dikatakan bahwa usia awal merupakan tahapan penting karena dimasa inilah

banyak aspek penting yang berkembang pesat dan merupakan masa

diletakkannya pola-pola dasar perilaku individu. Berbagai aspek

perkembangan tidak terjadi secara terpisah dan sendiri-sendiri, melainkan

saling mempengaruhi antara satu aspek dengan aspek yang lain. Hambatan

dalam salah satu aspek dapat menghambat perkembangan aspek yang lainnya.

Oleh karena itu seluruh aspek perkembangan harus dianggap sama

pentingnya dan semua diupayakan berkembang optimal. Agar perkembangan

individu terjadi seoptimal mungkin, diperlukan pemberian stimulasi-stimulasi

sesuai dengan taraf perkembangannya karena kurangnya stimulasi dapat

menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan


4

menetap (Soetjiningsih, 2012:9-12). Menurut hasil riset bahwa perkembangan

kognitif terendah ditemukan pada anak-anak yang menerima stimulasi

psikososial yang buruk, sedangkan anak-anak dengan stimulasi psikososial

yang tinggi mencetak tertinggi pada perkembangan kognitif. Stimulasi

psikososial berkorelasi secara signifikan dengan perkembangan kognitif anak.

(Oktarina Warsito,at al. 2014:3-5).

Tumbuh kembang pada anak tak lepas dari peran serta orangtua.

Tingkat pendidikan dan sosial orangtua yang relatif rendah dapat

mempengaruhi tumbuh kembang pada anak karena mereka menganggap

bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah

kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para

orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan

perkembangannya mempunyai pengertian yang sama (Nursalam,at.al,

2005:31). Dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peran ibu dan ekologi

anak yaitu peran ibu sebagai para genetik faktor yang mempengaruhi

terhadap pertumbuhan dan psikologis terhadap pertumbuhan post natal dan

perkembangan kepribadian melalui ibu, sehingga ibu dapat memberikan

stimulasi perkembangan kognitif dengan cara anak diperlukan interaksi

dengan lingkungannya antara lain dengan bergerak, melihat, memegang,

mendengar, mencium, melakukan sesuatu dan melakukan interaksi sosial

dengan lingkungannya. Hal ini terkait dengan tempat pertama anak belajar

beradaptasi dengan lingkungan yaitu keluarga. Agar anak dapat tumbuh

kembang dengan optimal, di perlukan lingkungan yang kondusif (Candriyani,

2009:14-15).
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah: “Adakah Hubungan Kebutuhan Psikososial dengan

Perkembangan Anak usia 3-6 tahun di TK PKK dan PGRI Desa Kedung

Banteng Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Utama

Untuk mengetahui Hubungan Kebutuhan Psikososial dengan

Perkembangan Anak usia 3-6 tahun di TK PKK dan PGRI Desa Kedung

Banteng Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kebutuhan psikososial anak usia 3-6 tahun.

b. Mengidentifikasi perkembangan anak usia 3-6 tahun.

c. Menganalisis Hubungan Kebutuhan Psikososial dengan Perkembangan

Anak usia 3-6 tahun.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melengkapi pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya

stimulasi psikososial. Teori menganjurkan untuk mengembangkan potensi

perkembangan tersebut melalui interaksi dengan lingkungan. Dengan

mengasimilasi informasi melalui indra, memprosesnya, dan melakukannya

mereka semakin memahami hubungan antar objek dan antara diri mereka

dan dunia. Perubahan yang efektif tergantung pada individu yang terlibat

dan pola asuh yang diberikan (wong,at.al: 2009:45).


6

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian tentang stimulasi psikososial dengan

perkembangan anak ini mampu meningkatkan pengetahuan ibu tentang

pemberian stimulasi untuk perkembangan anaknya agar lebih maksimal.

Ibu lebih mengerti dan memahami tentang kebutuhan psikososial pada

anak usia prasekolah itu sangat di perlukan untuk membentuk

perkembangan yang optimal pada anaknya.

Anda mungkin juga menyukai