Anda di halaman 1dari 43

TUGAS KONSTRUKSI BAJA

DISUSUN OLEH :

ROBBI BAYUAJI NUGROHO


1117030063
TEKNIK SIPIL
2 - GEDUNG 3
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Konstruksi Baja.

Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Depok, 9 Maret 2019

Robbi Bayuaji Nugroho


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Baja merupakan salah satu bahan yang biasa digunakan dalam suatu konstruksi.
Suatu konstruksi yang berbahan utama baja dinamakan konstruksi baja. Baja sendiri
memiliki keuntungan dan kerugian dalam pengunaannya. Oleh karena itu pada
tugas ini ada dibahas apa itu konstruksi, struktur, keuntungan dan kerugiannya dan
rumus-rumus tegangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Struktur?
2. Apa itu Konstruksi?
3. Apa kelebihan dan kerugian suatu konstruksi yang menggunakan struktur baja?
4. Apa saja rumus-rumus tegangan? dan jelaskan maksudnya

1.3 Tujuan
1. Memahami arti dari konstruksi dan struktur
2. Mengetahui kelebihan dan kerugian menggunakan baja dalam konstruksi
3. Memahami rumus-rumus tegangan
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi Struktur

Struktur memiliki banyak artian secara luas, sebelum lebih jauh,


menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : struktur/struk·tur/ n 1 cara sesuatu
disusun atau dibangun; susunan; bangunan; 2 yang disusun dengan pola
tertentu; 3 pengaturan unsur atau bagian suatu benda; 4 ketentuan unsur-unsur
dari suatu benda; 5 pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis;

Pengertian Struktur menurut beberapa sumber :

• https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur menjelaskan :
“Struktur benda adalah sifat fundamental bagi setiap sistem yang dalam
penggunaannya sering dapat di petukarkan dengan kata-kata. Identifikasi
suatu struktur adalah suatu tugas subjektif, karena tergantung pada asumsi
kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya, dan hubungan mereka.
Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur berorientasi tujuan, dan
tergantung pada pengetahuan yang ada.
Menurut Prof. Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoretis) yang terdiri
atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan.
Struktur ada struktur atas, struktur bawah. Struktur mempunyai sifat:
Totalitas, Transformatif, Otoregul”

• http://alfianarsitek.blogspot.com/2017/01/pengertian-struktur-dan-
konstruksi.html/ menjelaskan :
“ Struktur adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan seperti
pondasi, sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda, dan atap. Pada prinsipnya,
elemen struktur berfungsi untuk mendukung keberadaan elemen nonstruktur
yang meliputi elemen tampak, interior, dan detail arsitektur sehingga
membentuk satu kesatuan. Setiap bagian struktur bangunan tersebut juga
mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. “
• https://winnerfirmansyah.wordpress.com/2011/05/07/definisi-struktur/
Menjelaskan :
“ Definisi struktur dalam konteks hubungannya dengan bangunan
adalah sebagai sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaannya
dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. (Scodek,1998) . Struktur adalah
tata ukur, tata hubung, tata letak dalam suatu system yang membentuk satuan
kerja. Dalam ilmu arsitektur, struktur berhubungan dengan sistem penyaluran
atau distribusi gaya-gaya eksternal maupun internal ke dalam bumi.
(http://www.scribd.com/doc/20096056/Struktur-Dan-Konstruksi-4). Structure
is a thing constructed; a complex entity constructed of many parts.(Struktur
adalah sesuatu yang terkonstruksi; suatu komplek kesatuan yang terkonstruksi
oleh banyak bagian). Structure is the manner of construction of something and
the arrangement of its parts.(Struktur adalah nilai dari suatu konstruksi dan
pengaturan dari masing-masing bagiannya)
(http://wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn). Structure is a fundamental
and sometimes intangible notion covering the recognition, observation,
nature, and stability of patterns and relationships of entities.(Struktur adalah
sebuah gambaran yang mendasar dan kadang tidak berwujud, yang mencakup
pengenalan, observasi, sifat dasar, dan stabilitas dari pola-pola dan hubungan
antar banyak satuan terkecil di dalamnya)
(http://en.wikipedia.org/wiki/Structure). Structure is something constructed,
such as a building. (Struktur adalah sesuatu yang terkonstruksi, seperti sebuah
bangunan) (http://www.answers.com/topic/structure). Structure is the action
of building (Struktur adalah aksi dari bangunan) Structure is something (as a
building) that is constructed (Struktur adalah sesuatu (bangunan) yang
terkonstruksi) Structure is something arranged in a definite pattern of
organization (Struktur adalah sesuatu yang tersusun dalam pola organisasi
yang pasti) Structure is manner of construction (Struktur adalah nilai dari
suatu konstruksi) (http://www.merriam-webster.com/dictionary/structure) “

• http://sahaarchfirst.blogspot.com/ menjelaskan :
Struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban dari akibat
penggunaan atau kehadiran bangunan kedalam tanah.
B. Definisi Konstruksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : konstruksi/kon·struk·si/ n 1


susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan
sebagainya): rumah itu kokoh karena -- nya beton bertulang; 2 Ling susunan
dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata: makna suatu kata
ditentukan oleh -- dalam kalimat atau kelompok kata;

Pengertian konstruksi menurut beberapa sumber :

• https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi menjelaskan :
“ Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi
juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau
pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek
keseluruhan bangun(an) yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal,
Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari
struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan,
Konstruksi Kapal, dan lain lain.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu
bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya)[1] Walaupun kegiatan
konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya
konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan
lain yang berbeda.

• http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/10/pengertian-konstruksi.html/
menjelaskan :
“ Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi
juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau
pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek
keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal,
Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari
struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan,
Konstruksi Kapal, dan lain lain. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai
susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain
sebagainya) Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan,
tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri
dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. “

• http://sahaarchfirst.blogspot.com/ menjelaskan :
“Definisi mengenai konstruksi adalah bentuk-bentuk yang merupkan
transformasi (penggabungan ) dari berbagai struktur dan merupakan suatu
penggabungan gaya-gaya. Konstruksi merupakan penerimaan beban suatu
bangunan yang kemudian di salurkan oleh struktur-strukturnya ke dalam
tanah.”
C. Kelebihan dan Kekurangan Struktur Baja
Konstruksi baja adalah suatu konstruksi, yang menggunakan baja
sebagai bahan utama pada struktur yang memiliki tujuan dan mengikuti
kaidah-kaidah teknik.
Kelebihan Struktur baja :
 Pemasangan yang relatif mudah, menggunakan konstruksi selain baja,
mungkin membutuhkan tenaga yang banyak, namun dengan
menggunakan konstruksi baja, semua tenaga bisa dipangkas, sesuai
dengan kebutuhan dari pengerjaannya dan bahkan dalam hal biaya
konstruksi baja lebih menekan pada biaya operasional.
 Mudah di bongkar atau juga mudah untuk di pindahkan, sangat berbeda
jika menggunakan konstruksi lain, misalnya cor beton, apa mungkin
bisa dipindahkan ke tempat lain sesuai dengan keinginan? inilah yang
menjadi pertimbangan bagi banyak pihak, bahwa baja lebih efisien
dibanding dengan konstruksi lainnya.
 Berat lebih ringan di bandingkan dengan cor beton.
 Baja memiliki ukuran serta kualitas yang terterntu yang sudah di
pastikan dari pabriknya.
 Baja dapat dengan mudah dibuat dan diproduksi secara besar-besaran.
 Baja sangat fleksibel. Dapat dibentuk menjadi bentuk apa pun, tanpa
mengubah sifatnya.
 Baja relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya.
 Tahan lama. Struktur baja struktural dapat menahan tekanan eksternal
seperti gempa bumi, badai petir, dan siklon. Struktur baja yang
dibangun dengan baik dapat bertahan hingga 30 tahun jika dirawat
dengan baik.
 Mudah diperbaiki. Struktur baja secara umum dapat diperbaiki dengan
cepat dan mudah
 Bangunan baja dapat dengan mudah disambungkan apabila ada
penambahan konstruksi
Sifat–sifat utama baja untuk dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan :

 Keteguhan (solidity) artinya mempunyai ketahanan terhadap tarikan,


tekananatau lentur
 Elastisitas (elasticity) artinyakemampuan / kesanggupan untuk dalam
batas–batas pembebanan tertentu, sesudahnya pem-bebanan ditiadakan
kembalikepada bentuk semula.
 Kekenyalan / keliatan (tenacity) artinya kemampuan/kesanggupan
untukdapat menerima perubahan perubahan bentuk yang besartanpa
menderitakerugian-kerugian berupa cacat atau kerusakan yang terlihat
dari luar dandalam untuk jangka waktu pendek
 Kemungkinan ditempa-(maleability) sifat dalam keadaan merah
pijar menjadilembek dan plastis sehingga dapat dirubah bentuknya
 Kemungkinan dilas (weklability) artinya sifat dalam keadaan panas
dapatdigabungkan satu sama lain dengan memakai atau tidak memakai
bahantambahan, tampa merugikan sifat-sifat keteguhannya
 Kekerasan (hardness) Kekuatan melawan terhadap masuknya benda
lain

Kerugian Struktur Baja :


 Baja adalah paduan besi. Ini membuatnya rentan terhadap korosi.
Masalah ini dapat dipecahkan sampai batas tertentu menggunakan
aplikasi anti-korosi.
 Biaya. Struktur baja mungkin lebih mahal daripada jenis struktur
lainnya. biaya perawatan contohnya karena harus dicat agar tahan
korosi
 Ada banyak biaya tahan api yang terlibat karena baja tidak tahan api.
Pada suhu tinggi, baja kehilangan sifat-sifatnya.
 Tekuk/lendutan adalah masalah dengan struktur baja. Karena panjang
kolom baja meningkatkan kemungkinan tekuk/lendutan juga
meningkat.
 Baja memiliki tingkat ekspansi yang tinggi dengan perubahan suhu. Ini
dapat merusak keseluruhan struktur.
D. Tegangan dan jenis-jenisnya
Pengertian Tegangan
Hukum Newton pertama tentang aksi dan reaksi, bila sebuah balok terletak di
atas lantai, balok akan memberikan aksi pada lantai, demikian pula sebaliknya
lantai akan memberikan reaksi yang sama, sehingga benda dalam keadaan
setimbang. Gaya aksi sepusat (F) dan gaya reaksi (F”) dari bawah akan
bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika kita ambil penampang A-
A dari balok, gaya sepusat (F) yang arahnya ke bawah, dan di bawah
penampang bekerja gaya reaksinya (F”) yang arahnya ke atas.

Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di bawah


bidang penampang A-A saling tekan menekan, maka setiap satuan luas
penampang menerima beban sebesar: F/A

Macam-macam Tegangan
Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan reaksi. Pada
pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan tekan terjadi
tegangan tekan, begitu pula pada pembebanan yang lain.
a. Tegangan Normal
Tegangan normasl terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada
benda. Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam
m2, maka satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2. Suatu tegangan  x
bekerja dalam arah normal terhadap penampang sebuah balok dari regangan
normal x . Tiap serat longitudinal dari sebuah balok hanya dikenakan beban
tarik dan tekan (yaitu, serat-serat dalam tegangan uniaksial).
Sehingga diagram tegangan-regangan bahan akan memberikan hubungan
sebanding antara (  x ) dan (  x ). Jika bahannya elastis dengan suatu
diagram tegangan-regangan linier, maka dapat digunakan Hukum Hooke
untuk tegangan uniaksial  dan diperoleh :
 x  E x EKy
Jadi, tegangan normal yang bekerja pada penampang berubah secara linier
terhadap jarak y dari permukaan netral. Jenis distribusi tegangan ini
digambarkan pada Gambar 3.1, yaitu tegangan relatif (tekan) di bawah
permukaan netral apabila kopel Mo bekerja dalam arah yang ditunjukkan. Kopel
ini menghasilkan suatu kelengkungan positif K dalam balok, meskipun
menyatakan suatu momen lentur negatif M. Tegangan normal pada suatu balok
digambarkan oleh persamaan berikut:

Tegangan normal pada suatu balok digambarkan oleh persamaan berikut:


Dimana,
My
  : tegangan normal
I
M : momen lentur pada penampang
y : jarak dari sumbu netral ke tegangan normal
I : momen inersia

Pada fiber terluar balok nilai koordinat y dinotasikan dengan simbol c,


sehingga tegangan normal maksimumnya menjadi:
 Mc   M
maks  I atau maks
Ic
I/c disebut modulus penampang yang umumnya dinotasikan dengan simbol Z.
Sehingga tegangan lentur maksimum digambarkan oleh persamaan:
 M 
maks Z

b. Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan lain-
lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan tarik yang
besarnya tergantung pada beratnya.
c. Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling berlawanan
dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang bangunan
yang belum mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang torak. Tegangan
tekan dapat ditulis:
d. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada
penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada
konstruksi. Misalnya: sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan benda
diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah Apabila pada konstruksi
mempunyai n buah paku keling, maka sesuai dengan persamaan dibawah ini
tegangan gesernya adalah

e. Tegangan Lengkung
Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan
ditumpu. Jadi, merupakan tegangan tangensial. Gambar 20. Tegangan
lengkung pada batang rocker arm.
f. Tegangan Puntir
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi
pada mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan
trangensial.
Tegangan dan Regangan Balok akibat Lentur Murni
Pada bab berikut akan dibahas mengenai respons balok akibat pembebanan. Balok
adalah batang yang dominan memikul beban-beban yang bekerja arah transversal. Akibat
beban ini, balok akan mengalami deformasi yang berupa lengkungan atau lenturan yang
menimbulkan regangan dan tegangan. Dalam pembahasan akan dibatasi terlebih dahulu
bahwa balok hanya menerima lentur murni (pure bending), batang lurus dan pnsmatis.
Lentur murni terjadi pada balok dengan momen lentur konstan (dM/dx=0) dan tanpa gaya
normal. Contoh balok yang mengalami lentur murni diperlihatkan pada Gambar 4.1. Pada
Gambar 4. 1.(a) lentur murni terjadi pada balok bagian tengah (di antara beban-beban P),
sedangkan pada Gambar 4.1 .(b) lentur murni terjadi pada seluruh bentang balok.

(a) lentur murni bagian tengah balok (b) lentur murni sepanjang balok
Gambar 4.1. Balok yang dibebani lentur

Sekarang ditinjau sebuah balok yang dibebani momen lentur pada kedua ujungnya (lihat
Gambar 4.2). Mula-mula sumbu memanjang balok benmpit dengan sumbu x (positif,
kekanan). Setelah diben momen-momen ini, balok akan melendut kebawah. Sumbu y
melalui ujung balok sebelah kiri dan positif arahnya kebawah. Untuk pembahasan
selanjutnya, penampang balok dianggap bersifat simetri terhadap sumbu y dan momen
bekerja pada bidang xy, sehingga kelengkungan balok hanya terjadi pada bidang xy saja.

Tinjaulah dua buah titik k dan m dengan jarak antar keduanya sangat kecil yaitu dx. Titik k
berjarak x dan ujung kiri balok (sumbu y). Jika pada bidang xy dibuat garis normal (garis
yang memotong batang dengan arah tegak lurus sumbunya) k-I dan rn-n
yang masing-masing melalui titik k dan m, maka kedua garis ini akan sejajar. Setelah
balok dibebani lentur M, perpanjangan kedua gans normal ini tidak lagi sejajar tetapi akan
bertemu di suatu titik 0 yang disebut sebagai pusat kelengkungan. Jarak dari titik
0 ke sumbu batang yang melentur disebut jari-jari kelengkungan p. Jika momen
sepanjang balok konstan, maka jari-jari kelengkungan ini juga konstan. Dalam kenyataan
di lapangan, kelengkungan balok ini sangat kecil, atau sudut & sangat kecil (lihat Gambar
4.2).

Gambar 4.2. Lenturan pada sebuah balok

Jika ukuran balok arah lateral relative kecil dibandingkan dengan panjang balok, maka ada
beberapa asumsi yang lazim digunakan, antara lain:
 bidang normal akan tetap rata baik sebelum maupun setelah balok mengalami
deformasi,
 deformasi lateral akibat tegangan normal diabaikan,
 deformasi akibat geser diabaikan.

Benkut ditinjau kembali garis k-l dan rn-n sebelum dan setelah balok mengalami
deformasi lentur, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.3. Akibat lentur, penampang-
penampang ini akan berputar satu terhadap yang lainnya. Serat bagian atas memendek
sedangkan bagian bawah memanjang. Pada bagian yang memendek terjadi regangan
tekan (tegangan tekan), pada bagian yang memanjang terjadi regangan (tegangan tarik).
Di antara keduanya terdapat bagian yang netral, dimana
tidak terjadi regangan tarik maupun tekan. Tempat kedudukan titik-titik yang regangannya
nol ini dinamakan gans netral (g.n.). Karena regangan dan tegangan ini tegak lurus
dengan bidang potongan, maka disebut regangan dan tegangan normal. Tegangan ini
searah dengan arah longitudinal batang (arah x). Regangan normal arah x akan
berbanding lurus denganjaraknya dan garis netral.

 xx  C.y (4.1)

dengan C adalah konstanta.

(a) penampang (b) deformasi (c) distribusi regangan dan tegangan

Gambar 4.3. Deformasi, distribusi regangan dan tegangan normal balok akibat
lentur murni

Oleh karena regangan berbanding lurus dengan jaraknya dan ganis netral, maka untuk
bahan yang mempunyai hubungan tegangan regangan yang linier akan terjadi tegangan
yang juga berubah secara linier. Dari hukum Hook didapatkan tegangan normal:

 xx  E  xx  C E y (4.2)

Gaya dalam pada luasan kecil dA dapat dianggap sama dengan tegangan dikalikan
dengan luas penampangnya, atau:

dN   xx dA  CEydA (4.3)

Sedangkan resultan gaya dalam pada seluruh penampang adalah:

N  ∫ C E y dA (4.4)

Pada kondisi lentur murni, dimana batang tidak dibebani gaya normal, maka resultan gaya
dalam N harus sama dengan nol.

0  CE ∫ y dA (4.5)
Oleh karena C dan E masing-masing konstanta yang tidak sama dengan y nol, maka:

∫ y dA  0 (4.6)

Persamaan (4.6) menunjukkan bahwa momen statis penampang hams sama dengan nol.
Nilai ini terpenuhi, jika garis netral melalui titik berat (TB) penampang. Dalam
pembahasan berikutnya dianggap bahwa garis netral selalu melalui titik berat penampang
batang (untuk kondisi lentur murni).

Jika digunakan perbandingan dua buah segitiga sebangun seperti pada Gambar 4.2
sebelah kanan, maka nilai konstanta C dapat dicari dengan persamaan-persamaan
berikut:

Dan  xx  Cy (4.1)

1
Maka didapat : C (4.8)

atau nilai konstanta C adalah sama dengan nilai kelengkungannya.
Dari Gambar 4.2 didapatkan:

Oleh karena  sangat kecil, maka:

Momen lentur dalam dapat dican dengan mengalikan resultan gaya normal dengan
lengannya ke garis netral:
Sebagai perjanjian tanda, momen lentur bertanda positif, jika lendutan balok arahnya ke
bawah, negatifjika lendutan ke atas (lihat Gambar 4.4). Dengan demikian balok
d2y negatif, sehingga konstanta C dengan
yang menenma momen positif, nilai
dx 2
memperhatikan Persamaan (4.8) dan (4.12) dapat dituliskan kembali menjadi:

(a) Momen lentur positif (M > 0) (b) Momen lentur negatif (M < 0)
Gambar 4.4. Perjanjian tanda untuk momen lentur

Tegangan normal  xx balok akibat momen lentur mumi dapat dihitung dengan
mensubstitusikan Persamaan (4.14) ke dalam Persamaan (4.2), didapat:

Tegangan maksimum terjadi pada titik-titik yang terjauh dari garis netral yang biasanya
terjadi pada serat teratas dan terbawah. Jika jarak terjauh serat teratas dan terbawah
ke garis netral masing-masing adalah yt dan yb, maka tegangan normal terbesar (lihat juga
Gambar 4.3.(c)) masing-masing:

Dan

1
dengan I adalah momen inersia penampang terhadap sumbu z, sedangkan S t 
yt
1
dan S 
b masing-masing adalah modulus tampang.
b y
Besaran-besaran geometri penampang, misalnya momen inersia I dan modulus tampang
S dapat dihitung dengan rumus-rumus yang telah dibahas pada Bab 3. Jika digunakan
profil baja buatan pabnk biasanya besaran-besaran mi sudah tersaji dalam tabel-tabel
profil. Contoh tabel baja profil dapat dilihat path lampiran B.

Di dalam praktek, ada kemungkinan arah beban tidak benmpit dengan sumbu y (titik pada
bidang xy), tetapi membentuk sudut tertentu terhadap sumbu y. Momen luar M dapat
diuraikan menjadi dua komponen, yaitu M (terhadap sumbu y’) dan M (terhadap sumbu z).
Sehingga penampang dibebani momen lentur dua arah (biaksial). Sedangkan tegangan-
tegangan normal dapat dihitung sebagai superposisi akibat kedua komponen momen mi.
Sebagai contoh, penempatan gording dari kayu dengan penampang persegi yang
dipasang miring, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.5.
Sudut  adalah sama dengan sudut kemiringan atap.

Tegangan normal disembarang titik pada penampang (y,z) dapat diperoleh dengan
rumus:

dengan M z dan My adalah momen yang memutar sumbu z dan sumbu y.


Gambar 4.5. Penampang yang dibebani momen lentur biaksial

Tegangan Balok akibat Momen Lentur dan Gaya Aksial


Tegangan pada balok yang dibahas selama ini hanya akibat lentur saja. Kenyataan di
lapangan, selain lentur, balok sering juga dibebani gaya aksial. Pada pembahasan berikut
dibatasi pada balok/batang pendek, dengan demikian pengaruh deformasi lateral yang
dapat mengakibatkan pembesaran momen lentur diabaikan. Jika gaya aksial ini sentris
atau melalui titik berat penampang, akan memberikan pengaruh tegangan yang merata
pada seluruh penampangnya. Tegangan dalam merupakan superposisi akibat gaya aksial
N dan momen lentur M, atau dapat dituliskan dengan persamaan berikut ini.

Jika gaya aksial yang bekerja adalah tekan, maka nilai N pada rumus di atas diambil
negatif.

Untuk mencari letak garis netral akibat gaya aksial dan momen lentur dapat dicari dengan
memberi nilai tegangan normal sama dengan nol. Jika jarak garis netral ke titik berat
penampang adalah y n maka didapatkan:
Pengaruh momen lentur M z terhadap gaya normal adalah eqivalen dengan pengaruh
gaya aksial yang bekerja tithk sentris (tidak melalui titik berat penampang). Misalnya gaya
aksial N bekerja dengan eksentrisitas e, maka:
M z N e (4.21)
Tegangan normal didapat dan hasil superposisi tegangan akibat gaya aksial sentris N dan
momen lentur M z, maka Persamaan (4.19) dapat dituliskan menjadi:

Sedangkan letak garis netral terhadap sumbu utama (lihat Gambar 4.7) adalah:

Jari-jari girasi pada Persamaan (3.32) diketahui atau:

Maka Persamaan (4.23) dapat dituliskan:

Gambar 4.7. Tegangan akibat gaya aksial tidak sentris


Demikian pula jika balok menerima kombinasi momen lentur dan gaya aksial yang bekerja
tidak melalui titik berat penampang (lihat Gambar 4.8), maka tegangan normal menjadi:

Dengan menyamakan tegangan normal pada Persamaan (4.25) dengan nol, maka akan
didapat letak garis netralnya.
Gambar 4.8. Tegangan akibat lentur dan gaya aksial yang tidak sentries

Jika beban aksial N tidak sentris terhadap kedua sumbu utama penampang y dan z,
dimana eksentrisitas masing-masing adalah e y dan ez, maka timbul momen terhadap
sumbu y dan z masing-masing Pey dan Pez. Tegangan normal pada sembarang titik
dengan koordinat (y, z) adalah:

Dan Persamaan (4.26) dapat dicari tempat kedudukan titik-titik yang tegangannya sama
dengan nol yang terletak pada garis lurus dengan persamaan dalam y dan z sebagai
berikut:

Analog dengan Persamaan (4.24), Persamaan (4.27) dapat dituliskan:

Garis netral ini akan memotong sumbu y dan z pada titik Y dan Z dengan jarak masing-
masing yn, dan zn, dan sumbu-sumbunya, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Tegangan akibat beban aksial eksentris N

4.3. Teras Penampang


Letak garis netral yang dihitung dengan Persamaan (4.27) tergantung dan eksentrisitas
beban e. Jika beban aksial bekerja pada titik berat penampang (e = 0), maka tegangan
normal terbagi merata pada seluruh penampang. Hal ini menunjukkan bahwa letak garis
netral mempunyai jarak tak terhingga dari titik berat penampang. Semakin besar
eksentrisitas e, semakin dekat letak garis netral ke titik berat penampang. Jika batang
hanya dibebani lentur murni saja, benarti eksentnisitas sangat besar dan gaya aksial
mendekati nol, maka garis netral akan melalui titik beratnya. Diantana dua kondisi ini, ada
suatu tempat kedudukan titik-titik bekerjanya gaya aksial, dimana seluruh penampang
akan terjadi tegangan dengan tanda yang sama yaitu tarik atau desak saja. Hal ini dapat
terjadi, jika garis netral terdekat terletak pada sisi-sisi luar penampang. Tempat
kedudukan titik-titik tangkap bekerjanya gaya aksial ini berada dalam suatu luasan yang
disebut teras (kern) penampang.

Jika teras penampang ini diketahui dan beban tekan berada didalamnya, maka pada
penampang tidak terjadi tegangan tarik. Contoh aplikasi yang sering dijumpai adalah pada
fondasi telapak, dimana beban fondasi akan dilimpahkan pada tanah dasar di bawahnya.
Karena tanah berupa butiran lepas maka tidak atau dianggap tidak mampu menenima
tegangan tarik. Sehingga reaksi tanah tidak boleh terjadi tegangan tarik. Aplikasi lain
misalnya perencanaan pilar jembatan yang bahannya dan pasangan bata
atau batu kali, yang titik mampu menahan tegangan tarik. Dari dua contoh ini letak beban
harus diatur sedemikian rupa sehingga tanah dasar fondasi atau penampang pilar
pasangan bata hanya terjadi tegangan tekan saja. Dari batasan ini kita dapat
merencanakan ukuran penampangnya, jika gaya aksial dan eksentrisitasnya diketahui.

Untuk mengetahui batas teras penampang, kita gunakan lagi Persamaan (4.22).
Sekarang persoalannya dibalik, bukan e diketahui dan yn yang dicari, tetapi e yang dicari
yang mana yn sudah diketahui. Eksentrisitas maksimum, dimana penampang terjadi tekan
atau tarik saja dapat terjadi jika yn, sama dengan Yt atau Yb (lihat Gambar 4.10).
Persamaan untuk mencari tegangan normal untuk kedua kondisi ini adalah sebagai
berikut:

Maka akan didapatkan eksentrisitas maksimum yang nilainya masing-masing:

Pada Gambar 4.10 ditunjukkan teras penampang persegi.

Gambar 4.10. Teras penampang persegi

Selama beban terletak pada luasan yang terarsir, penampang akan menerima tegangan
dengan tanda yang sama.
4.4 Balok Komposit
Balok komposit adalah balok yang terbuat lebih dari satu bahan. Beberapa contoh balok
komposit a.l.: balok kayu dan beton, baja dan beton atau beton bertulang seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.10. Keuntungan pemakaian balok komposit antara lain
dapat dimanfaatkan bahan secara optimal, misalnya beton kuat terhadap beban tekan
digunakan untuk menahan gaya tekan sedangkan untuk menahan gaya tarik beton dapat
diganti dengan bahan lain misalnya baja.

Gambar 4.11. Beberapa balok komposit

Anggapan bahwa penampang yang rata akan tetap rata sebelum dan setelah terjadi
lentur tetap berlaku untuk balok komposit. Hal ini dapat terjadi jika ada ikatan/lekatan yang
baik antara bahan-bahan penyusun balok. Regangan normal juga akan berbanding lurus
dengan jaraknya dan garis netral. Contoh sebuah balok komposit dan distribusi regangan
dan tegangan normal dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11. Distribusi regangan dan tegangan pada balok komposit

Tegangan pada sembarang titik yang berjarak y dari garis netral diperoleh dari nilai
regangan yang dikalikan dengan modulus elastisitas masing-masing bahannya.

dengan adalah tegangan normal pada bahan yang ke i. Sedangkan besamya resultan
gaya pada seluruh penampang adalah:
Oleh karena batang hanya dibebani lentur murni, berarti resultan gaya asksial yang
bekerja pada penampang adalah nol, maka letak garis netral dapat diperoleh dengan:

Momen lentur M dapat dihitung dengan mengalikan gaya aksial dari masing-masing
bahannya seperti yang tertulis pada Persamaan (4.33) dengan jaraknya ke titik pusat
berat atau ke garis netral:

Dengan memperhatikan Persamaan (4.31) tegangan normal yang terjadi pada masing-
masing bahannya diperoleh dengan rumus:

Contoh aplikasi balok komposit yang banyak digunakan di lapangan adalah balok beton
bertulang, yang terbuat dari dua bahan yaitu beton dan baja tulangan. Jika modulus
elastisitas dan momen inersia beton dan baja masing-masing digunakan indeks c dan s,
maka tegangan masing-masing dapat ditulis dengan:

Untuk menghitung tegangan-tegangan balok komposit sering digunakan metoda


penampang transformasi. Dengan metoda ini penampang suatu bahan dapat
ditransformasikan menjadi suatu penampang ekivalen, sehingga seolah-olah balok
hanya disusun dan satu bahan saja. Pada balok komposit yang bahannya terdiri dari
beton dan baja, untuk mentransformasikan penampang baja ke dalam penampang beton
ekivalen digunakan faktor n yang nilainya:

Sehingga tegangan beton yang dihitung dengan persamaan (4.39a) dapat dituliskan
dengan Persamaan (4.41), jika pembilang dan penyebut masing-masing dibagi dengan Ec.

Sedangkan tegangan yang terjadi pada baja:

dengan It adalah momen inersia penampang transformasi terhadap garis netral, yang
dihitung dengan rumus:

Cara penyelesaian dengan metoda transformasi ini secara umum dapat dipakai untuk
menyelesaikan balok komposit yang terbuat lebih dari satu bahan.

Pada balok yang terbuat dari beton bertulang, ada beberapa hal khusus yang perlu
diperhatikan mengingat beton cukup kuat menahan tekan namun kurang kuat menahan
tarik. Jika diperhatikan lagi diagram tegangan normal suatu penampang beton bertulang
yang mengalami momen lentur positif yang diperlihatkan pada Gambar 4.12, maka bagian
dibawah garis netral terjadi tegangan tarik. Jika tegangan tarik ini melampaui kuat tarik
beton, maka beton pada daerah ini akan mengalami retak. Setelah retak, beton tidak
mampu lagi menahan tegangan tarik. Gaya tarik pada bagian ini akhirnya ditahan oleh
baja tulangan saja.
Gambar 4.12. Balok beton bertulang yang telah mengalami retak

Gambar 4.12 memperlihatkan retak balok beton bertulang pada daerah tarik serta
distribusi regangan dan tegangan pada penampang yang ditinjau. Beton bagian tarik
dianggap tidak ada, sehingga letak garis netral ditentukan dengan menyamakan momen
statis luasan beton tekan dengan luasan baja tulangan yang mengalami tank. Jika
penampang balok mempunyai ukuran penampang seperti pada Gambar 4.12, maka jarak
garis netral ke sisi atas penampang dapat dihitung dengan persamaan kuadrat seperti
berikut ini.

dengan, b : lebar balok


d : jarak dan sisi atas penampang ke pusat berat penampang A s : luas baja
tulangan
n : perbandingan modulus elastisitas baja dengan beton
Momen inersia penampang tnansformasi I t dapat dihitung dengan Persamaan (4.44),
dimana luasan beton pada daerah tarik diabaikan. Sedangkan tegangan yang terjadi pada
beton dan baja masing-masing dapat dihitung dengan Persamaan (4.42) dan (4.43).

Tegangan Geser pada Balok


Berikut ini akan dibahas mengenai tegangan geser pada batang yang mengalami lentur
yang tidak merata akibat adanya gaya lintang. Sebagai contoh sederhana, ditinjau sebuah
balok seperti diperlihatkan pada Gambar 4.14 yang menerima lentur dan gaya lintang
pada bidang xy.
Gambar 4.14. Balok yang dibebani lentur dan gaya lintang

Sekarang tinjaulah dua potongan I dan II yang benjarak dx pada balok tersebut.
Tegangan normal xx yang diakibatkan adanya momen lentur pada kedua potongan
tersebut diperlihatkan pada Gambar 4.15. Selanjutnya hanya ditinjau luasan terarsir A1
yang merupakan sebagian dan luas penampang seluruhnya.
Benda bebas (free body) bagian ini diperlihatkan pada Gambar 4.15.(c). Akibat momen
lentur potongan sebelah kiri (potongan I-I) dan sebelah kanan (potongan II-II) terdapat
gaya normal yang masing-masing besarnya NI dan NII.

Gambar 4.15. Gaya geser akibat lentur pada balok


Gaya normal pada penampang A, adalah sebagai berikut:

dengan S: momen statis penampang yang ditinjau A1 terhadap garis netral penampang
total. Dengan cara yang sama diperoleh gaya normal pada potongan II-II sebesar:

Jika besarnya momen pada potongan I adalah M dan pada potongan II adalah M + dM,
maka Persamaan (4.47) dapatjuga ditulis,

Oleh karena NI tidak sama dengan NII, maka harus ada gaya lain agar benda bebas
tersebut dalam kondisi seimbang terhadap gaya-gaya horisontal. Sehingga pada bidang
batas timbul gaya geser N yang besarnya:

Sehingga, pada bidang batas tersebut terjadi tegangan geser sebesar:

Oleh karena tegangan geser pada suatu potongan pada balok tergantung pada
momen statis S, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
• Tegangan geser pada tepi atas dan bawah sama dengan nol
• Pada penampang tertentu tegangan geser maksimum terjadi jika S juga
maksimum, hal ini terjadi pada garis netral penampang.
Berdasarkan teori tentang geser pada sub Bab 2.5, bahwa tegangan geser ini terjadi tidak
hanya pada bidang horisontal saja, tetapi juga pada bidang vertikal dengan nilai sama
dengan arah yang saling mendekati atau saling menjauhi.

Balok Susun
Suatu balok dapat terdiri dan beberapa batang yang disusun menjadi satu. Balok-balok
seperti ini dibuat jika ukuran-ukuran yang diperlukan tidak ada di pasaran, sehingga harus
disusun/dibuat sendiri dengan cara menggabungkan beberapa penampang menjadi satu
kesatuan. Contoh balok susun dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Beberapa contoh balok susun

Walaupun terdiri dari beberapa potongan, namun masing-masing potongan dapat


dihubungkan/digabungkan menjadi satu kesatuan sehingga gabungan ini dapat dianggap
sebagai batang tunggal. Konsekuensinya, diperlukan alat sambung untuk menahan geser
yang terjadi di antara potongan-potongan yang disusun. Pada Gambar
4.17 diperlihatkan perbedaan perilaku balok susun: (a) saling lepas dan (b) disatukan
dengan alat sambung geser.

Gambar 4.17. Deformasi balok susun

Contoh/Aplikasi
Contoh 4.1 : Bagaimana distribusi tegangan geser balok yang berpenampang persegi
dengan ukuran b x h.
Penyelesaian:
• Distribusi tegangan geser secara umum:

• Pada tepi atas dan bawah:

• Pada garis netral

(a) penampang persegi (b) distribusi tegangan geser

Gambar 4.16. Distribusi tegangan geser penampang

Contoh 4.2: Turunkanlah persamaan distribusi tegangan geser balok dengan penampang
Iingkaran masiv yang berdiameter d.
Penyelesaian:
Ditinjau luasan kecil dengan tebal d(y), panjang b(y), dan berjarak y dari garis netral.
Contoh 4.3 : Tunjukkan perbedaan tegangan yang terjadi pada balok susun seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah jika (a) kedua balok saling lepas dan (b) kedua balok
digabungkan menjadi satu. Jika diketahui kekuatan sebuah alat sambung P = 30 kN,
berapa jumlah alat sambung geser yang diperlukan dan bagaimana cara penempatannya.

Penyelesaian:
Tegangan lentur maksimum pada balok yang disusun saling lepas:

Tegangan normal maksimum pada balok susun:

Gaya geser yang harus ditahan pada setengah bentang balok adalah (lihat Persamaan
(4.48)).

Digunakan 4 buah alat sambung geser


Penempatan alat sambung:
a. Sobekan Lamela
Sobekan lamela (lamellar tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas.
Dalam kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang
(restrained) pecah (sobek) akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul
karena penyusunan logam las. Bila las dilakukan pada sabungan yang sangat
dikekang, regangan setempat akibat penyusutan logam las dapat beberapa kali
lebih besar dari regangan titik leleh. Karena tegangan akibat beban kerja jauh di
bawah tegangan leleh, regangan akibat beban kerja tidak menimbulkan atau
menyebarkan sobekan lamela.

Masalah sobekan lamela banyak diperhatikan pada awal dekade 1970, dan
para ahli struktur cenderung menganggap sobekan lamela sebagai penyebab
kebanyakan patah getas. AISC menjabarkan fenomena ini secara ringkas.
Thoenton mengemukakan prosedur perencanaan dan pengawasan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya sobekan lamela. Akibat operasi
penggilingan panas dalam pembuatan profil, penampang baja mempunyai sifat
yang berlainan dalam arah sejajar penggilingan (gambar 2.12), arah transversal,
dan arah “ketebalan”. Dalam daerah elastik baik arah penggilingan maupun
transversal menunjukkan kelakuan yang serupa, dengan batas elastic untuk
arah transversal berada sedikit di bawah batas untuk arah pengglingan. Namun,
daktilitas ( kapasitas regangan ) dalam arah “ketebalan dapat jauh dibawah
daktilitas untuk arah penggilingan.

Gambar 2.12 Definisi istilah untuk arah

Umumnya profil baja I cukup daktil bila di bebani dalam arah sejajar atau
transversal terhadap arah penggilingan. Penampang I akan berubah bentuk
setempat hingga regangannya lebih besar dari regangan leleh (Fy/Es). Jadi
beban dipikul pada keadaan dimana sebagian penampang mengalami tegangan
leleh, dan jika beban diperbesar, bahan disekitarnya akan ikut mendukung.
Namun, bila regangan dilokalisir misalnya dalam arah “ketebalan” disayap
penampang yang tebal, maka keadaan terkekang terjadi karena pada sayap
tersebut tidak dapat dibagi kesayap lainnya melalui badan penampang.
Regangan “ketebalan” setempat yang besar dapat melampaui regangan titik
leleh, sehingga terjadi dekohesi dan menimbulkan sobekan lamela.

Gambar 2.13 Sambungan dengan sobekan lamela akibat penyusutan las yang besar
pada bahan tebal yang sangat dikekang

Gambar 2.13 menunjukkan kaitan antara sobekan lamela dan sambungan las.
Kondisi pengekangan sambungan tidak ada kailtannya dengan istilah
kontinuitas yang dipakai oleh ahli struktur dalam analisa portal kaku statis
tertentu. Pengekangan yang memperbesar kecenderungan terjadinya sobekan
lamela adalah pengekangan sambungan internal akibat penyusutan las yang
merintangi terjadinya regangan yang besar. Dari gambar 2.14 terlihat bahwa bila
penyusutan las terjadi dalam arah “ketebalan”, bahan yang disambung
cenderung mengalami sobekan lamela. Detail harus dibuat sedemikian rupa
hingga penyusutan las terjadi dalam arah penggilingan.
Gambar 2.14 Kecendrungan sobekan lamela dapat diperkecil dengan mengubah
detail sambungan las
BAB III. PENUTUP

KESIMPULAN

Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa struktur dan konstruksi


merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang sarana- sarana untuk penyaluran
beban ke dalam tanah akibat tekanan yang dan beban yang di terima oleh suatu
bangunan dan merupakan gabungan elemen-elemen yang yang menerima beban
yang kemudian diteruskan oleh struktur-struktur untuk di salurkan ke dalam tanah.
Konstruksi baja sendiri memiliki kelebihan dan kekuranga. Dan dalam kasus
tersebut terjadi tegangan.
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur.
 http://alfianarsitek.blogspot.com/2017/01/pengertian-struktur-dan-
konstruksi.html/.
 https://winnerfirmansyah.wordpress.com/2011/05/07/definisi-struktur/.
 http://sahaarchfirst.blogspot.com/.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi.
http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/10/pengertian-
konstruksi.html/.
 http://northern-weldarc.com/advantages-disadvantages-structural-steel-
structures/Advantages of Structural Steel Structures/
 https://civilengineer.webinfolist.com/structure.htm.
 http://shirabanneringgi.blogspot.com/2013/12/defenisi-tegangan.html.
 repositori.kemdikbud.go.id/6113/1/D%20Baja.pdf
 http://elisa.ugm.ac.id/
 http://web.ipb.ac.id/~lbp/kulon/diktat/3.pdf

Anda mungkin juga menyukai