Anda di halaman 1dari 2

PROSEDUR RESUSITASI JANTUNG PARU / CPR PADA ORANG DEWASA

Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban
yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban
mengalami serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan,
kecelakaan dan lain-lain.

Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi
oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ fital
akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami
kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya
akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen.

Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa
maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula
kematian si korban. Oleh karena itu GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada korban yang
mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu
kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah
mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil.

Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti napas dan
henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru / CPR.

Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA) terbaru pada tanggal 18 Oktober
2010, Prosedur CPR terbaru adalah sebagai berikut :

A. Kewaspadaan Terhadap Bahaya [DANGER]


Penolong mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD). ALat
proteksi yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit dari korban kepada penolong. Selanjutnya penolong
mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya lain yang mengancam, seperti
adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (falling object), Setelah penolong dan
lingkungan aman maka selanjutnya meletakan korban pada tempat yang rata, keras,
kering dan jauh dari bahaya.
B. Cek Respons / Penilaian Kesadaran Cek kesadaran
korban dengan memanggil dan menepuk bahunya. Jika dengan memanggil dan
menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan
melakukan Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang
dada korban dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan
dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan
rangsany nyeri berarti korban tidak sadar dan dalam kondisi koma.
C. Panggil Bantuan / Call For Help
Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan
baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan (SOS) dan cara
lainya. BERTERIAK : Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu
pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Jika ada AED (Automatic
External Defibrilation) maka suruh penolong lain untuk mengambil AED.
MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai
dengan nomor dilokasi / negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112, 113, 999,
000, 555 dan lain-lain. EMERGENCY SIGNAL : dengan membuat asap, kilauan
cahaya, suar dan lain-lain jika lokasi ada didaerah terpencil.
D. Cek Nadi Pengecekan nadi korban
dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban masih berdenyut atau tidak.
Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan
menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik
ke arah samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau tidak
denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian
dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan
atas bagian dalam korban. Jika nadi tidak teraba berarti korban mengalami henti
jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban. Jika nadi
teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukaan jalan
napas dan pemeriksanaan napas.
E. Kompresi Dada
Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus
segera dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali. CARANYA : posisi
penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada,
lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang
dada. Setelah lalu tekan dada korban denga menjaga siku tetap lurus. Tekan dada
korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci
(korban dewasa), 2-3 cm (Pada anak), 1-2 cm (bayi)
F. Buka Jalan Napas
Setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka jalan napas. Buka jalan napas
dengan menengadahkan kepala korban. Pada korban trauma yang dicurigai
mengalami patah tulang leher melakukan jalan napas cukup dengan mengangkat
dagu korban.
G. Memberikan Napas Buatan
Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan
apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan
Melihat ada tidaknya pergerakan dada (LOOK), mendengarkan suara napas
(LISTEN) dan merasakan hembusan napas (FEEL).

Jika korban berdenyut jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan
saja sebanyak 12-20 kali per menit. Jika korban masih berdenyut jantungnya dan masih
bernapas maka korban dimiringkan agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi. Korban yang
berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan
pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah melakukan kompresi
dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak 2 kali.

H. Evaluasi
Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas
buatan) Evaluasi pada pemebrian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit

Anda mungkin juga menyukai