Anda di halaman 1dari 4

A.

Definis Preventive Resin Restoration

Preventive Resin Restoration Merupakan pengembangan penggunaan sealant oklusal,


yang menyatukan cara pencegahan terapi sealant untuk pit dan fissure yang rentan karies dengan
terapi restorasi karies menggunakan resin komposit yang terjadi pada permukaan oklusal yang
sama. Lesi awal pada pemukaan gigi dihilangkan dengan preparasi seminimal mungkin, ditambal
kemudian untuk mencegah terjadinya karies di masa mendatang permukaan tambalan diberi sealant
(Mathewson&Primosch,1995) Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang
digunakan untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah terjadinya karies pada pit dan
fisur dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini diperkenalkan pertama kali oleh Simonsen pada
tahun 1977, meliputi pelebaran daerah pit dan fisur kemudian pembuangan email dan dentin yang
telah terkena karies sepanjang pit dan fisur. Tujuan dari restorasi pencegahan adalah untuk
menghentikan proses karies awal yang terdapat pada pit dan fisur, terutama pada gigi molar
permanen yang memiliki pit dna fisur, seklaigus melakukan tindakan pencegahan terhadap karies
pada pit dan fisur yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Manfaat dari Preventive Resin
Restoration adalah untuk mempertahankan struktur jaringan yang sehat dengan cara menumpat
fissure yang karies dengan resin komposit dengan melapisi sealant di atas komposit dan jaringan
sekitarnya.

B. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan preventive resin restoration

a. Indikasi : - Pada anak rendah karies tetapi memiliki pit dan fissure yang dalam - Tidak
terdapat karies pada interproksimal - Umur gigi erupsi gigi kurang dari 4 tahun - Memungkinkan
isolasi adekuat kontaminasi saliva - Pit dan fissure dengan deklasifikasi minimal - Semua gigi
permanen muda pada anak yang termasuk resiko karies sedang/tinggi - Untuk lesi dangkal sebatas
enamel, lesi sebatas dentin dan lesi kelas I yang dangkal dengan ukuran kecil. Diagnosis untuk
karies pit dan fissure sulit sekali untuk dideteksi karena hampir sama dengan anatomi normal.
Namun dapat pula deteksi karies didapatkan dengan gambaran antara lain :

1. Lunak pada dasar pit & fissure,


2. Enamel lunak yang mengelupas jika dilakukan explorasi,
3. Adanya porus enamel ( oleh karena demineralisasi) terlihat chalky,opaque bila
dikeringkan dengan udara.
4. Serta pada gambaran radiografi terlihat radiolusen pada permukaan mahkota gigi
b. Kontraindikasi : - Self cleansing yang baik pada pit dan fissure yang dangkal, Gigi
erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan untuk dilakukan isolasi, Umur erupsi gigi
lebih dari 4 tahun,Terdapat tanda klinis karies interproksimal

C. Klasifikasi

Ada 3 tipe preventive resin restoration berdasarkan luas dan dalam lesi
kariesnya,yaitu :

1. Tipe A : karies sebatas enamel Tipe A karies masih mengenai enamel

2. Tipe B : karies melibatkan dentin yang kecil dan terbatas

3. Tipe C : karies yang melibatkan dentin yang lebih luas dan dalam.

Tipe B karies yang mengenai sedikit dentin - Bahan yang digunakan : Menurut
Simonsen, terdapat tiga tipe bahan restorasi pencegahan dengan resin (tipe A, tipe B dan tipe
C) yang diklasifikasikan berdasarkan pada perluasan dan kedalaman karies. Klasifikasi ini
untuk menentukan bahan restorasi yang akan dipakai (Simonsen 1980; Yoga,1997). Bahan
yang dipakai adalah bahan sealant tanpa partikel pengisi (unfilled) untuk tipe A, resin
komposit yang dilute untuk tipe B dan filled resin komposit untuk tipe C. Dengan
perkembangan teknologi ditemukan bahan yang lebih tahan terhadap pemakaian,
pengerasannya diaktivasi sinar yakni resin komposit untuk gigi posterior. Generasi baru dari
bahan tersebut akan mempertinggi keberhasilan restorasi resin pencegahan. Selain resin
komposit, dipakai juga bahan tambal lain agar dapat didapat kekuatan yang lebih besar.
Seperti pada teknik glass ionomer resin preventive restoration, glass ionomer preventive
restoration dan sealant-amalgam preventive restoration

D. Prosedur perawatan

A. PRR Tipe A Menggunakan unfilled composit resin Tenik aplikasinya :

1. Bersihkan permukaan oklusal


2. Isolasi gigi dengan cotton rolls
3. Hilangkan decalcified enamel pada pit & fissure menggunakan low speed
round bur (no ½ atau ¼)àenameloplasty
Pada pembuangan jaringan karies, maka daerah pit dan fisur yang buang
adalah daerah yang mengalami dekalsifikasi atau yang dicurigai telah terjadi
karies dengan menggunakan round bur kekuatan rendah. Daerah retnsi tidak
diperlukan karena restorasi ini mendapatkan perlekatan ke jaringan dengan tehnik
etsa asam. Tujuannya adalah untuk membuang seluruh jaringan karies dan
struktur gigi seminimal mungkin.
4.Selanjutnya dilakukan profilaksi dengan pumis.
Dilakukan menggunakan pumis yang tidak mengandung fluor sehingga
permukaan email benar-benar bersih dan dibur sebelum dietsa. Sebagai alternatif
untuk memperoleh tujuan yang sama, dapat menggunakan sikat gigi dan pasta
gigi. Dengan metode ini nilai retensi yang diperoleh sebanding dengan metode
menggunakan profilaksis pumis (Yoga,1997).
5. Etsa 20’-60’, bilas 20’ dan keringkan 15’.
Tahap selanjutnya adalah penetsaan asam menggunakan asam fosfat 37%
yang diletakkan pada permukaan email di oklusal gigi (pit dan fisur). Pengetsaan
ini menghasilkan pori-pori yag memungkinakan infiltrasi nikroskopis resin ke
dalam permukaan gigi yang kemudian resin akan berpolimerisasi dan membentuk
ikatan dengan gigi (Simonsen 1980; Yoga, 1997).
6. Aplikasi sealant, hindari gelembung
7. Polimerisasi sinar 20’(atau sesuai aturan pabrik)
B. PRR Tipe B
Menggunakan diluted composit resin Tehnik aplikasinya :
1. Bersihkan permukaan oklusal
2. Isolasi gigi dengan cotton rolls
3. Hilangkan karies dengan high speed bur, dentin di liner Ca(OH)2
4. Etsa 20’-60’, bilas 20’ dan keringkan 15’
5. Aplikasi bonding agent dan komposit
6. Aplikasi sealant
7. Polimerisasi sinar
C. PRR Tipe C
Menggunakan filled composit resin dan sebagian besar membutuhkan anastesi
local. Tehnik aplikasinya :
1. Bersihkan permukaan oklusal
2. Isolasi gigi dengan cotton rolls
3. Hilangkan karies dengan high speed bur, dentin di liner Ca(OH)2
4. Etsa 20’, bilas 20’ dan keringkan 15’
5. Aplikasi bonding agent dan komposit resin-curing
6. Aplikasi sealant
7. Polimerisasi sinar
Pada saat mengaplikasikan PRR, lakukan isolasi daerah kerja dengan menjaga
permukaan gigi agar tetap kering agar keberhasilan retemsinya baik. Isolasi dapat dilakukan
dengan pemberian cotton roll atau rubber dam. Namun pada anak kecil, mungkin kurang
nyaman jadi memerlukan upaya lebih oleh operator untuk menjaganya. Untuk preparasi
kavitasnya gunakan bur intan bulat kecil dengan kecepatan rendah untuk membuang dentin
karies sehingga daerah ini harus tidak berwarna dan terasa keras jika di cek dengan sonde.
Selain itu, karies lunak yang menutupi pulpa dibuang, baik mengguanakan bur kecepatan
rendah atau ekskavator tajam. Pada saat pelapikan (liner) setiap dentin yang terbuka gunakan
dengan Ca(OH)2. Kavitas yang dalam, dapat diberi pelapik kedua berupa semen ionomer
dan lakukan secara hati-hati agar dinding email yang akan teretsa tidak tertutup. Kemudian
dinding email dan permukaan oklusal di etsa, dan dicuci setelah dilakukan pengeringan
selama 20 detik. Dalam penumpatan atau pengaplikasian gunakan resin komposit untuk gigi
posterior, dan bahan tidak akan terpolimerisasi dengan baik jika ketebalan resin melebihi
2mm sehingga bahan harus diaplikasikan selapis demi selapis, serta setiap lapisan
dipolimerisasi dengan sinar. Kemudian aplikasikan bahan penutup ceruk atau pit dan fissure
(unfilled resin) dan meratakannya dengan sonde. Pastikan juga tidak ada gelembung udara
dan kelebihan bahan dapat diambil dengan butiran kapas sebelum dipolimerisasi. Setelah
pengaplikasian resin selesai, lakukan evaluasi dengan cara mengecek oklisi dengan
articulator paper, jika ada kelebihan buang dengan bur dan pulas akhir komposit. Sealant
harus diperiksa ulang setiap 6 bulan dan jika sealant hilang maka prosedur diatas dapat
diulang kembali.

Anda mungkin juga menyukai