Anda di halaman 1dari 16

Tugas Resume : ERNI SUSANTI

MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN


TELAAH SISTEM JAMAAH DALAM GERAKAN ISLAM
(Prof. Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir)
Kata Pengantar Dr. Salim Segaf Al-Jufri
A. Puncak Kemerosotan Politik Islam
Keruntuhan Turki Usmani dan penghapusan sistem khilafah oleh Kemal Attaturk tahun 1924
merupakan puncak kemerosotan politik islam. Kondisi ini menyebabkan umat islam berada pada
kondisi yang terburuk. Rasulullah SAW, dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dan
Baihaqi memberi isyarat tentang periodesasi perjalanan sejarah umatnya. Pertama Periode
Nubuwwah, yaitu masa dimana muslimin hidup bersama Rasulullah SAW. Kedua, periode
Khilafah atas minhaj Nubuwwah, yaitu masa Khulafaur Rasyidin yang berlangsung kira-kira 30
tahun. Ketiga, periode Mulkan ‘Adhon yaitu masa dimaa para raja atau penguasa suka menindas,
meski sistem pemerintahannya secara formal berlandaskan islam. Periode ketiga ini, menurut
sebagian ahli sejara islam, dimulai sejak berakhirnya Khulafaur Rasyidin sampai berakhirnya
Kesultanan Ustmaniyah. Dalam masa ini hidup para raja dari berbagai dinasti terutama Dinasti
Umayyah dan Dinasti Abbasiyyah. Keempat Periode Mulkan Jabbariyyah yaitu masa dimana
muslimin hidup dalam suasana sistem penguasa atau raja-raja yang sekuler. Setelah masa yang
keempat ini sejarah akan berulang kembali ke periode Khilafah ‘Ala Manhaj Nubuwwah.
Sesungguhnya keruntuhan Kesultanan Ustmani buan tidak disadari. Menjelang keruntuhan
ada upaya-upaya pemikiran yang bersifat individual. Sayyid Jamaluddin Al-Afgani
menggaungkan pan islamisme. Dr. Muhammad Iqbal membangkitkan etos tauhid kalangan
muslimin. Demikian juga Muhammad Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh. Para pemikir
tersebut menyadari kemerosotan politik islam adalah sesuatu yang tak terelakkan. Karena
kemerosotan tersebut disebabkan demoralisasi di berbagai bidang kehidupan, baik aqidah
keimanan, akhlak maupun pemikiran. Karena itu para pemikir lebih menitikberatkan persoalan
pada masalah tersebut daripada melalui politik.
B. Islam Satu-satunya Alternatif
Secara konsepsional, Islam lah yang paling laya untuk menggantikan seluruh konsepsi
spiritual yang telah ada. Hujjah Tekstual bisa dilihat dan dikaji kebenaranya dari sumber-sumber
pokok ajaran islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hujjah Intelektual, di tangan para peninjau,
menyatakan tentang keunggulan Islam dan memperoleh pensubtitusian sehingga bebas dari kesan
apologetik apapun.
Potensi besar yang dimiliki kaum muslimin yaitu potensi syari’ah, potensi penduduk
muslim,p potensi sumber kekayaan alam yang melimpah di negeri-negeri muslim, potensi warisan
sejarah, dan janji Allah SWT.
C. Problematika Struktural dalam Kebangkitan Islam
Tidak pernah ada peradaba yang berkembang tanpa dukungan struktural yang kokoh. Setiap
peradaban hampir selalu melalui tiga fase besar untuk berkembang. Pertama, fase perumusan
ideologi dan pemikiran. Kedua, fase strukturalisasi, dan ketiga fase perluasan (ekspansi).
MUQADIMAH
A. Tujuan Pembahasan
Menjelaskan kepada umat islam bahwa Jama’atul muslimin itu tidak ada.
B. Kedaulatan Milik Allah
1. Allah menjadikan kedaulatan sebagai karakteristiknya , (QS. Yuusuf : 40, 67) (QS. Al-An’am
: 57,62) .
2. Allah menjadikan manusia khalifahnya di bumi (QS. Al-Baqarah : 30), (QS. Al-An’am : 165).
3. Allah menurunkan hukum-hukumnya dan tatanan-tatanannya (QS. AL-Baqarah : 38, 213)
4. Allah menjadikan berhukum kepada petunjuk dan aturan-aturannya, serta berserah dir dan
patuh kepada aturan-aturan-Nya, sebagai syarat keimanan kepada-Nya. (QS. An-Nisa : 59,
60).
5. Allah menganggap setiap pembangkangan dan penyimpangan darinya sebagai jalan
kekafiiran, kezhliman, dan kefasikan. (QS. AL-maidah : 44-45)
6. Allah menjadikan taat kepada penguasa yang menjalankan petunjuk-Nya dan wahyu-Nya
termasuk ketaatan kepada-Nya dan Rasul-Nya ( QS. An-Nisa : 59)
7. Setiap ketaatan pada penguasa yang tidak menjalankan apa yang diturunkan Allah, maka
merupakan kejahiliyahan, kemusyrikan, kemurtadan dan kesesatan (QS. Al-Maidah : 49-50)
(QS. Ali-Imran : 64)
C. Latar Belakang Pemilihan Tema Ini
1. Hilangnya jama’atul muslimin dari kehidupan umat islam, dan kewajiban untuk
menegakkannya. (QS. An-Nisa : 59)
2. Perpecahan, degradasi, dan kehinaan umat islam akibat tidak adanya khilafah dan qiyadah.
3. Penjauhan islam dari hukum-hukumnya
4. Banyaknya ayat-ayat dan hadist-hadist yang menganjurkan ditegakkannya jama’atul
muslimin
5. Ketidaktahuan sebagian besar umat islam akan wajibnya menegakkan jama’atul muslimin
6. Tersebarnya kebatilan dan tegaknya panji-panjinya.
7. Timbulnya fitnah dan kesengsaraan yang melanda umat manusia
8. Kebingungan yang terjadi di kalangan kaum terpelajar dan juru da’wah
9. Keyakinan penulis bahwa jama’atul muslimin dapat dicapai dengan usaha manusia itu sendiri
10. Agar usaha menegakkan jama’atul muslimin memberikan hasil yg baik maka harus punya
pemberi arahan yang ma’shum, yaitu Rasulullah SAW. Untuk itu dituliskan rambu-rambu
kehidupan Rassulullah dalam dakwahnya
11. Keyakinan penulis bahwa banyaknya jama’ah di kalangan umat muslim merupakan
kebathilan yang harus dihapuskan

PENDAHULUAN
A. Pengertian Jama’atul Muslimin Menurut Bahasa
Jama’ah menurut bahasa adalah “sejumlah besar manusia” atau “sekelompok manusia yang
berhimpun untuk tujuan yang sama”. Jama’ah menurut syari’ah menurut kesimpulan hadit-hadist
oleh syatibi yaitu :
1. Jama’ah ialah para penganut Islam apabila bersepakat atas suatu perkara; dan para pengikut
agama lain diwajibkan mengikuti mereka.
2. Jama’ah adalah masyarakat umum dari penganut islam.
3. Jama’ah ialah kelompok ulama mujtahidin.
4. Jama’ah adalah jama’atul muslimin apabila menyepakati seorang amir
5. Jama’ah ialah para sahabat Rasulullah SAW secara khusus. Setelah itu syatibi menguatkan
bahwa yang dimaksud denganjama’ah ialah jama’atul Muslimin apabila mereka menyepakati
seorang amir. Jama’atul muslimin adalah jama’ah ahlul aqdi wal hilli apabila menyepakati
seorang khalifah umat, dan umatpun mengikuti mereka.
B. Kedudukan Jama’atul Muslimin Menurut Ajaran Islam
1. Jama’atul muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dalam syari’at islam.“Wahai
masyarakat arab, tidak ada islam kecuali dengan jama’ah, tidak ada jam’ah kecuali dengan
kepemimpinan, tida ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan.” (Umar Bin Khattab, ra)
“Dari Abu mamah al-Bahili dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : ikatan-ikatan islam akan
lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh (lepasnya) ikatan berikutnya.
Ikatan islam pertama kali lepas adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah sholat.
2. Jama’ah ini adalah jama’ah yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk dijaga,
dipelihara kesatuannya, dilindungi keutuhannya, dan dicegah dari ancaman dan rongrongan
yang akan merusaknya.
C. Adakah jama’atul Muslimin di Dunia Sekarang Ini
Jama’atul muslimin boleh dikatakan tidak ada lag di dunia ini sekarang ini. Yang dapat kita
katakan dalam masalah ini hanyalah adanya “jama’ah dari sebagian kaum muslimin” dan “negara
bagi kaum muslimin”, bukan “jama’atul muslimin” dan “negara kaum muslimin”.
D. Kesimpulan
Mewujudkan pemerintah islam dalam bentuk jama’atul muslimin merupakan fardhu ‘ain
bagi seluruh umat islam sampai ia tegak. Mengingat kaidah fiqh: Sesuatu yang tidak akan
sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka sesuatu itu menjai wajib.

BAGIAN PERTAMA
STRUKTUR ORGANISASI JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. Umat Islam
A. Umat Islam Menurut Bahasa: Umat adalah setiap jama’ah yang disatukan oleh sesuatu hal ;
satu agama, satu zaman dan satu tempat.
B. Umat Islam Secara Geografis: Seluruh bumi ini pada asalnya milik kaum muslimin. “Dan
kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi” (QS. An-Nuur : 42) “Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yag beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal shaleh bahwa Dia
akan sungguh-sunguh menjadikan mereka berkuasa di bumi” (QS. An-Nuur : 55). Setiap belahan
bumi yang tidak dkuasai oleh Islam, maka ia merupaka negeri yang dirampas dan dirampok dari
pemiliknya, dan harus dikembalikan padanya.
C. Akar Sejarah Umat Islam :Umat islam mempunyai akar sejarah yang sangat tua di muka bumi
ini, yakni sejak periode pertama manusia di atas bumi. Bermula dari adam, diiringi para rasul dan
kaum muslimin sesudah mereka, hingga penutup para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW. Dialah
penyempurna batu bata terakhir bangunan megah bagi umat islam yang agung ini.
D. Periode Umat Islam : Sepanjang sejarahnya, umat Islam menempuh dua periode. Periode
pertama, periode sebelum diutusnya Muhammad SAW. Periode kedua, periode yang dimulai
dengan bi’tsah Muhammad SAW.
E. Pembagian Umat : Pertama, umat yang menyambut dan menerima da’wah Rasulullah
SAW, dan menyatakan diri masuk islam secara kaffah. Kedua, golongan yang tidak mau
menerima da’wah Muhammad SAW, dan tidak masuk islam secara kaffah.
F. Karakteristik Umat Islam dan Sendi-sendinya :
1. Aqidah yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan, dan pengakuan terhadap keesaan Allah
dalam uluhiyyah dan Rububiyah.
2. Aqidah yang bersifat komprehensih (menyeluruh, menyangkut seluruh aspek kehidupan).
3. Manhaj yang bersifat rabbani secara murni
4. Kesempurnaan manhajnya
5. Prinsip pertengahan dan keadilan segala bidang
G. Unsur Kesatuan Umat Islam
1. Kesatuan Aqidah
2. Kesatuan Ibadah
3. Kesatuan Adat dan Perilaku
4. Kesatuan Sejarah
5. Kesatuan Bahasa
6. Kesatuan Jalan
7. Kesatuan Dustur
8. Kesatuan Pimpinan
II. Syura (Musyawarah)
A. Syura Menurut Bahasa dan Kedudukanya di dalam Kehidupan Manusia : Syura ialah
mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan diketahui berbagai
aspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan. Majlis Syura adalah majlis
yang dibentuk untuk membahas urusan-urusan negara.
B. Syura Adalah Tabiat Manusia : Prinsip syura merupakan bagian integral fitrah manusia sejak
Allah menciptakannya. Orang yang berfikiran baik tidak akan melaksanakan sesuatu yang penting
kecuali setelah bertanya dan meminta pendapat orang terpercaya mengenai hal tersebut.
C. Pentingnya Syura di dalam Islam : Syura merupakan dasar utama dan sifat yang melekat dalam
tubuh umat islam. Syura ini disebutkan Allah SWT bersama kewajiban-kewajiban utama, seperti
iman, tawakal, menjauhi dosa besar, dll. Rasulullah SAW menjadikan syura sebagai salah satu
penentu perjalanan umat islam untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan hidup.
D. Hukum Syura : Mengingat kedudukan syura dalam Al-ur’an dan as-Sunnah, disamping
peraannya yang amat besar maka para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas
para penguasa umat Islam.
E. Pemahaman yang Keliru Tentang Syura : Sebagian orang mengira bahwa kekalaan perang di
uhud yang menyebabkan Rasulullah terluka, terbunuhnya hamzah dan banyak sahabat lainnya
adalah karena syura sebelum perang adalah keliru, kekalahan tersebut karena tidak taat dengan
perintah Pemimpin.
F. Syura pada Masa Rasulullah SAW : Allah telah menjadikan syura sebagai sifat kaum
muslimin, dan memerintahkan Rasul-Nya agar bermusyawarah dengan para sahabatnya, serta
mengikuti pendapat-pedapat mereka yang benar, supaya umat sesudahnya mengikuti sunnahya.
G. Syura pada Masa Dua Khaliah Rasulullah SAW : Di masa khalifah Abu Bakar, diadakan
syura berkali-kali, diantaranya syura untuk menyelamatkan tentara usamah, syura mengenai
penghimpunan Al-uran, dan beberapa syura yang diadakan untuk membahas urusan kaum
muslimin. Khalifah umar membuat beberapa kaidah bagi syura, antara lain ketentuan bahwa ahli
syura hendaklah orang-orang yang berilmu dan meguasai permasalahan, membagi manusia
menurut siapa yag lebih dahulu masuk islam, dan kaidah lainnya menyusruh bermusyawarah
dengan orang-orang yang berhak mengambil keputusan agar tidak diputuskan secara individu atau
mengikuti keinginan individu.
H. Syarat-syarat Anggota Syura
1. Orang yang dapat membuat perjalanan umat ini sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
2. Memiliki lembaran putih dan terpelihara akhlaknya
3. Orang-orang adil dan terpercaya dari para ahli ilmu, mereka bertaqwa, amanah, dan hanya takut
kepada Allah
4. Bijak dan mampu meluruskan imam ketika menyimpang, dan mendukungnya ketika lemah
Dalam majelis syura hendaknya dibentuk lajnah-lajnah (komisi) khusus untukk urusan-
urusan tertentu, supaya dapat memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap berbagai masalah
secara tepat dan ilmiah.
I. Dalam Masalah Apa Musyawarah Diadakan :Urusan yang boleh dimusyawarahkan adalah
setiap perkara yang tidak ada nashnya.
J. Prinsip Mayoritas : Anas bin malik ra berkata : saya pernah mendengar Rasulullah bersabda :
“umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan; maka jika kamu melihat perselisihan, hendaklah
kamu berpegang pada kelompok terbanyak”. Dari dalil tersebut dan beberapa dalil lainnya, kita
wajib mengambil dan megikuti pendapat mayoritas. Mengenai wajibnya mengikuti pendapat
mayoritas ini tidak berlau dalam kerangka parlemen di negara-negara demokrasi.
III. Imamah ‘Uzhma
A. Lintasan Sejarah Khalifah : Firman Allah : “Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah
ada padanya seorang pemberi peringatan”(QS. Fathr : 24). Khalifah bermula dari Nabi Adam,
kemudian anak keturunannya dari para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya yang baik. Nabi
Muhammad SAW datang sebagai penutup mata rantai kenabian dan kerasulan yang mulia ini.
Kemudian dilanjutkan dengan masa khulafa’ur Rasyiddin, Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman
Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah itu umat islam memasuki era pemerintahan baru
dimana khalifah dijadikan warisan diantara Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah dan setelah itu
muncul Khilafah Utsmaniya. Hal ini mencerminkan hadist yang pernah disabdakan Rasulullah.
”Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata : Kami duduk-duduk di Masid Rasulullah SAW, Basyir
adalh seorang yang tak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsa’labah seraya berkata : “wahai
basyir bin sa’ad, apakah kamu hafal hadist Rasulullah SAW tentang para penguasa?” Maka
Hudzaifah tampil seraya berkata, “aku hafal khutbahnya.” Lalu Abu Tsa’labah duduk
mendengarkan Hudzaifah berkata : Rasulullah bersabda: (1) Muncul kenabian ditengah-tengah
kamu selama masa yang dikehendak Allah, kemudian ia mencabutnya ketika Ia meghendakinya.
(2) Kemudian akan muncul khilafah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang dikehendaki
Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (3) Kemudian muncul “raja
yang menggigit” selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia
menghendakinya. (4) Kemudian muncul “raja yang diktator” selama masa yang dikehendaki
Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (5) Kemudian akan muncul lagi
khilafah dengan sistem kenabian…”
B. Definisi Imamah : Imam menurut Bahasa ialah setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik
mereka berada di jalan yang lurus atau sesat. Berdasarkan ahli tafsir, imam adalah lafazh yang
berarti kepemimpinan tertinggi diantara mereka; ke atas pundaknya diletakkan tanggung awab
kebaikan mereka dalam agama dan dunia.
C. Hukum Mengangkat Imam : Kesepakatan semua pihak atas wajibnya mengangkat imam, dan
umat wajib tunduk kepada seorang imam yang menegakkan hukum-hukum Allah dan Sunnah
Rasul-Nya.
D. Jenis Kewajiban : Menegakkan khilafah merupakan fardhu kifayah. Fardhu (kewajiban) yang
dibebankan kepada umat ini belum gugur, karena sampai saat ini belum diangkat seorang khaliah.
Fardhu kifayah itu gugur apabila telah ada sebagian orang yang telah melasankannya. Jika
sebagian umat ini belum selesai menegakka fardhu kifayah tersebut, maka seluruh umat dituntut
untuk menegakkannya.
E. Syarat-syarat Imamah atau Khalifah
1. Kesempurnaan moral
2. Ilmu yang dapat mengantarkan kepada ijtihad dalam berbagai kasus dan hukum
3. Sehat panca indera
4. Tidak memliki cacat anggota badan yang akan menghalang kesigapan gerak dan kecekatan kerja
5. Mempunyai pandangan yang dapat membawa kepada kebijakan rakyat
6. Memiliki keberanian dan kegigihan untuk melindungi kawan dan memerangi lawan
7. Berketurunan Quraisy, namun untuk syarat ini masih banya perdebatan. Menurut Ibnu Hajar,
orang Quraisy diistimewakan dalam kepemimpinan karena keistiqomahan mereka kepada agama
Allah SWT. Namun apabila terdapat orang yang lebih mampu daripada orang Quraisy, maka ia
harus diutamakan. Karena sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW. Dari Anas ra, ia
berkata : bersabda Rasulullah saw : “Dengarlah dan taatlah, sekalipun kamu dipimpin oleh
seorang budak Habasy yang berambut seperti Anggur”
IV. Tujuan Jama’atul Muslimin dan Saranaya
A. Tujuan-tujuan Khusus bagi Umat Islam
1. Membina pribadi Muslim dan mengembalikan kepribadian Islam
2. Membina keluarga Islam dan mengembalikan kepada karakter aslinya
3. Membina masyarakat Islam yang akan mencerminkan da’wah dan perilaku Islam
4. Mempersatukan umat Islam di seluruh penjuru dunia
B. Tujuan-tujuan Umum bagi Jama’atul Muslimin
1. Supaya Manusia menyembah Rabb yang Maha Satu (QS. Ad-Dzariat ; 56, QS. An-Nahl : 36,
QS. Fathir : 24, QS. Al-Baqarah : 21)
2. Menjalankan ptinsp amar ma’ruf nahi munkar (QS. Ali Imran : 110)
3. Menyampaikan Da’wah Islam kepada semua manusia (QS. Al-Baqarah : 143) dan beberapa
hadist
4. Menghapuskan fitnah dari seluruh dunia (QS. Al-Anfal : 39)
5. Menaklukkan Roma, Ibukota Italia
6. Memerangi semua manusia sehingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar
C. Bebarapa Sarana Terpenting Jama’atul Muslimin
1. Sarana dalam Mencapai Tujuan Khusus
a. Wajib mengembalikan media massa, pengajaran, ekonomi, dan alat-alat negara lainnya kepada
Islam, supaya pengarahannya diatur sesuai batas-batas dan syari’at Islam
b. Menghancurkan semua unsur kemunafikan dan kefasikan di dalam umat dan membersihkan
masyarakat daripadanya.
c. Mempersiapkan umat Islam sebaik-baiknya sehingga sesuai berbagai tuntutan di masa
mendatang
2. Sarana dalam Mencapai Tujuan Umum
a. Menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada semua manusia melalui berbagai media massa di
dalam negara islam
b. Menuntut semua manusia agar masuk Islam
c. Menuntut semua negara agar tunduk kepada ajaran-ajaran Islam
d. Mengumumkan jihad bersenjata dan terus menerus sampai tercapai kemenangan atas semua
pihak yang menentang dan menolak tuntutan-tuntutan jama’atul muslimin

BAGIAN KEDUA
JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. Hukum-hukum Islam
A. Tak Ada Parsialisasi dalam Hukum Islam : Sejak dakwah islam dibawah pimpinan Rasulullah
saw mulai digelar di Makkah, turunlah pengarahan-pengarahan Rabbani secara bertahap sesuai
dengan keperluan jama’ah. Kaidah tersebut berbeda keadaanya dengan masa sekarang dalam
kaitannya dengan jama’atul muslimin, sebab pengarahan-pengarahan Rabbani dan sunnah
Nabawiyah telah diturunkan secara sempurna. Karena itu, islam menolak adanya
sektoralisasi ajaran Islam.
B. Kapan Diterapkan Hukum Islam : Individu atau jama’ah di dalam umat islam boleh
melaksanakan hukum-hukum islam sesuai dengan tuntutan keadaan dan posisinya dalam
kehidupan dan perkembangan kehidupannya, dengan syarat bahwa individu atau jama’ah tersebut
meyakini semua hukum islam dan keberlangsungannya,
C. Pembagian Hukum Islam : Hukum Islam dari segi hakikat dan tata cara terbagi dua, yaitu
substansi hukum dan cara pelaksanaan hukum. Contoh: membaca Al-Fatihah dalam shalat adalah
substansi hukum, sedangkan cara membacanya adalah cara pelaksanaan hukum. Dari segi
pelakunya dibagi menjadi dua, yaitu individu dan jama’ah. Dalam hal ini yang dimaksud jama’ah
adalah jama’ah da’wah.
II. Kesadaran Para Rasul dan Pengikutnya Terhadap Langkah Ini
A. Kesadaran Rasulullah SAW akan Pentingnya Langkah Ini : Rasulullah saw sejak masa-masa
pertama diturunkan wahyu ilahi menyadari bahwa tugas yang diserahkan kepadanya tidak
mungkin dapat dilakukan oleh satu orang manusia, tetapi memerlukan jama’ah. Rasulullah saw
juga menyadari hal ini melalui kehidupan para Nabi dan Rasul sebelumnya di dalam wahyu yang
diturunkan. Setiap nabi yang mendapat sambutan baik dari kaumnya, lalu membentuk jama’ah
yang mengemban tugas dakwahnya, maka kekallah dakwah dan lembaran-lembaran ajarannya
B. Ibrahim AS Menyadari Hakikat Ini : Ibrahim as mengumumkan hakikat yang merupakan
syarat kemenangan dakwah ini, yaitu menegakkan jama’ah yang akan membawa dakwah dan
memelanya.
C. Rasulullah SAW Menjelaskan Pentingnya Hakikat Ini : Rasulullah mengungkapkan
petingnya jama’ah ini bagi keberhasilan dakwah, dan menyatakan bahwa jama’ah inilah yang akan
menentukan eksis atau tidaknya dakwah Islam.
D. Kesepakatan Para Pemikir Islam Masa Kini : Para pemikir islam pada masa sekarang ini telah
bersepakat atas wajibnya penegakkan jama’ah ini.
III. Para Da’i Islam dan Langkah Pertama Rasulullah SAW
A. Klasifikasi da’i Berkaitan denga Langkah Ini
1. Kewajiban Para Da’i di Negara yang Terdapat Satu Jama’ah : Dalam hal ini para da’I wajib
masuk ke dalam jama’ah tersebut, kemudian berusaha memperbaiki kekurangannya.
2. Kewajiban Para Da’i di Negara yang Terdapat Beberapa Jama’ah : Sikap yang harus
diambil para da’I adalah menimbang prinsip-prinsip dan pemikiran semua jama’ah yang ada
dengan neraca islam yang hanif. Sehingga dapat diketahui manakah jama’ah yang lebih dekat
prinsip-prinsip pemikirannya dengan Islam. Selanjutnya mereka bergabung didalamnya dan
berusaha menyatukan semua jama’a yang ada.
3. Para Da’i di Negara yang Belum ada Jama’ah : Para da’i haruslah mendirikan jama’ah sesuai
Rambu-raambu sirah Rasulullah saw.

BAGIAN KETIGA
RAMBU-RAMBU SIRAH NABI SAW DALAM MENEGAKAN JAMA’AH
I. Menyebarkan Prinsip Dakwah
A. Jalan yang Ditempuh dalam Penyebaran
1. Kontak Pribadi : Cara ini oleh para ahli sirah Rasulullah saw disebut “tahapan sirriyah dalam
da’wah”. Dalam tahap ini Rasulullah saw mendatangi secara pribadi kerabat dan teman-teman
dekatnya yang dapat dipercaya untuk menjaga apa yang disampaikannya.
2. Kontak Umum : Cara ini oleh para ahli sirah disebut “tahapan da’wah terang-terangan” dalam
tahap ini Rasulullahh sawa menggunakan beberapa sarana, diantaranya :
a. Mengumpulkan manusia dalam suatu jamuan makan di rumahnya, kemudian menyampaikan
prinsip-prinsip da’wah
b. Mengumpulkan manusia di berbagai tempat, kemudian menyampaikan risalah Allah kepada
mereka
c. Pergi ke tempat-tempat pertemuan manusia dan menyampaikan da’wah Allah kepada mereka
d. Pergi ke berbagai egara untuk menyampaikan da’wah
e. Mengirim surat kepada para kepala suku dan raja
B. Aspek Penataan dalam Penyebaran Da’wah
1. Hendanya para da’I menentukan prinsip-prinsip yang akan dimulai penyebarannya sesuai
dengan kepentingannya dalam dakwah. Prinsip yang paling utama bagi seluruh nabi an rasul
mulia adalah : Sembahlah Allah olehmu sekalian, sekali-kali tidak ada ilah selain daripada-
Nya.
2. Membuat kesepakatan dengan orang yang telah menerima da’wahnya dan menyetujui prinsip
yang ditentukannya, agar masing-masing pribadi merekrut satu orang dalam jangka waktu
tertentu, secara estafet.
II. Pembentuka Dakwah
A. Pengertian Takwin : Rambu kedua Sirah Rasulullah saw ini khusus bagi kelompok yang
menerima da’wah pada rambu pertama. Jadi, pengertian rambu kedua ini adalah pembentukan
(takwin) orang-orang yang telah menerima da’wah tersebut atas dasar-dasar da’wah, dan
mensibghah mereka sesuai dengan kandungan pemikiran-pemikiran dan ajaran-ajaran da’wah.
B. Sasaran Tahapan ini : Sasaran yang terpenting rambu ini ialah mengubah akal yang ummi
kepada ilmu, hikmah, dan ma’rifah; Mengubah moral dan perilakunya dari kesesatan dan
kemerosotan kepada kebersihan dan kesucian (tazkiyah)
C. Sisi Penataan dalam Rambu ini
1. Takwin (Kaderisasi) dalam Tahapan Sirriyah : Rasululullah saw membagi orang-orang yang
telah menerima da’wahnya untuk ditakwin dalam beberapa kelompok kecil (khalaya). Masing-
masing kelompok beranggotakan 3-5 orang.
2. Takwin (Kaderisasi) pada Tahapan ‘Alaniyah
a. Membuat beberapa halaqoh jama’iyah yang berjumlah besar
b. Mengadakan perjalanan (rihlah) jama’iyyah tertentu
c. Mengkondisikan situasi umum terhadap da’wah melalui khutbah-khutbah dan ceramah-
ceramah umum.
3. Takwin (Kaderisasi) dalam Tahapan Sirriyah dan ‘Alaniya
1. Dilakukan secara terang-terangan seperti yang dilakukan para tokoh Quraisy yang masuk
Islam. Contoh Abu Bakar ash-shiddiq, ia mengajak temannya kepada islam secara terang-
terangan.
2. Dilakukan secara sembunyi dan tidak diketahui semua orang. Artinya kelompok ini
menyembunyikan keislamannya. Kelompok ini diwakili oleh orang-orang muslim yang lemah
yang tidak memiliki dukungan dan kekuatan dihadapan serangan dan kekejaman Quraisy.
III. Konfrontasi Bersenjata Terhadap Musuh
A. Kedudukan Rambu ini diantara Kedua Rambu Sebelumnya dan Pengertiannya :
Penyebaran dakwah + manusia = penerimaan da’wah atau penentang da’wah. Kemudian para
penerima da’wah dimasukka kedalam proses takwin, dan para penentang da’wah dihadapi dengan
kekuatan senjata setelah ditegakkan hujjah kepada mereka.
B. Menghadapi Penentangan Da’wah dalam Dua Periode
1. Diawali dari kenabian hingga hijrah : diantara rambu yang paling menonjol pada masa
sebelum hijrah adalah penyebaran da’wah, pembentukan nilai-nilai da’wah, dan pelarangan
segala bentuk serangan fisik.
2. Sejak Rasulullah saw menetap di Madinah hingga wafat : sifat pada periode sebelum hijrah
juga menjadi bagian kehidupan Rasulullah di madinah. Tetapi syiar dan sifat periode kedua ini
ialah firman Allah (QS. At-Taubah : 14, QS. An-Nisa : 91, QS. Al-Anfal :39). Tetapi sifat
berdamai dan bernegosiasi justru sering terjadi pada periode setelah hijrah.
C. Kapan Diadakan Konfrontasi : Penentua titik tolak melakukan kofrontasi melawan kebatilan
adalah wewenang khusus pimpinan jama’ah. Berikut pengarahan Islam untuk menentukan titik
tolak dalam melakukan konfrontasi bersenjata melawan kebhatilan :
1. Independensi Bumi Tempat Tegaknya Jama’ah
a. Pengertian Independensi : Jama’ah tersebut harus berkuasa penuhh terhadap bumi tempat
berpijak dan melakukan aktifitasnya, dan memenuhi syarat-syarat melakukan konfrontasi
bersenjata seperti kemandirian ekonomi, kemanan jalur-jalur komunikasi, dan sarana
pertahanan memadai.
b. Mencari Bumi (Basis Geografis) dalam Sirah Rasulullah saw : Sejak pertama diangkat
sebagai seorang nabi, Rasulullah saw berusaha mencari basis geografis yang dapat
dijadikan tempat untuk melakukan jhad bersenjata.
2. Jumlah yang memadai
Maksudnya anggota jama’ah yang akan bertempur hendaknya mencapai jumlah persentase
tertentu dibandingkan tentara musuh.
IV. Sirriyah dalam Kerja Membina Jama’ah
a. Pengertian Sirriyah :Maksud sirryah dalam kerja membina jama’ah ialah membatasi
pengetahuan program erja pada lingkungan pimpinan. Setiap indicidu dalam kerja sirri ini tidak
boleh mengetahui tugas anggota yang lain, tetapi harus mengetahui tugas pribadinya.
b. Kesalahan dalam Memahami Sirriyah : Mengenai sirriyah dalam kerja jama’ah ini banyak
para da’I yang keliru memahaminya. Diantara mereka ada yang memasukkan ajaran-ajaran
islam yang harus disebarluaskan sebagai suatu yang harus dirahasiakan. Dipihak lain ada pula
yang melakukan kebalikannya, “mengobral” segala sesuatu di setiap tempat dan kepada siapa
saja. Menurut penulis, amal islami terbagi dua :
1. Bagian yang bersifat struktural (tanzhimi) yang wajib sirahasiakan
2. Bagian yang bersifat pemikiran (fikri) dan nilai (ruhi) yang harus dijelaskan sesuai dengan
program.
C. Pemahaman yang Dangkal tentang Sirriyah : Banyak orang memahami bahwa sirriyatul
harkah (kerahasiaan gerakan) dalam kehidupan Rasulullah saw merupakan suatu tahapan pada
kondisi tertentu dan waktu tertentu, sehingga sebagian ahli sejarah membatasinya dengan tga tahun
saja. Sesungguhnya adalah sifat yang lekat atau tak terpisahkan dari da’wah rasulullah saw dalam
semua tahapannya sepanjang kehidupan rasulullah saw di Makkah dan Madinah.
Apabila sifat sirriyah ini nampak jelas pada periode Makkah dan Madinah sifat sirriyah ini
justru lebih banyak kita temukan dan lebih rapi penataannya. Karena periode Madinah merupakan
tahapan perang dan jihad, sedangkan perang adalah tipu daya.
D. Kesimpulan Rambu ini : Sirriyah merupakan “tirai” yang melindungi program amal jama’i.
Sirryah adalah suatu prinsip yang sangat pentng terutama pada tahap-tahap pertama, agar tidak
dipukul dalam usia bayi.
V. Bersabar Atas Gangguan Musuh : Sikap sabar ini tercermin dalam seluruh keadaan umat islam
di Makkah sebelum hijrah. Tidak ada satupun keadaan da’wah Islam di Makkah pada tahapan
tersebut kecuali menampakkan sifat kesabaran umat islam. Kita dapat melihat kesabaran mereka
atas penghinaan dan provokasi, kendati sebagian anggota jama’ah mempunyai kemampuan untuk
melawan. Namun umat islam tetap diperintahkan untuk menahan diri.
VI. Menghindari Medan Pertempuran
A. Pengertian Menghindari Medan Pertempuran : Fikrah menghindarkan anggota jama’ah dari
medan pertempuran dengan melakukan hijrah adalah faktor yang dapat memelihara anggota
jama’ah dari kekejaman Quraisy dan meloloskan jama’ah dar penghancuran dan pemberangusan.
B. Pentingnya Rambu ini dalam Melindungi Pembinaan Jama’ah : Sesungguhnya fikrah
menjauhkan kaum muslimin dar konfrontasi dengan tiran Quraisy merupakan taufiq dari Allah
kepada Rasul-Nya. Sesungguhnya fikrah menjauhi konfrontasi pada tahapan takwin (dimana
jama’ah belum kuat melakukan konfrontasi) adalah sikap yang diwajibkan Islam dan dituntut oleh
keadaan jama’ah pada tahapan yang masih awal.
C. Pelaksanaan Rambu ini dalam Kehidupan Rasulullah saw : Pelaksanaan rambu ini dimulai
dengan pemberian izin secara umum kepada para anggota jam’ah yang ada di Makkah untuk hijrah
ke Habasyah.
D. Rambu ini Berhasil Menggagalkan Usaha Pembunuhan Rasulullah saw : Perintah untuk
meninggalkan kota Makkah (dalam menghindari pertempuran) ditujukan kepada semua lapisan
dalam jama’ah. Berkata Ibnu Katsir, “Tidak seorangpun tertinggal kecuali orang yang terfitnah
dan tertahan.”Pada saat itu seluruh anggota Darun Nadwah bersepakat membunuh Rasulullah
saw.
BAGIAN KEEMPAT
TABI’AT JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. Tabi’at Jalan Menuju Jama’atul Muslimin
A. Memahami Tabi’at Jalan
Dalam menempuh jalan ini Rasulullah saw mengalami berbagai ejekan, penghinaaan dan
penganiayaan. Diujung jalan Rasulullah saw juga menyaksikan hasil perjuangan dan kesudahan
para tiran dan orang-orang yang menolak islam. Disamping itu Rasulullah saw mendapati sisi lain
tabi’at jalan ini, jalan kemenangan dan kekuasaan. Tapi sisi inilah yang justru dikhawatirkan
bahayanya atas kaum muslimin, yang jika terpperdaya maka mereka akan berjatuhan ditengah
jalan.
B. Macam-macam Tabi’at Jalan
Tabiat jalan ini telah banyak dibicarakan oleh Al-Qur’an, dan bentuknyapun beragam.
Sayyid Quthb menyimpulkan bentuk-bentuk ujian tersebut antara lain :
1. Penganiayaan dari kebatilan dan para pelaku kebatilan, kemudian dia tidak mendapat penolong
yang membela dan mendukungnya.
2. Fitnah yang menimpa keluarga dan orang-orang yang dicintai lantaran dirinya, sementara itu
tidak mampu membela mereka, padahal mereka memintanya berdamai dan menyerah demi
cinta dan keselamatan keluarga.
3. Pemihakan dunia kepada orang-orang yang menolak kebenaran, dan anggapan manusia bahwa
mereka adalah orang-orang yang sukses sehingga mendapatkan perhatian masyarakat.
Sementara itu orang yang beriman terabaikan dan tak seorangpun mau membelanya.
4. Keasingandi tengah lingkungan aqidah, sehingga bia ia memandang orang dan masyarakat
disekitarnya, terlihatlah mereka sedang tenggelam dalam kesesatan
5. Ia mendapati bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia ini tenggelam dalam kenistaan, tetapi
mereka maju dan berperadaban modern, bahkan memiliki kekuatan dan kekayaan yang
digunakan untuk memusuhi Allah dan agama-Nya.
6. Fitnah popularitas dan daya tarik kehidupan dunia. Ini merupakan bencana besar karena justru
mendapatkan dukungan fitrah dan tabiat kemanusiaannya.
7. Fitnah lambatnya kemenangan dan panjangnya perjalanan
8. Fitnah kebanggan diri dan penyandaran segala sesuatu kepada dirinya setelah tercapai
kemenangan.
C. Tujuan Tabi’at Ini
Tujuan tabi’at jalan ini ialah membentuk manusia yang baik melalui perbuatan-
perbuatannya, agar demikian pergerakan manusia di muka bumi inipun menjadi baik
II. Contoh-contoh Tabi’at Jalan
A. Contoh-contoh sebelum kenabian
Tabi’at jalan dakwah adalah sunatullah di mana manusia dan jama’ah Islam tunduk kepada
ketentuan-ketentuannya. Karena itu contoh-contoh jalan ini sudah dimulai sejak manusia pertama.
1. Kisah kedua anak adam’ (QS.Al-Madah : 27-30)
2. Kisah seorang Mu’mmin, Habib An-Najjar (QS. Yasn : 25-27)
3. Kisah Ashhabul Ukhdud (QS. Al-Buruuj dan Hadst Rasulullah saw)
B. Contoh di Masa Kenabian
1. Gangguan Kaum Musyrikin kepada Rasulullah saw
2. Bujukan Kaum Musyrikin Kepada Rasulullah saw
C. Contoh-contoh Gangguan Kaum Musyrikin Kepada Para Sahabat
Kisah Abu dzar Al giffari, kisah keluarga amar bin yasir, ksah bilal bin rabbah, dll
III. Jama’ah-jama’ah Terpenting yang Aktif di Medan Da’wah Islam
A. Perjuangan Islam Setelah Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah
1. Perjuanga Individual (Amal Fardi)
Setela Khilafah Utsmaniyah jatuh pada 1924, tokoh-tokoh Islam dan para ulama berjuang
mengembalikan khilafah islamyah ke dalam kehidupan kaum muslimin. Dalam perjuangan
individual seorang ulama menyeru terbentuknya khlafah islamiyah melalui khotbah, makalah-
makalah, artkel di surat kabar, atau mengarang buku. Namun, seruan tersebut biasanya tidak
memiliki jama’ah atau organisasi.
2. Perjuangan Kolektif (Amal Jama’i)
Ditinjau dari tujuannya, perjuangan kolektf terbagi atas beberapa bagian:
a. Perjuanga kolektif yang tujuan langsungnya menegakkan khilafah : Kelompok ini antara lain
: Hizbut Tahrir d Suriah dan Yordania, Da’wah ikhwanul muslimin di Mesir, Suriah, Sudan,
dan negeri islam lainnya, Partai Msyumi di Indonsa, Jama’at Islami di India dan Pakistan,
Fadayyan Islam di Iran.
b. Perjuangan kolektif yang tujuan langsungnya da’wah sosial, budaya dan sufi : Kelompok ini
antara lain adalah Anshar As-Sunnah d Mesir, Jam’iyyah Syar’iyyah juga di Mesir, atau
da’wah sufi seperti Jama’ah Tablig, Al-Mahdiyah di Sudan, serta As-Sanusiyah di Maroko
dan Hijaz.
Ditinjau berdasarkan keberlangsungannya, perjuangan kolektif dibagi menjadi dua bagian.
a. Kelompok yang terus didera kesulitan dan siksaan sehingga tidak mampu lagi bertahan dan
berhenti d tengah jalan, berakhir dengan berhentinya lembaga, sepert wahabiyah dan
sanusiyah.
b. Kelompok yang masih tetap bertahan dan terus berda’wah menyingkirkan berbagai kesulitan
dan siksaan yang menghadang jalan menuju tujuannya. Dilhat dari sisi keterbatasan dan
totalitas da’wahnya, kelompok ini terbagi menjadi dua bagian :
1. Berbagai kondisi telah membatasi arah da’wahnya sehingga menjadi aliran tertentu yang
merupakan bagian dari alran-aliran yang dominan dalam umat islam. Misalnya, Jama’ah
Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah merupakan aliran salafi dalam umat. Da’wah sufiyyah
diwakili oleh Jama’ah Tablig. Sedangkan aliran politik diwakili oleh Hizbut Tahrir.
2. Kelompok kedua adalah yang berupaya mencakup seluruh aliran yang dominan di kalangan
umat islam, disampng menyeru kepada aspek politik dengan diteggakkannya khilafah
islamiyah. Kelompok ini merupakan aliran sufi dalam aspek penyucian jiwa, dan aliran
salafiyyah dalam aspek tuntunan kepada umat untuk kemmbali kepada Kitab dan Sunnah.
Kelompok atau da’wah ini diwakili oleh jama’at Islami di India dan Pakistan yang didirikan
oleh da’I muslim Abul ‘Ala Al-Maududi, Jama’ah ikhwanul muslimn di dunia arab, Partai
Masyumi di Kepulauan Khatulistiwa, dan Fadaiyyan Islam di Iran.
Dalam ruang yang terbatas ini kita akan membahas kedua bagian kelompok yang tetap
mempertahan dan terus berda’wah dengan mengambil satu contoh dari setiap aliran tersebut untuk
mengenal dan memberikan penilaian atasnya. Untuk itu, kita akan mengambil kelompok petama,
aliran terbatas, Jama’ah Anshar As-sunnah Al-Muhammadyah dari aliran salaf, Jam’ah Tablig dari
aliran sufi, dan Hizbut Tahrir dari aliran politik.
Sedangkan dari kelompok kedua, yang mencakup seluruh aliran tersebut, kita akan
mengambil Jama’ah Ikhwanul Muslimin, karena referens tentang jama’ah ini cukup banyak d
negeri Arab. Selain itu karena seluruh jama’ah islamiyah di dunia Islam terpengaruh oleh ikhwanul
muslimin serta berjalan sesuai dengan strategi dan pemikirannya. Ikhwanul musliminpun
merupakan jama’ah islamiyah terbesar, mempunyai aliran totalitas, berusaha memfokuskan tujuan
dan kerja keras perjuangan mereka untuk membentuk jama’atul muslimin, serta sarana ke arah itu.
B. Jama’ah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah (JASM)
Tujuan dan prinsp ajaran Jama’ah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah sangat luhur
dan mulia. Banyak diantaranya yang sama dengan sebagan jama’ah islam kontemporer. Namun
sarana untuk mewujudkan prinsp tersebut dinilai kurang dan terbatas dan agaknya tidak mungkin
mengantarkan pada tujuan JASM. Keterbatasan sarana dalam tubuh JASM disebabka dua faktor.
Faktor pertama adalah lapangan JASM dibatasi oleh negara. Pasal keduan Anggaran Dasar
(AD) JASM mengatakan bahwa JASM tidak boleh berdebat dalam urusan politk atau aqdah
agama. Pasal 3 dar AD JASM menetapkan tidak boleh terlibat dalam urusan politk dan tidak boleh
menyentuh agama lain penduduk Mesir lain, sepert Kristen, Yahudi.
Faktor kedua, pemerintahan Mesir menganggap JASM sebagai yayasan sosial yang
berafiliasi kepada kementrian sosial. Hal ini juga dinyatakan dalam pasal 28 AD JASM, Menteri
sosial berhak mengangkat, sebagai wakil kementriannya dan wakil lembaga manapun, seorang
dalam anggota majelis idarah.
Adapun usaha JASM berupa menghimpun dana untuk pembangunan masjid, klinik, serta
membuka ruang-ruang belajar, sungguh merupaan upaya yang sangat baik dan agung.
Demikianlah penilaian terhadap JASM. Kami berdoo’a semoga Allah membimbing
tokohnya ke jalan yang lebh utama dan lebih mula lagi.
C. Hizbut Tahrir (HT)
1. Sisi Tujuan dan Sarana
HT mempunyai kesamaan dengan JASM dan Jama’ah Tablig dari sisi sarana. Yaitu hanya
membatas diri pada sebagian tujuan dan arahan islam, dengan mengabaikan tujuan atau arahan
lainnya. Disamping kesamaan tersebut, ada beberapa tambahan yang terdapat pada HT :
a. Keterbatasan Tujuan
b. Membalik urutan sarana Rasulullah saw untuk mencapai pemerintahan. Fase terakhir dalam
dakwah rasulullah saw untuk meraih pemerintahan islam yakni jihad, justru menjadi yang
pertama dan satu-satunya dalam HT.
2. Segi Pemikiran
HT tidak mempunya fase takwin, yaitu fase ketika rasulullah tinggal di Mekah selama 13
tahun kemudian menghabskan sisa usianya d Madinah Al-Munawwarah. Tidak adanya fase ini
dalam strategi HT mengakibatkan munculnya pemmikiran yang menyimpang dari slam, bahkan
sunnah kauniyah dan tabiat manusia.
a. Status HT sebagai kutlah siyasiyah, bukanl kutlah akhlaqiyah, merupakan penyimpangan dari
ajaran Islam yang benar
b. Status HT sebagai kutlah siyasiyah, bukan kutlah ibadiyah dan amaliyah, merupakan
penyimpangan dar agama islam yang benar, bahkan melenceng dari agama.
c. Sikap HT yang tidak meyakini kecuali apa yang diterima oleh akal para tokohnya merupakan
tindakan yang mengabaikan sebagian besar hukum islam
d. Sikap HT menjauhi amar ma’ruf dan nahi munkar memberinya sebagian besar atribut Ban
Israel.
Hal-hal tersebut sangat penting dan perlu diperbaiki oleh para pimpinan HT agar manhaj HT
sesuai dengan islam, dan agar HT setelah dikoreksi menjadi gerakan Islam yang benar. Allah ta’ala
adalah dzat yang memberi petunjuk.
D. Jama’ah Tabligh
JT telah menetapkan 6 tujuan. Tujuan ini tetap utuh dar sejak berdiri hingga kini dan tidak
mengalami perubahan, bersifat mengikat bagi anggotanya, serta mengharuskan mereka berjalan
diatas jalurnya. Kami tidak tahu darimana para elite pimpinan JT mendapatkan batasan tersebut
dalam islam. Benar, bahwa masing-masing dari 6 tujuan ini memiliki dalil-dalil yang
menganjurkannya. Namun, pembatasan da’wah dalam bingkai 6 ajaran itu saja dan menjadikannya
sebaga agama keseluruhan adalah hal yang bertentangan dengan ajaran agama yang diturunkan
untuk diterapkan dalam keseluruhan gerak hidup manusia pada setiap masa dan tempat. Sedangkan
sejumlah prinsip dan pemikiran yang dan pemikiran yang diadopsi JT bertentangan secara nyata
dengan Islam.
a. Upaya JT mewajibkan taklid kepada anggotanya bertentangan dengan ittiba’
b. Pengharaman ijtihad kepada anggota JT bertentangan engan hukuk agama
c. Menjadikan nah munkar sbaga hal yang dilarang dalam AD bertentangan dengan Al-Qur’an
dan Sunnah
d. Larangan mencari ilmu bagi anggota juga bertentangan dengan Islam
e. Larangan terjun ke dunia poltik dalam AD juga bertentangan dengan hukum dan kewajiban
agama. Sebab menegakkan khilah adalah persoalan politik
E. Kesimpulan
Tujuan, sasaran, ajaran, dan sarana tujuan telah ditegaskan oleh pembuat syari’at, dan telah
dijelaskan secara rinci pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Metode jama’ah yang mengambil
setengah-setengah ajaran Islam adalah tertolak. Dia harus memperbaiki m etodenya sesuai dengan
prinsip yang mencakup Islam dan keluasan ajarannya. Seperti firman Allah (QS. Al-Baqarah : 85-
86).
F. Jama’ah Ikhwanul Muslimin (JIM)
a. Sejarah : JIM didirikan pada bulan Dzul Qa’idah 1347 H / Maret 1928 M di kota
Isma’iliyah, setelah pertemuan dirumah pendiri & mursyid JIM yg pertama-Syaikh Hasan
bin Ahmad bin Abdurrahman al Banna (Lahir Oktober 1906 di distrik Mahmudiyah
Buhayrah, syahid pada 12 Februari 1949), pertemuan itu dihadiri oleh 6 tokoh IM
{Abdurrahman Hasbullah (sopir), Ahmad Al-Khushari (tukang cukur), Zakki al-Maghribi
(penjahit), Hafizh Abdul Hamid (tukang kayu), Fuad Ibrahim, Ismail Izz}, mereka saling
memba’iat utk hidup bersaudara dan berjuang untuk islam.
b. Kehidupan Pendiri JIM: Syaikh Hasan Al Banna adl sosok yg berkharisma & tampak
kejeniusan dalam sisi kepribadian seorg da’i, pendidik, pembaharu & pemimpin yg mana
kecintaan hidupnya terpusat pada da’wah, serta pengaruh yg begitu kuat pd sahabat &
murid2nya membedakan beliau dg para pemimpin terdahulu, shg kesuksesan nan gemilang
ada didlm pembinaan & produktivitas. Beliaulah pembangun generasi pendidik serta
pemilik ‘madrasah’ ilmiah, pemikiran & akhlak.
c. Struktur Mursyid Organisasi JIM : Dewan Pendiri (Hai’ah Ta’sisiyah) Maktab al Irsyad al
‘Am dikantor pusat (12 orang: 9 orang dari kairo ‘Am sbg wakil ), sekjen, bendahara (3
orang sisanya dari daerah lain) => Maktab Idari(Dewan Administrasi)=> Wilayah =>
Syu’bah/Cabang (ketua Syu’bah) dipilih dr Maktab al Isryad) => Usrah (unit terkecil yg
membentuk JIM, terdiri atas 5 orang yg dipimpin seorang Naqib.
d. Tujuan JIM : Membangun Kepribadian Muslim, Membentuk & Membina Keluarga
Muslim, Membina Masyarakat Muslim, Membebaskan Negeri dr setiap penguasa asing,
Memperbaiki Pemerintahan, Mengembalikan Eksistensi Internasional bagi Umat Islam,
Menjadi Guru Dunia dgn Menyebarkan Da’wah Islam keseluruh penjuru.
e. Sarana JIM : Iman yang mendalam, pembentukna yang cermat, dan amal yang
berkesinambungan.
f. Rukun Bai’at dalam jama’ah : Kefahaman, Ikhlas, Amal, Jihad, Tadhhiyah (pengorbanan),
Ta’at, Tsabat , Tajarrud (Totalitas, loyalitas ), Ukhuah, Tsiqoh.
JIM menetapkan fase konfrontasi dengan kebatilan . Adapun kritik atas JIM sebelum menetap-
kan pilihan belahan bumi tempat berpijak, sehingga banyak tokoh yg dibunuh & harta JIM
dirampas ; Terlalu percaya & berprasangka baik pd kepemimpinan lain, pdhl bs diambil alih.

1. JIM menjadikan al-Kitab, As-Sunnah dan salafu saleh sebagai rujukan utamanya
2. Dibandingkan jama’ah islam yang lain, JIM memiliki kelebihan karena memperjuangkan
seluruh ajaran islami.
3. JIM adalah jama’ah yang senantiasa berkembang dalam strategi amalyahnya
4. JIM adalah jama’ah yang dari tujuan-tujuannya tampak jelas keterkaitannya dengan islam.
5. Kendati JIM memiliki sifat terpuji, ia tetap merupakan sekumpulan orang yang tunduk, dalam
strategi dan itihadnya, kepada sifat manusia yang serba terbatas, lemah dan bisa salah.

Anda mungkin juga menyukai