PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya mempelajari
mengenai definisi sindrom koroner akut (SKA), etiologi, patofisiologi, gejala klinis,
diagnosa, diagnosa banding, hingga penatalaksanaan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini, yaitu:
1. Agar mengetahui definisi sindrom koroner akut.
2. Agar mengetahui etiologi sindrom koroner akut
3. Agar mengetahui patofisiologi sindrom koroner akut
4. Agar mengetahui gejala dan tanda dari sindrom koroner akut
5. Agar mengetahui tatalaksana dari sindrom koroner akut
BAB II
PEMBAHASAN
Hari/Tanggal
Sesi 1 : Senin, 3 Desember 2018
Sesi 2 : Rabu, 5 Desember 2018
Tutor : Dr. Dina Quratuainin
Moderator : Nadi Kurniawan
Sekretaris : Ariznaharudiya Wibowo
LBM 2
Skenario
I. Klarifikasi Istilah
V. Learning Issue
1. Apa definisi dari sindrom koroner akut ?
2. Bagaimana etiologi dari sindrom koroner akut ?
3. Bagaimana patofisiologi dari sindrom koroner akut ?
4. Bagaimana penanganan awal dari sindrom koroner akut ?
5. Bagaimana diagnosis banding dari sindrom coroner akut ?
6. Bagaimana diagnosa dari sindrom koroner akut ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien sindroma koroner akut ?
VI. Referensi
Manifestasi klinis berupa nyeri dada sebelah kiri pada pasien dengan
SKA ini belum dapat secara pasti didiagnosa menderita SKA sebelum
melakukan beberapa pemeriksaan penunjang lainya yang dapat memastikan
penyebab nyeri dada yang dirasakan. Seluruh penyakit yang manifestasi
klinisnya berupa keluhan nyeri dada sebelah kiri dapat menjadi dignasa
banding dari SKA. Penyakit-penyakit yang dapat menjadi diagnose banding
untuk SKA dapat digolongkan sebagai beriku :
Mengancam jiwa dan perlu penanganan segera :
o diseksi aorta
o perforasi ulkus peptikum atau saluran cerna
o emboli paru
o tension pneumothorax
Non-iskemik :
o miokarditis
o perikarditis
o kardiomiopati hipertrofik
o penyakit katup jantung (stenosis dan regurgitasi katup aorta)
o sindrom Brugada
o sindrom Wolf-Parkinson-White
o angina vasospastik
Non kardiak :
o nyeri bilier
o ulkus peptikum
o ulkus duodenum
o pleuritis
o refluks gastroesofaeal (GERD)
o nyeri otot dindingdada
o serangan panic
o gangguan psikogenik
Irama jantung
Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari
impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena
Cava Superior di atrium kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana
terdapat gelombang P yang diikuti oleh kompleks QRS. Irama jantung
juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama relatif
sama dan teratur.
Ketika dilakukan pembacaan EKG didapatkan irama sinus yakni
adanya gelombang P, dan setiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS,
jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur
disebut dengan irama Reguler
Frekuensi jantung
Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung
selama 1 menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada tiga cara, apabila
irama jantung stabil maka dapat dihitung melalui cara 1 dan 2, apabila
irama jantung tidak stabil maka dihitung menggunakan cara tiga yaitu
sebagai berikut :
o Cara 1
HR = 1500 / x
o Cara 2
HR = 300 / y
o Cara 3
Caranya adalah:
HR = Jumlah QRS dalam 6 detik x 10.
Gelombang P
Segmen ST
Urutan diagnosis :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Laboratium
4. Foto Dada
5. P memeriksaan Jantung Non – Invasif
- EKG istirehat
- Uji Latihan Jasmani (treadmill)
- Uji latih Jasmani Kombinasi Pencitraan:
- Uji Latih Ekokardiagrafi (Stress Eko)
- Uji Latih Jasmani Scintigrafi Perfusi Miokard
- Uji Latih Jasmani Farmakologik Kombinasi Teknik Imaging
- Ekokardiografi Istirehat
- Monitoring EKG ambulatory
- Teknik non invasif penentuan klasifikasi koroner dan anatomi
koroner :
- computed tomography
-Magnetic resonance arteriography
6. Pemerikasaan invasive menentukan anatomi koroner
- arteriografi koroner
- ultrasound intravascular (IVUS)
Farmakologi :
a. Anti-iskemiaa
Beta bloker dapat mengurangi kerja saraf simpatetik ke otot
jantung, mengurangi kebutuhan oksigen dan berkontribusi untuk
kestabilan elektris. Penggunaan beta bloker biasanya digunakan dalam
24 jam pertama untuk mendapatkan target frekuensi jantung mendekati
60 kali/menit. (Anonim, 2011)
Nitrat dapat mengurangi gejala angina dengan venodilatasi,
dimana akan mengurangi kebutuhan oksigen dengan mengurangi darah
yang kembali melalui vena ke jantung, sehingga mengurangi preload
dan stress atau pajanan ke dinding jantung. Nitrat juga dapat
meningkatkan aliran pembuluh darah koroner dan mencegah
vasospasme melalui vasodilatasi pembuluh darah koroner. Selain untuk
menghilangkan gejala angina, nitrat juga dapat digunakan pada pasien
Sindroma Koroner Akut dengan gagal jantung dan hipertensi berat.
(Anonim, 2011)
b. Antagonis kanal kalsium
Antagonis kanal kalsium seperti verapamil dan diltiazem dapat
mengurangi gejala dengan mengurangi frekuensi denyut jantung
serta kontraktilitas melalui efek vasodilatasi. (Anonim, 2011)
c. Anti trombotik
Tujuan pemberian antitrombotik termasuk juga antiplatelet dan
antikoagulan untuk mencegah efek lebih lanjut dari oklusi parsial
yang ada di trombus intrakoroner. (Anonim, 2011)
d. Antiplatelet
Aspirin bekerja dengan mencegah sintesis platelet tromboksan
A2, dimana tromboksan A2 merupakan mediator aktivasi platelet
dan aspirin merupakan salah satu intervensi yang paling penting
untuk mengurangi mortalitas pada seluruh pasien dengan Sindroma
Koroner Akut. Aspirin harus diberikan segera kepada pasien dengan
gejala Sindroma Koroner Akut tanpa kontraindikasi. (Anonim,
2011)
Klopidogrel merupakan derivat tienopiridin yang dapat
memblok aktivasi P2Y, reseptor ADP pada platelet.
Direkomendasikan untuk menggantikan agen antiplatelet pada
pasien dengan alergi terhadap aspirin. Terlebih lagi, penggunaan
kombinasi antara aspirin dengan klopidogrel lebih baik
dibandingkan dengan pemberian aspirin saja dalam mengurangi
kematian akibat penyakit kardiovaskular. (Anonim, 2011)
e. Antikoagulan
Unfractioned heparin bekerja dengan berikatan dengan
antitrombin yang meningkatkan potensi plasma protein sangat baik pada
proses inaktivasi pembentukan pembekuan trombin. Obat ini juga
menginhibisi faktor koagulasi Xa dan memperlambat pembentukan
trombin.
f. Terapi reperfusi
Alternatif pengobatan lainnya adalah, percutaneous coronary
intervention suatu metode untuk mengembalikan perfusi koroner dan
mendapatkan aliran darah yang optimal pada pembuluh darah yang
infark. Terapi ini digunakan apabila pada pasien yang sebelumnya telah
diberikan terapi fibrinolisis namun tidak menunjukkan perbaikan yang
adekuat. (Anonim, 2011)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil diskusi LBM 2 ini dapat disimpulkan bahwa, pasien yakni Tn. B
mengalami penyakit jantung koroner dan lebih mengarah pada sindroma koroner akut.
Dimana terlihat manifestasi klininya yakni timbul serangan nyeri (Angina Atipikal)
berdasarkan skenarionya. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan suatu istilah
yang menggambarkan kumpulan gejala klinik yang ditandai dengan nyeri dada dan
gejala lain yang disebabkan oleh penurunan aliran darah ke jantung, biasanya
disebabkan oleh plak aterosklerotik, spasme, atau kombinasi keduanya. Namun untuk
menegakkan suatu diagnosa pastinya perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
EKG dan evaluasi marka jantung.