Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur Kalimat Efektif................................................................ 3
B. Pengertian Kalimat Efektif................................................................... 8
C. Syarat-syarat Kalimat Efektif............................................................... 9
D. Ciri-ciri Kalimat Efektif........................................................................ 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 17
B. Saran..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat. Dalam bahasa terdapat ide,
gagasan pikiran, dan perasaan yang mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau konsep
yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan kedalam bentuk kalimat. Kalimat yang
dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat yang
efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan
pengarang/pembicara, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik
perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan.
Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada
yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar
mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana unsur-unsur kalimat?
2. Bagaimana pengertian kalimat efektif?
3. Bagaimana syarat-syarat kalimat efektif?
4. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan unsur-unsur kalimat efektif.
2. Untuk menjelaskan pengertian kalimat efektif.
3. Untuk menjelaskan syarat-syarat kalimat efektif.
4. Untuk menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat
(P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-
kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1) Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
sebagai berikut ini:
a. adikku sedang melukis,
b. kulkas paman besar,
c. yang berbaju batik dosen saya,
d. bersepeda menyehatkan badan,
e. membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh
kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila
kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah
orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu,
kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),
yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e). Selain ciri di atas,
S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)…
atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah
S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau
bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai
S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya.
Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2) Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh ‘S’. Predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut:
a. kuda meringkik,
b. ibu sedang tidur siang,
c. putrinya cantik jelita,
d. kota jakarta dalam keadaan aman,
e. kucingku belang tiga,
f. robby mahasiswa baru,
g. rumah pak hartawan lima,
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana
putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang
tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di jln. Gatot subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu
kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa
dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh
(b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P,
maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang
pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata
atau frasa.[1]

3) Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu
verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Naya menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P
yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang
dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P
dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Televisiku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a. -Hendra Setiawan mengalahkan Taufik Hidayat (O)
-Taufik Hidayat (S) dikalahkan oleh Hendra Setiawan.
b. -Orang itu menipu adik saya (O)
-Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.[2]

4) Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak
pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O,
dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Rektor IAIN membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel.
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
a. Pancasila dibacakan oleh Rektor IAIN.
O P S
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
b. Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.[3]
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat
menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Alfin mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Freshian mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5) Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal,
frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli
membagi keterangan atas Sembilan macam yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angina
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

B. Pengertian Kalimat Efektif


Dalam kamus besar bahasa Indonesia kalimat memiliki arti sepatah kata atau
sekelompok kata yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan. Sedangkan efektif memiliki arti
ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, gunanya). Dilihat dari pengertian kedua kalimat tersebut
jadi dapat kita tarik kesimpulan kalimat efektif adalah suatu kata atau sekelompok kata yang dapat
mengutarakan suatu pikiran atau perasaan dengan memiliki efek (akibat/pengaruh/guna) tepat
sasaran dan juga dalam susunannya harus benar. Berikut ini definisi kalimat efektif menurut para
ahli :
a) Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif,
gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup
menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu : 2007)
b) Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan : 2001)
c) Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan
enak dibaca. (Arifin)
d) Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi
tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi)
Berdasarkan definisi kalimat efektif menurut para ahli dapat kita simpulkan bahwa suatu
kalimat dapat dikatakan kalimat efektif apabila sesuai dengan kaidah bahasa, jelas dan mudah
dipahami oleh pendengar atau pembaca kalimat tersebut.
Seorang ahli bahasa pernah mengemukakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Ketidakefektifan kalimat dapat
membuat pesan yang disampaikan pembicara atau penulis tereduksi, sehingga akan beda
maknanya saat ditangakap oleh pendengar atau pembaca[4].
Sedangkan menurut kelompok kami kalimat efektif ialah kalimat yang singkat, padat,
jelas dan tepat sasaran sehingga dapat dipahami oleh pembaca/pendengar.

C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis,
2. sanggup menimbulkan gagsan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti
yanng dipikirkan pembicara atau penulis.
Keraf menyatakan bahwa kita memerlukan syarat-syarat lain untuk dapat membuat
kalimat yang efektif, yakni: kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi,
paralelisme, dan penalaran. Sementara menurut Akhadiah ciri kalimat yang efektif adalah
kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan, kehematan dalam
mengunakan kata, dan kevariasian dalam struktur kalimat.

D. Ciri-ciri Kalimat Efektif


1. Kesatuan gagasan
Setiap kalimat yang baik harus jelas dan memperlihatkan kesatuan gagasan
yang mengandung satu ide pokok. Kesatuan gagasan disini jangan
diartikan bahwa kalimat itu hanya mempuyai suatu ide yang tunggal. Bisa jadi kesatuan gagasan
itu terbentuk dari dua gagasan atau lebih. Secara praktis,sebuah kalimat itu dikatakan
memiliki kesatuan gagasan itu apabila kalimat itu terdiri dari subjek, predikat dan objek. Kesatuan
itu bermcam-macam antara lain kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, dan kesatuan yang
mengandung pertentangan.
Contoh kesatuan gagasan adalah sebagai berikut:
a.) Kesatuan Tunggal
Semua penduduk desa mendapat penjelasan mengenai rencana pembangunan lima tahun.
b.) Kesatuan gabungan.
Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi dan telah berangkat dengan pesawat satu jam
yang lalu.
c.) Kesatuan pertentangan.
Ayah bekerja diperusahaan pengangkutan, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu.

2. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau
bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,bentuk kedua juga harus menggunakan verba.
Contoh:
a.) Namanya ditulis dengan jelas di kertas segel atau pencantumannya di kertas khusus.
b.) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatantembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air,
dan pembagian tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu ditulis dan pencantuman. Kalimat itu dapat
diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu, menjadi seperti ini: Namanya ditulis
dengan jelas di kertas segel atau dicantumkan di kertas khusus.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi predikat yang nominal, menjadi seperti berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian system pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3. Ketegasan
Ketegasan itu juga biasa disebut dengan penekanan yang artinya suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan, kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat, antara lain sebagai berikut:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat
Contoh:
i. Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah pada Presiden mengharapkan.
ii. Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya ialah pada Harapan presiden.
b. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar.
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan yang
memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara berikut ini
a. Menghilangkan pengulangan subjek
Contoh:
Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
Contoh:
Ia memakai baju warna merah.
 Ia memakai baju merah.
Kata warna dihilangkan karena kata merah sudah mencakup kata warna.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Contoh:
Sejak dari pagi ia termenung.
 Sejak pagi ia termenung.
Kata dari dihilangkan karena kata dari bersinonim dengan kata sejak.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
Contoh:
Para hadirin dimohon berdiri
 Hadirin dimohon berdiri
Kata para dihilangkan karena kata hadirin sudah merupakan bentuk jamak.

5. Penalaran (Logika)
Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan
pembicara atau penulis. Berarti, bukan hanya struktur gramatikal yang berperan penting agar ide
pokok kalimat dapat diungkapkan dengan baik dan benar. Ada unsur lain yang harus diperhatikan
yaitu penalaran atau logika. Kalimat yang efektif harus logis karena setiap kalimat harus bisa
dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat dan sesuai dengan penalaran.
Contoh:
Kepada kepala sekolah waktu dan tempat kami persilahkan.
 Untuk mempersingkat waktu mari kita lanjutkan acara ini.
Seluruh bagian dari kedua kalimat di atas sebenarnya bisa dimengerti, tetapi ada beberapa
bagian yang sulit diterima akal sehat. Maka dari itu, jalan pikiran penulis/pembicara menentukan
mudah-tidaknya sebuah kalimat dipahami.

6. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan disini ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ciri-ciri kalimat yang padu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
Oleh karena itu, sebaiknya kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misal:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu.
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek+agen+verbal secara tertib dalam kalimat pasif
persona. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat dan kata kerja dan objek penderita.
Misal:
Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
Mereka membicarakan kehendak rakyat.

7. Kecermatan
Maksud dari kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda,
serta tepat dalam pilihan kata. Bisa dikatakan dalam hal ini tidak pleonastis maksudnya tidak
terdapat kata yang maknanya sama.
Contoh:
Pada hari itu mereka saling bersalaman => kalimat efektif
Pada hari itu mereka saling bersalam-salaman => tidak efektif
Penjelasan: makna kata ulang bersalam-salaman sudah berarti saling bersalaman, sehingga tidak
perlu ditambahkan kata "saling".[5]

8. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik. Beberapa ciri kesepadanan adalah sebagai berikut:
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Ketidakjelasan subjek dalam suatu kalimat terjadi apabila sebelum subjek kalimat tersebut terdapat
kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
b. Dalam kalimat itu tidak terdapat objek yang ganda
Subjek yang ganda akan memunculkan kalimat yang tidak terfokus
Contoh:
Penyusunan laporan itu saya, dibantu oleh para dosen.
Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Kata hubung dipakai untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Oleh sebab itu, kata hubung
atau kata sambung tidak diperkenankan ada di dalam kalimat tunggal. Hal itu perlu dicermati.
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kalimat diatas dapat diperbaiki dengan 2 cara, yang pertama yakni dengan mengubah kalimat itu
menjadi kalimat majemuk, seperti berikut:
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Yang kedua yakni dengan cara mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti berikut:
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
d. Predikat kalimat yang tidak didahului oleh kata ”yang’’
Pemunculan kata “yang” akan menghilangkan predikat dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

9. Tidak bermakna ambigu (membingungkan)


Contoh kalimat ambigu:
Presiden memimpin rapat terbatas mengantisipasi perubahan cuaca di istana negara. Kalimat
tersebut ambigu, karena yang dibahas perubahan cuaca hanya di istana negara atau di negara.
Perbaikan agar menjadi kalimat efektif:
a. Di istana negara presiden memimpin rapat terbatas membahas perubahan cuaca.
b. Presiden memimpin raat terbatas di istana negara membahas perubahan cuaca[6]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap
seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.

B. Saran
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan benar tentang bahasa Indonesia yang
memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi
komunikasi yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik,
sedangkan Calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi
kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
Dan semua Lembaga Pendidikan sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh
terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2012. Bahasa Indonesia.Tangerang: Pustaka Mandiri.


Maskurun. 2011. Bahasa Indonesia. Yogyakarta: LP2IP.
Pardjimin. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Trianto, Agus. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Esis.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta: Gramedia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Nusa Indah.
Alkadiah, Sabakti, dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/11/kalimat-efektif.html (diakses
tanggal 29 September 2015 jam 17:12)

[1] Pardjimin, Bahasa dan Sastra Indonesia ( Bogor: Ghalia Indonesia,2005), hlm.117.
[2] Maskurun, Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: LP2IP, 2011), hal. 90.

[3]Agus Trianto, Bahasa Indonesia (Jakarta: Esis, 2007), hlm.76.

[4]http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/11/kalimat-efektif.html (diakses tanggal 29September 2015 jam


17:12)
[5] Dendy Sugono, Mahir berbahasa Indonesia dengan benar (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm.63.

[6] Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Bahasa Indonesia (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012),
hlm.133-149.

Anda mungkin juga menyukai