Anda di halaman 1dari 3

Sudah adilkan pengenaan PPnBm dan PPh pasal 22 pada bidang properti?

Pada akhir tahun 2018, Kementrian keuangan mencoba untuk menggodok ulang
peraturan mengenai pengenaan PPnBm dan PPh pasal 22 pada bidang properti. Pada awalnya,
wacana terkait penghapusan pengenaan pajak pada objek properti telah santer didengar.
Namun, pada akhir 2018, Kementrian keuangan memilih untuk menurunkan tarif pajak untuk
PPh pasal 22 dari 5% menjadi 1% dan menaikkan ambang batas pengenaan PPnBm yang
semula dikategorikan senilai 20 Miliar menjadi 30 miliar untuk pajak properti.1 Alasan utama
gagalnya penghapusan PPh pasal 22 adalah karena dasar pengenaannya yang tidak dapat
dihapus.2 Meskipun wacana penghapusan pajak properti dibatalkan, namun penggodokan
peraturan mengenai pengenaan PPnBm dan PPh pasal 22 untuk bidang properti tetap
dilaksanakan untuk mengurangi beban biaya pengembang dan mendorong industri dibidang
properti.3 Meski PMK terkait pajak properti masih belum disahkan (dalam proses harmonisasi
di Kemkumham)4, wacana terkait penyesuaian tarif pajak PPh 22 dan PPnBm telah mendapat
respon dari berbagai kalangan, terutama dari kalangan pengembang properti.

Berbagai kalangan dari pengembang memberikan respon positif atas respon pemerintah
untuk menurunkan tarif PPh 22 dan menyesuaikan kriteria ambang batas pengenaan PPnBm

1
Untuk sektor properti, Sri Mulyani menyampaikan, saat ini sedang diselesaikan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) untuk rumah dan apartemen yang perkembangan terkendala karena dikenakan PPnBM yang sangat
tinggi. "Selama ini dapatkan kendala karena ada PPnBM yang sangat tinggi dengan menaikkan threshold (batas
bawah)-nya dari yang tadinya Rp 20 miliar menjadi Rp 30 miliar" ucap Sri Mulyani dilansir dari situs Sekretariat
Kabinet, Rabu (21/11/2018). Untuk menurunkan PPh Pasal 22 untuk rumah mewah, besaran tarif turun dari 5%
menjadi 1%. "Dengan demikian kita berharap sektor konstruksi akan menjadi meningkat dari segi kegiatan
usahanya," tambah Sri Mulyani. (Sri Mulyani Turunkan Pajak Properti Mewah, diakses melalui
https://www.cnbcindonesia.com/news/20181121190126-4-43132/sri-mulyani-turunkan-pajak-properti-mewah)
2
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas Ditjen Pajak, Hestu Yoga Saksama, mengungkapkan rencana
tersebut saat ini masih dalam kajian Badan Kebijakan Fiskal. Namun memang belum pasti keduanya akan
dihapuskan. "Arahnya ke PPh pasal 22, karena kalau itu dihilangkan, tetap akan dipungut kepada pembeli dan
menjadi kredit pajak. Bukan berarti dicabut, pajaknya hilang," kata Hestu kepada CNBC Indonesia, Jumat
(19/10/2018). "Kan selama ini pembeli bayar di awal, tapi nanti bisa dikreditkan di pelaporan SPT Tahunan. Jadi
tetap dilaporkan," sambung Hestu. (Sri Mulyani Turunkan Pajak Properti Mewah, diakses melalui
https://www.cnbcindonesia.com/news/20181121190126-4-43132/sri-mulyani-turunkan-pajak-properti-mewah)
3
...Tujuannya untuk mengurangi beban biaya pengembang dan mendorong gairah industri sektor properti. "Kami
sedang mengevaluasi untuk pajak properti terutama PPh 22 dan PPnBM. Tujuannya supaya kita bisa mendorong
sektor properti karena dia multiplier dari sisi penciptaan kesempatan kerja cukup banyak. Kita akan lihat dan
evaluasi agar tetap sesuai dengan kebutuhan segmen pembangunan properti di Indonesia," kata Menteri Keuangan
Sri Mulyani singkat, Kamis (18/10). (Kemkeu kaji rencana penghapusan PPh 22 dan PPnBm untuk properti,
diakses melalui https://nasional.kontan.co.id/news/kemkeu-kaji-rencana-penghapusan-pph-22-dan-ppnbm-
untuk-properti)
4
...Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analisys (CITA) Yustinus Prastowo berpendapat, aturan
terkait insentif pajak untuk properti mewah yang saat ini tengah dalam proses harmonisasi di Kemkumham
menjadi persoalan yang dilematis. “Di satu sisi bagus, di sisi lain menjadi lama,” tutur Yustinus kepada
Kontan.co.id, Sabtu (5/1). (Punya efek gulir besar, CITA: Insentif pajak untuk properti mewah mendesak
dilakukan, diakses melalui https://nasional.kontan.co.id/news/punya-efek-gulir-besar-cita-insentif-pajak-untuk-
properti-mewah-mendesak-dilakukan)
untuk bidang properti. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Intiland Development
Tbk (DILD) adalah salah satu pihak pengembang yang menyambut positif dari respon
pemerintah.5 Pihaknya mendukung penuh terkait regulasi yang saat ini sedang digodok oleh
pemerintah untuk meningkatkan industri properti yang selama ini telah mengalami kelesuan.6
Kelesuan pada sektor properti tidak hanya dirasakan dalam skala properti mewah, namun juga
properti kelas menengah kebawah yang disinyalir akibat dari tingginya PPnBm dan PPh pasal
22.7 Maka dari itu, adanya wacana penurunan tarif PPh pasal 22 dan penyesuaikan kriteria
ambang batas pengenaan PPnBm untuk bidang properti disambut baik dan diharapkan dapat
membantu roda pergerakan perekonomian di Indonesia.

Meskipun menuai dukungan yang besar dalam aspek pergerakan perekonomian di


Indonesia, tentu wacana penurunan tarif PPh pasal 22 dan penyesuaikan kriteria ambang batas
pengenaan PPnBm di bidang properti juga hanya dianggap sebagai angin lalu oleh sebagian
pengembang. Hal ini dikarenakan, faktor utama yang menyebabkan pengembang tidak antusias
terkait wacana penurunan tarif PPh pasal 22 dan penyesuaikan kriteria ambang batas
pengenaan PPnBm di bidang properti adalah segmen kelas properti. Menurut analis Artha
Sekuritas, Dennies Christoper Jordan mengatakan bahwa kebanyakan emiten properti
menawarkan produk di level menengah, sangat sedikit yang menawarkan produk dikisaran
harga Rp 20 miliar.8

5
Hal ini tentu saja disambut olah para pengembang properti. Hal ini, menurut mereka akan menjadi sentimen
yang positif bagi kinerja perusahaan ke depan seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA) misalnya yang juga
menyambut positif rencana pemerintah lewat menteri keuangan ini. Pengembang lainnya, yakni PT Intiland
Development Tbk (DILD) juga menyambut rencana pemerintah untuk menghapuskan pajak PPnBM dan juga PPh
22 tersebut. "Secara umum kami harapkan berdampak positif bagi industri properti," kata Theresia Rustandi,
Sekretaris Perusahaaan DILD, Jumat (19/10). (Pengembang sambut rencana penghapusan PPnBM dan PPh 22
untuk properti mewah, diakses melalui https://investasi.kontan.co.id/news/pengembang-sambut-rencana-
penghapusan-ppnbm-dan-pph-22-untuk-properti-mewah)
6
... Theresia berharap dengan adanya rencana kebijakan ini pasar properti bisa kembali digerakkan, apalagi selama
ini pasar properti tengah lesu. Meski tak secara spesifik menyebut dampaknya bagi penjualan DILD, Theresia
berharap bahwa penjualan DILD juga bisa terkerek lantaran saat ini, kebanyakan properti yang dijual oleh
pengembang properti ini adalah pasar menengah ke atas. (Pengembang sambut rencana penghapusan PPnBM dan
PPh 22 untuk properti mewah, diakses melalui https://investasi.kontan.co.id/news/pengembang-sambut-rencana-
penghapusan-ppnbm-dan-pph-22-untuk-properti-mewah)
7
...Dalam tiga tahun terakhir, Totok mengatakan penjualan properti di Indonesia stagnan, bahkan untuk
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) turun. Hal itu, kata Totok dampak dari tingginya PPnBM dan PPh
Pasal 22 yang ditetapkan. "Jadi saling terkait, kalau rumah mewah turun, pelan-pelan rumah menengah dan
bersubdi juga turun," ujar dia. (Pajak Rumah Mewah Diturunkan, Pengusaha: Akan Bantu Penjualan, diakses
melalui https://finance.detik.com/properti/d-4317817/pajak-rumah-mewah-diturunkan-pengusaha-akan-bantu-
penjualan)
8
Pemerintah berencana menaikkan batas kenaikan pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
properti mewah dari Rp 20 miliar menjadi Rp 30 miliar. Tak hanya itu, juga akan menurunkan PPh pasal 22 untuk
pembelian hunian tersebut dari 5% menjadi 1%. Kebijakan ini dirasakan bakal membawa angin segar bagi sektor
properti. Namun, analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan, sentimen tersebut hanya
berpengaruh secara psikologi saja, sebab kebanyakan emiten properti menawarkan produk di level menengah,
Berbagai anggapan dari berbagai kalangan terus mengalir seiring dengan derasnya
pemberitaan wacana penurunan tarif PPh pasal 22 dan penyesuaikan kriteria ambang batas
pengenaan PPnBm di bidang properti. Namun, apakah wacana terkait penurunan tarif PPh
pasal 22 dan penyesuaikan kriteria ambang batas pengenaan PPnBm di bidang properti sudah
adil dan mampu merangkul seluruh kepentingan lapisan masyarakat? Mengingat pengenaan
PPh pasal 22 dan PPnBm untuk properti sepenuhnya dibebankan kepada pembeli. Dari sinilah
kami ingin mengulas lebih dalam mengenai dukungan dan kritikan dari sudut pandang kami
mengenai isu penurunan tarif PPh pasal 22 dan penyesuaikan kriteria ambang batas pengenaan
PPnBm di bidang properti. Sehingga, kami berharap melalui tulisan ini kami dapat semakin
menumbuhkan kepedulian kami terhadap isu-isu perpajakan yang ada serta mencoba untuk
menyajikan saran yang sesuai dengan tujuan negara Indonesia yakni menciptakan keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia.

sangat sedikit yang menawarkan produk dikisaran harga Rp 20 miliar. (sentimen pajak properti mewah diperingan
terhadap emiten properti, diakses melalui https://investasi.kontan.co.id/news/sentimen-pajak-properti-mewah-
diperingan-terhadap-emiten-properti)

Anda mungkin juga menyukai