I. IDENTITAS
1. Identitas penderita
Nama penderita : Tn M
Umur : 28 tahun
RMK : 15.46.55
Pasien mengeluh tidak bisa kencing sejak 4 jam sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan dirasa mendadak. Pasien juga ada nyeri perut seperti ditekan
di semua bagian perut. Skala nyeri antara 8-9. Nyeri menjalar sampai ke
pasien ada kencing sedikit. Kencing terasa berpasir. Ada darah dalam air
23
Dalam kesehariannya, pasien memang sering mengonsumsi jengkol.
Pasien menyangkal demam, kembung (-), flatus (+), tidak ada riwayat
(-)
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : komposmentis
GCS : 4–5–6
2. Pengukuran
Suhu : 36,7OC
3. Kulit :
4. Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir lembab, tidak
24
5. Toraks :
b. Jantung :
Lokasi : -
Punctum max : -
25
6. Abdomen :
7. Ekstremitas :
Akral hangat
Darah :
HCT : 38 %
SGPT : 16 mg/dL
Ureum : 39 mg/dL
26
Creatinin : 1,09 mg/dL
Urin :
pH 7,5 Asam
IV. DIAGNOSIS
27
V. PENATALAKSANAAN
MRS
Norages iv 3 x 1 amp
Ondansentron 3 x 4 mg
Ceftriaxon 2 x 1 gram
VI. PROGNOSIS
28
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh tidak bisa kencing
sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasa mendadak. Pasien juga ada
nyeri perut seperti ditekan di semua bagian perut. Skala nyeri antara 8-9. Nyeri
menjalar sampai ke pinggang. Pasien ada muntah 3 kali, muntahan berwarna kuning.
Pasien kemudian ke Puskesmas dan diberikan obat. Setelah minum obat tersebut,
pasien ada kencing sedikit. Kencing terasa berpasir. Ada darah dalam air kencing.
terdapat dalam biji jengkol merupakan senyawa sejenis asam amino non-protein yang
mengandung unsur sulfur. Senyawa ini tersusun dari dua asam amino sistein yang
diikat oleh satu gugus metil pada atom belerangnya. Nama IUPAC (International
book Urologi ataupun pediatrik non Indonesia yang membahas masalah keracunan
jengkol. Hal ini disebabkan karena penyakit ini spesifik muncul di Asia, khususnya
Pada pemeriksaan fisik pasien, tanda vital nampak normal, tetapi pasien
nampak sangat kesakitan karena kolik abdomen yang terjadi. Pemeriksaan fisik lain
dalam batas normal. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien tersebut sesuai
dengan laporan kasus yang dibuat oleh Bunawan et al. (2014) pada penderita
29
jengkolisme. Gejala jengkolisme muncul 2-12 jam paska konsumsi biji jengkol
berupa nyeri kostovertebrae (flank pain), spasme vesika urinari (VU), disuria, kolik,
flatulen, muntah, dan gangguan gastrointestinal berupa diare atau konstipasi. Dimana
bila dipersenkan, gejala-gejala dominan yang muncul adalah nyeri kolik abdomen
70%, disuria 66%, oligouria 59%, hematuria 55% dan hipertensi 36%. 2,3
Asam jengkolat relatif mudah dan cepat diabsorpsi oleh usus halus,
kemudian 2-3- jam berikutnya sudah ditemukan pada urin penderita dengan bentuk
yang tidak berubah, dan dalam jumlah yang besar. Ini menunjukkan efisiensi
penyerapan yang tinggi dari usus, dan ginjal terkesan sebagai alat ekskresi utama bagi
asam jengkolat, dan bahan ini tidak mengalami metabolisme berarti dalam hati. Di
dalam darah, asam jegnkolat ditransportasikan dalam bentuk ikatan longgar dengan
albumin sehingga dengan mudah dilepaskan oleh albumin dan lolos dari saringan
glomerulus.4
pada beberapa kasus keracunan jengkol yang disertai sumbatan di uretra, asam ini
keluar ke jaringan sekitar (ekstravasasi) bersama dengan air kemih dan tertimbun di
jaringan tersebut sehingga terbentuk infiltrat air kemih yang mengandung kristal
asam jengkolat pada penis, skrotum dan di daerah suprapubis. Hal ini lebih sering
Patogenesis terjadinya Gagal ginjal akut akibat jengkol sampai saat ini
berkaitan dengan interaksi host dan agent. Beberapa studi memberikan pendapat
30
bahwa kerusakan ginjal yang terjadi akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis
spasme ureter, atau adanya obstuksi saluran kemih oleh kristal jengkolat (urolitiasis
berperan penting dalam etiologi jengkolisme sehingga senyawa tersebut bisa bersifat
Studi eksperimental pada tikus dan mencit yang pernah dilakukan, tidak
memberikan kesimpulan yang berarti selain adanya nekrosis tubular akut (NTA).
Nekrosis tubular akut dapat terjadi akibat obstruksi kristal jengkolat pada tubulus
renal. Namun, hal ini masih menjadi perdebatan karena tidak adanya bukti histologis
Urin penderita pada awalnya akan berwarna putih seperti susu yang
kemudian menjadi merah akibat hematuri. Hasil urinalisis didapatkan albumin, sel
epitel, cast, eritrosit, dan terkadang ditemui kristal jengkolat yang berbentuk seperti
penunjang berupa Faal ginjal (kadar ureum, kreatinin), urinalisa (untuk menentukan
kadar eritrosit dalam urine), pemeriksaan urin dan sedimen (Untuk menentukan PH
urin dan ada atau tidaknya kristal asam jengkol), histopatologi ginjal, radiologi (foto
31
Parameter untuk menyatakan bahwa seseorang keracunan jengkol dapat
makroskopik dan 2). Terdapat kristal asam jengkolat dalam urin. yang diperiksa
ditemukan bila contoh urin segar kita ambil, tetapi beberapa lama kemudian kristal
akan menghilang bila urin disimpan lama. Khusus untuk butir eritrosit, bila
memakai fase kontras. Biasanya ditemukan bentuk eritrosit yang isomorfik. Selain itu
dari urin juga dapat dinilai Warna dan kekeruhan urin yang dilihat secara kasat mata,
14.7 Pada pasien yang terlihat di pemeriksaan urin rutin hanya hematuria, sedangkan
Pada pemeriksaan faal ginjal dapat ditemukan kadar kreatinin yang normal
atau dapat juga meningkat2,7. Seperti pada laporan kasus ini, terjadi sedikit
peningkatan pada creatinin. Untuk mengetahui adanya obstruksi akibat spasme atau
kelainan pada sistem saluran kemih dapat dibuktikan dengan penunjang radiologis
ditemukan adanya hiperemi pada ginjal dan hemoragi pada uretra.5 Sagasothy dkk
(1995) tidak menemukan adanya kerusakan pada glomerulus namun terjadi nekrosis
yang luas pada tubulus. Pemeriksaan biopsi ginjal oleh Alatas (1994), menemukan
32
adanya kerusakan epitel pada tubulus daerah proksimal. Namun, biopsi masih
kondisi akut.2
sebagian besar memerlukan tindakan suportif selama 3 hari. Jengkolisme ringan tidak
memerlukan terapi spesifik selain kontrol nyeri dan hidrasi (banyak minum).
Jengkolisme berat dengan gejala anuria dan diduga mengalami GGA memerlukan
sebagai antidotum untuk meningkatkan kelarutan kristal asam jengkolat. Dosis yang
dapat diberikan 0,5 – 2 gram 4x/hari secara oral pada anak-anak dan 4x2 gram hari
pada orang dewasa.2,8 Pengobatan tersebut sudah dilakukan pada pasien dalam
33
Tabel 1. Pengobatan Suportif pada Gagal Ginjal Akut
langka. Sindrom jengkolisme sangat beragam, bahkan tidak tergantung dari prosedur
34
- Hindari mengkonsumsi jengkol dalam keadaan mentah. Sebaiknya jengkol
- Biji jengkol dapat dipendam dahulu di dalam tanah sebelum dimasak agar
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Oey, KN. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada bahan makanan
nabati. Cermin Dunia Kedokteran, 1989 ; 58:24-28.
2. Bunawan, NC., Ashgar R., Kathleen PW., & Nancy EW. 2014. Djenkolism: Case
Report and Literature Review. International Medical Case Reports Journal,
2014; 7: 79-87
3. Majid, AM. & Nahdzatul SM. Pithecellobium jiringa: A Traditional Medicinal
Herb. WebmedCentral, 2010; 1-4
4. Oen LH. Peranan Asam Jengkol Pada Keracunan Buah Jengkol. Dalam
Simposium Nasional Masalah Penyakit Ginjal dan Saluran Kemih di Indonesia.
Cermin Dunia Kedokteran 1982; 28:59−60.
36