Anda di halaman 1dari 8

RUANG LINEN / LAUNDRY

 Instalasi Listrik :
Pada system kelistrikan Ruang linen terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Instalasi Penerangan
2. Instalasi Tenaga Daya :
1. Disarankan menggunakan kabel dengan jenis NYY terutama pada kotak kontak langsung
keperalaran tersebut karena di instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin
cuci, mesin pemeras, mesin pengering , dan alat setrika.
2. Jika rumah sakit menggunakan mesin pencuci otomatis maka daya listrik yang
diperlukan antara 4,8 – 5 Kva.
3. Disarankan memperhatikan spesifikasi kebutuhan daya listrik pada tiap alat yang
digunakan, seperti pressing Penyetrikaan linen menggunakan Flatuorb ironer yang
membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva - 4 Kva per alat atau jenis yang
menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja uap sekitar 5 kgl cm2 dan tenaga
listrik sekitar I Kva per unit alat dan alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar
200 va per alat.
4. Disarankan menggunakan stopkontak dengan kemampuan 25 ampere agar tidak terjadi
loncatan bunga api pada saat pembebanan serta dipasang pada dinding dengan
menjauhkan dari tempat yang lembab dan basah.
5. Grounding yang bagus harus dilakukan, terutama untuk peralatan yang menggunakan
daya besar untuk menjaga keamanan operator pada saat pemakaian serta digunakan
instalasi kabel dengan diameter minimal sama daya dengan kabel daya yang
tersalurkan.
 Instalasi Perairan
1. Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 4o % dari kebutuhan air
di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari.
2. Disarankan Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai
standar air berdasarkan PerMenKes No. 416 tahun 1992
3. Reservoir dan pompa perlu disiapkan untuk menjaga tekanan air 2kg /menit.
4. Tidak menggunakan Garam Standard Baku Mutu (Calcium, Carbonate dan Chloride).
Efek pada linen daripada penggunaan Garam tadi akan mengubah warna linen putih
menjadi keabu-abuan dan Iinen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak
sehingga dapat menyumbat saluran-saluran air dan mesin.
 Instalasi Bangunan
1. Ruang penerimaan linen disarankan untuk dekat dengan ruang pemisahan linen
sehingga memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya
2. Perlu diperhatikan mengenai sirkulasi udara, yaitu dengan rnemasang fan atau exaust
fan.
3. Disarankan ntuk ruang pencucian dan ruang pengeringan menjadi satu dalam satu
ruang.
4. Lantai dalamruang ini tidak darii buat dari bahan yang licin dan diperhatikan
kemiringannya.
5. Ruang penyimpanan linen diusahkan meiliki lemari dan rak khusus penyimpanan linen
yang jauh dari debu, untuk itu maka Ruang ini sebaiknya menggunakan pintu yang dapat
dikunci agar selalu tertutup rapat.
6. Ruang pendistribusian linen sebaiknya pada tempat yang cukup mudah terjangkau, agar
proses pendistribusian linen berjalan secara optimal.

RUANG OPERASI
 Instalasi Listrik
1. Disarankan pada ruang OK untuk sumber daya listriknya harus dilengkapi dengan
sumber daya listrik darurat (UPS), sehingga apabila terjadi gangguan pada sumber listrik
utama maka sumber daya darurat akan menggantikannya.
2. Kabel listrik dari peralatan harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang,
untuk mencegah terjadinya retaakan pada alat dan sebaiknya kabel tidak di letakkan di
lantai.
3. Sambungan listrik pada outlet-outlet harus diperoleh dari sirkuit yang terpisah, hal ini
bertujuan apabila terjadi suatu sirkuit yang gagal tidak menyebabkan putusnya semua
arus listrik pada sirkuit yang lain.
4. Stopkontak listrik harus dipasang 1,5 meter diatas permukaan lantai.
5. Saklar yang dipasang harus memenuhi SNI 04 – 0225 – 2000, persyaratan umum
instalasi listrik, atau pedoman dan syarat teknis yang berlaku.
6. Memakai kabel yang dibuat khusus untuk kamar operasi, peralatan harus mempunyai
kabel panjang yang memiliki daya distribusi yang cukup untuk menghindari terjadinya
beban listrik yang berlebih.
7. Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ruang operasi dapat berubah dengan
bertambahnya umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu tahanan listrik
pada lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan.
 Instalasi perairan
1. Terdapat scrub station (bak cuci tangan bagi dokter ahli bedah) yang mana harus
mempunyai aliran air yang cukup serta terdapatnya kran siku atau kran dengkul,
sehingga dokter tidak mengalami kesulitan apabila akan memcuci tangan sedangkan
kondisi tangan dokter sedang kotor.
2. Air bersih yang digunakan untuk cuci tangan scrub station harus di filter 3 kali, yaitu
prefilter, lalu medium filter untuk
3. Sumber air bersih harus memenuhi kriteria air bersih serta persyaratan kesehatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
4. Pembuangan air kotor harus direncanakan dan dipertimbangkan jenis dan tingkat
bahayanya.
5. Air kotor dan limbah yang berasal dari kamar bedah yang dibuang melalui slope slink
atau service slink terlebih dahulu diproses sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah.
 Instalasi Bangunan
1. Harus tersedia Ruang UPS minimal 2 X 3 m2.
2. Ruang operasi harus berdekatan dengan ruang ICU, hal ini bertujuan untuk
memudahkan proses kerja sehingga dapat meningkatkan ke efesiensian.
3. Ruang operasi harus bebas dari lalu lintas dalam lokasi rumah sakit, dalam hal ini lalu
lintas melalui bagian ruang kamar operasi tidak diperbolehkan.
4. Bangunan ruang operasi harus disekat rapat oleh “air-lock” di lokasi rumah sakit.
5. Bangunan ruang operasi harus mempunyai system zona, hal ini bertujuan agar
meminimalisir resiko penyebaran infeksi oleh micro-organisme dari rumah sakit (area
kotor) sampai pada kompleks ruang operasi, terlebih sampai meja operasi.
6. Lantai dan dinding pada sebuah bangunan ruang operasi tidak boleh licin, tahan
terhadap goresan/gesekan peralatan dan tahan terhadap api.
7. Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia serta anti
bakteri.
8. Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata, serta penghubung
antara lantai dengan dinding ruang operasi harus menggunakan bahan yang tidak siku
tetapi melengkung, hal ini agar memudahkan dalam proses pembersihan.
9. Dinding pada ruang operasi harus bersifat non-porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu, serta pertemuan dinding dengan dinding
sebaiknya tidak siku tapi melengkung, sehingga memudahkan proses pembersihan.
10. Langit langit sebuah ruang operasi harus kuat, untuk menjaga agar alat yang telah
dipasang di langit-langit ruang operasi tidak bergeser, karena menybebkan jatuhnya
debu pengangkut micro-organisme setiap kali alat digerakkan.
11. Sebuah pintu ruang operasi disarankan pintu geser dengan rel diatas, yang dapat dibuka
tutup secara otomatis dan dicat dengan cat anti bakteri.
12. Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup dengan
menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau menggunakan sensor, namun
pada saat system eror pintu masih dapat digunakan secara manual.

Ruang ICU
 Instalasi Listrik
1. Disarankan stopkontak listrik harus dipasang + 1,25 m di atas permukaan lantai, dan
harus dari jenis tahan ledakan.
2. Jumlah kotak kontak untuk setiap tempat tidur di daerah pelayanan kritis, minimal 6
buah khusus untuk peralatan medik yang membutuhkan daya listrik besar (diluar
ventilator, suction, monitor) misalnya Syringe pump.
3. Disarankan pada ruang ICU untuk sumber daya listriknya harus dilengkapi dengan
sumber daya listrik darurat (UPS), sehingga apabila terjadi gangguan pada sumber listrik
utama maka sumber daya darurat akan menggantikannya.
4. Saklar yang dipasang harus memenuhi SNI 04 – 0225 – 2000, persyaratan umum
instalasi listrik, atau pedoman dan syarat teknis yang berlaku.
5. Memakai kabel yang dibuat khusus untuk kamar operasi, peralatan harus mempunyai
kabel panjang yang memiliki daya distribusi yang cukup untuk menghindari terjadinya
beban listrik yang berlebih.
6. Kabel listrik dari peralatan harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang,
untuk mencegah terjadinya retaakan pada alat dan sebaiknya kabel tidak di letakkan di
lantai.
 Instalasi Air

Sistem air bersih

1. Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber
air bersih dan sistem distribusi air rumah sakit.
2. Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan Ruang Perawatan Intensif
harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
3. Penjelasan lebih lanjut mengenai sistem perpipaan air bersih rumah sakit dapat dilihat
pada Pedoman Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit.
4. Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku.

Sistem penyaluran air hujan

1. Sistem penyaluran air hujan pada bangunan di daerah resapan air hujan harus
diserapkan ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan. Untuk
daerah yang bukan daerah resapan maka air hujan dialirkan ke jaringan drainase
lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima,
maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh
instansi yang berwenang.
3. Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan
penyumbatan pada saluran.
4. Disarankan agar menyediakan pompa penyedot air.
 Instalasi Bangunan
1. Harus tersedia Ruang UPS minimal 2 X 3 m2.
2. Bangunan Ruang Perawatan Intensif, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan
stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayanan.
3. Struktur bangunan Ruang Perawatan Intensif harus direncanakan secara detail sehingga
pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan,
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan Ruang Perawatan
Intensif menyelamatkan diri.
4. Letak bangunan instalasi ICU harus berdekatan dengan instalasi gawat darurat,
laboratorium, instalasi radiologi dan instalasi bedah sentral.
5. Harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan tahan terhadap getaran.
6. Harus tersedia pengatur kelembaban udara.
7. Disarankan tersedianya aliran gas medis.
8. Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak instalasi ICU tidak
pada lantai dasar.
9. Ruang ICU/ICCU sebaiknya kedap api (tidak mudah terbakar baik dari dalam/dari luar).
10. Pertemuan dinding dengan lantai dan pertemuan dinding dengan dinding tidak boleh
berbentuk sudut/ harus melengkung agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi
tempat sarang debu dan kotoran.

Ruang IGD
Ruang Laboratorium
 Instalasi listrik
1. Suplai energi listrik harus cukup untuk menjamin kontinuitas kerja sebuah laboratorium.
2. Untuk beberapa Laboratorium di daerah terpencil yang sering mengalami kesulitan
dalam suplai energi listrik secara kontinu dan, karena itu, memerlukan generator
pembangkit listrik lokal atau sistem suplai energi surya.
3. Terdapat baterai yang dapat di isi ulang oleh panel surya.
4. Diharuskan tersedianya arus bolak balik maupun arus searah,serta dengan jumlah yang
berbeda – beda. Untuk arus searah yakni 6 V, 12 V, atau 24 V, dan untuk arus bolak balik
yaitu 110 VAC – 220 VAC.
5. Tersedianya sumber energi listrik cadangan atau darurat yang mana akan menggantikan
sumber energi listrik utama apabila terjadi gangguan, misalnya UPS.
6. Terdapat regulator pengisian elektronik, alat ini mengendalikan proses pengisian dan
pengosongan baterai secara automatis. Sewaktu tegangan baterai menurun di bawah
nilai ambang batas selama proses pengosongan, peralci.tan laboratorium akan terputus
dari baterai dan sebaliknya.
7. Terdapat meteran listrik, Meteran listrik berfungsi untuk mengukur dan mencatat
jumlah parameter kelistrikan yang digunakan.
8. Melakukan perawatan serta pemeliharaan yang rutin terhadap komponen listrik,
misalnya stopkontak atau kabel untuk meminimalisir gangguan kelistrikan yang terjadi
secara tiba-tiba.
 Instalasi Air
1. Perawatan serta pengecekan semua saluran air pada laboratorium harus rutin
dilakukan, karena apabila terjadi gangguan seperti saluran yang tersumbat akan
menimbulkan hambatan bermakna terhadap kelancaran pekerjaan laboratorium.
2. Tersedia alat dan bahan yang lengkap guna pengecekan, perawatan, maupun perbaikan
instalasi listrik misalnya alat penyedot untuk pipa yang mampat dan bahan kimia untuk
tujuan yang sama.
3. Disarankan agar air terlebih dahulu di filter/di suling sebelum digunakan dan
kemungkinan perlu di proses terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menghilangkan
senyawa serta bakteri yang masih tersisa.
4. Tersedia air yang cukup untuk membersihkan peralatan laboratorium maupun untuk
kebutuhan cairan pada saat pengujian.
5. Untuk laboratorium di daerah terpencil dengan sarana dan prasaraIi.a yang terbatas,
maka perlu dibuatnya penyuling air tenaga surya sederhana.
 Instalasi Bangunan
1. Dinding dilapisi oleh bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air setinggi
1,5 m dari lantai (misalnya dari bahan keramik atau porselen).
2. Lantai dan meja kerja laboratorium dilapisi bahan yang tahan terhadap bahan kimia dan
getaran serta tidak mudah retak.
3. Akses masuk petugas dengan pasien/pengunjung disarankan terpisah.
4. Pada tiap-tiang ruang laboratorium dilengkapi sink (wastafel) untuk cuci tangan dan
tempat cuci alat
5. Harus mempunyai instalasi pengolahan limbah khusus.
6. Mempunyai kamar mandi khusus untuk pengambilan cairan urine dimana tidak semua
pengunjung boleh masuk.

Ruang Radiologi
 Instalasi Listrik
1. Sistem penyediaanli listrik menggunakan saluran kabel langsung jenis NYY atau NYFGBY
(kabel tanah empat inti) dari panel induk utama RS ke panel instalasi radiologi.
2. Untuk menjamin terseedianya sumber daya listrik terus menerus, oleh karena itu harus
tersedia PLN sebagai sumber utama, generator sebagai supali cadangan pengganti
suplai utama apabila terjaadi gangguan, serta UPS sebagai pengganti Generator.
3. Jika memungkinkan, jarak dari panel induk utama ke panel gedung radiologi tidak lebih
dari 50 meter.
4. Membedakan catudaya listrik antara alat utama dengan alat penunjang yang lain,
misalnya computer, film processor dll.
5. Memperbesar diameter kabel yang digunakan untuk peralatan radiologi.
6. Pengamanan peralatan radiologi dari arus bocor, maka system pembumian
menggunakan kabel BC dengan ujung kabel dipasang elektroda.
7. Pada control tabel harus melalui pembumian yang baik serta pengisolasian yang baik,
hal ini bertujuan untuk mencegah kecelakaan kerja pada operator saat mengatur alat.
 Instalasi Air
1. Tersedia air processing yang tersedia dan mengalir secara terus menerus.
2. Secara fisik air tidak boleh berbau, berwarna, dan berasa.
3. Air bersih tidak boleh mengandung paparan radioaktif maupun zat kimia, tidak boleh
mengandung kontaminasi dari mikro-organisme, serta virus atau kuman.
 Instalasi Gedung/Bangunan
1. Lokasi ruang radiologi mudah dicapai, berdekatan dengan instalasi gawat darurat,
laboratorium, ICU, dan instalasi bedah sentral.
2. Sirkulasi bagi pasien dan pengantar pasien disarankan terpisah dengan sirkulasi staf.
3. Ruang konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca film.
4. Dinding/pintu mengikuti persyaratan khusus sistem labirin proteksi radiasi.
5. Ruangan gelap dilengkapi exhauster.
6. Tersedia pengelolaan limbah radiologi khusus.

Anda mungkin juga menyukai