Anda di halaman 1dari 26

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Ni Kadek Dessy, S.ked


No. Stambuk : 11 777 007
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Alkhairaat
Judul Referat : Hidropneumothoraks
Bagian : Ilmu Radiologi

Bagian Ilmu Radiologi


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, April 2017


Pembimbing I Mahasiswa

dr. Masyita, M.Kes, Sp.Rad Ni Kadek Dessy, S.Ked

KPM Ilmu Kesehatan Anak

dr. Dafriana Darwis, M.kes, Sp.Rad

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidropneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat
udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya
jaringan paru. Hidropneumotoraks spontan sekunder bisa merupakan
komplikasi dari TB paru dan pneumotoraks yaitu dengan rupturnya fokus
subpleura dari jaringan nekrotik pengkejuan sehingga tuberkuloprotein
yang ada di dalam masuk rongga pleura dan udara dapat masuk dalam

1
paru pada proses inspirasi tetapi tidak dapat keluar paru ketika proses
ekspirasi, semakin lama tekanan udara dalam rongga pleura akan
meningkat melebihi tekanan atmosfer, udara yang terkumpul dalam
rongga pleura akan menekan paru sehingga sering timbul gagal napas 1,2.

Pleura dibentuk oleh jaringan yang berasal dari mesodermal.


Pembungkus ini dapat dibedakan menjadi pleura viseral yang melapisi
paru dan pleura parietal yang melapisi dinding dalam hemithorax. Pada
keadaan normal rongga pleura tersebut berisi cairan pleura dalam jumlah
yang sedikit yang menyelimuti kedua belah pleura yang memisahkan
pleura parietal dan pleura viseral. Penyakit yang berhubungan dengan
rongga pleura seperti efusi pleura dan pneumotoraks. Bila terdapat udara
disertai cairan di dalam rongga pleura disebut hidropneumotoraks.1.2

Pada kurang lebih 25 % penderita pneumothorax ditemukan juga


sedikit cairan dalam pleuranya. Cairan ini biasanya bersifat serosa,
serosanguinesa atau kemerahan (berdarah). Hidrotorax dapat timbul
dengan cepat setelah terjadinya pneumothorax pada kasus-kasus trauma/
perdarahan intrapleura atau perforasi esofagus (cairan lambung yang
masuk ke dalam rongga pleura.3

Pada hakekatnya, pengenalan radiologis dan diagnosis


hidropneumotoraks, pneumotoraks, sangat diperlukan karena hal ini
menentukan terapi dan tatalaksana awal terbaik yang perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya terapi yang tidak sesuai dan komplikasi yang
tidak diharapkan.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

A. DEFINISI

Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan


cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.
Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di namakan
dengan piopneumotoraks. Sedangkan pneumotoraks itu sendiri ialah suatu
keadaan, di mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga
mengakibatkan kolaps jaringan paru3.

B. INSINDEN DAN PREVELENSI

3
Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum
ada dilkakukan, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara
2,4 – 17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio
laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada pula peneliti yang
mendapatkan 8:1. Pneumotoraks lebih sering ditemukan pada hemitoraks
kanan daripada hemitoraks kiri. Pneumotoraks bilateral kira-kira 2% dari
seluruh pneumotoraks spontan. Insiden dan prevalensi pneumotoraks ventil 3
— 5% dari pneumotoraks spontan. Kemungkinan berulangnya pneumotoraks
menurut James dan Studdy 20% untuk kedua kali,dan 50% untuk yang ketiga
kali. Insiden empiema di bagian Paru RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pada
tahun 1987 dirawat 3,4% dari 2.192 penderita rawat inap. Dengan
perbandingan pria:wanita = 3,4:1.3,4

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA

Pleura adalah suatu membran serosa yang melapisi permukaan dalam


dinding toraks kanan dan kiri,melapisi permukaan superior diafragma kanan
dan kiri, melapisi mediastinum kanan dan kiri yang semuanya disebut pleura
parietalis. Kemudian pada pangkal paru, membran serosa ini berbalik
melapisi paru dan disebut pleura viseralis yang berinvaginasi mengikuti fisura
yang membagi tiap lobusnya.3.4

Diantara pleura parietal dan viseral terdapat ruang yang disebut


rongga pleura yang didalamnya terdapat cairan pleura seperti lapisan film
karena jumlahnya sangat sedikit yang hanya berfungsi memisahkan pleura
parietal dan viseral. Cairan pleura masuk ke dalam rongga pleura dari dinding
dada yaitu bagian pleura parietalis dan mengalir meninggalkan rongga pleura

4
menembus pleura viseralis untuk masuk ke dalam aliran limfa. melumasi
permukaan pleura sehingga memungkinkan gesekan kedua lapisan tersebut
pada saat pernafasan. Arah aliran cairan pleura tersebut ditentukan oleh
tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik di kapiler sistemik. 3.4

Proses inspirasi jika tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Tekanan paru dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya
volume paru diakibatkan oleh pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga
dada terjadi akibat 2 faktor, yaitu faktor thoracal dan abdominal. Faktor
thoracal (gerakan otot-otot pernafasan pada dinding dada) akan
memperbesar rongga dada ke arah transversal dan anterosuperior,
sementara faktor abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar
diameter vertikal rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan
tekanan negatif pada kavum pleura, paru-paru menjadi terhisap sehingga
mengembang dan volumenya membesar, tekanan intrapulmoner pun
menurun. Oleh karena itu, udara yang kaya O2 akan bergerak dari
lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus, O2 akan berdifusi masuk ke kapiler
sementara CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus. 3.4

Sebaliknya, proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih


besar dari tekanan atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma
akan mengakibatkan rongga dada kembali ke ukuran semula sehingga
tekanan pada kavum pleura menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru.
Akibatnya, tekanan intrapulmoner akan meningkat sehingga udara yang kaya
CO2 akan keluar dari peru-paru ke atmosfer. 3.4

5
Gambar 1: Anatomi Paru3

D. ETIOLOGI dan PATOGENESIS

Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis.


Diantara pleura parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum
pleura normal berisi sedikit cairan serous jaringan.Tekanan intrapleura selalu
berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam
proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : Fase inspirasi dan fase
eksprasi. Padafase inspirasi tekanan intrapleura - 9 s/d - 12 cmH2O;
sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: - 3 s/d - 6 cmH2O 3,4.

6
Keadaan fisiologi dalam rongga dada pada waktu inspirasi tekanan
intrapleura lebih negatif dari tekanan intrabronkial, maka paru mengembang
mengikuti gerakan dinding dada sehingga udara dari luar akan terhisap
masuk melalui bronkus hingga mencapai alveol. Pada saat ekspirasi dinding
dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi
daripada tekanan udara alveol atau di bronkus akibatnya udara akan ditekan
keluar melalui bronkus.3.4

Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada


saluran pernafasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan
batuk, bersin atau mengejan. Peningkatan tekanan intrabronkial akan
mencapai puncak sesaat sebelumnya batuk, bersin, dan mengejan. Apabila
di bagian perifer bronki atau alveol ada bagian yang lemah, maka
kemungkinan terjadinya robekan bronki atau alveol akan sangat mudah. 3.4

Dengan cara demikian dugaan terjadinya pneumotoraks dapat


dijelaskana yaitui jika ada kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui
robekan atau pleura yang pecah. Bagian yang robek tersebut berhubungan
dengan bronkus. Pelebaran alveoldan septa-septa alveol yang pecah
kemudian membentuk suatu bula yang berdinding tipis di dekat daerah yang
ada proses non spesifik atau fibrosis granulomatosa. Keadaan ini merupakan
penyebab yang paling sering dari pneumothoraks. 3.4

Ada beberapa kemungkinan komplikasi pneumotoraks, suatu “katup


bola” yang bocor yang menyebabkan tekanan pneumotoraks bergeser ke
mediastinum. Sirkulasi paru dapat menurun dan mungkin menjadi fatal.
Apabila kebocoran tertutup dan paru tidak mengadakan ekspansi kembali
dalam beberap minggu , jaringan parut dapat terjadi sehingga tidak pernah
ekspansi kembali secara keseluruhan. Pada keadaan ini cairan serosa

7
terkumpul di dalam rongga pleura dan menimbulkan suatu
hidropneumotoraks.3.4,5

Hidropneumothoraks spontan sekunder bisa merupakan komplikasi


dari TB paru dan pneumothoraks yaitu dengan rupturnya fokus subpleura dari
jaringan nekrotik sehingga tuberkuloprotein yang ada di dalam masuk rongga
pleura dan udara dapat masuk dalam paru pada proses inspirasi tetapi tidak
dapat keluar paru ketika proses ekspirasi, semakin lama tekanan udara
dalam rongga pleura akan meningkat melebihi tekanan atmosfer, udara yang
terkumpul dalam rongga pleura akan menekan paru sehingga sering timbul
gagal napas.3.4,5

Pneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada


kavum pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga
paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam
kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :

a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang


berasal dari alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini
disebut sebagai closed pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis
berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan
dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah
kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.

b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat


hubungan antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang
terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih
melewati lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya.
Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara

8
dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps
pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat,
akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini
disebut sebagai open pneumothorax.3.4.5

E. KLASIFIKASI

Pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi pneumothorax spontan


dan traumatik. Pneumothorax spontan merupakan pneumothorax yang terjadi
tiba-tiba tanpa atau dengan adanya penyakit paru yang mendasari.
Pneumothorax jenis ini dibagi lagi menjadi pneumothorax primer (tanpa
adanya riwayat penyakit paru yang mendasari) maupun sekunder (terdapat
riwayat penyakit paru sebelumnya). Insidensinya sama antara pneumothorax
primer dan sekunder, namun pria lebih banyak terkena dibanding wanita
dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan
meningkat pada perokok berat dibanding non perokok. Pneumothorax
spontan sering terjadi pada usia muda, dengan insidensi puncak pada
dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun). Sementara itu, pneumothorax
traumatik dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung
pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi iatrogenik maupun non-
iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax yang
sangat sering terjadi.3.4.5

1. Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :

a. Pneumotorak spontan

Oleh karena : primer (ruptur bleb), sekunder (infeksi, keganasan),


neonatal

9
b. Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks traumatik terjadi akibat cedera traumatik pada dada.
Trauma bisa bersifat menembus ( luka tusuk, peluru ) atau tumpul
(benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor) bisa juga merupakan
komplikasi dari tindakan medis tertentu seperti torakosintesis.

c. Pneumotoraks karena tekanan


Pneumotoraks karena tekanan terjadi jika paru mendapat beban yang
berlebihan sehingga paru mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan
juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif
sehingga terjadi syok.

2. Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis :

a. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau pre-shock

b. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau pre-schock

3. Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya dengan hubungan


luar menjadi :

a. Open pneumotorak

b. Closed pneumotorak

Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai dasar


patofisiologi yang hampir sama. Pneumotorak spontan, closed pneumotorak,
simple pneumotorak, tension pneumotorak, dan open pneumotorak

Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan


pleura visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura visceralis yang lemah

10
ini pecah, maka akan ada fistel yang menyebabkan udara masuk ke dalam
cavum pleura. Mekanismenya pada saat inspirasi rongga dada
mengembang, disertai pengembangan cavum pleura yang kemudian
menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang, seperti balon yang dihisap.
Pengembangan paru menyebabkan tekanan intralveolar menjadi negatif
sehingga udara luar masuk. Pada pneumotorak spontan, paru-paru kolpas,
udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum pleura sehingga tekanan
intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi
cavum pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat
ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi ini
dikenal dengan mediastinal flutter. Pneumotorak ini terjadi biasanya pada
satu sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa menerima udara
secara maksimal dan bekerja dengan sempurna.

Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock


atau shock dikenal dengan simple pneumotorak. Berkumpulnya udara pada
cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan lingkungan luar dikenal
dengan closed pneumotorak.3.4.

Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara


maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna.
Akibatnya bilamana proses ini semakin berlanjut, hiperekspansi cavum pleura
pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat
ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura karena luka yang
bersifat katup tertutup, terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke
paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala
pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal
dengan tension pneumotorak.3.4.

11
Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura
dengan lingkunga luar. Open pneumotorak dikarenakan trauma penetrasi.
Perlukaan dapat inkomplit (sebatas pleura parietalis) atau komplit (pleura
parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit pada
saat inspirasi udara luar akan masuk ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru
tidak dapat mengembang karena tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya
akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke sisi
paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke mediastinal yang
sehat. Terjadilah mediastinal flutter. 3.4.

Bilamana open pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi


hiperekspansi cavum pleura mendesak mediastinal ke sisi paru yang sehat
dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan paru karena luka
yang bersifat katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava,
shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya
dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena
cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak. 3.4.

F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang timbul pada Pneumotoraks tergantung pada


besarnya kerusakan yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya
komplikasi penyakit paru.

Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba - tiba bersifat
unilateral diikuti sesak napas. melemah, nyeri menusuk pada dada waktu
inspirasi, kelemahan fisik.

12
Gejala berat : Penderita gelisah sekali, trakea dan mediastinum dapat
mendorong kesisi kontralateral. Gerakan pernafasan tertinggi pada sisi yang
sakit fungsi respirasi menurun, sianosis disertai syok oleh karena aliran darah
yang terganggu akibat penekanan oleh udara, dan curah jantung menurun

G. DIAGNOSIS

Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada
seperti ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan
batukbatuk. Rasa nyeri dan sesak

nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya
perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan
apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada penderita dengan COPD,
pneumotoraks yang minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas yang
hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat
pada sisi paru yang terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu,
hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk.
Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai
empat hari. 6

Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak


disertai penyakit paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak
produktif. Keluhan.keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau
sendirisendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai
keluhan sama sekali. Pada penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan
sesak nafas ini makin lama makin hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya
dapat mengalami syok karena gangguan aliran darah akibat penekanan
udara pada pembuluh darah dimediastinum.6

13
a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang,
batukbatuk, sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.

b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar


Stemfremitus melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus
kordis tidak teraba atau ergeser ke arah yang sehat.

c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.

d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai


menghilang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen
foto toraks. Pada rontgen foto toraks P.A akan terlihat garis penguncupan
paru yang halus seperti rambut. Apabila pneumotoraks disertai dengan
adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran garis datar
yang merupakan batas udara dan caftan. Sebaiknya rontgen foto toraks
dibuat dalam keadaan ekspirasi maksimal. 7

H. GAMBARAN RADIOLOGI

Pada gambaran radiologi hidropneumothorax merupakan perpaduan


antara gambaran radiologi dari efusi pleura dan pneumothorax. Pada
hidropneumothorax cairan pleura selalu bersama-sama udara, maka
meniscus sign tidak tampak. Pada foto lurus maka akan dijumpai air fluid
level meskipun cairan sedikit. Pada foto tegak terlihat garis mendatar karena
adanya udara di atas cairan. Gambaran radiologi pada hidropneumothorax ini
ruang pleura sangat translusen dengan tak tampaknya gambaran pembuluh
darah paru, biasanya tampak garis putih tegas membatasi pleura visceralis

14
yang membatasi paru yang kolaps, tampak gambaran semiopak homogen
menutupi paru bawah, dan penumpukan cairan di dalam cavum pleura yang
menyebabkan sinus costofrenikus menumpul.8.9

Gambar 2. Hidropneumotorax8,9

15
Gambar 3 : Pada foto thoraks AP tampak perselubungan homogen pada
bagian basal paru dextra setinggi costa VII yang menutupi sinus, diagfragma,
serta batas jantung dextra disertai hiperlusen avaskuler pada bagian atasnya
yang memberikan gambaran air fluid level (+) 8,9

16
Gambar 4 : A : Terdapat Air Fluid Level pada cavum pleura dan B : Abses di
parenkim paru8,9

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma


secara umum (primary survey-secondary survey). Tidak dibenarkan
melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksanaan
diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan).

Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien


stabil), adalah: portable x-ray, portable blood examination, portable
bronkoscope, Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan
memindahkan pasien dari ruang emergency10,11.

Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi


terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan
melakukan tindakan penyelamatan

WATER-SEALED DRAINAGE (WSD) : merupakan tindakan invasif yang


dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura,
rongga thoraks dan mediastinum menggunakan pipa penghubung. 10,11

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Piupneumotorak

Sebuah pleura - toraks empiema (atau biasa disebut hanya sebagai


empiema) mengacu pada pleura purulen yang terinfeksi dan sering
menyebabkan efusi pleura dan koleksi pleura unilateral yang besar . Ini

17
adalah kondisi yang berpotensi mengancam nyawa dan membutuhkan
diagnosis tepat yang cepat dan pengobatan 12.

2. Tension Pneumotoraks
Komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga pleura meningkat
sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser kesisi lain dan
mempengaruhi aliran darah vena keatrium kanan 12.

Gambar 5 : Tension Hidropneumotorak12

3. TB paru,
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex12.

18
Gambar 6 : TB Paru12

4. Bronkiektasis
Bronkientasis adalah pelebaran atau dilatasi bronkus local dan
permanen sebagai akibat kerusakan struktur dinding. Artinya dilatasi
abnormal proksimal dari bronkus ukuran medium (diameter > 2mm)
disebabkan oleh destruksi otot dan komponen elastis dinding bronkus.
Atau pelebaran bronkus yang disertai kerusakan dinding bronkus yang
bersifat kronik dan menetap13

19
Gambar 7 : penambahan bronchovascular marking dan multipel
cyst containing fluid level (honey comb appeareance). 13,14

H. KOMPLIKASI

1. Kolaps paru (atelectasis)


Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru
mengempis atau tidak mengandung udara. Tidak adanya udara
didalam paru terjadi karena seluruh pernapasan tersumbat
sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk kedalam alveolus,
sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap
habis oleh dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler
darah13,14.

Gambar radiologi Atelektasis Lobar

20
Lobus kanan atas kolaps kearah medial dan superior,
mengakibatkan elevasi hilus kanan dan fissura minor (gambar 5).
Fissura minor pada kolaps lobus kanan atas biasanya tampak
cembung di superior tetapi dapat cekung karena adanya massa
lesi yang mendasari. Inilah yang disebut tanda Golden S13,14.

Gambar 8 : Lobus atas kiri kolaps melalui beberapa cara yang


berbeda dari lobus kanan. Terdapat pergerakan fissura oblik kearah
depan dan lobus yang kolaps berada di bagian anterior berlawanan
dengan dinding dada, menyebabkan opasitas yang mengabur dan
tidak berbatas tegas pada zona atas dan tengah pada proyeksi
posteroanterior ,13,14.

21
2. Efusi pleura bilateral
Efusi Pleura merupakan akumulasi cairan yang abnormal
(transudasi atau eksudasi) dalam rongga pleura yang terjadi akibat
produksi cairan berlebihan atau penurunan penyerapan cairan
ataupun karena keduanya13,14.

Gambar 9 : . Sudut Costophrenicus yang tumpul karena Efusi plura


bilateral13,14

Gambar CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas


cairan dengan jaringan sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas
diperlihatkan sebagai daerah berbentuk bulan sabit di bagian yang
tergantung dari hemithorax yang terkena. Permukaan efusi pleura
memiliki gambaran cekung ke atas karena tendensi recoil dari paru-
paru. Karena kebanyakan CT pemeriksaan dilakukan dalam posisi
terlentang, cairan mulai menumpuk di posterior sulkus kostofrenikus.
Pada efusi pleuran yang banyak, cairan meluas ke aspek apikal dan
anterior dada dan kadang-kadang ke fisura tersebut. Dalam posisi

22
tengkurap atau lateral, cairan bergeser ke aspek yang tergantung dari
rongga pleura. Pergeseran ini menegaskan sifat bebas dari efusi
tersebut14.

Gambar 10 : Efusi pleura13,14

Ultrasonografi
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic
antara pleura visceral dan pleura parietal. Bentuk efusi dapat
bervariasi dengan respirasi dan posisi.
Ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan
ronggapleura. Pada dekade terakhir ultrasonografi (USG) dari rongga
pleura menjadi metode utama untuk mendemonstrasikan adanya
efusi pleura yang sedikit. Kriteria USG untuk menentukan efusi pleura
adalah : setidaknya zona anechogenic memiliki ketebalan 3mm
diantara pleura parietal dan visceral dan atau perubahan ketebalan
lapisan cairan antara ekspirasi dan inspirasi, dan juga perbedaan
letak posisi pasien. Karena USG adalah metode utama maka
sangatlah penting untuk melakukan pengukuran sonografi dengan
pemeriksaan tegak lurus terhadap dinding dada 14.

23
Gambar 11 : Cairan Echogenic (E) dapat dilihat pada hemithorax kiri.
Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah). The pleura cairan
positif untuk sel-sel ganas (efusi pleura ganas) 14,15

I. PROGNOSIS
Hasil akhir dari hidropneumothorak tergantung dari penanganan dan tipe
hidropneumothoraknya. Jika kecil dan spontan biasanya akan sembuh
dengan sendirinya. Jika sebelumnya ada penyakit terlebih dahulu, resiko
mortalitas lebih besar, maka membutuhkan penanganan yang segera. Angka
kejadian berulang dapat terjadi hingga 40%, biasanya berulang pada 1,5
sampai 2 tahun mendatang, kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien
yang dilakukan torakotomi terbuka, pada pasien penatalaksanaannya cukup
baik tidak ditemukan komplikasi14,15.

DAFTAR PUSTAKA

24
1. Asril Bahar, 1999, Penyakit-penyakit Pleura, Buku Ajar Penyakit Dalam,
Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2. Darmanto Djojodibroto, 2009, Respirologi, EGC
3. Sjahriar rasad, 2009, Radiologi diagnostik, jakarta, Balai penerbit FKUI
4. Kahar Kusumawidjaja, 2000, Pleura dan Mediastinum, Radiologi
diagnositik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
5. Peter Amstrong, Martin L.W., 1986, X-Ray Diagnosis, Economy Edition,
PG Asian. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09
6. Joten H.J., Andrew B.C., 1993, Essentials of Radiologic Imaging, Ed. 6,
Paul and Juhl, Clippincott-Raven, Philadelphia.
7. David Sutton, 1987, A Textbook of Radiology and Imaging, Ed. 4,
Churchill Livingstone, Edinburgh, london, Melbourne and New York.
http://dokterkharisma.blogspot.com/2008/08/pneumothorax.html
8. Madappa Tarun. Atelectasis. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview. Last update :
August 25,2009. Accesed on December 25,2011.
9. BasselSaksouk MD,ChouaThao MD, and Carmen Luraschi MD,
Southwest Journal of Pulmonary and Critical Care/2015/Volume 11.
10. Kumar Thakur R, Mahomed A. Correlating Radiology with Thoracoscopic
Findings in a Case of Primary Spontaneous Pneumothoraxin a Child? J
Minim Invasive Surg Sci. 2013; 2(3): 31-4.
11. Carolina Ortega, Carla Gonzales, Manuel E. Soto-Martinez,m and
Adriana Yock-Corrales, Case ReportHydropneumothorax in Children: A
Rare Complication of a Bacterial Pneumoni, Received 13 January 2016;
Accepted 20 April 2016. http://www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/a528558.pdf
12. ENS Aaron Reed, MC, USN†, Radiology CornerHydropneumothorax
verses Simple Pneumothorax, Military Medicine Radiology Corner,
Volume 175, August, 2010.

25
13. S. H. Hwang; Mokpo/KR, Pictorial Review of Tuberculosis involving the
Pleura, Thorax, Thoracic wall, CT, Ultrasound, Conventional radiography,
Diagnostic procedure, Education, Infection, Fistula, Cavitation,
10.1594/ecr2011/C-0207
14. Hyun Jung Yoon, MD, Myung Jin Chung, MD, Broncho-Pleural Fistula
with Hydropneumothorax at CT: Diagnostic Implications in
Mycobacterium aviumComplex Lung Disease with Pleural Involvement,
Korean J Radiol2016;17(2):295-301.
15. Ping-Hsien Chen, M.D.Xi-Zhang Lin, M.D.The New England Journal of
MedicineDownloaded from nejm.org on April 24, 2017. For personal use
only. No other uses without permission.Copyright © 2010 Massachusetts
Medical Society. All rights reserved.
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMicm0810434

26

Anda mungkin juga menyukai