Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

PRAKTIKUM PENGENDALIAN PROSES

PERCOBAAN
KORELASI ANTARA BESARAN – BESARAN PADA
PENGENDALI
(ARAS, TEKANAN, pH)

Hari : Jum’at
Kelompok : 1
Praktikan : Fitri Rahayu Mukti NIM. 1631410040
Tanggal Percobaan : 23 Maret 2018

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………...... i
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...... ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….… iii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………..…….…. 1
1.1 Tujuan Percobaan ...……………………………………………...….…. 1
1.2 Dasar Teori .............................................................................................. 1
BAB 2 METODOLOGI DAN HASIL PERCOBAAN…………………….... 5
2.1 Variabel Percobaan .................................................................................. 5
2.2 Alat dan Bahan …….….……………………………………………..…. 5
2.3 Gambar Alat ................. .......................................................................... 6
2.4 Prosedur Percobaan .....…………………………………………...…….. 8
2.5 Hasil Percobaan ........………………………………………………...…. 13
BAB 3 PEMBAHASAN ……………………………………………………. 17
3.1 Pembahasan ............................................................................................. 17
BAB 4 KESIMPULAN ……………………………….…………………… .. 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 25
APPENDIKS ……………………………………..………………………….. A-1

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.5.1 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Aras (Manual) ............................................................................. 13
Tabel 2.5.2 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Aras dengan PC ........................................................................... 13
Tabel 2.5.3 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran-besaran pada
Pengendali Tekanan dengan Sistem Tanpa Tangki ....................................... 14
Tabel 2.5.4 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan dengan Tangki .............................................................. 15
Tabel 2.5.5 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH (manual) ................................................................................ 15
Tabel 2.5.6 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH dengan PH………………….…………………………….... 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2.1 Grafik Hysterisis …………………………………….………...…. 3


Gambar 1.2.2 Control Valve jenis ATC dan ATO……………….…………......... 4
Gambar 2.3.1 Gambar Rangkaian Alat Control Regulation Level (CRL…...….... 6
Gambar 2.3.2 Skema Rangkaian Alat Pengendali Tekanan (PCT-14) ................... 6
Gambar 2.3.3 Panel Pengendali Tekanan (PCT-10) ............................................... 7
Gambar 2.3.4 Skema Rangkaian Alat Pengendali pH ............................................ 7
Gambar 2.3.5 Panel Pengendali pH ........................................................................ 8
Gambar 3.1.1 Grafik hubungan % PO dengan Tekanan (manual)………… ……17
Gambar 3.1.2 Grafik hubungan %PO dengan Tekanan (PC) ............................... 17
Gambar 3.1.3 Grafik hubungan % PO dengan Laju Alir ..................................... 18
Gambar 3.1.4 Grafik hubungan % PO dengan Laju Alir (PC) ............................. 18
Gambar 3.1.5 Grafik hubungan % PO dengan %PV tanpa tangki ....................... 19
Gambar 3.1.6 Grafik hubungan % PO dengan %PV dengan tangki .................... 19
Gambar 3.1.7 Grafik hubungan % PO dengan P4 tanpa tangki ............................ 20
Gambar 3.1.8 Grafik hubungan % PO dengan P4 dengan tangki ......................... 20
Gambar 3.1.9 Grafik hubungan % PO dengan P2 tanpa tangki ........................... 21
Gambar 3.1.10 Grafik hubungan % PO dengan P2 dengan tangki ...................... 21
Gambar 3.1.11 Grafik hubungan % PO dengan laju alir (manual) ...................... 22
Gambar 3.1.12 Grafik hubungan % PO dengan laju alir (PC) ............................. 23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali ini
adalah:
A. Pengendali Aras
1. Mahasiswa dapat mencari korelasi antara input dan output pada sistem
pengendali aras.
2. Mahasiswa mendapatkan karakteristik masing-masing elemen pada sistem
pengendali aras (yang memungkinkan).
B. Pengendali Tekanan
1. Mahasiswa dapat mencari korelasi antara input dan output pada sistem
pengendali tekanan.
2. Mahasiswa mendapatkan karakteristik masing-masing elemen pada sistem
pengendali tekanan (yang memungkinkan).
C. Pengendali pH
1. Mahasiswa dapat mencari korelasi antara input dan output pada sistem
pengendali pH.
2. Mahasiswa mendapatkan karakteristik masing-masing elemen pada sistem
pengendali pH (yang memungkinkan).

1.2 Dasar Teori


Pengendali merupakan komponen sistem yang berguna untuk
meminimalisir sinyal kesalahan sehingga dapat diperoleh performansi sistem
yang diinginkan. Dalam mendesain sistem kendali yang terpenting adalah
spesifikasi atau kriteria performansi sistem yang ditampilkan. Sistem
pengendalian merupakan sistem dinamik sehingga spesifikasi sistem memiliki
tanggapan transien. Algoritma pengendalian yang digunakan juga bervariasi,
misalnya Proporsional Integral Differensial (PID), Logika Fuzzy dan Sistem
kecerdasan buatan (Winarso, 2015).
Jenis-jenis konfigurasi pengendalian yaitu ada konfigurasi feedback dan
konfigurasi feedforward. Konfigurasi feedback menggunakan sistem

1
pengukuran langsung untuk variabel proses yang dikendalikan. Adanya selisih
/deviasi antara nilai terukur dengan nilai yang ditetapkan (set point) memicu
pengendali (controller) untuk mengambil tindakan manipulasi terhadap
manipulated variable. Sedangkan konfigurasi feedforward merupakan tipe
pengendalian yang cocok untuk sistem dengan karakteristik proses yang sudah
diketahui dengan baik. Tipe pengendalian ini mengukur langsung gangguan
yang terjadi. Adanya gangguan ini digunakan oleh pengendali untuk
mengubah manipulated variable atas dasar fungsi transfer pada pengendali
yang memprediksikan perubahan variabel proses sebagai akibat adanya
gangguan. Konfigurasi pengendalian inferensial menggunakan pengukuran
sekunder pada parameter yang berhubungan dengan output proses. Jenis
pengendalian ini umumnya digunakan pada sistem dengan output proses yang
sulit diukur (Hartanto,2015).
Dalam mengendalikan suatu proses, operator harus menentukan 4 langkah
pengendalian yaitu mengukur, membandingkan, menghitung dan mengoreksi.
Misalnya pada pengendalian kecepatan suatu motor, operator harus
mengamati putaran motor, artinya operator sedang melakukan langkah
mengukur proses variabel. Dalam hal ini yang berperan sebagai proses
variabel putaran motor per menit. Selanjutnya operator akan melakukan
langkah membandingkan, apakah hasil pengukuran tadi sesuai dengan apa
yang dikehendakinya. Besar proses variabel yang dikehendaki disebut set
point (SP). Apabila terjadi selisih antara proses variabel dan set point, maka
selisih disebut error. Apabila set point lebih besar daripada proses variabel,
maka error memiliki harga positif dan sebaliknya. Kemudian setelah
dilakukan langkah membandingkan, operator akan menghitung dan
memperkirakan berapa putara motor yang seharusnya. Selanjutnya operator
melakukan langkah mengoreksi dan mengubah kecepatan putaran motor
sesuai hasil perhitungan. Keempat langkah pengendalian tersebut apabila
dilakukan oleh instrumentasi pengendalian proses disebut sistem pengendalian
otomatis. Dalam hal ini, operator hanya akan menentukan set point saja (Frans
Gunterus, 1994).

2
Linearitas
Suatu elemen dikatakan linier apabila kurva input vs output membentuk
garis lurus (linier). Tetapi pada kenyataannya, nyaris tidak ditemukan elemen
yang memiliki kurva input vs output yang linier. Penyimpangan
(ketidaklurusan) yang masih ada di dalam batas – batas bisa dianggap lurus
inilah yang disebut linearity (Frans Gunterus,1994)
Hysteresis
Gejala hysteresis pada sebuah instrument atau sistem pengukuran dapat
dilihat waktu alat ukur beroperasi secara dua arah.

Gambar 1.2.2 Grafik Hysterisis

Gejala ini terjadi pada banyak elemen sistem pengendalian yang


mengandung banyak unsur mekanis, khususnya kontrol rpm. Hal ini terlihat
ketika sinyal input ke kontrol rpm turun dari 0 – 100 % dan ketika sinyal
input ke control rpm turun dari 100 -0 %. Pada waktu sinyal naik 25 % maka
control rpm masih 24 % dan seterusnya sampai posisi control rpm benar sama
dengan input setelah sinyal mencapai 100 %. Hal sebaliknya juga terjadi
ketika sinyal input turun. Pada waktu sinyal input turun menjadi 75 % maka
kontrol rpm masih tertinggal 74 % dan seterusnya hingga posisi lontrol rpm
benar sama dengan input setelah sinyal mencapai 0 %. Gejala hysteresis ini
apabila terlalu parah, dapat disebabkan karena kerusakan komponen mekanis
di salah satu elemen, misalnya ada engsel yang kendur atau terjadi gesekan
berlebihan antara dua komponen mekanis (Frans Gunterus, 1994).
Pengendali aras dan tekanan menggunakan tipe control valve pneumatic
valve. Aksi control valve ada dua macam, yaitu:

3
a. ATO (Air to open), disebut juga normally close. Control valve akan
membuka apabila mendapatkan sinyal input dan akan menutup penuh jika
tidak mendapatkan sinyal input.
b. ATC (Air to close), disebut juga normally open. Control valve akan
menutup apabila mendapatkan sinyal input, dan akan membuka penuh
apabila tidak mendapatkan sinyal input.

Gambar 1.2.3 Control Valve jenis ATC dan ATO

4
BAB 2
METODOLOGI DAN HASIL PERCOBAAN

2.1 Variabel Percobaan


Variabel pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengendali Aras
- Pengaturan %PO dengan cara manual
- Pengaturan %PO dari PC
2. Pengendali Tekanan
- Sistem dengan tangki
- Sistem tanpa tangki
3. Pengendali pH
- Pengaturan %PO dengan cara manual
- Pengaturan %PO dari PC

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
1. Seperangkat CRL (Control Regulation Level)
2. PC (Personal Computer)
3. Kompresor
4. Printer
5. PCT – 14 (modul proses pengendalian tekanan)
6. PCT – 10 (electrical console)
7. Kompresor
8. Recorder
9. Seperangkat alat pengendali pH
10. Gelas ukur 25 ml 1 buah
11. Stopwatch

2.2.2 Bahan
1. Air
2. Udara

5
2.3 Gambar Alat

Gambar 2.3.1 Gambar Rangkaian Alat Control Regulation Level (CRL)

Gambar 2.3.2 Skema rangkaian alat pengendali tekanan (PCT – 14)


Keterangan gambar :
V1, V2= Pressure regulator valve
V3, V4, V5, V6 = Selector valve
V7= Relief valve
P1, P2, P3, P4 = Pressure gauge Indicator

6
2
1

Gambar 2.3.3 Panel pengendali tekanan (PCT – 10)

Gambar 2.3.4 Skema rangkaian alat pengendali pH


Keterangan gambar:
1 Mixing tank 0,4 lt
2 Containers with 2 l correction
3 Solution
4 Solution feed tank 10 lt
5 Peristaltic Pump
6 Agitator
7 Stirrer
8 8A / 8B Solenoid valve
9 9A / 9B Regulation Tank
10 Collection Tank
11 Signal Transmiter pH
12 Feed tank drain valve
13 Collection tank drain valve

7
14 Sample taking tank 0,15 l
15 Flow meters
16 Personal Computer
17 Electric apparatus
18 Printers
19. Main switch

Gambar 2.3.5 Panel pengendali pH

2.4 Prosedur Percobaan


2.4.1 Prosedur Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Aras
Prosedur percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali aras adalah sebagai berikut :
A. Persiapan
a. Periksa kelengkapan alat pengendali level (CRL) dan komputer (lihat
gambar 2.3.1), pastikan semua kelengkapan sudah terhubung dengan
benar.
b. Periksa air yang terdapat di tangki penampung, tambahkan air jika tangki
penampung kosong.
c. Tekan tombol “Main Switch” (lihat gambar 2.3.1, no.9) pada CRL.
d. Hidupkan personal computer (PC), buka aplikasi pengendali aras.
e. Klik tab “File”, pilih “New”. Pilih menu pengendali “PID”, klik “OK”.
Pada menu pengisian parameter, biarkan semua isian yang tertera dan klik
“OK”.

8
B. Pengoperasian
a. Atur bukaan pompa (%PO) – 0% dari PC.
b. Arahkan tombol PC control di CRL (lihat gambar 2.3.1, no.9) pada tulisan
“PC”.
c. Lakukan perubahan %PO dengan interval kenaikan 10% hingga %PO
mencapai 100%.
d. Setiap kenaikan 10 %, catat ketinggian air pada tangki penampung (lihat
gambar 2.3.1, no.11) serta waktu yang dibutuhkan, serta tekanan pada
barometer (lihat gambar 2.3.1, no.6).
C. Mengamati Linearitas dan Hysterisis
a. Atur / setting alat pada kondisi manual (lihat gambar 2.3.1, no.9, tombol
kanan bawah
b. Tutup Valve air keluar tangki (V2)
c. Atur Bukaan Valve Air Masuk (dari Komputer) pada posisi 10 %
d. Atur tombol “Control Switch“ pada posisi “Manual”
e. Nyalakan stopwatch dan alirkan selama selang waktu tertentu, misalkan 5
menit
f. Catat ketinggian air yang terbaca
g. Ulangi langkah di atas untuk berbagai harga Bukaan Valve (Pr) sampai
posisi 100 (%)
h. Ulangi langkah 8 – 12 untuk nilai bukaan valve dari 100 % ke 0 %
D. Mematikan
a. Pindahkan tombol PC control di CRL (lihat gambar 2.3.1, no.9) pada
tulisan “0”, tunggu hingga air pada tangki penampung habis.
b. Tutup aplikasi pengendali aras.
c. Matikan PC
d. Matikan alat pengendali aras dengan menekan tombol “Main Switch”
(lihat gambar 2.3.1, no.9).
2.4.2 Prosedur Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan
Prosedur percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali tekanan adalah sebagai berikut :

9
A. Persiapan
a. Buka main valve udara tekan dan pastikan tidak terjadi kebocoran di
sistem pengendalian tekanan
b. Hidupkan alat pengendali tekanan (PCT-14 + PCT – 10) dengan menekan
tombol “main switch” (lihat Gambar 2.3.2, no. 1)
c. Tutup V3, V5, V6.
d. Buka V1, V2, V4, atur P1 = 22 psig dengan mengubah V1 dan atur P3 = 8
psig pada dengan mengubah V2.
B. Pengoperasian
a. Atur pengendali pada operasi manual, dengan cara mengatur panel
pengendali di PCT – 10 (lihat Gambar 2.3.2, no. 2)
b. Atur bukaan valve (%PO) – 0%.
c. Lakukan perubahan %PO dengan interval kenaikan 10% hingga %PO
mencapai 100%.
d. Setiap kenaikan 10%, catat %PV pada panel pengendali (lihat Gambar
2.3.2, no 2), besar tekanan yang terbaca pada P4, dan laju alir udara keluar
dari sistem pengendalian tekanan.
e. Ulangi langkah a – d, dengan perubahan %PO dari 100% menuju ke 0%
untuk mengetahui histerisis dan linearitas pengendali tekanan.
f. Buatlah grafik hubungan antara %PO dan %PV, %PO dan nilai P4
(tekanan), serta %PO dan laju alir udara keluar.
C. Mengamati Linearitas dan Hysterisis
a. Atur controller pada operasi manual
b. Atur bukaan valve (PO) dari 0 %
c. Lakukan perubahan PO dengan interval kenaikan 10 % hingga P mencapai
100 %
d. Catat perubahan pada kecepatan gas, tekanan, dan % PV
e. Ulangi langkah 2 – 4 untuk nilai bukaan valve (PO) dari 100 % ke 0 %
D. Mematikan
a. Matikan alat pengendali tekanan dengan menekan tombol “main switch”.
b. Tutup main valve udara tekan.

10
2.4.3 Prosedur Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH
Prosedur percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH adalah sebagai berikut :
- Secara manual
A. Persiapan
a. Isi botol penampung NaOH dengan air kran hingga volume 2 liter
b. Hidupkan alat pengendali pH (CRpH) dengan menekan tombol “main
switch” (lihat Gambar 2.3.4, no. 19)
c. Hidupkan personal computer (PC), pilih program CRpH, klik tab “File”,
pilih “New”, pilih menu pengendali PID, klik OK pada tampilan pengisian
parameter.
B. Pengoperasian
a. Atur persen bukaan pompa (%PO) – 0%.
b. Arahkan tombol “Pump ON/OFF setter” (lihat Gambar 2.3.4, no.24) pada
posisi “ON”.
c. Arahkan tombol “PC commutator” (lihat Gambar 2.3.4,. no.27) pada
tulisan “PC” bersamaan dengan menampung air yang keluar dari pompa
sampai volume 10 ml.
d. Catat waktu yang diperlukan
e. Pindahkan tombol “PC commutator” (lihat Gambar 2.3.4, no.27) pada
tulisan “Minireg”
f. Atur persen bukaan pompa menjadi 10%, ulangi langkah b – e.
g. Ulangi pengaturan persen bukaan pompa sampai 100% dengan interval
10%.
h. Hitung laju alir keluaran pompa peristaltik dan buat kurvanya.
C. Mematikan
a. Arahkan tombol “Pump ON/OFF setter” (lihat Gambar 2.3.4, no.24) pada
posisi “OFF”.

b. Tutup program CRpH dan matikan PC

c. Matikan alat pengendali pH dengan menekan tombol “main switch” (lihat


Gambar 2.3.4, no.19)

11
- Secara PC

A. Persiapan
a. Isi botol penampung NaOH dengan air kran hingga volume 2 liter
b. Hidupkan alat pengendali pH (CRpH) dengan menekan tombol “main
switch” (lihat Gambar 2.3.4, no. 19)
c. Hidupkan personal computer (PC), pilih program CRpH, klik tab “File”,
pilih “New”, pilih menu pengendali PID, klik OK pada tampilan pengisian
parameter.
B. Pengoperasian
a. Atur laju alir keluaran pompa peristaltik dengan memutar tombol “Pump
Speed” (lihat Gambar 2.3.4, no.29) pada posisi 0.
b. Arahkan tombol “Pump ON/OFF setter” (lihat Gambar 2.3.4, no.24) pada
posisi “ON”.
c. Tampung air yang keluar dari pompa sampai volume 10 ml, dan catat
waktu yang diperlukan
d. Ulangi langkah a – c hingga skala “Pump Speed” menunjukkan skala 10
e. Hitung laju alir keluaran pompa peristaltik dan buat kurvanya.
C. Mematikan
a. Arahkan tombol “Pump ON/OFF setter” (lihat Gambar 2.3.4, no.24) pada
posisi “OFF”.

b. Tutup program CRpH dan matikan PC

c. Matikan alat pengendali pH dengan menekan tombol “main switch” (lihat


Gambar 2.3.4, no.19)

12
2.5 Hasil Percobaan
Tabel 2.5.1 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Aras (Manual)

Bukaan % PO 1 – 6 Bukaan % PO 6 -1
Luas Luas
Level Level waktu P Alas Volume Laju alir Level Level Waktu P Alas
%PO (cm) (m) (s) (psi) (m2) (m3) (m3/sekon) %PO (cm) (m) (s) (Psi) (m2) Volume(m3) Laju Alir(m3/s)
1 2.9 0.029 30 9.1 0.014 0.000407 1.3572 x 10-5 6 4.6 0.046 30 11.2 0.014 0.000646 2.1549 x 10-5
-5
2 3.9 0.039 30 10 0.014 0.000548 1.8253x 10 5 4.6 0.046 30 11 0.014 0.000646 2.1549 x 10-5
-5
3 4.6 0.046 30 10.4 0.014 0.000646 2.1529 x 10 4 5 0.05 30 11 0.014 0.000703 2.3422 x 10-5
-5
4 4.9 0.049 30 10.8 0.014 0.000688 2.2933 x 10 3 4.5 0.045 30 10.6 0.014 0.000632 2.1080 x 10-5
-5
5 4.8 0.048 30 11 0.014 0.000674 2.2465 x 10 2 3.8 0.038 30 10.2 0.014 0.000534 1.7801 x 10-5
-5
6 4.9 0.049 30 11.3 0.014 0.000688 2.2933 x 10 1 3.2 0.032 30 9.1 0.014 0.000449 1.4990 x 10-5

Tabel 2.5.2 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Aras (PC)

Bukaan % PO 0 – 100 Bukaan % PO 100 – 0


Luas
Level Level waktu P Luas Alas Laju alir Level Level Waktu P Alas Laju
%PO (cm) (m) (s) (psia) (m2) Volume (m3) (m3/sekon) %PO (cm) (m) (s) (Psi) (m2) Volume(m3) Alir(m3/s)
0 0 0 30 4 0.014 0 0 100 6.1 0.061 30 12.2 0.014 0.00085649 2.85497E-05
10 0.2 0.002 30 4.8 0.014 2.8082 x 10-5 9.36054E-07 90 6.2 0.062 30 12 0.014 0.00087053 2.90177E-05
20 0.2 0.002 30 6 0.014 2.8082 x 10-5 9.36054E-07 80 5.9 0.059 30 12 0.014 0.000828408 2.76136E-05
30 0.1 0.001 30 7 0.014 1.4041 x 10-5 4.68027E-07 70 5.8 0.058 30 11.4 0.014 0.000814367 2.71456E-05
40 1.7 0.017 30 8 0.014 0.000239 7.95646E-06 60 4 0.04 30 10.2 0.014 0.000561633 1.87211E-05

13
50 2.8 0.028 30 9.2 0.014 0.000393 1.31048E-05 50 3 0.03 30 9.4 0.014 0.000421224 1.40408E-05
60 4 0.04 30 10.1 0.014 0.000562 1.87211E-05 40 1.9 0.019 30 8 0.014 0.000266775 8.89252E-06
70 5.1 0.051 30 11.3 0.014 0.000716 2.38694E-05 30 0.8 0.008 30 7 0.014 0.000112327 3.74422E-06
80 6.4 0.064 30 12 0.014 0.000899 2.99537E-05 20 0.1 0.001 30 6 0.014 1.40408E-05 4.68027E-07
90 6.4 0.064 30 12.5 0.014 0.000899 2.99537E-05 10 0 0 30 5 0.014 0 0
100 7.6 0.076 30 12.8 0.014 0.00107 3.55701E-05 0 0 0 30 4 0.014 0 0

Tabel 2.5.3 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Tekanan (Tanpa Tangki)

Bukaan % PO 0 – 100 Bukaan % PO 100 - 0


No %PO %PV P4 (psi) Laju Alir P2 (psi) No. %PO %PV P4 (psi) Laju Alir P2 (psi)
1. 0 100 7.3 7 3 1. 100 0 0 0 15.2
2. 10 95.7 7 6.9 3.8 2. 90 4.4 1 0.6 14.1
3. 20 88 6.6 6.7 5 3. 80 14.4 1.5 1.9 13
4. 30 78.9 6 6.2 6 4. 70 28.5 2.3 3.1 11.5
5. 40 68.8 5.1 5.7 7.2 5. 60 41.9 3.2 4.1 10.5
6. 50 57 4.5 4.9 8.9 6. 50 54.9 4 4.8 9
7. 60 43.6 3.5 4.2 10 7. 40 67.1 5 5.5 7.5
8. 70 30 2.8 3.3 11.2 8. 30 77.1 5.5 6.1 6.3
9. 80 15.8 1.9 2.1 12.9 9. 20 85.9 6.2 6.6 5
10. 90 5 1 0.7 14 10. 10 94.1 6.9 6.8 4
11. 100 0 0 0 15.2 11. 0 100 7 7 3

14
Tabel 2.5.4 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Tekanan (Dengan Tangki)
Bukaan %PO 0-100 Bukaan %PO 100-0
Laju alir Laju alir
NO %PO %PV P4 (psi) P2 (psi) %PO %PV P4 (psi) P2 (psi)
udara udara
1 0 100 7.2 7.1 2.9 100 0 0 0 15.4
2 10 95.7 7 6.9 3.9 90 4.5 1 0.5 14.2
3 20 87.9 6.8 6.5 5 80 14.4 1.8 1.7 12.9
4 30 78.6 6 6.2 6 70 28.1 2.1 3 11.5
5 40 68.3 5 5.5 7.5 60 41.8 3 3.8 10.5
6 50 56.7 4.7 4.8 8.8 50 54.8 4 4.7 9
7 60 43.7 4.5 4.2 10 40 67.4 4.9 5.4 7.6
8 70 30 3 3.3 11.4 30 78.8 5.8 6.1 6.3
9 80 16 2 2.3 12.8 20 86.9 6.2 6.5 5
10 90 5.3 1 0.7 14 10 94.9 7 6.8 3.9
11 100 0 0 0 15.4 0 100 7.1 7.1 3

Tabel 2.5.5 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali pH (Manual)
Laju alir keluaran
%PO Volume air Waktu %PO Volume air Waktu Laju alir keluaran pompa
pompa
peristaltic pump (ml) (sekon) (ml/s) peristaltic pump (ml) (sekon) (ml/s)
0 10 0 0 100 10 7.98 1.253132832
10 10 27.24 0.367107195 90 10 8.96 1.116071429
20 10 24.28 0.411861614 80 10 10.59 0.944287063
30 10 17.46 0.572737686 70 10 12.37 0.808407437

15
40 10 15.78 0.633713561 60 10 13.51 0.74019245
50 10 15 0.666666667 50 10 15.2 0.657894737
60 10 12.37 0.808407437 40 10 17.64 0.566893424
70 10 10.25 0.975609756 30 10 20.18 0.495540139
80 10 8.91 1.122334456 20 10 28.94 0.345542502
90 10 7.86 1.272264631 10 10 43.97 0.227427792
100 10 7.85 1.27388535 0 10 0 0

Tabel 2.5.6 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali pH (PC)
Laju alir keluaran
% PO Volume air Waktu %PO Volume air Waktu Laju alir keluaran pompa
pompa
peristaltic pump (ml) (sekon) (ml/s) peristaltic pump (ml) (sekon) (ml/s)
0 10 0 0 100 10 7.61 1.314060447
10 10 31.13 0.321233537 90 10 8.32 1.201923077
20 10 23.17 0.431592577 80 10 8.73 1.145475372
30 10 21.83 0.458085204 70 10 10.18 0.982318271
40 10 16.87 0.592768228 60 10 10.88 0.919117647
50 10 14.27 0.700770848 50 10 13.15 0.760456274
60 10 11.36 0.88028169 40 10 15.27 0.654878847
70 10 10.75 0.930232558 30 10 18.69 0.535045479
80 10 9.11 1.097694841 20 10 23.19 0.431220354
90 10 8.86 1.128668172 10 10 30.56 0.327225131
100 10 7.2 1.388888889 0 10 0 0

16
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
3.1.1 Pembahasan Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran
pada Pengendali Aras

Grafik Hubungan %PO danTekanan


12

10
Tekanan (psia)

6
Manual 1
4 Manual 2

0
0 1 2 3 4 5 6 7
%PO

Gambar 3.1.1 Grafik Hubungan %PO dan Tekanan (Manual)

Grafik Hubungan %PO danTekanan


14
12
Tekanan (psia)

10
8
6 PC 1
4 PC 2
2
0
0 20 40 60 80 100 120
% PO

Gambar 3.1.2 Grafik Hubungan %PO dan Tekanan (PC)


Pada percobaan pengendalian aras menggunakan variabel
pengaturan %PO secara manual dan PC. Secara PC dilakukan dua arah
yaitu bukaan valve 0-100% dan 100-0%. Sedangkan secara manual,
bukaan valve 0-60% dan 60-0%. Tipe control valve pada percobaan ini
adalah pneumatic valve air to open. Grafik 3.1.1 dan 3.1.2 menunjukkan

17
bahwa %PO berbanding lurus dengan kenaikan tekanan. Semakin besar
%PO maka tekanan juga semakin meningkat, karena pada percobaan ini
menggunakan pneumatic control valve air to open, dimana control valve
tipe ini membutuhkan udara bertekanan untuk membuka. Pada grafik
menunjukkan linearitas meskipun bentuk linearnya tidak seperti pada
literatur, karena masih ada sedikit lengkungan dan kelokan. Tetapi,
ketidaklurusan ini masih dalam batas_batas yang dianggap linear. Grafik
tersebut tidak menunjukkan gejala hysteresis karena saling berhimpit.

Grafik Hubungan %PO dan Laju Alir


0.0000250

0.0000200
Laju Alir (m3/s)

0.0000150

0.0000100 Manual 1
Manual 2
0.0000050

0.0000000
0 2 4 6 8
%PO

Gambar 3.1.3 Grafik Hubungan %PO dan Laju Alir (Manual)

Grafik Hubungan %PO dan Laju alir


0.00004000
0.00003500
Laju Alir (m3/s)

0.00003000
0.00002500
0.00002000
PC 1
0.00001500
0.00001000 PC 2
0.00000500
0.00000000
0 50 100 150
%PO

Gambar 3.1.4 Grafik Hubungan %PO dan Laju Alir (PC)

18
Grafik 3.1.3 dan 3.1.4 menunjukkan bahwa %PO berbanding lurus
dengan laju alir. Semakin besar %PO yang diinputkan maka laju alirnya
juga semakin besar. Gejala hysterisis terjadi pada sistem pengendalian ini
karena dilihat dari waktu alat ukur beroperasi secara dua arah. Grafik
diatas belum bisa dikatakan linier. Suatu elemen dikatakan linier apabila
kurva input vs output membentuk garis lurus (linier). Tetapi pada
kenyataannya, nyaris tidak ditemukan elemen yang memiliki kurva input
vs output yang linier.

3.1.2 Pembahasan Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran-


besaran pada Pengendali Tekanan

Hubungan %PO dan %PV


120
100
80
% PV

60 Tanpa Tangki 1

40
Tanpa Tangki 2
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
% PO

Gambar 3.1.5 Grafik Hubungan %PO dan %PV tanpa tangki

Grafik Hubungan %PO dan %PV


120

100

80
%PV

60 %PO 0-100
40
%PO 100-0
20

0
0 50 100 150

%PO

19
Gambar 3.1.6 Grafik Hubungan %PO dan PV dengan tangki
Pada percobaan pengendalian tekanan menggunakan variabel
sistem tanpa tangki dan sistem dengan tangki. Pada grafik 3.1.5 dan 3.1.6
menunjukkan bahwa hubungan antar %PO dan PV berbanding terbalik,
semakin besar %PO maka nilai PV semakin kecil karena tipe control valve
yang digunakan adalah pneumatic valve air to close. Grafik tersebut
menunjukkan linearitas karena membentuk garis lurus (linier). Namun
tidak menunjukkan gejala hysteresis karena grafik saling berhimpit.

Hubungan %PO dan P2


16
14
12
10
P2

8
Tanpa Tangki 1
6
4 Tanpa Tangki 2
2
0
0 20 40 60 80 100 120
% PO

Gambar 3.1.7 Grafik Hubungan %PO dan P2 tanpa tangki

Grafik Hubungan %PO dan P2


18
16
14
12
10
P2

8
%PO 0-100
6
%PO 10o-0
4
2
0
0 50 100 150
%PO

Gambar 3.1.8 Grafik Hubungan %PO dan P2 dengan tangki


Pada grafik 3.1.7 dan 3.1.8 menunjukkan bahwa hubungan antara
%PO dan P2 adalah berbanding lurus. Semakin besar %PO, maka nilai P2

20
juga semakin besar, karena pada percobaan ini menggunakan pneumatic
control valve air to open, dimana control valve tipe ini membutuhkan
udara bertekanan untuk membuka. Kedua grafik menunjukkan linearitas
karena membentuk garis lurus (linier). Sedangkan gejala hysteresis tidak
terlihat karena kedua grafik saling berhimpit.

Hubungan %PO dan P4


8
7
6
5
P4

4
Tanpa Tangki 1
3
2 Tanpa Tangki 2
1
0
0 20 40 60 80 100 120
% PO

Gambar 3.1.9 Grafik Hubungan %PO dan P4 tanpa tangki

Grafik Hubungan %PO dan P4


8
7
6
5
P4

4
3 %PO 0-100

2 %PO 100-0
1
0
0 20 40 60 80 100 120
%PO

Gambar 3.1.10 Grafik Hubungan %PO dan P4 dengan tangki


Pada grafik 3.1.9 dan 3.1.10 menunjukkan kurva yang hampir
berhimpitan. Kurva yang satu ditandai dengan panah ke atas dan yang lain
ditandai dengan panah ke bawah. Pada waktu input berubah dari 0% ke
100%, hubungan input dan output mengikuti kurva dengan tanda anak

21
panah ke atas. Sebaliknya pada waktu input berubah dari 100% menuju 0%,
hubungan input-output mengikuti kurva dengan tanda anak panah ke atas.
Gejala hysteresis pada sebuah instrument atau sistem pengukuran dapat
dilihat waktu alat ukur beroperasi secara dua arah. Gejala hysterisis
sebenarnya juga salah satu dari jenis error (kesalahan baca). Hanya saja
error disini tidak konstan besarnya, dan tergantung ke arah mana input
berubah. Tidak menunjukkan gejala linearitas karena tidak grafik tidak
membentuk garis lurus.

3.1.3 Pembahasan Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada


Pengendali pH

Grafik Hubungan %PO dengan laju alir (Secara Manual)


1.4

1.2
Laju Alir (m3/s)

0.8
% PO 0-100
0.6
% PO 100-0
0.4

0.2

0
0 20 40 60 80 100
% PO

Gambar 3.1.11 Grafik Hubungan %PO dan Laju alir (manual)

22
Grafik Hubungan %PO dengan laju alir (dengan PC)
1.6
1.4
Laju Alir (m3/s) 1.2
1
0.8 % PO 0-100
% PO 100-0
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120
% PO

Gambar 3.1.12 Grafik Hubungan %PO dan laju alir (PC)


Percobaan pengendalian pH menggunakan variabel pengaturan
%PO secara manual dan secara PC. Tipe control valve pada percobaan ini
adalah peristaltic pump. Pada grafik 3.1.11 dan 3.1.12 menunjukkan
bahwa hubungan %PO dan laju alir berbanding lurus. Semakin besar %PO
maka laju alir juga semakin besar. Kedua grafik menunjukkan gejala
hysteresis. Tidak menunjukkan gejala linearitas, karena tidak membentuk
garis lurus.

23
BAB 4
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan


sebagai berikut :

A. Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Aras

1. Tipe control valve dalah pneumatic valve air to open. Pada percobaan ini,
input sebanding dengan output.

2. Pada grafik menunjukkan linearitas meskipun bentuk linearnya tidak


seperti pada literatur, karena masih ada sedikit lengkungan dan kelokan.

B. Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Tekanan

1. %PO dan PV berbanding terbalik, semakin besar %PO maka nilai PV


semakin kecil karena tipe control valve yang digunakan adalah pneumatic
valve air to open.

2. %PO dan P2 adalah berbanding lurus. Semakin besar %PO, maka nilai P2
juga semakin besar.

C. Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali pH

1. %PO dan laju alir berbanding lurus. Semakin besar %PO maka laju alir
juga semakin besar. Tipe control valve adalah peristaltic pump.
2. Kedua grafik menunjukkan gejala hysteresis.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Adrian. 2015. Pengendalian Proses. Fakultas Teknologi Industri,


Institut Teknologi Bandung: Bandung
Gunterus, Frans. Falsafah Dasar :Sistem Pengendalian Proses. Jakarta, 1994
Winarso, dan Itmi Hidayat Kurniawan. 2015. Implementasi Sistem Kendali
Kecepatan Arus Searah. Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

25
APPENDIKS

Contoh perhitungan:
1. Pengendali Aras
Keliling lingkaran = 2πr
42 cm = 2 . 3,14 . r
42 cm = 6,28r
r = 6,689 cm
r = 0,0669 m

Luas alas = πr2


= 3,14 (0,0669)2
= 0,0140 m2
Tinggi/level fluida (h) = 2,9 cm = 0,029 m
Volume = Luas alas x tinggi
= 0,0140 m2 . 0,029 m
= 0,0407 m3
t = 30 sekon
volume
Laju alir =
waktu
= 0,0407 m3/s
2. Pengendali pH
Volume air = 10 mL
Waktu = 31,13sekon
volume
Laju alir keluaran pompa =
waktu
10 ml
=
31,13 sekon
= 0,3212 mL/sekon

A-1

Anda mungkin juga menyukai