Laporan Dalpro
Laporan Dalpro
PERCOBAAN
KORELASI ANTARA BESARAN – BESARAN PADA
PENGENDALI
(ARAS, TEKANAN, pH)
Hari : Jum’at
Kelompok : 1
Praktikan : Fitri Rahayu Mukti NIM. 1631410040
Tanggal Percobaan : 23 Maret 2018
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………...... i
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...... ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….… iii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………..…….…. 1
1.1 Tujuan Percobaan ...……………………………………………...….…. 1
1.2 Dasar Teori .............................................................................................. 1
BAB 2 METODOLOGI DAN HASIL PERCOBAAN…………………….... 5
2.1 Variabel Percobaan .................................................................................. 5
2.2 Alat dan Bahan …….….……………………………………………..…. 5
2.3 Gambar Alat ................. .......................................................................... 6
2.4 Prosedur Percobaan .....…………………………………………...…….. 8
2.5 Hasil Percobaan ........………………………………………………...…. 13
BAB 3 PEMBAHASAN ……………………………………………………. 17
3.1 Pembahasan ............................................................................................. 17
BAB 4 KESIMPULAN ……………………………….…………………… .. 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 25
APPENDIKS ……………………………………..………………………….. A-1
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.5.1 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Aras (Manual) ............................................................................. 13
Tabel 2.5.2 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Aras dengan PC ........................................................................... 13
Tabel 2.5.3 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran-besaran pada
Pengendali Tekanan dengan Sistem Tanpa Tangki ....................................... 14
Tabel 2.5.4 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan dengan Tangki .............................................................. 15
Tabel 2.5.5 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH (manual) ................................................................................ 15
Tabel 2.5.6 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH dengan PH………………….…………………………….... 16
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pengukuran langsung untuk variabel proses yang dikendalikan. Adanya selisih
/deviasi antara nilai terukur dengan nilai yang ditetapkan (set point) memicu
pengendali (controller) untuk mengambil tindakan manipulasi terhadap
manipulated variable. Sedangkan konfigurasi feedforward merupakan tipe
pengendalian yang cocok untuk sistem dengan karakteristik proses yang sudah
diketahui dengan baik. Tipe pengendalian ini mengukur langsung gangguan
yang terjadi. Adanya gangguan ini digunakan oleh pengendali untuk
mengubah manipulated variable atas dasar fungsi transfer pada pengendali
yang memprediksikan perubahan variabel proses sebagai akibat adanya
gangguan. Konfigurasi pengendalian inferensial menggunakan pengukuran
sekunder pada parameter yang berhubungan dengan output proses. Jenis
pengendalian ini umumnya digunakan pada sistem dengan output proses yang
sulit diukur (Hartanto,2015).
Dalam mengendalikan suatu proses, operator harus menentukan 4 langkah
pengendalian yaitu mengukur, membandingkan, menghitung dan mengoreksi.
Misalnya pada pengendalian kecepatan suatu motor, operator harus
mengamati putaran motor, artinya operator sedang melakukan langkah
mengukur proses variabel. Dalam hal ini yang berperan sebagai proses
variabel putaran motor per menit. Selanjutnya operator akan melakukan
langkah membandingkan, apakah hasil pengukuran tadi sesuai dengan apa
yang dikehendakinya. Besar proses variabel yang dikehendaki disebut set
point (SP). Apabila terjadi selisih antara proses variabel dan set point, maka
selisih disebut error. Apabila set point lebih besar daripada proses variabel,
maka error memiliki harga positif dan sebaliknya. Kemudian setelah
dilakukan langkah membandingkan, operator akan menghitung dan
memperkirakan berapa putara motor yang seharusnya. Selanjutnya operator
melakukan langkah mengoreksi dan mengubah kecepatan putaran motor
sesuai hasil perhitungan. Keempat langkah pengendalian tersebut apabila
dilakukan oleh instrumentasi pengendalian proses disebut sistem pengendalian
otomatis. Dalam hal ini, operator hanya akan menentukan set point saja (Frans
Gunterus, 1994).
2
Linearitas
Suatu elemen dikatakan linier apabila kurva input vs output membentuk
garis lurus (linier). Tetapi pada kenyataannya, nyaris tidak ditemukan elemen
yang memiliki kurva input vs output yang linier. Penyimpangan
(ketidaklurusan) yang masih ada di dalam batas – batas bisa dianggap lurus
inilah yang disebut linearity (Frans Gunterus,1994)
Hysteresis
Gejala hysteresis pada sebuah instrument atau sistem pengukuran dapat
dilihat waktu alat ukur beroperasi secara dua arah.
3
a. ATO (Air to open), disebut juga normally close. Control valve akan
membuka apabila mendapatkan sinyal input dan akan menutup penuh jika
tidak mendapatkan sinyal input.
b. ATC (Air to close), disebut juga normally open. Control valve akan
menutup apabila mendapatkan sinyal input, dan akan membuka penuh
apabila tidak mendapatkan sinyal input.
4
BAB 2
METODOLOGI DAN HASIL PERCOBAAN
2.2.2 Bahan
1. Air
2. Udara
5
2.3 Gambar Alat
6
2
1
7
14 Sample taking tank 0,15 l
15 Flow meters
16 Personal Computer
17 Electric apparatus
18 Printers
19. Main switch
8
B. Pengoperasian
a. Atur bukaan pompa (%PO) – 0% dari PC.
b. Arahkan tombol PC control di CRL (lihat gambar 2.3.1, no.9) pada tulisan
“PC”.
c. Lakukan perubahan %PO dengan interval kenaikan 10% hingga %PO
mencapai 100%.
d. Setiap kenaikan 10 %, catat ketinggian air pada tangki penampung (lihat
gambar 2.3.1, no.11) serta waktu yang dibutuhkan, serta tekanan pada
barometer (lihat gambar 2.3.1, no.6).
C. Mengamati Linearitas dan Hysterisis
a. Atur / setting alat pada kondisi manual (lihat gambar 2.3.1, no.9, tombol
kanan bawah
b. Tutup Valve air keluar tangki (V2)
c. Atur Bukaan Valve Air Masuk (dari Komputer) pada posisi 10 %
d. Atur tombol “Control Switch“ pada posisi “Manual”
e. Nyalakan stopwatch dan alirkan selama selang waktu tertentu, misalkan 5
menit
f. Catat ketinggian air yang terbaca
g. Ulangi langkah di atas untuk berbagai harga Bukaan Valve (Pr) sampai
posisi 100 (%)
h. Ulangi langkah 8 – 12 untuk nilai bukaan valve dari 100 % ke 0 %
D. Mematikan
a. Pindahkan tombol PC control di CRL (lihat gambar 2.3.1, no.9) pada
tulisan “0”, tunggu hingga air pada tangki penampung habis.
b. Tutup aplikasi pengendali aras.
c. Matikan PC
d. Matikan alat pengendali aras dengan menekan tombol “Main Switch”
(lihat gambar 2.3.1, no.9).
2.4.2 Prosedur Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan
Prosedur percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali tekanan adalah sebagai berikut :
9
A. Persiapan
a. Buka main valve udara tekan dan pastikan tidak terjadi kebocoran di
sistem pengendalian tekanan
b. Hidupkan alat pengendali tekanan (PCT-14 + PCT – 10) dengan menekan
tombol “main switch” (lihat Gambar 2.3.2, no. 1)
c. Tutup V3, V5, V6.
d. Buka V1, V2, V4, atur P1 = 22 psig dengan mengubah V1 dan atur P3 = 8
psig pada dengan mengubah V2.
B. Pengoperasian
a. Atur pengendali pada operasi manual, dengan cara mengatur panel
pengendali di PCT – 10 (lihat Gambar 2.3.2, no. 2)
b. Atur bukaan valve (%PO) – 0%.
c. Lakukan perubahan %PO dengan interval kenaikan 10% hingga %PO
mencapai 100%.
d. Setiap kenaikan 10%, catat %PV pada panel pengendali (lihat Gambar
2.3.2, no 2), besar tekanan yang terbaca pada P4, dan laju alir udara keluar
dari sistem pengendalian tekanan.
e. Ulangi langkah a – d, dengan perubahan %PO dari 100% menuju ke 0%
untuk mengetahui histerisis dan linearitas pengendali tekanan.
f. Buatlah grafik hubungan antara %PO dan %PV, %PO dan nilai P4
(tekanan), serta %PO dan laju alir udara keluar.
C. Mengamati Linearitas dan Hysterisis
a. Atur controller pada operasi manual
b. Atur bukaan valve (PO) dari 0 %
c. Lakukan perubahan PO dengan interval kenaikan 10 % hingga P mencapai
100 %
d. Catat perubahan pada kecepatan gas, tekanan, dan % PV
e. Ulangi langkah 2 – 4 untuk nilai bukaan valve (PO) dari 100 % ke 0 %
D. Mematikan
a. Matikan alat pengendali tekanan dengan menekan tombol “main switch”.
b. Tutup main valve udara tekan.
10
2.4.3 Prosedur Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH
Prosedur percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH adalah sebagai berikut :
- Secara manual
A. Persiapan
a. Isi botol penampung NaOH dengan air kran hingga volume 2 liter
b. Hidupkan alat pengendali pH (CRpH) dengan menekan tombol “main
switch” (lihat Gambar 2.3.4, no. 19)
c. Hidupkan personal computer (PC), pilih program CRpH, klik tab “File”,
pilih “New”, pilih menu pengendali PID, klik OK pada tampilan pengisian
parameter.
B. Pengoperasian
a. Atur persen bukaan pompa (%PO) – 0%.
b. Arahkan tombol “Pump ON/OFF setter” (lihat Gambar 2.3.4, no.24) pada
posisi “ON”.
c. Arahkan tombol “PC commutator” (lihat Gambar 2.3.4,. no.27) pada
tulisan “PC” bersamaan dengan menampung air yang keluar dari pompa
sampai volume 10 ml.
d. Catat waktu yang diperlukan
e. Pindahkan tombol “PC commutator” (lihat Gambar 2.3.4, no.27) pada
tulisan “Minireg”
f. Atur persen bukaan pompa menjadi 10%, ulangi langkah b – e.
g. Ulangi pengaturan persen bukaan pompa sampai 100% dengan interval
10%.
h. Hitung laju alir keluaran pompa peristaltik dan buat kurvanya.
C. Mematikan
a. Arahkan tombol “Pump ON/OFF setter” (lihat Gambar 2.3.4, no.24) pada
posisi “OFF”.
11
- Secara PC
A. Persiapan
a. Isi botol penampung NaOH dengan air kran hingga volume 2 liter
b. Hidupkan alat pengendali pH (CRpH) dengan menekan tombol “main
switch” (lihat Gambar 2.3.4, no. 19)
c. Hidupkan personal computer (PC), pilih program CRpH, klik tab “File”,
pilih “New”, pilih menu pengendali PID, klik OK pada tampilan pengisian
parameter.
B. Pengoperasian
a. Atur laju alir keluaran pompa peristaltik dengan memutar tombol “Pump
Speed” (lihat Gambar 2.3.4, no.29) pada posisi 0.
b. Arahkan tombol “Pump ON/OFF setter” (lihat Gambar 2.3.4, no.24) pada
posisi “ON”.
c. Tampung air yang keluar dari pompa sampai volume 10 ml, dan catat
waktu yang diperlukan
d. Ulangi langkah a – c hingga skala “Pump Speed” menunjukkan skala 10
e. Hitung laju alir keluaran pompa peristaltik dan buat kurvanya.
C. Mematikan
a. Arahkan tombol “Pump ON/OFF setter” (lihat Gambar 2.3.4, no.24) pada
posisi “OFF”.
12
2.5 Hasil Percobaan
Tabel 2.5.1 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Aras (Manual)
Bukaan % PO 1 – 6 Bukaan % PO 6 -1
Luas Luas
Level Level waktu P Alas Volume Laju alir Level Level Waktu P Alas
%PO (cm) (m) (s) (psi) (m2) (m3) (m3/sekon) %PO (cm) (m) (s) (Psi) (m2) Volume(m3) Laju Alir(m3/s)
1 2.9 0.029 30 9.1 0.014 0.000407 1.3572 x 10-5 6 4.6 0.046 30 11.2 0.014 0.000646 2.1549 x 10-5
-5
2 3.9 0.039 30 10 0.014 0.000548 1.8253x 10 5 4.6 0.046 30 11 0.014 0.000646 2.1549 x 10-5
-5
3 4.6 0.046 30 10.4 0.014 0.000646 2.1529 x 10 4 5 0.05 30 11 0.014 0.000703 2.3422 x 10-5
-5
4 4.9 0.049 30 10.8 0.014 0.000688 2.2933 x 10 3 4.5 0.045 30 10.6 0.014 0.000632 2.1080 x 10-5
-5
5 4.8 0.048 30 11 0.014 0.000674 2.2465 x 10 2 3.8 0.038 30 10.2 0.014 0.000534 1.7801 x 10-5
-5
6 4.9 0.049 30 11.3 0.014 0.000688 2.2933 x 10 1 3.2 0.032 30 9.1 0.014 0.000449 1.4990 x 10-5
Tabel 2.5.2 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Aras (PC)
13
50 2.8 0.028 30 9.2 0.014 0.000393 1.31048E-05 50 3 0.03 30 9.4 0.014 0.000421224 1.40408E-05
60 4 0.04 30 10.1 0.014 0.000562 1.87211E-05 40 1.9 0.019 30 8 0.014 0.000266775 8.89252E-06
70 5.1 0.051 30 11.3 0.014 0.000716 2.38694E-05 30 0.8 0.008 30 7 0.014 0.000112327 3.74422E-06
80 6.4 0.064 30 12 0.014 0.000899 2.99537E-05 20 0.1 0.001 30 6 0.014 1.40408E-05 4.68027E-07
90 6.4 0.064 30 12.5 0.014 0.000899 2.99537E-05 10 0 0 30 5 0.014 0 0
100 7.6 0.076 30 12.8 0.014 0.00107 3.55701E-05 0 0 0 30 4 0.014 0 0
Tabel 2.5.3 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Tekanan (Tanpa Tangki)
14
Tabel 2.5.4 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Tekanan (Dengan Tangki)
Bukaan %PO 0-100 Bukaan %PO 100-0
Laju alir Laju alir
NO %PO %PV P4 (psi) P2 (psi) %PO %PV P4 (psi) P2 (psi)
udara udara
1 0 100 7.2 7.1 2.9 100 0 0 0 15.4
2 10 95.7 7 6.9 3.9 90 4.5 1 0.5 14.2
3 20 87.9 6.8 6.5 5 80 14.4 1.8 1.7 12.9
4 30 78.6 6 6.2 6 70 28.1 2.1 3 11.5
5 40 68.3 5 5.5 7.5 60 41.8 3 3.8 10.5
6 50 56.7 4.7 4.8 8.8 50 54.8 4 4.7 9
7 60 43.7 4.5 4.2 10 40 67.4 4.9 5.4 7.6
8 70 30 3 3.3 11.4 30 78.8 5.8 6.1 6.3
9 80 16 2 2.3 12.8 20 86.9 6.2 6.5 5
10 90 5.3 1 0.7 14 10 94.9 7 6.8 3.9
11 100 0 0 0 15.4 0 100 7.1 7.1 3
Tabel 2.5.5 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali pH (Manual)
Laju alir keluaran
%PO Volume air Waktu %PO Volume air Waktu Laju alir keluaran pompa
pompa
peristaltic pump (ml) (sekon) (ml/s) peristaltic pump (ml) (sekon) (ml/s)
0 10 0 0 100 10 7.98 1.253132832
10 10 27.24 0.367107195 90 10 8.96 1.116071429
20 10 24.28 0.411861614 80 10 10.59 0.944287063
30 10 17.46 0.572737686 70 10 12.37 0.808407437
15
40 10 15.78 0.633713561 60 10 13.51 0.74019245
50 10 15 0.666666667 50 10 15.2 0.657894737
60 10 12.37 0.808407437 40 10 17.64 0.566893424
70 10 10.25 0.975609756 30 10 20.18 0.495540139
80 10 8.91 1.122334456 20 10 28.94 0.345542502
90 10 7.86 1.272264631 10 10 43.97 0.227427792
100 10 7.85 1.27388535 0 10 0 0
Tabel 2.5.6 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali pH (PC)
Laju alir keluaran
% PO Volume air Waktu %PO Volume air Waktu Laju alir keluaran pompa
pompa
peristaltic pump (ml) (sekon) (ml/s) peristaltic pump (ml) (sekon) (ml/s)
0 10 0 0 100 10 7.61 1.314060447
10 10 31.13 0.321233537 90 10 8.32 1.201923077
20 10 23.17 0.431592577 80 10 8.73 1.145475372
30 10 21.83 0.458085204 70 10 10.18 0.982318271
40 10 16.87 0.592768228 60 10 10.88 0.919117647
50 10 14.27 0.700770848 50 10 13.15 0.760456274
60 10 11.36 0.88028169 40 10 15.27 0.654878847
70 10 10.75 0.930232558 30 10 18.69 0.535045479
80 10 9.11 1.097694841 20 10 23.19 0.431220354
90 10 8.86 1.128668172 10 10 30.56 0.327225131
100 10 7.2 1.388888889 0 10 0 0
16
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
3.1.1 Pembahasan Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran
pada Pengendali Aras
10
Tekanan (psia)
6
Manual 1
4 Manual 2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
%PO
10
8
6 PC 1
4 PC 2
2
0
0 20 40 60 80 100 120
% PO
17
bahwa %PO berbanding lurus dengan kenaikan tekanan. Semakin besar
%PO maka tekanan juga semakin meningkat, karena pada percobaan ini
menggunakan pneumatic control valve air to open, dimana control valve
tipe ini membutuhkan udara bertekanan untuk membuka. Pada grafik
menunjukkan linearitas meskipun bentuk linearnya tidak seperti pada
literatur, karena masih ada sedikit lengkungan dan kelokan. Tetapi,
ketidaklurusan ini masih dalam batas_batas yang dianggap linear. Grafik
tersebut tidak menunjukkan gejala hysteresis karena saling berhimpit.
0.0000200
Laju Alir (m3/s)
0.0000150
0.0000100 Manual 1
Manual 2
0.0000050
0.0000000
0 2 4 6 8
%PO
0.00003000
0.00002500
0.00002000
PC 1
0.00001500
0.00001000 PC 2
0.00000500
0.00000000
0 50 100 150
%PO
18
Grafik 3.1.3 dan 3.1.4 menunjukkan bahwa %PO berbanding lurus
dengan laju alir. Semakin besar %PO yang diinputkan maka laju alirnya
juga semakin besar. Gejala hysterisis terjadi pada sistem pengendalian ini
karena dilihat dari waktu alat ukur beroperasi secara dua arah. Grafik
diatas belum bisa dikatakan linier. Suatu elemen dikatakan linier apabila
kurva input vs output membentuk garis lurus (linier). Tetapi pada
kenyataannya, nyaris tidak ditemukan elemen yang memiliki kurva input
vs output yang linier.
60 Tanpa Tangki 1
40
Tanpa Tangki 2
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
% PO
100
80
%PV
60 %PO 0-100
40
%PO 100-0
20
0
0 50 100 150
%PO
19
Gambar 3.1.6 Grafik Hubungan %PO dan PV dengan tangki
Pada percobaan pengendalian tekanan menggunakan variabel
sistem tanpa tangki dan sistem dengan tangki. Pada grafik 3.1.5 dan 3.1.6
menunjukkan bahwa hubungan antar %PO dan PV berbanding terbalik,
semakin besar %PO maka nilai PV semakin kecil karena tipe control valve
yang digunakan adalah pneumatic valve air to close. Grafik tersebut
menunjukkan linearitas karena membentuk garis lurus (linier). Namun
tidak menunjukkan gejala hysteresis karena grafik saling berhimpit.
8
Tanpa Tangki 1
6
4 Tanpa Tangki 2
2
0
0 20 40 60 80 100 120
% PO
8
%PO 0-100
6
%PO 10o-0
4
2
0
0 50 100 150
%PO
20
juga semakin besar, karena pada percobaan ini menggunakan pneumatic
control valve air to open, dimana control valve tipe ini membutuhkan
udara bertekanan untuk membuka. Kedua grafik menunjukkan linearitas
karena membentuk garis lurus (linier). Sedangkan gejala hysteresis tidak
terlihat karena kedua grafik saling berhimpit.
4
Tanpa Tangki 1
3
2 Tanpa Tangki 2
1
0
0 20 40 60 80 100 120
% PO
4
3 %PO 0-100
2 %PO 100-0
1
0
0 20 40 60 80 100 120
%PO
21
panah ke atas. Sebaliknya pada waktu input berubah dari 100% menuju 0%,
hubungan input-output mengikuti kurva dengan tanda anak panah ke atas.
Gejala hysteresis pada sebuah instrument atau sistem pengukuran dapat
dilihat waktu alat ukur beroperasi secara dua arah. Gejala hysterisis
sebenarnya juga salah satu dari jenis error (kesalahan baca). Hanya saja
error disini tidak konstan besarnya, dan tergantung ke arah mana input
berubah. Tidak menunjukkan gejala linearitas karena tidak grafik tidak
membentuk garis lurus.
1.2
Laju Alir (m3/s)
0.8
% PO 0-100
0.6
% PO 100-0
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100
% PO
22
Grafik Hubungan %PO dengan laju alir (dengan PC)
1.6
1.4
Laju Alir (m3/s) 1.2
1
0.8 % PO 0-100
% PO 100-0
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120
% PO
23
BAB 4
KESIMPULAN
1. Tipe control valve dalah pneumatic valve air to open. Pada percobaan ini,
input sebanding dengan output.
2. %PO dan P2 adalah berbanding lurus. Semakin besar %PO, maka nilai P2
juga semakin besar.
1. %PO dan laju alir berbanding lurus. Semakin besar %PO maka laju alir
juga semakin besar. Tipe control valve adalah peristaltic pump.
2. Kedua grafik menunjukkan gejala hysteresis.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
APPENDIKS
Contoh perhitungan:
1. Pengendali Aras
Keliling lingkaran = 2πr
42 cm = 2 . 3,14 . r
42 cm = 6,28r
r = 6,689 cm
r = 0,0669 m
A-1