Anda di halaman 1dari 23

TUGAS BATUAN PETROLOGI GUNUNG API

Tektonik dan Magmatisme - Vulkanisme

FIRDA WAHYOE KUSUMA WARDHANI

410017007
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

DEPARTEMEN TEKNIK

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

2019

TEKTONIK

Permukaan bumi terbentuk dari berbagai macam batuan yang kurang lebih 80%
adalah diselimuti oleh batuan sedimen dengan volume kurang lebih 0,32% dari
volume bumi. Setiap daratan di bumi ini di bentuk oleh batuan – batuan ang
bermacam – macam. Dari sejumlah batuan yang memiliki ciri khas yang berbeda –
beda terangkum dalam sebuah lempeng – lempeng yang tersebar di seluruh dunia.
Lempeng – lempeng di permukaan bumi bersifat dinamis, karena adanya perbedaan
perlapisan dan tenaga endogen yang mengakibatkan pergerakan lempeng. Dari
pergerakan lempeng dapat menimbulkan sebuah siklus batuan yang tak dapat
dipungkri adanya.
Lempeng tektonik adalah bagian dari kerak bumi dan lapisan paling atas, yang
disebut juga lithosphere. Atau menjelaskan tentang gerakan bumi dengan skala besar
dari lithoepher bumi. Teori yang meliputi konsep-konsep lama (kontinental drift)
dikembangkan selama satu setengah abad sejak abad ke-20 oleh Alfred Wegner
tentang lantai samudra (seafloor) pada tahun 1960-an. Lempeng tektonik memiliki
tebal sekitar 100 km (60 mill) yang terdiri dari dua jenis bahan pokok yaitu kerak
samudra (disebut juga sima yang terdiri dari silikon dan magnesium) dan kerak benua
(disebut juga sial yang terdiri dari silicon dan megnesium). Komposisi dari dua jenis
lapisan terluar atau kulit dari kerak samudra adalah batuan basalt (mafic) dan kerak
benua terdiri dari batuan granitic yang prinsip kepadatannya rendah. Permukaan bumi
terdiri dari 15 lempeng besar (mayor) dan 41 lempeng kecil (minor), 11 lempeng kuno
dan 3 dalam orogens, dengan jumlah keseluruhan 70 lempeng tektonik yang tersebar
di seluruh permukaan bumi. Lempeng mayor di bumi di anataranya :
 African Plate covering Africa - Continental plate Afrika Plate meliputi Afrika
- Benua piring
 Antarctic Plate covering Antarctica - Continental plate Antarctic Plate
meliputi Antartika - Benua piring
 Australian Plate covering Australia - Continental plate Australia Plate meliputi
Australia - Benua piring
 Indian Plate covering Indian subcontinent and a part of Indian Ocean -
Continental plate Indian Plate meliputi anak benua India dan merupakan
bagian dari Samudra Hindia - Benua piring
 Eurasian Plate covering Asia and Europe - Continental plate Eurasian Plate
meliputi Asia dan Eropa - Benua piring
 North American Plate covering North America and north-east Siberia -
Continental plate
 South American Plate covering South America - Continental plate
 Pacific Plate covering the Pacific Ocean - Oceanic plate

Lempeng tetonik memiliki nama yang berbeda – beda sesuai tempat atau asal
lempeng itu berada. Pada 225 juta tahun yang lalu, seluruh daratan di bumi ini
merupakan satu kesatuan yang disebut dengan Benua Pangaea pada zaman permian.
Pergerakan lapisan bumi terus terjadi saat 200 juta tahun yang lalu pada zaman
triassic terbagi menjadi 2 Benua Laurasia dan Benua Gondwanaland. Pergerakan
lapisan bumi terjadi hingga saat ini terbagi menjadi 5 belahan benua. Perubahan
keadaan permukaan bumi terjadi selama 4 zaman kurang lebih selama 225 juta tahun.
Perubahan permukaan bumi ini yang mengakibatkan adanya batas – batas lempeng
tektonik di masing – masing lapisan bumi. Pergerakan yang berasal dari tenaga
endogen ini mengakibatkan sebuah siklus batuan dalam peroses pergeseran lempeng.
Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam
skala waktu geologi. Sikklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi
yang bersifat dinamis. Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu
membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala – gejala atau kejadian – kejadian
alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami. Pergerakan lempeng
tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng, yaitu
konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).
1. Batas Transform.

Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-
bentuk (transform fault).

2. Batas Divergen.

Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart).
Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah,
membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan
pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses
ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara
kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
3. Batas Konvergen.

Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip
beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah
lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction
zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic
ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
Dari ketiga batas lempeng yang mendukung adanya siklus batuan di bumi ini.
Setiap daratan atau negara atau benua di dunia di batasi oleh lempeng yang berbeda –
beda. Dikarenakan sifatnya dinamis dan kekuatan masing – masing lempeng berbeda
– beda, maka terbentuk 3 batas lempeng tektonik Gempa yang terjadi di akibatkan
oleh pergerakan lempeng tektonik. Dan apabila dilihat pada daerah Indonesia yang
merupakan daerah ternbanyak yang dilewati oleh titik – titik gempa yang tersebar di
seluruh nusantara. Disebelah barat hingga ke selatan dari Indonesia dibatasi oleh
lempeng tektonik, disebelah utara dibatasi dengan lempeng yang berbeda, dan
dibagian timur dibatasi dengan lempeng yang berbeda pula. Jadi Indonesia dibatasi
oleh 3 lempeng mayor dunia yang berbeda. Maka dari itu Indonesia memiliki titik
gempa yang tersebar hampir diseluruh nusantara. Negeri kita tercinta berada di dekat
batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas antara kedua
lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang
menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng
tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan Lempeng Indo-
Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi
yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di
sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah
Parit Jawa (Sunda). Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya
mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa
dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila
terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti
dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga
turut meningkat.

Indonesia terletak pada jalur gunungapi tersebut dan merupakan negara dengan
jumlah gunungapi terbanyak. Pola penyebaran gunungapi menunjukkan jalur yang
hampir mirip dengan pola penyebaran fokus gempa dan tipe aktivitas
kegunungapiannya tergantung pada batas lempengnya. Hubungan ini menunjukkan
bahwa volkanismamerupakan salah satu produk penting sistem tektonik.

Akibatnya berbagai gejala alam di Indonesia sering terjadi. Yang salah satunya
banyak di jumpai gunung api di bagian selatan Indonesia yang merupakan buah karya
dari pergerakan lempeng Ino-Australian dengan lempeng Eurasian. Jumlah gunung
api di Indonesia 177 gunung api, Sert gunung api juga di temui di daerah sebagain
dari pulau halmahera dan sebagian dari pulau sulawesi yang merupakan tempat
pertemuan lempeng pasifik dengan lempeng eurasian.

Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat
menarik. Kepentingannya terletak pada rupabuminya, jenis dan sebaran endapan
mineral serta energi yang terkandung di dalamnya, keterhuniannya, dan
ketektonikaannya. Oleh sebab itulah, berbagai anggitan (konsep) geologi mulai
berkembang di sini, atau mendapatkan tempat untuk mengujinya (Sukamto dan
Purbo-Hadiwidjoyo, 1993).
Indonesia hanya meliputi sekitar 4 % dari luas daratan di Bumi, tidak ada satu
negeri pun selain Indonesia yang mempunyai begitu banyak mamalia, 1/8 dari jumlah
yang terdapat di dunia). Bayangkan, satu dari enam burung, amfibia, dan reptilia
dunia terdapat di Indonesia; satu dari sepuluh tumbuhan dunia terdapat di Indonesia
(Kartawinata dan Whitten, 1991). Indonesia juga memiliki keanekaragaman
ekosistem yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara tropika lainnya.
Sejarah geologi dan geomorfologinya yang beranekaragam, dan kisaran ikim dan
ketinggiannya telah mengakibatkan terbentuknya banyak jenis hutan daratan dan juga
hutan rawa, sabana, hutan bakau dan vegetasi pantai lainnya, gletsyer, danau-danau
yang dalam dan dangkal, dan lain-lain.
Salah satu jalur timah terkaya di dunia menjulur sampai di Nusantara,
daerahnya mempunyai akumulasi minyak dan gasbumi yang tergolong besar.
Meskipun berumur muda, batubara Indonesia yang jumlahnya cukup besar dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tak kalah pentingnya adalah endapan nikel
dan kromit yang terbawa oleh tesingkapnya kerak Lautan Pasifik di beberapa wilayah
di Indonesia Timur.
Bagian tertentu Indonesia sangat baik untuk dihuni. Ini tidak hanya berlaku saat
ini yang memungkinkan orang dapat bercocok tanam dan memperoleh hasil yang baik
karena tanah subur dan air yang berlimpah, tetapi juga pada masa lampau,
sebagaimana terbukti dengan temuan fosil manusia purba di beberapa tempat di
Indonesia. Maka, Indonesia penting dalam dunia paleoantropologi sebagai salah satu
pusat buaian peradaban manusia di dunia. Semua kepentingan dan keunikan geologi
Indonesia ini timbul karena latar belakang perkembangan tektonik wilayah Nusantara.
Di sinilah wilayah tempat saling bertemunya tiga lempeng besar dunia : Eurasia -
Hindia-Australia - Pasifik yang menghasilkan deretan busur kepulauan dan jajaran
gunungapi, tanah yang subur, pemineralan yang kaya dan khas, pengendapan sumber
energi yang melimpah, dan rupabumi yang menakjubkan
(Sukamto dan Purbo-Hadiwidjoyo, 1993).
MAGMATISME

Magmatisme merupakan suatu proses kompleks yang terjadi karena


aktifitas arus konveksi, yang menyebabkan terjadinya pergerakan tektonisme
lempeng-lempeng di bumi. Dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut,
didapatkan suatu setting tektonik yang menghasilkan magma yang berbeda-
beda, baik secara komposisi maupun sifatnya.
Tektonik Lempeng berperan besar dalam mengontrol terjadinya
magmatisme, hidrotermal, dan volkanisme pada lapisan kerak bumi. Sebagian
besar proses pembentukan mineralisasi sangat terkait dengan proses
magmatisme dan hidrotermal atau pembentukan batuan. Oleh karena itu sangat
penting memahami lempeng tektonik, sebagai dasar untuk memahami adanya
mineralisasi.
Pada kenyataannya tektonik lempeng sangat baik dalam menjelaskan
karakteristik batuan beku dan asosiasi endapan mineral. Lebih dari 90%
aktivitas batuan beku yang sekarang ada terletak di dekat batas lempeng
tektonik. Sehingga batas lempeng merupakan tempat yang paling penting bagi
penyebaran endapan mineral.
Magmatisme-hidrotermal-vulkanisme terbentuk pada batas lempeng tektonik,
batuan beku ultra basa-basa terbentuk pada mid oceanic ridge, serta transform
fault, sedangkan batuan beku intermediet terbentuk pada magmatic arc yang
terkait dengan subduction zone. Sebagian besar bahan galian dikontrol oleh
magmatisme-hidrotermal. Oleh karena itu terdapat hubungan yang khas antara
type batuan beku dengan jenis bahan galian logam.
Batas-batas lempeng tektonik tersebut di atas, membentuk lingkungan
tektonik yang beragam, secara umum dikenal sebagai :
1. Batas lempeng destruktif
 Island arcs
 Active contonental margin
2. Batas lempeng konstruktif
 Mid-oceanic ridge
 Back arc rifting
 Transform Fault
3. Oceanic intra-plate
 Oceanic island (hotspots)
4. Continental intra-plate
 Continental Intraplate
 Continental rift zone.

1. Batas Lempeng Destruktif

Batas lempeng destruktif terjadi karena adanya pergerakan lempeng yang


saling mendekat atau saling bertumbukan satu dengan yang lain. Baik itu
lempeng samudra maupun lempeng benua yang akan mengakibatkan salah satu
lempeng menunjam ke lempeng yang lain. Akibat dari terjadiya proses ini maka
akan terjadi magmatisme. Proses magmatisme yang terjadi pada zona ini pun
menghasilkan magma yang sumbernya dibagi atas 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:
a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi).

b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak samudra yang menunjam ke


bawah.

c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis).

Magma yang dihasilkan dari 3 kemungkinan di atas, ini komposisinya


sangat bervariasi. Secara umum, magma yang berasal dari pelelehan kerak
samudra yang menunjam dan dari pelelehan mantel atas akan bersifat basa,
namun apabila magma naik menuju permukaan, akan terjadi proses diferensiasi
sehingga magma yang dihasilkan berubah sifat menjadi intermediet hingga
asam.
Sedangkan untuk magma yang berasal dari pelelehan kerak benua bagian
bawah (anateksis), pada awalnya memang sudah bersifat asam sesuai dengan
komposisi umum kerak benua, kemungkinan besar jika naik menuju permukaan
magma tidak akan mengalami diferensiasi, sehingga magma yang dihasilkan
tetap bersifat asam.
Secara lebih jelasnya, bataslempeng destruktif dapat dikenali dengan adanya
busur kepulauan dan busur tepi benua aktif, yang keduanya mempunyai
karakteristik seperti adanya kepulauan yang berbentuk busur dan membentang
hingga ribuan kilometer, adanya palung samudera yang dalam, adanya
volkanisme aktif dan gempa bumi, serta asosiasi volkanik yang khas, yang
disebut ‘orogenic andesit’. Di permukaan, zona subduksi dapat dibagi menjadi
tiga wilayah, yaitu busur depan (forearc), busur gunungapi (volcanic arc), dan
busur belakang (backarc) (Tatsumi&Eggins, 1993).
Proses magmatisme di batas lempeng destruktif berbeda dengan magmatisme
di tatanan tektonik lain karena adanya peran fluida pada kerak yang menunjam
dan adanya pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak samudera, ataupun
kerak benua bagian bawah. Secara umum, mekanisme magmatismenya adalah
adanya finger tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih
panas oleh mantel dan gesekan yang mengakibatkan mineral melepas H2O dan
adanya pelelehan sebagian mantel.

a. Island Arc

Busur Kepulauan ini sendiri terbentuk akibat adanya proses


magmatisme yang disebabkan oleh tumbukan antara lempeng samudra
dengan lempeng samudra yang diikuti oleh penunjaman salah satu lempeng
samudra tersebut.
Gambar 8. Pembentukan Island Arc

Pada daerah ini, magma berasal dari pelelehan sebagian mantel dan
pelelehan sebagian kerak samudra itu sendiri. Hal ini menyebabkan magma
induk kemungkinan besar akan bersifat basaltic yang kemudian apabila
naik menuju permukaan akan mengalami proses diferensiasi dan
menghasilkan magma yang cenderung bersifat toleiitik. Magma jenis
toleiitik akan menghasilkan batuan yang berkomposisi intermediet,
didominasi oleh batuan jenis andesit, andesit basaltik, dan dasit. Magma
toleiitik ini disebut juga sebagai magma sub-alkali. Selain itu biasanya pada
busur kepulauan akan terbentuk Gunungapi. Ciri dari Gunungapi yang
terbentuk pada lokasi ini adalah gunungapi dengan tipe strato dan letusan
yang eksplosif.

b. Active continental margin

Active Continental Margin atau disebut juga Busur aktif tepi benua.
Daerah ini terbentuk akibat adanya tumbukan antara lempeng benua
dengan lempeng samudra yang diikuti oleh penunjaman kerak samudra di
bawah kerak benua.

Melting
Produces
More Felsic
Magma

Gambar 9. Active Continental Margin


Ada dua kemungkinan yang terjadi pada active continental margin ini :

1. Terjadinya pelelehan sebagian kerak samudra atau mantel atas. Hasil


dari proses pelelehan sebagian ini adalah magma yang bersifat basaltik
dan ketika naik ke permukaan akan mengalami diferensiasi. Sifat magma
yang dihasilkan nantinya akan bersifat asam ataupun intermediet (kalk-
alkali).

2. Terjadinya pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis).


Pada kondisi ini, magma induk yang pertama dihasilkan langsung
bersifat asam dan ketika naik ke permukaan, tidak mengalami
diferensiasi dan menghasilkan magma yang sifatnya asam.

2. Batas Lempeng Konstruktif

Batas lempeng konstruktif terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang saling
menjauh. Hal erat kaitannya dengan pemekaran lempeng dan pemekaran
lempeng sering terjadi pada punggungan samudra. Disini, di mana lempeng
saling menjauh, maka akan terbentuk celah yang segera terisi oleh lelehan
batuan yang terinjeksi dari astenosfer di bawahnya. Material- material ini
perlahan mendingin dan membentuk lantai samudra baru. Batas lempeng
konstruktif dapat dilihat dengan adanya

a. Mide Oceanic Ridge (MOR)

Mid Oceanic Ridge atau disingkat mor merupakan salah satu busur
magmatisme dari pola divergen yaitu pola pergerakan lempeng yang saling
menjauh. Dalam hal ini lempeng yang saling menjauh adalah dua lempeng
samudra di mana gejala yang di timbulkan oleh pergerakan lempeng ini
adalah terbentuknya gunung api di dasar samudra sebagai akibat dari
dorongan arus konveksi yang mendorong lapisan di atasnya .
Gambar 10. Mide Oceanic Ridge

Jenis magma yang di hasilkan di busur magmatisme ini adalah magma


basaltis.

b. Back Arc Basin


Terbentuk sebagai hasil sampingan dari zona subduksi,yaitu pertemuan
lempeng benua dan lempeng samudra dimana lemepeng samudra tertekuk
ke bawah menyusup di bawah lempeng benua menuju astenosfer. Gejala
ini diperlihatkan oleh menipisnya kerak dan suatu bukaan cekungan yang
melengkung. Oleh karena itu disebut sebagai cekungan belakang zona
subduksi.

Gambar 11. Back Arc Basin

Sehingga jenis magma yang di hasilkan pada busur ini adalah magma
basaltis.
c. Transform Fault
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak
lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan
antarlempeng. Pergerakan lempeng seringkali juga menimbulkan
pergeseran membentuk sesar mendatar besar (Transform faults), juga
diikuti oleh pembentukan magma

Gambar 12. Tectonic Transform

3. Oceanic island (hotspots)


Merupakan busur magmatisme dimana magma menerobos ke atas melalui
arus konveksi tanpa pergerakan lempeng yang terjadi di lantai samudra. Di
interpretasikan bahwa zona magmatisme ini termasuk zona lemah sehingga
magma dapat menerobos ke atas membentuk rangkaian struktur vulkanik ataupun
gunung api. Jenis magma yang dihasilkan adalah magma basaltis.

Gambar 13. Hot Spot


Vulkanisme

Vulkanisme adalah semua gejala yang berhubungan dengan gunung api


sebagai akibat dari adanya aktivitas magma di dalam bumi. Gerakan magma itu
terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk
menekan batuan yang ada di sekitarnya.
Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat di dalam kulit
bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya. Magma terjadi
akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup
tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya
retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau
disebut magma.
Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi.
Jika gerakan magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma.
Sedangkan magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi
magma. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga
vulkan.
Intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil
intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun intrusi magma bisa
mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa
pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme)
menghasilkan bermacam-macam bentuk.

Gambar 1.1 Bagan dapur magma


1. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai
akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
2. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang
menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa
cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara
lapisan batuan.
4. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-
lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
6. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai
dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.

jika aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi, maka gerakan ini


dinamakan ekstrusi magma. Ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke
permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api.
Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh
karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan.

Ekstruksi Magma
Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau
patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya
Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi,
sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu.
Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya
mencapai 10.000 km persegi.
3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma)
dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau,
Gunung Vesucius, dan lain-lain.

Material Hasil Vulkanisme


Sesuai wujudnya, ada tiga jenis bahan atau material yang dikeluarkan oleh
adanya tenaga vulkanisme. Material tersebut adalah material padat,cair,dan gas.
a. Benda padat (efflata) adalah debu, pasir,lapili (batu kerikil) batu-batu besar
(bom),dan batu apung

.
b. Benda cair (effusive) adalah bahan cair yang dikeluarkan oleh tenaga
vulkanisme, yaitu lava,lahar panas,dan lahar dingin.Lava adalah magma yang
keluar ke permukaan bumi. Lahar panas adalah lahar yang berasal dari
letusan gunung berapi yang memiliki danau kawah (kaldera), contoh kaldera
yang terkenal di Indonesia adalah kawah Bromo. Lahar dingin adalah lahar
yang berasal dari bahan letusan yang sudah mengendap, kemudian mengalir
deras menuruni lereng gunung.

c. Benda gas (ekshalasi), adalah bahan gas yang dikeluarkan oleh tenaga
vulkanisme antara lain solfatar, fumarol, dan mofet. Solfatar adalah gas
hidrogen sulfida (H2S) yang keluar dari suatu lubang yang terdapat di
gunung berapi. Fumarol adalah uap air panas. Mofet adalah gas asam
arang (CO2), seperti yang terdapat di Gunung Tangkuban Perahu dan
Dataran rendah Dieng.
Tipe Letusan Gunung Api

a. Tipe Hawaii
Tipe gunung api ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, dan dalam
perkembangannya akan membentuk tipe gunung api perisai. Tipe ini banyak
ditemukan pada gunung api perisai di Hawaii seperti di Kilauea dan Maunaloa.
Contoh letusan tipe Hawai di Indonesia adalah pembentukan plato lava di
kawasan Dieng Jawa Tengah.

b. Tipe Stomboli
Tipe ini sangat khas untuk gunung Stromboli dan beberapa gunung api lainnya
yang sedang meningkat kegiatannya. Magmanya sangat cair, ke arah permukaan
sering dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan. Bahan yang dikeluarkan berupa
abu, bom, lapilli dan setengah padatan bongkah lava. Contoh letusan tipe Stromboli di
Indonesia adalah Gunung Raung di Jawa. Sifat semburan Gunung Raung
menyemburkan lava tipe baraltik, namun terdapat erupsi-erupsi pendek yang bersifat
eksplosif menyemburkan batuan-batuan piroklastik tipe bom dan lapili.

c. Tipe Vulkano
Tipe ini mempunyai ciri khas yaitu pembentukan awan debu berbentuk bunga
kol, karena gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah. Tipe ini
mempunyai tekanan gas sedang dan lavanya kurang begitu cair. Di samping
mengeluarkan awan debu, tipe ini juga menghasilkan lava. Berdasarkan kekuatan
letusannya tipe ini dibedakan menjadi tipe vulkano kuat (Gunung Vesuvius dan
Gunung Etna) dan tipe Vulkano lemah (Gunung Bromo dan Gunung Raung).
Peralihan antara kedua tipe ini juga dijumpai di Indonesia misalnya Gunung Kelud
dan Anak Gunung Bromo.

d. Tipe Merapi
Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental. Dapur magmanya relatif dangkal
dan tekanan gas yang agak rendah. Contoh letusan tipe Merapi di Indonesia adalah
Gunung Merapi di Jawa Tengah dengan awan pijarnya yang tertimbun di lerengnya
menyebabkan aliran lahar dingin setiap tahun. Contoh yang lain adalah Gunung
Galunggung di Jawa Barat.

e. Tipe Perret (Tipe Plinian)


Letusan gunung api tipe perret adalah mengeluarkan lava cair dengan tekanan
gas yang tinggi. Kadang-kadang lubang kepundan tersumbat, yang menyebabkan
terkumpulnya gas dan uap di dalam tubuh bumi, akibatnya sering timbul getaran
sebelum terjadinya letusan. Setelah meletus material-material seperti abu, lapili, dan
bom terlempar dengan dahsyat ke angkasa. Contoh letusan gunung api tipe perret di
Indonesia adalah Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1873,
sehingga gunung Krakatau (tua) itu sendiri lenyap dari permukaan laut, dan
mengeluarkan semburan abu vulkanik setinggi 5 km.
f. Tipe Pelle
Gunung api tipe ini menyemburkan lava kental yang menguras di leher,
menahan lalu lintas gas dan uap. Hal itulah yang menyebabkan mengapa letusan pada
gunung api tipe ini disertai dengan guncangan-guncangan bawah tanah dengan
dahsyat untuk menyemburkan uap-uap gas, abu vulkanik, lapili, dan bom. Contoh
letusan gunung api tipe pelle di Indonesia adalah Gunung Kelud di Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai