Ulumul Quran Finish
Ulumul Quran Finish
Penulis,
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
A. Pengertian Tafsir .................................................................................................. 2
B. Pengertian Ta’wil .................................................................................................. 3
C. Pengertian Terjemah ............................................................................................ 3
D. Sejarah Singkat Tafsir Al-Quran ........................................................................ 4
E. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah........................................................... 6
F. Hikmah Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah ................................................................ 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................... 10
C. Daftar Pertanyaan dan Jawaban ....................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafsir merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita, bahkan di Indonesia
sendiri kitab-kitab tafsir telah dikaji di banyak pondok pesantren, ini merupakan
satu tanda bahwa keilmuan tafsir dalam Negara kita cukup membanggakan, selain
itu Tafsir sendiri merupakan salah satu cara dimana kita bisa memahami Al-Qur’an.
Keberadaan tafsir ini begitu populer dimasyarakat mulai dari zaman Nabi
saw. sendiri dan sampai sekarang, maka ini merupakan salah satu warisan ilmu
yang perlu mendapatkan perhatian serius demi kemashlahatan umat Islam dan perlu
dikembangkan sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman.
Namun apakah sebenarnya tafsir itu? Untuk menjawab itu makalah ini disusun.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir
Secara etimologi tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-
ibanah wa al-kasyf (menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Al-jurjani bahwa kata
tafsir menurut pengertian bahasa adalah Al kasf wa al-izhhar yang artinya
menyingkap (membuka) dan melahirkan.1 Menurut pengertian terminologi, seperti
dinukil oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk
memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya. Hal
ini senada dengan pendapat yang mengatakan bahwa tafsir adalah menyingkapkan
maksud dari lafadz yang sulit dalam Al-Qur’an. Didalam Al-Qur’an disebutkan
tentang makna tafsir :
Q. S. Al-Furqan : 33
”Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya.”
Adapun pendapat yang lain tentang makna tafsir menurut istilah adalah :
1
Al-Jurjaini, At-Ta’rifa, At-Thaba’ah wa An-Nasyr wa At-Tauzi”, Jeddah.tt.,hlm.63;Muhammad
Husein Adz-Dzahabi, At-Tafisr wa Al-Mufassirun,juz I, Dar Al-Maktub Al-Haditsah, Mesir,
1976,hlm.13
2
Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nya,
Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan hukum dan hikmahnya .
B. Pengertian Ta’wil
Secara lughowi (etimologis) ta’wil berasal dari kata al-awl artinya kembali
atau dari kata al ma’al artinya tempat kembali, al- iyalah yang berarti al –siyasah
yang berarti mengatur.
Secara Terminologi, Ulama Salaf mendefinisikan takwil sebagai berikut:
1) Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mutashfa :“Sesungguhnya takwil itu dalah
ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat probabilitas
yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang
ditujukan oleh lafazh zahir.”
2) Kaum muhadditsin mendefinisikan takwil, sejalan dengan definisi yang
dikemukakan oleh ulama ushul fiqh, yaitu:
Menurut Wahab Khalaf takwil yaitu “memalingkan lafazh dari zahirnya,
karena adanya dalil.”
Menurut Abu Zahra takwil adalah “mengeluarkan lafazh dari artinya yang
zahir kepada makna yang lain, tetapi bukan zahirnya.”
Macam-macam ta’wil adalah sebagai berikut :
1) Ta’wil yang jauh dari pemahaman, yakni ta’wil yang dalam penetapannya tidak
mempunyai dalil yang terendah sekalipun.
2) Ta’wil yang mempunyai relevasi, paling tidak memenuhi standar makna
terendah serta diduga sebagai makna yang benar.
C. Pengertian Terjemah
Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan terjemah Al-Qur’an adalah seperti yang
dikemukakan oleh Ash-Shabuni yaitu memindahkan Al-Qur’an ke bahasa lain yang
bukan bahasa Arab dan mencetak terjemah dalam beberapa naskah untuk dibaca
orang yang tidak mengerti bahasa arab, sehingga ia dapat memahami kitab Allah.
Kata terjemah dapat dipergunakan pada dua arti
Terjemah Maknawiyyah atau Tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau
kalimat pembicaraaan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata
bahasa asal atau memperhatikan susunan klimatnya, melainkan oleh makna dan
tujuan aslinya.
3
Terjemah Harfiyyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke
dalam lafadz-lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan
dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
Terjemah harfiyyah dibagi menjadi dua:
1) Terjemah Harfiyyah bi l-misli yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari
bahasa asli dengan sinonimnya (murodifnya) ke dalam bahasa baru dan terikat
bahasa aslinya.
2) Terjemah harfiyyah bi dzuni al-mitsli Yaitu menyalin atau mengganti kata-kata
bahasa asli ke dalam beberapa bahasa lain dengan memperhaitkan urutan
makna dan segi sastranya, menurut kemampuan bahasa baru serta kemampuan
penerjemahnya.
Gabungan dari tiga sumber di atas, yaitu penafsiran Rasul saw., penafsiran
sahabat-sahabat, serta penafsiran tabi'in, dikelompokkan menjadi satu kelompok
yang dinamai Tafsir bi Al-Ma'tsur. Dan masa ini dapat dijadikan periode pertama
dari perkembangan tafsir. Berlakunya periode pertama tersebut dengan berakhirnya
masa tabi'in, sekitar tahun 150 H, merupakan periode kedua dari sejarah
perkembangan tafsir. Pada periode kedua ini, hadis-hadis telah beredar sedemikian
4
pesatnya, dan bermunculanlah hadis-hadis palsu dan lemah di tengah-tengah
masyarakat. Sementara itu perubahan sosial semakin menonjol, dan timbullah
beberapa persoalan yang belum pernah terjadi atau dipersoalkan pada masa Nabi
Muhammad saw., para sahabat, dan tabi'in.
5
masalah/tema tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat Alquran yang
membicarakan tema tersebut.
3. Tafsir menurut Orientasinya, yaitu :
1) Tafsir Hukum (Fiqh) : Yaitu penafsiran al-Qur’an yang bercorak fiqih,
diantara isi kandungan al-Qur’an adalah penjelasan mengenai hukum,
baik ibadah maupun muamalah. Tafsir fiqih ini selain lebih banyak
berbincang mengenai persoalan hukum , juga kadang-kadang diwarnai
oleh ta’asub (fanatik). Buku-buku tafsir fiqhi ini dapat pula dikategorikan
kepada corak lain yaitu tafsir fiqhi hanafi, maliki, syafi’i, dan hambali.
2) Tafsir Filsafat (Falsafi) : Yaitu suatu karya tafsir yang bercorak filsafat.
Artinya dalam menjelaskan suatu ayat, mufassir merujuk pendapat
filosof. Persoalan yang diperbincangan dalam suatu ayat dimaknai
berdasarkan pandangan para ahli filsafat.
3) Tafsir Tasawuf (Shufi) : Tafsir shufi yaitu suatu karya tafsir yang
diwarnai oleh teori atau pemikiran tasawuf, baik tasawuf teoritis(at-
tasawuf an-nazhary) maupun tasawuf praktis (at-tasawuf al-‘amali).
4) Tafsir Ilmiah(‘Ilmi) Yaitu tafsir yang bercorak ilmu pengetahuan
modern, khususnya sains eksakta. Tafsir ini selalu mengutiip teori-teori
ilmiah yang berkaitan denagn ayat yang sedang ditafsirkan. Seperti
biologi, embriologi, geologi, astronomi, pertanian, perterrnakan, dan
lain-lain. Contoh tafsir yang bercorak ilmi yaitu: Al-Jawahir fi Tafsir Al-
Qur’an Al-karim karya Thanthawi Jauhari dan Mafatih Al-Ghaib karya
Ar-Razi, Khalq Al-Insan Bayna Ath-Thib Wa Al-Qur’an karya
Muhammad Ali Al-Bar.
5) Corak Al-Adabi WaAl-Ijtima’i : Yaitu tafsir yang bercorak sastra
kesopanan dan sosial. Dengan corak ini mufassir mengungkap keindahan
dan ke agungan Al-Qur’an yang meliputi aspek balagah, mukjizat,
makna, dan tujuannya. Mufassir berusaha menjelaskan sunnah yang
terdapat pada alam dan sistem sosial yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan
berusaha memecahkan persoalan kemanusiaan pada umumnya dan umat
islam pada khususnya, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.
4. Tafsir melalui Pendekatannya, yaitu:
1) Tafsir Tektual : penafsiran yang menitikpusatkan pada keketatan makna
bahasa Al-Qur’an tanpa lebih jauh memepertimbangkan aspek lainnya.
2) Tafsir Kontektual : penafsiran Al-Qur’an berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan aspek lainnya yang masih ada kaitannya dengan pesan Al-
Qur’an secara utuh sehingga Al-Qur’an tergambar sebagai sebuah kitab
suci yang berbicara dengan lingkungan sekitarnya.
E. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah
Perbedaan tafsir dan takwil di satu pihak dan terjemah di pihak lain adalah
bahwa berupaya menjelaskan makna-makna setiap kata di dalam Al-Qur’an dan
mengalihkan bahasa Al-Qur’an yang aslinya bahasa Arab ke bahasa non Arab.
Para mufassirin telah berselisih tentang makna tafsir dan takwil:
6
Menurut Abu Ubaidah: “Tafsir dan takwil satu makna.” Pendapat ini di bantah
oleh para ulama yaitu diantaranya Abu Bakar Ibnu Habib an-Naisabury
Menurut Al-Raghif Al-Ashfahani: “Tafsir itu lebih umum dan lebih banyak
dipakai mengenai kata-kata tunggal, sedangkan takwil lebih banyak dipakai
mengenai makna dan susunan kalimat.
Menurut setengah ulama : “Tafsir menerangkan makna lafazh yang tidak
menerima selain dari satu arti. Sedangkan takwil menetapkan makna yang
dikehendaki oleh suatu lafazh yang dapat menerima banyak makna, karena ada
dalil-dalil yang menghendakinya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tafsir dan
takwil yaitu:
Tafsir itu lebih umum dari takwil karena dipakai dalam kitab Allah dan lainnya,
sedangkan takwil itu lebih banyak digunakan dalam kitab Allah.
Tafsir pada umumnya digunakan pada lafazh dan mufradat (kosakata),
sedangkan takwil pda umumnya digunakan untuk menunjukan makna dan
kalimat.
Takwil diartikan juga sebagai memalingkan makna suatu lafazh dari makna
yang kuat (ar-rajih) ke makna yang kurang kuat (al-marjuh), karena disertai
dalilyang menunjukan demikian. Sedangkan tafsir menjelaskan makna suatu
ayat berdasarkan makna yang kuat.
Para ulama ada juga yang berpendapat bahwa tafsir adalah penjelasan yang
berdasarkan riwayah, dan takwilberdasarkan dirayah.
Adapun titik perbedaan antara tafsir,ta’wil dan terjemah :
Terjemah: hanya mengubah kata-kata ayat dari bahasa arab ke bahasa lain
tanpa memeberikan penjelasan arti akndingan secara panjang lebar, dan tidak
menyimpulkan dari isi kandungan.
Tafsir: menjelaskan makna ayat yang kadang- kadang dengan panjang lebar,
lengkap dengan penjelasan hukum- hukum dan hikmah yang dapat diambil dari
ayat itu, sering kali disertai dengan kesimpulan kandungan ayt-ayat tersebut
Ta’wil: lafal-lafal ayat Al-Qur’an itu dialihkan dari ayat yang lahir dan rajih
kepada arti lain yang samar dan marjuh/ tidak kuat.
ِْ ص ْرم
ِل د َِ نَّإ كب ََِّر ٱب
َ لا
7
Tafsir: Bahwasanya Allah senantiasa dalam mengintai dan memperhatikan
keadaan hambanya
8
2. Tafsir Falsafi
Yaitu suatu karya tafsir yang bercorak filsafat. Artinya dalam menjelaskan suatu
ayat, mufassir merujuk pendapat filosof. Persoalan yang diperbincangan dalam
suatu ayat dimaknai berdasarkan pandangan para ahli filsafat.
3. Tafsir Fiqhi
Yaitu penafsiran al-Qur’an yang bercorak fiqih, diantara isi kandungan al-
Qur’an adalah penjelasan mengenai hukum, baik ibadah maupun muamalah.
Tafsir fiqih ini selain lebih banyak berbincang mengenai persoalan hukum , juga
kadang-kadang diwarnai oleh ta’asub (fanatik). Buku-buku tafsir fiqhi ini dapat
pula dikategorikan kepada corak lain yaitu tafsir fiqhi hanafi, maliki, syafi’i, dan
hambali.
4. Tafsir ‘Ilmi
Yaitu tafsir yang bercorak ilmu pengetahuan modern, khususnya sains eksakta.
Tafsir ini selalu mengutiip teori-teori ilmiah yang berkaitan denagn ayat yang
sedang ditafsirkan. Seperti biologi, embriologi, geologi, astronomi, pertanian,
perterrnakan, dan lain-lain. Contoh tafsir yang bercorak ilmi yaitu: Al-Jawahir
fi Tafsir Al-Qur’an Al-karim karya Thanthawi Jauhari dan Mafatih Al-Ghaib
karya Ar-Razi, Khalq Al-Insan Bayna Ath-Thib Wa Al-Qur’an karya
Muhammad Ali Al-Bar.
5. Corak Al-Adabi WaAl-Ijtima’i
Yaitu tafsir yang bercorak sastra kesopanan dan sosial. Dengan corak ini
mufassir mengungkap keindahan dan ke agungan Al-Qur’an yang meliputi
aspek balagah, mukjizat, makna, dan tujuannya. Mufassir berusaha menjelaskan
sunnah yang terdapat pada alam dan sistem sosial yang terdapat dalam Al-
Qur’an, dan berusaha memecahkan persoalan kemanusiaan pada umumnya dan
umat islam pada khususnya, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian-pengertian pendapat para ulama dapat disimpulkan
bahwa: “Tafsir” adalah suatu usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia
untuk menyikapi nilai-nilai samawi yang terdapat didalam Al-Qur’an.
“Takwil” adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-
Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari
lafazh itu.
“Terjemah” adalah memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang
bukan bahasa ‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca
orang yang tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah
SWt, dengan perantaraan terjemahan.
Dalam hal ini terdapat bentuk, metode, dan corak penafsiran, Adapun
bentuk penafsirannya yaitu:
1. Al-Ma’tsur
2. Al-Ra’y
Metode penafsiran:
1. Tahlili (analisis)
2. Muqarran (perbandingan)
3. Ijmali (global)
4. Mawdhu’i (tematik)
Corak penafsiran:
1. Tafsir shufy
2. Tafsir falsafi
3. Tafsir fiqhi
4. Tafsir ‘ilmi
5. Al-Adabi wa al-Ijtima’i
B. Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar kami
dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
10
C. Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. (Moch Dzulhilmi) : Apa pengertian dari ilmu tafsir?sebutkan contoh
penafsirsn ayatnya!
Jawaban : Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk
memahami dan menjelaskan makna-makna kitab yang diturunkan kepada Nabi-
Nya, Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan hukum dan hikmahnya .
Contoh penafsiran ayatnya adalah dalam QS.Albaqarah:67 “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”,tetapi dalam tafsir isyari diberi
makna dengan sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah.
2. (Yuli Setiana) : Apa perbedaan tafsir bi’rayyi dan tafsir filsafat?dan berikan
contohnya!
Jawaban : Secara pengertian Tafsir bi’rayyi adalah Tafsir yang menggunakan
rasio/akal sebagai sumber penafsirannya. Dan tafsir filsafati yaitu suatu karya tafsir
yang bercorak filsafat. Artinya dalam menjelaskan suatu ayat, mufassir merujuk
pendapat filosof. Persoalan yang diperbincangan dalam suatu ayat dimaknai
berdasarkan pandangan para ahli filsafat. Dapat disimpulkan bahwa tafsir bi’rayyi
dan tafsir filsafat itu sama. Contohnya ayat yang menggunakan oemikiran bi’rayyi
dan filsafat adalah dalam Q. S. Ali Imran: 190 :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”. (QS: Ali ‘Imran 190).
Ini menjelaskan mengenai fungsi-fungsi benda angkasa yang ada didunia ini.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Abd Al-Hayy Al-Farmawy, Al-Bidayah fi Al-Tafsir al-maudhu’I,maktabah Al
Jumhurriyyah, Mesir t.t, Ahmad KamalAl-Mahdi, Ayat Al-Qasamfi Al-Qur’an.
iii