Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan
amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan
makalah Ulumul Qur’an yang insyaallah tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi muhammad SAW.
Rasul terakhir yang diutus dengan membawa syariah yang penuh rahamat dan
membawa keselamatan dunia dan akhirat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Khususnya kepada Dr. H. Asep Arifin, M. Ag.
selaku dosen Ulumul Qur’an yang telah memberikan tugas makalah ini kepada
kami. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua
dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah yang berjudul “Ilmu Tafsir Al-Qur’an (ITQ) “ ini disusun untuk
mememuhi tuga mata kuliah Fiqh Muamalah. Kami telah berusaha sesuai dengan
kemampuan kami agar makalah ini tersusun sesuai dengan harapan. Sesuai
fitrahnya manusia diciptakan tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, maka dari itu
dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik itu dalam penyusunan,
penulisan maupun materinya, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Bandung, 15 April 2018

Penulis,

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
A. Pengertian Tafsir .................................................................................................. 2
B. Pengertian Ta’wil .................................................................................................. 3
C. Pengertian Terjemah ............................................................................................ 3
D. Sejarah Singkat Tafsir Al-Quran ........................................................................ 4
E. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah........................................................... 6
F. Hikmah Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah ................................................................ 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................... 10
C. Daftar Pertanyaan dan Jawaban ....................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah, petunjuk


bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil. Dalam Al-Qur'an
sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri yang melekat dalam dirinya, di
antaranya bersifat transformatif. Yaitu membawa misi perubahan untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan, Zhulumat (di bidang akidah,
hukum, politik, ekonomi, sosial budaya dll) kepada sebuah cahaya, Nur petunjuk
ilahi untuk menciptakan kebahagiaan dan kesentosaan hidup manusia, dunia-
akhirat. Dari prinsip yang diyakini kaum muslim inilah usaha-usaha manusia
muslim dikerahkan untuk menggali format-format petunjuk yang dijanjikan bakal
mendatangkan kebahagiaan bagi manusia. Nah dalam upaya penggalian prinsip dan
nilai-nilai Qur'ani yang berdimensi keilahian dan kemanusiaan itulah penafsiran
dihasilkan.

Tafsir merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita, bahkan di Indonesia
sendiri kitab-kitab tafsir telah dikaji di banyak pondok pesantren, ini merupakan
satu tanda bahwa keilmuan tafsir dalam Negara kita cukup membanggakan, selain
itu Tafsir sendiri merupakan salah satu cara dimana kita bisa memahami Al-Qur’an.

Keberadaan tafsir ini begitu populer dimasyarakat mulai dari zaman Nabi
saw. sendiri dan sampai sekarang, maka ini merupakan salah satu warisan ilmu
yang perlu mendapatkan perhatian serius demi kemashlahatan umat Islam dan perlu
dikembangkan sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman.
Namun apakah sebenarnya tafsir itu? Untuk menjawab itu makalah ini disusun.

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan tafsir, ta’wil dan terjemah ?


2) Bagaimana sejarah singkat tafsir Al-Qur’an ?
3) Apa perbedaan tafsir, ta’wil dan terjemah ?
4) Bagaimana hikmah yang didapat dari tafsir?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian tafsir, ta’wil dan terjemah.


2) Untuk mengetahui bagaimana sejarah singkat tafsir Al-Qur’an
3) Untuk mengetahui perbedaan tafsir, ta’wil dan terjemah.
4) Untuk mengetahui hikmah tafsir ta’wil dan terjemah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir

Secara etimologi tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-
ibanah wa al-kasyf (menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Al-jurjani bahwa kata
tafsir menurut pengertian bahasa adalah Al kasf wa al-izhhar yang artinya
menyingkap (membuka) dan melahirkan.1 Menurut pengertian terminologi, seperti
dinukil oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk
memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya. Hal
ini senada dengan pendapat yang mengatakan bahwa tafsir adalah menyingkapkan
maksud dari lafadz yang sulit dalam Al-Qur’an. Didalam Al-Qur’an disebutkan
tentang makna tafsir :

Q. S. Al-Furqan : 33

”Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya.”
Adapun pendapat yang lain tentang makna tafsir menurut istilah adalah :

 Tafsir menurut Al-Kilab Dalam At-Tashil adalah menjelaskan Al-Qur’an,


menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki nash, isyarat
atau tujuan.
 Menurut Syaikh Al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan kata
yang sukar seperti tafsir pada hakikatnya dalah menjelaskan lafadzh yang sukar
diahami oleh pendengar dengan mengemukakan lafadzh makna yang
mendekatinya , atau dengan jalan mengemukakan salah satu dialah lafadz
tersebut.
 Menurut Abu Hayyan tafsir adalah mengenai cara pengucapan kata-kata Al-
Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hokum
dan makna yang terkandung didalamnya.

1
Al-Jurjaini, At-Ta’rifa, At-Thaba’ah wa An-Nasyr wa At-Tauzi”, Jeddah.tt.,hlm.63;Muhammad
Husein Adz-Dzahabi, At-Tafisr wa Al-Mufassirun,juz I, Dar Al-Maktub Al-Haditsah, Mesir,
1976,hlm.13

2
 Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nya,
Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan hukum dan hikmahnya .

B. Pengertian Ta’wil

Secara lughowi (etimologis) ta’wil berasal dari kata al-awl artinya kembali
atau dari kata al ma’al artinya tempat kembali, al- iyalah yang berarti al –siyasah
yang berarti mengatur.
Secara Terminologi, Ulama Salaf mendefinisikan takwil sebagai berikut:
1) Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mutashfa :“Sesungguhnya takwil itu dalah
ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat probabilitas
yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang
ditujukan oleh lafazh zahir.”
2) Kaum muhadditsin mendefinisikan takwil, sejalan dengan definisi yang
dikemukakan oleh ulama ushul fiqh, yaitu:
 Menurut Wahab Khalaf takwil yaitu “memalingkan lafazh dari zahirnya,
karena adanya dalil.”
 Menurut Abu Zahra takwil adalah “mengeluarkan lafazh dari artinya yang
zahir kepada makna yang lain, tetapi bukan zahirnya.”
Macam-macam ta’wil adalah sebagai berikut :
1) Ta’wil yang jauh dari pemahaman, yakni ta’wil yang dalam penetapannya tidak
mempunyai dalil yang terendah sekalipun.
2) Ta’wil yang mempunyai relevasi, paling tidak memenuhi standar makna
terendah serta diduga sebagai makna yang benar.

C. Pengertian Terjemah

Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan terjemah Al-Qur’an adalah seperti yang
dikemukakan oleh Ash-Shabuni yaitu memindahkan Al-Qur’an ke bahasa lain yang
bukan bahasa Arab dan mencetak terjemah dalam beberapa naskah untuk dibaca
orang yang tidak mengerti bahasa arab, sehingga ia dapat memahami kitab Allah.
Kata terjemah dapat dipergunakan pada dua arti
Terjemah Maknawiyyah atau Tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau
kalimat pembicaraaan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata
bahasa asal atau memperhatikan susunan klimatnya, melainkan oleh makna dan
tujuan aslinya.

3
Terjemah Harfiyyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke
dalam lafadz-lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan
dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
Terjemah harfiyyah dibagi menjadi dua:
1) Terjemah Harfiyyah bi l-misli yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari
bahasa asli dengan sinonimnya (murodifnya) ke dalam bahasa baru dan terikat
bahasa aslinya.
2) Terjemah harfiyyah bi dzuni al-mitsli Yaitu menyalin atau mengganti kata-kata
bahasa asli ke dalam beberapa bahasa lain dengan memperhaitkan urutan
makna dan segi sastranya, menurut kemampuan bahasa baru serta kemampuan
penerjemahnya.

D. Sejarah Singkat Tafsir Al-Quran

Pada saat Al-Quran diturunkan, Rasul saw., yang berfungsi sebagai


mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang
arti dan kandungan Al-Quran, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak
dipahami atau samar artinya. Keadaan ini berlangsung sampai dengan wafatnya
Rasul saw., walaupun harus diakui bahwa penjelasan tersebut tidak semua kita
ketahui akibat tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena memang
Rasul saw. sendiri tidak menjelaskan semua kandungan Al-Quran Kalau pada masa
Rasul saw. Nabi saw bersama para sahabatnya memahami ayat Al-Qur’an yang
turun dengan menjelaskan makna yang masih dirsa global (mujmal) atau sulit
(musykil), baik melalui lisan maupun perbuatan, sebab beliau diberi otoritas
sebagai penjelas (mubayyin) Al-Qur’an sebagaima ditegaskan dalam surat an-Nahl
ayat 44 yang artinya “ Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
supaya mereka memikirkannya”.

Para sahabat menanyakan persoalan-persoalan yang tidak jelas kepada


beliau, maka setelah wafatnya, mereka terpaksa melakukan ijtihad, khususnya
mereka yang mempunyai kemampuan semacam 'Ali bin Abi Thalib, Ibnu 'Abbas,
Ubay bin Ka'ab, dan Ibnu Mas'ud. Di samping itu, para tokoh tafsir dari kalangan
sahabat yang disebutkan di atas mempunyai murid-murid dari para tabi'in,
khususnya di kota-kota tempat mereka tinggal.

Gabungan dari tiga sumber di atas, yaitu penafsiran Rasul saw., penafsiran
sahabat-sahabat, serta penafsiran tabi'in, dikelompokkan menjadi satu kelompok
yang dinamai Tafsir bi Al-Ma'tsur. Dan masa ini dapat dijadikan periode pertama
dari perkembangan tafsir. Berlakunya periode pertama tersebut dengan berakhirnya
masa tabi'in, sekitar tahun 150 H, merupakan periode kedua dari sejarah
perkembangan tafsir. Pada periode kedua ini, hadis-hadis telah beredar sedemikian

4
pesatnya, dan bermunculanlah hadis-hadis palsu dan lemah di tengah-tengah
masyarakat. Sementara itu perubahan sosial semakin menonjol, dan timbullah
beberapa persoalan yang belum pernah terjadi atau dipersoalkan pada masa Nabi
Muhammad saw., para sahabat, dan tabi'in.

Pada mulanya usaha penafsiran ayat-ayat Al-Quran berdasarkan ijtihad


masih sangat terbatas dan terikat dengan kaidah-kaidah bahasa serta arti-arti yang
dikandung oleh satu kosakata. Namun sejalan dengan lajunya perkembangan
masyarakat, berkembang dan bertambah besar pula porsi peranan akal atau ijtihad
dalam penafsiran ayat-ayat Al-Quran, sehingga bermunculanlah berbagai kitab atau
penafsiran yang beraneka ragam coraknya.
Keragaman tersebut ditunjang pula oleh Al-Quran, yang keadaannya seperti
dikatakan oleh 'Abdullah Darraz dalam Al-Naba'Al-Azhim: "Bagaikan intan yang
setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari
sudut-sudut yang lain, dan tidak mustahil jika anda mempersilakan orang lain
memandangnya., maka ia akan melihat lebih banyak dari apa yang anda lihat."

Muhammad Arkoun, seorang pemikir Aljazair kontemporer, menulis bahwa:


"Al-Quran memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tak terbatas. Kesan
yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat
wujud adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka (untuk interpretasi)
baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal."
Adapun Macam-macam tafsir yaitu sebagai berikut :
1. Macam-macam tafsir berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua :
1) Tafsir Bilma’tsur adalah tafsir yang menggunakan Alquran dan/atau As-
Sunnah sebagai sumber penafsirannya.
2) Tafsir Bir-Ra’yi adalah Tafsir yang menggunakan rasio/akal sebagai sumber
penafsirannya.
2. Macam-macam Tafsir berdasarkan metodenya
1) Metode Tahlily (metode Analisis) :Yaitu metode penafsiran ayat-ayat
Alquran secara analitis dengan memaparkan segala aspek yang terkandung
dalam ayat yang ditafsirkannya sesuai dengan bidang keahlianmufassir
tersebut.
2) Metode Ijmaly (metode Global) : Yaitu penafsiran Alquran secara singkat
dan global, tanpa uraian panjang lebar, tapi mencakup makna yang
dikehendaki dalam ayat.
3) Metode Muqaran (metode Komparasi/Perbandingan): Tafsir dengan metode
muqaran adalah menafsirkan Alquran dengan cara mengambil sejumlah
ayat Alquran, kemudian mengemukakan pendapat para ulama tafsir dan
membandingkan kecendrungan para ulama tersebut, kemudian mengambil
kesimpulan dari hasil perbandingannya.
4) Metode Maudhu’i (metode Tematik):Yaitu metode yang ditempuh oleh
seorang mufassir untuk menjelaskan konsep Alquran tentang suatu

5
masalah/tema tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat Alquran yang
membicarakan tema tersebut.
3. Tafsir menurut Orientasinya, yaitu :
1) Tafsir Hukum (Fiqh) : Yaitu penafsiran al-Qur’an yang bercorak fiqih,
diantara isi kandungan al-Qur’an adalah penjelasan mengenai hukum,
baik ibadah maupun muamalah. Tafsir fiqih ini selain lebih banyak
berbincang mengenai persoalan hukum , juga kadang-kadang diwarnai
oleh ta’asub (fanatik). Buku-buku tafsir fiqhi ini dapat pula dikategorikan
kepada corak lain yaitu tafsir fiqhi hanafi, maliki, syafi’i, dan hambali.
2) Tafsir Filsafat (Falsafi) : Yaitu suatu karya tafsir yang bercorak filsafat.
Artinya dalam menjelaskan suatu ayat, mufassir merujuk pendapat
filosof. Persoalan yang diperbincangan dalam suatu ayat dimaknai
berdasarkan pandangan para ahli filsafat.
3) Tafsir Tasawuf (Shufi) : Tafsir shufi yaitu suatu karya tafsir yang
diwarnai oleh teori atau pemikiran tasawuf, baik tasawuf teoritis(at-
tasawuf an-nazhary) maupun tasawuf praktis (at-tasawuf al-‘amali).
4) Tafsir Ilmiah(‘Ilmi) Yaitu tafsir yang bercorak ilmu pengetahuan
modern, khususnya sains eksakta. Tafsir ini selalu mengutiip teori-teori
ilmiah yang berkaitan denagn ayat yang sedang ditafsirkan. Seperti
biologi, embriologi, geologi, astronomi, pertanian, perterrnakan, dan
lain-lain. Contoh tafsir yang bercorak ilmi yaitu: Al-Jawahir fi Tafsir Al-
Qur’an Al-karim karya Thanthawi Jauhari dan Mafatih Al-Ghaib karya
Ar-Razi, Khalq Al-Insan Bayna Ath-Thib Wa Al-Qur’an karya
Muhammad Ali Al-Bar.
5) Corak Al-Adabi WaAl-Ijtima’i : Yaitu tafsir yang bercorak sastra
kesopanan dan sosial. Dengan corak ini mufassir mengungkap keindahan
dan ke agungan Al-Qur’an yang meliputi aspek balagah, mukjizat,
makna, dan tujuannya. Mufassir berusaha menjelaskan sunnah yang
terdapat pada alam dan sistem sosial yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan
berusaha memecahkan persoalan kemanusiaan pada umumnya dan umat
islam pada khususnya, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.
4. Tafsir melalui Pendekatannya, yaitu:
1) Tafsir Tektual : penafsiran yang menitikpusatkan pada keketatan makna
bahasa Al-Qur’an tanpa lebih jauh memepertimbangkan aspek lainnya.
2) Tafsir Kontektual : penafsiran Al-Qur’an berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan aspek lainnya yang masih ada kaitannya dengan pesan Al-
Qur’an secara utuh sehingga Al-Qur’an tergambar sebagai sebuah kitab
suci yang berbicara dengan lingkungan sekitarnya.
E. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Perbedaan tafsir dan takwil di satu pihak dan terjemah di pihak lain adalah
bahwa berupaya menjelaskan makna-makna setiap kata di dalam Al-Qur’an dan
mengalihkan bahasa Al-Qur’an yang aslinya bahasa Arab ke bahasa non Arab.
Para mufassirin telah berselisih tentang makna tafsir dan takwil:

6
 Menurut Abu Ubaidah: “Tafsir dan takwil satu makna.” Pendapat ini di bantah
oleh para ulama yaitu diantaranya Abu Bakar Ibnu Habib an-Naisabury
 Menurut Al-Raghif Al-Ashfahani: “Tafsir itu lebih umum dan lebih banyak
dipakai mengenai kata-kata tunggal, sedangkan takwil lebih banyak dipakai
mengenai makna dan susunan kalimat.
 Menurut setengah ulama : “Tafsir menerangkan makna lafazh yang tidak
menerima selain dari satu arti. Sedangkan takwil menetapkan makna yang
dikehendaki oleh suatu lafazh yang dapat menerima banyak makna, karena ada
dalil-dalil yang menghendakinya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tafsir dan
takwil yaitu:

 Tafsir itu lebih umum dari takwil karena dipakai dalam kitab Allah dan lainnya,
sedangkan takwil itu lebih banyak digunakan dalam kitab Allah.
 Tafsir pada umumnya digunakan pada lafazh dan mufradat (kosakata),
sedangkan takwil pda umumnya digunakan untuk menunjukan makna dan
kalimat.
 Takwil diartikan juga sebagai memalingkan makna suatu lafazh dari makna
yang kuat (ar-rajih) ke makna yang kurang kuat (al-marjuh), karena disertai
dalilyang menunjukan demikian. Sedangkan tafsir menjelaskan makna suatu
ayat berdasarkan makna yang kuat.
 Para ulama ada juga yang berpendapat bahwa tafsir adalah penjelasan yang
berdasarkan riwayah, dan takwilberdasarkan dirayah.
Adapun titik perbedaan antara tafsir,ta’wil dan terjemah :
 Terjemah: hanya mengubah kata-kata ayat dari bahasa arab ke bahasa lain
tanpa memeberikan penjelasan arti akndingan secara panjang lebar, dan tidak
menyimpulkan dari isi kandungan.

 Tafsir: menjelaskan makna ayat yang kadang- kadang dengan panjang lebar,
lengkap dengan penjelasan hukum- hukum dan hikmah yang dapat diambil dari
ayat itu, sering kali disertai dengan kesimpulan kandungan ayt-ayat tersebut
 Ta’wil: lafal-lafal ayat Al-Qur’an itu dialihkan dari ayat yang lahir dan rajih
kepada arti lain yang samar dan marjuh/ tidak kuat.

Contohnya : surah al-Fajr : 14

ِْ ‫ص ْرم‬
ِ‫ل د‬ َِ ‫نَّإ كب ََِّر ٱب‬
َ ‫لا‬

Terjemah : “Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi”

7
Tafsir: Bahwasanya Allah senantiasa dalam mengintai dan memperhatikan
keadaan hambanya

Ta’wil : menakutkan manusia dari berlalai-lalai dari lengah dalam beribadah

Adapun metode tafsir diantaranya yaitu : Ulama selalu berusaha untuk


memahami kandungan al-Quran sejak masa ulama salaf sampai masa modern. Dari
sekian lama perjalanan sejarah penafsiran al-Quran, banyak ditemui beragam tafsir
dengan metode dan corak yang berbeda-beda. Dari sekian banyak macam-macam
tafsir, ulama mencoba membuat menglasifikasikan tafsir dengan sudut pandang
yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Jika dilihat dari segi etnis
atau cara bagaimana mufassir menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an, maka tafsir
itu dapat dikategorikan dalam beberapa macam yaitu:

1) Tahlili (Analitis) : metode penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara


menjelaskan ayat-ayat al-Quran dalam berbagai aspek, serta menjelaskan
maksud yang terkandung di dalamnya sehingga kegiatan mufassir hanya
menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat, makna lafal tertentu, susunan
kalimat, persesuaian kalimat satu dengan kalimat lain, asbabun nuzul, nasikh
mansukh, yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkan.
2) Muqarran (Perbandingan) : metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan
menemukan dan mengkaji perbedaan-perbedaan antara unsur-unsur yang
diperbandingkan, baik dengan menemukan unsur yang benar diantara yang kurang
benar, atau untuk tujuan memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai
masalah yang dibahas dengan jalan penggabungan unsur-unsur yang berbeda itu.
3) Ijmali (Global) : metode penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara
menjelaskan maksud al-Qur’an secara global, tidak terperinci seperti tafsir
tahlili. Para pakar menganggap bahwa metode ini merupakan metode yang
pertama kali hadir dalam sejarah perkembangan metodologi tafsir, karena
didasarkan pada kenyataan bahwa era awal-awal Islam, metode ini yang
dipakai dalam memahami dan menafsirkan al-Quran.
4) Maudhu’i (Tematik) : metode penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara
memilih topik tertentu yang hendak dicarikan penjelasannya dalam al-Quran
yang berhubungan dengan topik tersebut, lalu dicarilah kaitan antara berbagai
ayat ini agar satu sama lain bersifat menjelaskan, kemudian ditarik kesimpulan
akhir berdasarkan pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling terkait itu.
Dan didalam tafsir pun terdapat corak sebelum itu kita harus mengetahui
tafsir.Tafsir merupakan karya manusia yang selalu diwarnai pikiran, madzhab, dan
disiplin ilmu yang ditekuni oleh mufassirnya, oleh karena itu buku-buku tafsir
mempunyai berbagai corak pemikiran dan madzhab. Diantara corak tafsir yaitu
adalah sebagai berikut:
1. Tafsir Shufi
Tafsir shufi yaitu suatu karya tafsir yang diwarnai oleh teori atau pemikiran
tasawuf, baik tasawuf teoritis(at-tasawuf an-nazhary) maupun tasawuf praktis
(at-tasawuf al-‘amali).

8
2. Tafsir Falsafi
Yaitu suatu karya tafsir yang bercorak filsafat. Artinya dalam menjelaskan suatu
ayat, mufassir merujuk pendapat filosof. Persoalan yang diperbincangan dalam
suatu ayat dimaknai berdasarkan pandangan para ahli filsafat.
3. Tafsir Fiqhi
Yaitu penafsiran al-Qur’an yang bercorak fiqih, diantara isi kandungan al-
Qur’an adalah penjelasan mengenai hukum, baik ibadah maupun muamalah.
Tafsir fiqih ini selain lebih banyak berbincang mengenai persoalan hukum , juga
kadang-kadang diwarnai oleh ta’asub (fanatik). Buku-buku tafsir fiqhi ini dapat
pula dikategorikan kepada corak lain yaitu tafsir fiqhi hanafi, maliki, syafi’i, dan
hambali.
4. Tafsir ‘Ilmi
Yaitu tafsir yang bercorak ilmu pengetahuan modern, khususnya sains eksakta.
Tafsir ini selalu mengutiip teori-teori ilmiah yang berkaitan denagn ayat yang
sedang ditafsirkan. Seperti biologi, embriologi, geologi, astronomi, pertanian,
perterrnakan, dan lain-lain. Contoh tafsir yang bercorak ilmi yaitu: Al-Jawahir
fi Tafsir Al-Qur’an Al-karim karya Thanthawi Jauhari dan Mafatih Al-Ghaib
karya Ar-Razi, Khalq Al-Insan Bayna Ath-Thib Wa Al-Qur’an karya
Muhammad Ali Al-Bar.
5. Corak Al-Adabi WaAl-Ijtima’i
Yaitu tafsir yang bercorak sastra kesopanan dan sosial. Dengan corak ini
mufassir mengungkap keindahan dan ke agungan Al-Qur’an yang meliputi
aspek balagah, mukjizat, makna, dan tujuannya. Mufassir berusaha menjelaskan
sunnah yang terdapat pada alam dan sistem sosial yang terdapat dalam Al-
Qur’an, dan berusaha memecahkan persoalan kemanusiaan pada umumnya dan
umat islam pada khususnya, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.

F. Hikmah Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah


1) Dapat mempermudah dalam mempelajari ketiganya
2) Dapat mengetahui lafadz-lafadz yang benar dan yang salah
3) Dapat membenarkan apabila ada kekeliruan
4) Dapat mengetahui isi kandungan dalam alquran

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian-pengertian pendapat para ulama dapat disimpulkan
bahwa: “Tafsir” adalah suatu usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia
untuk menyikapi nilai-nilai samawi yang terdapat didalam Al-Qur’an.
“Takwil” adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-
Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari
lafazh itu.
“Terjemah” adalah memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang
bukan bahasa ‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca
orang yang tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah
SWt, dengan perantaraan terjemahan.
Dalam hal ini terdapat bentuk, metode, dan corak penafsiran, Adapun
bentuk penafsirannya yaitu:
1. Al-Ma’tsur
2. Al-Ra’y
Metode penafsiran:
1. Tahlili (analisis)
2. Muqarran (perbandingan)
3. Ijmali (global)
4. Mawdhu’i (tematik)
Corak penafsiran:
1. Tafsir shufy
2. Tafsir falsafi
3. Tafsir fiqhi
4. Tafsir ‘ilmi
5. Al-Adabi wa al-Ijtima’i
B. Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar kami
dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.

10
C. Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. (Moch Dzulhilmi) : Apa pengertian dari ilmu tafsir?sebutkan contoh
penafsirsn ayatnya!
Jawaban : Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk
memahami dan menjelaskan makna-makna kitab yang diturunkan kepada Nabi-
Nya, Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan hukum dan hikmahnya .
Contoh penafsiran ayatnya adalah dalam QS.Albaqarah:67 “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”,tetapi dalam tafsir isyari diberi
makna dengan sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah.

2. (Yuli Setiana) : Apa perbedaan tafsir bi’rayyi dan tafsir filsafat?dan berikan
contohnya!
Jawaban : Secara pengertian Tafsir bi’rayyi adalah Tafsir yang menggunakan
rasio/akal sebagai sumber penafsirannya. Dan tafsir filsafati yaitu suatu karya tafsir
yang bercorak filsafat. Artinya dalam menjelaskan suatu ayat, mufassir merujuk
pendapat filosof. Persoalan yang diperbincangan dalam suatu ayat dimaknai
berdasarkan pandangan para ahli filsafat. Dapat disimpulkan bahwa tafsir bi’rayyi
dan tafsir filsafat itu sama. Contohnya ayat yang menggunakan oemikiran bi’rayyi
dan filsafat adalah dalam Q. S. Ali Imran: 190 :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”. (QS: Ali ‘Imran 190).
Ini menjelaskan mengenai fungsi-fungsi benda angkasa yang ada didunia ini.

11
12
DAFTAR PUSTAKA
Abd Al-Hayy Al-Farmawy, Al-Bidayah fi Al-Tafsir al-maudhu’I,maktabah Al
Jumhurriyyah, Mesir t.t, Ahmad KamalAl-Mahdi, Ayat Al-Qasamfi Al-Qur’an.

Al-Bukhari,Ash-Shahih Al-Bukhari,juz iV, Dar Al Fikr, Beirut,t.t. Basuni Faudah,


Tafsir-tafsir Al-Quran , terj.,Pustaka,Bandung,1987

Lihat Manna’Al-Qaththan, Mahabbitsfi Ulum Al-Quran,

Mansyurat Al-Asyhr Al-Hadits ,1973

iii

Anda mungkin juga menyukai