Anda di halaman 1dari 7

Kepada Yang Terhormat : Palu, 03 Desember 2018

Majelis Hakim Pemeriksa Perkara dan Mengadili


No. 592/PDT.G/2018/PA. Pal
di
Palu

HAL : REPLIK PENGGUGAT

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan “EKSEPSI dan JAWABAN TERGUGAT” yang disampaikan pada


tanggal 28 November 2018, dengan ini perkenankanlah kami menyampaikan Replik dengan
bantahan-bantahan sebagai berikut:

A. DALAM EKSEPSI

1. EKSEPSI GUGATAN PENGGUGAT KABUR (OBSCUUR LIBEL)

a. Bahwa TIDAK BENAR dalil Eksepsi TERGUGAT pada angka 1 yang menyatakan
bahwa gugatan PENGGUGAT adalah kabur dan tidak jelas. Gugatan PENGGUGAT
sangat jelas, tegas dan terang, tidak kabur (Obscuur Libel). Gugatan dianggap tidak
jelas apabila PENGGUGAT dalam gugatannya tidak terang atau isinya gelap
(onduidelijk). Misalnya apabila antara Posita Gugatan dan Petitum tidak sinkron, tidak
tegas apa yang dituntut, tidak jelas mengenai duduk persoalannya. Dari uraian
Eksepsi tersebut, TERGUGAT tampak tidak memahami tentang Obscuur Libel.
b. Bahwa EKSEPSI TIDAK BERDASAR sebab sangat jelas karena kesibukannya
sebagai seorang pejabat daerah, TERGUGAT sering meninggalkan anak-anak hasil
pernikahan dengan Penggugat ke luar kota dan menyerahkan pengawasan mereka
kepada istrinya yang juga memiliki tanggung jawab lain terhadap 4 (empat) orang
anak kandungnya dari pernikahan dia sebelumnya, serta 1 (satu) anak kandung hasil
pernikahannya dengan TERGUGAT. Selain itu, anak-anak hasil pernikahan dengan
Penggugat,mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari TERGUGAT karena Tergugat
sering melakukan kekerasaan terhadap mereka dalam bentuk kekerasan fisik dan
psikis seperti dipukul, di marahi ditempat umum, dan diancam.

1
c. Bahwa MATERI GUGATAN PENGGUGAT JELAS & TEGAS, antara Posita
gugatan dan Petitum saling berkaitan, jelas apa yang menjadi tuntutan Penggugat
dalam Petitum yakni agar Penggugat dinyatakan sebagai pemegang hak
hadhonah/pengasuhan terhadap anak. Tidak terdapat kekaburan dan duduk
persoalannya telah dijelaskan secara ringkas dan mudah dipahami. Sehingga dalil
Eksepsi TERGUGAT yang menyatakan bahwa gugatan KABUR (Obscuur Libel)
adalah tidak berdasar dan tidak dapat diterima.

d. Bahwa atas dasar-dasar tersebut, Eksepsi TERGUGAT tentang gugatan Obscuur


Libel adalah sangat tidak berdasar, dan oleh karenanya harus ditolak dan diabaikan.

B. DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa terhadap jawaban TERGUGAT pada point 1 atas penolakan seluruh dalil-dalil
yang telah disampaikan PENGGUGAT dalam gugatan permohonan hak asuh anak
menjadi kewajiban TERGUGAT untuk membuktikan kebenarannya.
2. Bahwa PENGGUGAT Menolak Dengan Tegas Jawaban TERGUGAT yang
menyatakan bahwa dalil gugatan PENGGUGAT pada posita point 3 tidak terdapat
korelasi dengan perkara a quo. Justru pada posita point 3 dalam gugatan a quo ,
PENGGUGAT ingin menyampaikan bahwa sifat kasar TERGUGAT-lah atau
dengan kata lain KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang telah menjadi
pemicu keretakan rumah tangga Pengguggat dan Tergugat dan ini telah dan
akan terus menjadi preseden buruk bagi anak-anak.
3. Bahwa perlu PENGGUGAT sampaikan kepada Majelis Hakim mengenai penyebab
terjadinya perceraian antara PENGGUGAT dan TERGUGAT adalah dikarenakan
terdapat perilaku TERGUGAT yang tidak bertanggungjawab sebagai Imam, Ayah, dan
Kepala Rumah Tangga yang baik. Hal tersebutlah yang kemudian mendasari
terjadinya perceraian sebagaimana akta Cerai Nomor : 0337/AC/2014/PA/PAL yang
diterbitkan oleh Pengadilan Agama Palu yang mana telah dibenarkan oleh
TERGUGAT atas jawaban TERGUGAT dalam pokok perkara angka 3. HAL-HAL
YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP SEBAGAIMANA YANG
TERMUAT DALAM FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN DALAM PUTUSAN
HAKIM MESTINYA DAPAT DIJADIKAN RUJUKAN DAN PETUNJUK.

2
4. Bahwa TIDAK BENAR dan TIDAK BERDASAR jawaban TERGUGAT pada
angka 4 yang menyatakan bahwa “kedua anak PENGGUGAT dan TERGUGAT sejak
awal memang berada pada TERGUGAT serta PENGGUGAT tidak pernah keberatan
jika kedua anaknya diasuh oleh TERGUGAT” faktanya adalah sejak awal anak-anak
PENGGUGAT berada pada PENGGUGAT namun TERGUGAT mengambil
tanpa kesepakatan kedua belah pihak maupun pengadilan. Adapun
PENGGUGAT selalu berniat untuk mengambil anak-anak PENGGUGAT dari
TERGUGAT namun rasa trauma akan kekerasan fisik dan verbal yang pernah dialami
oleh PENGGUGAT membuat PENGGUGAT takut akan mengalaminya kembali.
Selain itu PENGGUGAT juga takut anak-anak mengalami gangguan psikologis karena
TERGUGAT sering kali melibatkan anak-anak dalam permasalahan keluarga yang
tidak semestinya dibebankan kepada anak-anak.
5. Bahwa TIDAK BENAR jawaban TERGUGAT yang mengatakan bahwa dalil
PENGGUGAT mengada-ada karena jelas TERGUGAT menyerahkan urusan anak-
anak kepada istrinya yang sekarang dan jarang mengurus anak-anak hasil pernikahan
TERGUGAT dan PENGGUGAT. Hal tersebut PENGGUGAT ketahui dari
percakapan whatsap antara TERGUGAT dengan PENGGUGAT.
6. Bahwa TIDAK BENAR yang dikatakan TERGUGAT pada jawaban angka 7 karena
fakta yang terjadi PENGGUGAT dibatasi dalam hal waktu menghubungi anak-
anak. Selain itu anak-anak seringkali dilarang berkunjung kerumah orangtua
PENGGUGAT karena alasan yang tidak jelas. PENGGUGAT menolak penyataan
TERGUGAT bahwa “PENGGUGAT sangat banyak alasan untuk tidak menjemput
kedua anaknya” faktanya adalah PENGGUGAT beberapa kali menjemput anak-
anak hanya ketika mendapat persetujuan dari TERGUGAT (menjemput di Parigi
ataupun menjemput di rumah orang tua atau kakak TERGUGAT) dan parahnya lagi
sekarang akses untuk bertemu anak-anak dipersulit dengan TERGUGAT
melarang anak-anaknya bertemu dengan PENGGUGAT.Bahwa PENGGUGAT
menolak jawaban TERGUGAT pada poin 8 karena faktanya adalah anak-anak
PENGGUGAT dan TERGUGAT mengalami kekerasaan fisik maupun psikis seperti
dimarahi di tempat umum, dipukuli dan diancam. Perilaku tersebut telah melanggar
Pasal 5 UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga yang menyatakan bahwa “Setiap orang dilarang melakukan kekerasan
dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan
cara ; a. Kekerasan fisik; b. Kekerasan psikis; c. Kekerasan seksual dan; d. Ak-
3
Penelantaran keluarga dan juga telah melanggar Pasal 76B UU Perlindungan
Anak yang menyatakan bahwa “Setiap orang dilarang menempatkan,
membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan
Kekerasan Terhadap Anak”. Akibat dari perlakuan tersebut anak-anak pernah
berniat untuk kabur dari rumah TERGUGAT. Selain itu anak-anak juga sering
bertengkar dengan saudara-saudara tirinya. Pernyataan TERGUGAT yang menyatakan
bahwa “TERGUGAT tidak pernah tidak melaksanakan kewajibannya jika
TERGUGAT keluar kota dalam menjalankan tugasnya” adalah pernyataan yang
absurd. Sebab, kewajiban seperti apa yang dapat dilakukan oleh TERGUGAT kepada
anak-anak jika berada diluar kota?. Sampai saat ini PENGGUGAT selalu berusaha
untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak dengan rutin menghubungi anak-
anak, menanyakan keadaan dan aktifitas mereka baik di rumah maupun di sekolah,
mengingatkan untuk solat 5 waktu, mengingatkan mereka untuk makan, memberikan
pesan agar mereka saling menjaga satu sama lain, mengirimkan buah tangan untuk
anak-anak. Ketika mereka berada dalam asuhan PENGGUGAT, PENGGUGAT selalu
memperhatikan anak-anak dengan membuat makanan untuk anak-anak, bahkan anak-
anak sering minta PENGGUGAT untuk menyuapi mereka, PENGGUGAT juga masih
memandikan anak-anak dan anak-anak PENGGUGAT DAN TERGUGAT masih tidur
dilengan PENGGUGAT. Melihat kesibukan TERGUGAT, biarlah PENGGUGAT
yang mengurus anak-anak karena PENGGUGAT memiliki waktu yang banyak untuk
mengurus tumbuh kembang anak-anak. Apalagi hal ini juga sudah ditegaskan dalam Pasal
105 KHI menyebutkan bahwa “Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum
berumur 12 tahun adalah Hak Ibunya” Selain itu hal lain yang juga harus menjadi
pertimbangan utama dari persoalan perebutan hak asuh anak, haruslah dikembalikan pada
azas “kepentingan terbaik bagi anak”, sebagaimana diatur dalam UU Perlindungan Anak;
Jika melihat situasi dan kondisi Tergugat, maka sangat sulit membayangkan pemenuhan azas
aquo dapat terlaksana jika ke anak-anak a quo berada di bawah Tergugat. Hal ini terbukti
dari berbagai hal buruk yang mereka alami, seperti kekerasan fisik, sering ditinggal, dan
kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Kondisi ini memang sangat rentan dialami
Tergugat, mengingat posisinya sebagai kepala keluarga dengan istrinya sekarang yang juga
sudah punya anak. Dengan begitu, beban dan tanggungjawabnya tentu akan semakin berat;
7. Bahwa TIDAK RASIONAL dan TIDAK BERALASAN KUAT jawaban
TERGUGAT atas penolakan dalil gugatan PENGGUGAT angka 10. PENGGUGAT
sampaikan bahwa salah satu kewajiban orang tua adalah meliputi melindungi anak-

4
anaknya, mengantar dan menjemput sebagai wujud melindungi anak-anak dari
ancaman kejahatan. Pemberian kasih sayang juga dapat diwujudkan dalam bentuk
dukungan moril kepada anak-anak dengan mengantarkan dan menjemput di dalam
maupun luar aktifitas sekolah. Perlu majelis hakim ketahui bahwa dengan
menggunakan sopir membuktikan beban TERGUGAT sudah terlalu banyak bahkan
untuk mengantar dan menjemput anak saja dialihkan kepada orang lain bagaimana
dengan urusan lainnya, sedangkan tentu kewajiban dan kasih sayang yg dialihkan ke
orang lain terhadap anak-anak jauh berbeda dampaknya terhadap anak-anak. Hal
tersebut jelas membuktikan bahwa yang disampaikan PENGGUGAT telah sesuai
dengan gugatan PENGGUGAT pada point 10.
7. Bahwa TIDAK BENAR DAN MENGADA-ADA jawaban TERGUGAT yang
mengatakan bahwa “PENGGUGAT sangat berlebihan dalam menganggapi
pernikahan TERGUGAT” faktanya adalah PENGGUGAT sangat khawatir akan nasib
anak-anak yang mengalami kekerasaan fisik dan psikis (seperti dimarahi di tempat
umum, dipukul, dan diancam), kekurangan kasih sayang dan perhatian dari
TERGUGAT yang telah menikah dan memiliki 1 (satu) anak kandung dan empat anak
tiri dari istri TERGUGAT.
8. Bahwa TIDAK BENAR jawaban TERGUGAT yang mengatakan bahwa gugatan
PENGGUGAT pada posita angka 12 adalah mengada-ada dan merupakan kebohongan
besar. Faktanya adalah manajemen waktu yang tidak baik membuat anak-anak
kewalahan dengan kegiatan mereka yang mengakibatkan prestasi menurun hal
tersebut karena tidak adanya perhatian akan waktu dan kesehatan anak-anak. Apalagi
anak-anak PENGGUGAT dan TERGUGAT sering mengalami mimisan.
9. Bahwa TIDAK BERDASAR dan TIDAK BERALASAN jawaban TERGUGAT
menolak dalil PENGGUGAT pada angka 13,14,15 dikarenakan:
a. Bahwa dengan ditetapkannya hak pengasuhan anak kepada PENGGUGAT,
PENGGUGAT yakin tumbuh kembang anak akan lebih terjamin. Baik dari segi
pendidikan, perhatian dan kasih sayang.
b. Bahwa dengan ditetapkannya hak asuh anak kepada PENGGUGAT,
PENGGUGAT yakin kebutuhan anak-anak akan perhatian dan kasih sayang dapat
terpenuhi, mengingat ikatan batin yang kuat antara seorang ibu dan anak serta
status single parent PENGGUGAT. PENGGUGAT dapat memastikan anak-anak
akan merasa lebih nyaman tumbuh kembang bersama ibunya.

5
c. Bahwa atas dasar dalil-dalil tersebut di atas, sudah sepatutnya pemeliharaan anak-
anak (hadhanah) berada di bawah pemeliharaan PENGGUGAT mengingat
kebutuhan anak secara jasmani dan rohani juga pendidikan dapat diberikan secara
penuh oleh PENGGUGAT
d. Dalam KHI Pasal 105 dinyatakan bahwa “Pemberian Hak Asuh Anak yang
belum mummayiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak Ibunya”
10. Bahwa atas seluruh dalil-dalil yang telah disampaikan TERGUGAT dalam Eksepsi
dan Jawabannya dalam memori jawab menjawab persidangan ini, menjadi kewajiban
TERGUGAT untuk membuktikan kebenarannya.

Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kami mohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara Perdata No: 592/PDT.G/2018/PA.Pal dapat mempertimbangkan dalil, argumentasi
maupun fakta hukum yang kami kemukakan tersebut di atas, selanjutnya dapat memberikan
putusan sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI:

- Menolak eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya.

DALAM POKOK PERKARA


- Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.
- Membebankan biaya perkara menurut hokum yang berlaku;
SUBASIDAIR
Jika majelis Hakim yang menangani perkara ini berpendapa lain, Mohon kiranyamenjatuhkan
putusan yang seadil-adilnya (ex aequa et bono).

Palu, 12 Desember 2018

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Penggugat

MUH. RASYIDI BAKRY, SH., LLM DEWI RANA AMIR. SH.,M.SI

6
7

Anda mungkin juga menyukai