S DENGAN HIV/AIDS DI
DESA TANGGUNG KECAMATAN PADANG
OLEH :
SRI LESTARI
14201.09.1716
1
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
1. HIV
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk dalam
family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA
penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang panjang.
Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan
utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan
DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu, virus tersebut
menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama
limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia
menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan
sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4
semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)
(KPA, 2007).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara
material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase
2
untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan
patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-
masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi
yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak
menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media
hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi
tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi
baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan
infeksi oportunistik (Zein, 2006).
2. AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem
pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain
(Yatim, 2006).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa
adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut
seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya (Laurentz, 2005).
3
B. ETIOLOGI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini
termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari
HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini
mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat
lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit.
Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana
produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi
pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan
untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas
dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat
menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala
mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
1. Gejala mayor:
2. Gejala minor:
b. Dermatitis generalisata
d. Kandidias orofaringeal
f. Limfadenopati generalisata
4
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala
klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan,
ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala
infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi
seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita
HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar
getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam,
batuk dan pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,
gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang
disebut AIDS. Gejala Minor
Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut
fasenya.
1. Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6 minggu selepas
infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah demam, faringitis,
limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia, penurunan berat badan,
mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis, periferal neuropati, myelopathy,
mucocutaneous ulceration, dan erythematous maculopapular rash. Gejala-gejala ini
muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan
mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada
kontak seksual. Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon
5
sistem imun terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami
limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.
2. Fase asimptomatik
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan
bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit secara langsung
berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang
tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA
virus HIV yang rendah.
3. Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,
gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang
disebut AIDS.
D. PATOFISIOLOGI
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan
sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan
dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120.
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman
ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA
ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi
infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus
HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh
sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4
helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi
antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan
tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius.
6
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel
T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-
300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi
infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
Jika seseorang terinfeksi, semakin cepat dia tahu lebih baik. Pasien dapat tetap sehat lebih
lama dengan pengobatan awal dan dapat melindungi orang lain dengan mencegah transmisi.
Tes-tes ini mendeteksi keberadaan virus dan protein yang menghasilkan sistem kekebalan
tubuh untuk melawan virus. Protein ini yang dikenal sebagai antibodi, biasanya tidak
terdeteksi sampai sekitar 3-6 minggu setelah infeksi awal. Maka jika melakukan tes 3 hingga 6
minggu selepas paparan akan memberi hasil tes yang negatif (Swierzewski, 2010).
7
Tes ELISA dan Western blot dapat mendeteksi antibodi terhadap virus, manakala polymerase
chain reaction (PCR) mendeteksi virus HIV. Tes ini dapat mendeteksi HIV bahkan pada orang
yang saat ini tidak memproduksi antibodi terhadap virus. Secara khusus, PCR mendeteksi
“proviral DNA”. HIV terdiri dari bahan genetik yang dikenal RNA. Proviral DNA adalah
salinan DNA dari RNA virus. PCR digunakan untuk konfirmasi kehadiran HIV ketika ELISA
dan Western blot negatif; dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum antibodi
dapat dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi baru lahir dimana antibodi
ibunya merumitkan tes lain (Swierzewski, 2010).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
2. Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang mengidap
HIV(+) dapatmenularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan
masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa
bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua
pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak.
Obat–obatan tersebut adalah:
8
a. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 14–28
minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka
penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada kehamilan terlambat
sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada
masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari
Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC)
b. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan satu
dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut
dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu
dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi
tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.
c. Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat antiviral,
yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah
seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan
seksual maupun terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan permulaan
pengunaan dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan
status orang yang bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk
memungkinkan orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan untuk mentaati,
kebutuhan untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui
pengujian HIV. Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT dan 3TC
yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai pengunaan
dari Nevirapine sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan
pada hati. Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu
dimulai sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan
bahwa lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan
menjadi lebih besar. PEP tidak merekomendasikan proses terinfeksi secara biasa ke
HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan
efek samping yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman.
d. Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk
mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan
pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi
pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang
terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena
HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak
9
tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks,
2005).
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut diatas penulis mengambil inisiatif untuk menyusun laporan
komprehensif ini dengan mengambil judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S
DENGAN HIV/AIDS DI DESA TANGGUNG KECAMATAN PADANG.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam melakukan asuhan keperawatan Pada pasien
HIV/AID
2. Tujuan Khusus
Laporan ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN HIV /AIDS DI DESA TANGGUNG
KECAMATAN PADANG.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Sebagai informasi lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
mengenai HIV./AIDS
10
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
PRAKTIK KLINIKPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
1.IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.S Suami/ istri/ orangtua
Umur : 46 TH Nama : Ny.J
Jenis kelamin : Laki Pekerjaan : IRT
Agama : Islam Alamat : Tanggung
Suku/ bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa/Indonesia Penanggung jawab
Pendidikan : SMP Nama : Ny.J
Pekerjaan : Swasta Alamat : Tanggung
Status : Kawin
alamat : Tanngung
11
B.Anamnesa Pra Assessment
1. Keluhan utama
Klien mengatakan badan terasa lemas
Genogram
b. Type Keluarga :
12
a) Jenis type keluarga : Keluarga Inti
Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : TN.S mendapat pengobatan HIV Di RSU dr
Haryoto lumajang dan menjalani pengobatan TB Paru.
13
Utama : Gizi harus cukup dan terpenuhi
Kudapan/ makanan ringan :Buah,sayur
Jumlah kalori yang :
dikonsumsi per hari
Makanan pantangan : Tidak ada
Riwayat alergi makanan : Tidak ada
Kebiasaan makan diluar : Tidak
b.Pola minum
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jenis minuman Air putih Air putih
2.Eliminasi
a. ELIMINASI URI
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi BAK/ hari 3x/hr 3x/hr
14
Klien tidak mengalami gangguan pada saat BAK
b.ELIMINASI ALVI
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi BAB 1 x/hr 1 x/hr
Masalah yang ditemukan : Tidak ada keluhan saat buang air besar.
3.Istirahat
15
Lama : 1 jam
Upaya untuk mengatasi :
Gangguan tidur yang dialami saat ini
Jenis
Sulit jatuh tidur Tidak merasa bugar setelah bangun
Sulit tidur lama Lain lain, sebutkan :
Terbangun dini
-
5.Kognitif dan Sensori
Dibayang bayangi tentang penyakit yang dialaminya karena badannya terasa lemas ,
jantungnya berdebar- debar dan pusing.
Stressor jangka panjang : klien takut akan penyakitnya semakin hari tambah berat, dan
selalu dibayangi dengan kematian
16
6.Pola hubungan peran
Tn.S sebagai kepala rumah tangga yang mengatur segala Sesuatu di rumah dan
sebagai ujung tombak mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan , Selama sakit Tn
S. tidak bisa berkerja sehingga yang berperan mencari nafkah adalah .Ny S.selain
17
Inspeksi
a. Bentuk Kepala : Bulat/ Lonjong/ Benjol)
b. Ukuran Kepala : (normocephali / makrocephali/ microcephali)
c. Kondisi Kepala : (Simetris/ Tidak)
d. Kulit Kepala : (Ada Luka/ Tidak), (Bersih/ Kotor), (Berbau/ Tidak),
(Ada Ketombe/ Tidak)
Lainnya......
e. Rambut :
1) Penyebaran/ Pertumbuhan Rambut : Rata/Tidak
2) Keadaan Rambut : Rontok, Pecah-Pecah, Kusam
3) Warna Rambut : Hitam/ Merah/ Beruban/ Menggunakan
Cat Rambut
f. Wajah
1) Warna Kulit Wajah : Pucat/ Kemerahan/ Kebiruan
2) Struktur Wajah : Simetris/ Tidak
3) Sembab : Ada/ Tidak
Palpasi
a. Ubun-Ubun : Datar/ Cekung/ Cembung
b. Benjolan : Ada/ Tidak
4.Pemeriksaan Hidung
Inspeksi
a. Os Nasal & Septum Nasal : Deviasi/ Normal
b. Orifisium Nasal : (Ada Sekret/ Tidak Ada), (Ada Sumbatan/ Tidak Ada)
c. Selaput Lendir : Kering/ Lembab/ Basah (Hipersekresi), (Ada Perdarahan/
Tidak Ada)
5.Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan Palpasi
a. Bentuk Telinga : Simetris/ Tidak
b. Ukuran Telinga : Lebar/ Sedang/ Kecil
c. Kelenturan Daun Telinga : Lentur/tidak
d. Os Mastoid : (Hiperemis/ Normal), (Nyeri/ Tidak), (Benjolan/ Tidak)
19
Inspeksi
a. Lubang Telinga : (Ada Serumen/ Tidak), (Ada Benda Asing/ Tidak),
(Ada Perdarahan/ Tidak), (Membran Timpani Utuh/ Pecah)
b. Gusi dan Gigi : (Normal/ Tidak), (Ada Sisa Makanan/ Tidak), (Ada Caries
Gigi/Tidak. Jika ada caries, uraikan secara rinci ukuran dan mulai
kapan terjadinya)………………………………………
Ada Karang Gigi/ Tidak (Jika ada, uraikan banyaknya dan lokasinya)
……………………………………………………,
Ada Perdarahan/ Tidak (Jika ada, jelaskan sumber perdarahan dan
banyaknya) ………………………………………………, Ada Abses/
Tidak (Jika ada, uraikan sejak kapan, apa penyebabnya dan
lokasinya) ……………………………………
c. Lidah
1) Warna : Merah/ Putih, lainnya……………
2) Hygiene : (Kotor (Ada Bercak Putih/ Tidak)
d. Orofaring : (Ada Bau Napas/ Tidak), ( Ada Peradangan/ Tidak),
(Ada palatoschiziz/ Tidak), (Ada Luka/ Tidak), (Uvula Simetris/
Asimetris), (Ada Peradangan Tonsil/ Tidak), (Ada Pembesaran
Tonsil/ Tidak), (Selaput Lendir Kering/ Basah), (Ada Perubahan
Suara/ Tidak), (Ada Dahak/ Tidak), (Ada Benda Asing/ Tidak)
20
7.Pemeriksaan Leher Inspeksi
dan Palpasi
a. Posisi trachea : Deviasi/ Tidak
b. Kelenjar Thyroid : Ada Pembesaran/ Tidak
c. Kelenjar Limfe : Ada Pembesaran/ Tidak
d. Vena Jugularis : Ada bendungan/ Tidak
e. Denyut Carotis : Adekuat/ Inadekuat
21
c.Secret yang Keluar : Ada/ Tidak, Jenisnya: ..........................................
10.Pemeriksaan Thoraks
Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi Prekordium:
Ictus Cordis:terlihat/tidak
Perkusi
11.Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
22
a.Bentuk Abdomen : Flat/ Cekung/ Cembung
b.Benjolan/ Massa : Ada Benjolan/ Tidak (Jika ada, uraikan tentang bentuk
dan lokasinya) …………………………………………
e. Palpasi Lien:
1) Hasil : Teraba/ Tidak Teraba (jika teraba, uraikan ukuran menurut
garis Schuffner) ........................................................................
14.Pemeriksaan Muskuloskeletal
Inspeksi
a. Bentuk Vertebrae : Normal/ Skoliosis/ Lordosis/ Kifosis/
Kifoskoliosis
Palpasi
a. Edema Ekstremitas : Ada/ Tidak (lokasi jika ada)
b. Kategori Edema (jika ada) : (Tulis hasilnya) …………………………
c. Kekuatan Otot :
24
Lumajang, 21-3-20169
Pemeriksa,
SRI LESTARI
25
ANALISA DATA
an nafsu tubuh
makan
menurun
DO.
Kesadaran :Composmetis
Tekanan Darah : 130/80
mmhg
Nadi : 88x/mnt
Suhu : 36 c
RR : 24 x/mnt
DO.
Kesadaran :Composmetis
Tekanan Darah : 130/80
mmhg
Nadi : 88x/mnt
Suhu : 36 c
RR : 24 x/mnt
Potensial cemas
DS Kurang
Klien mengatakan bahwa paparan
3.
tangan kanan terasa lemah dan sumber
26
lemas informasi
Klien mengatakan dadanya .
berdebar –debar.
DO
Kesadaran :Composmetis
Tekanan Darah : 130/80
mmhg
Nadi : 88x/mnt
Suhu : 36 c
RR : 24 x/mnt
27
DIAGNOSA KEPERAWATAN
28
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NOC DAN INDIKATOR NAMA
DITEGAKKAN / URAIAN AKTIVITAS
NO TANGGAL SERTA SKOR AWAL DAN SKOR DAN TTD
KODE RENCANA TINDAKAN (NIC)
TARGET PERAWAT
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. 21/03/2019 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor kalori dan
nutrisi: kurang dari selama 1x24 jam, diharapkan pasien asupan makanan.
kebutuhan tubuh Tujuan : untuk meningkatkan nutrisi. 2. Tawarkan makanan
berhubungan KH : keseimbangan nutrisi penting untuk ringan dan padat gizi.
dengan kurang mempertahankan intake dan output dalam 3. Lakukan atau bantu
asupan makanan. batas normal. pasien terkait dengan
perawatan mulut
sebelum makan.
4. Monitor
kecenderungan
terjadinya penurunan
dan kenaikan berat
badan.
21/03/2019 Hambatan
2. mobilitas fisik Indikator
NIC HAL 554
berhubungan NOC hal 582-583
Peningkatan Latihan( NIC
dengan Intoleransi
aktivitas 1.Kemampuan dalam melakukan HAL 338)
aktivitas hidup harian
1.Gali hambatan untuk
2.Kekuatan tubuuh bagian atas melakukan akifitas
3.frekuensi nadi ketika bernafas 2.Dukung ungkapan
NOC hal 328-329 perasan mengenal latihan
atau kebutuhan untuk
4. mengidentifikasi hambatan dalam melakukan aktifitas
program latihan
3.Dukung inndividu untuk
5.Melakukan olahhraga secara teratur memulai atau
6.memantau perkembangan melanjutkan latihan
7.menentukan tujuan jangka pendek 4.Libatkan keluarga yang
yang raelistis member perawatan
dalam merencanakan
dan meningktkan
program latihan
DIAGNOSA NAMA
KEPERAWATAN EVALUASI DAN TTD
DITEGAKKAN (PERBANDINGAN SKOR AKHIR PERAWAT
NO IMPLEMENTASI
/KODE TERHADAP SKOR AWAL DAN SKOR
DIAGNOSA TARGET)
KEPERAWATAN
1.
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Nama Pasien :
No. RM :
Dx. Medis :