Perancangan Model Kematangan Pengelolaan Lingkungan Industri Manufaktur
Perancangan Model Kematangan Pengelolaan Lingkungan Industri Manufaktur
net/publication/319236829
CITATIONS READS
0 404
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Quality Initiatives on New Product Development Using QFD-Kano Approach View project
All content following this page was uploaded by Pram Eliyah Yuliana on 23 August 2017.
ABSTRAK
Industri berkelanjutan adalah industri yang dalam operasionalnya selalu
melakukan perbaikan pada tiga bidang yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan.
Pengelolaan di tiga bidang ini harus seimbang agar bisa mencapai keberlanjutan.
Penelitian ini difokuskan pada aspek pengelolaan lingkungan oleh industri dan untuk
memudahkan industri dalam melakukan pengembangan berkelanjutan tersebut
diperlukan suatu panduan yang menunjukkan tingkatan pencapaian pengelolaan
lingkungan. Panduan yang dimaksud adalah suatu model kematangan (Maturity Model).
Perancangan Maturity Model dalam bidang pengelolaan lingkungan harus
memiliki alur yang jelas sehingga memudahkan industri dalam melakukan aplikasi
nantinya. Pada penelitian ini, alur pengelolaan lingkungan akan mengacu pada sistem
industri yang terdiri dari Sistem Manajemen (Internal Perusahaan), Input, Proses,
Output, Eksternalities dan Sistem Transfer. Sistem tersebut dinamakan kriteria. Dari
kriteria yang ada kemudian dibuat sub kriteria dan indikator yang nantinya digunakan
untuk membentuk level kematangan pengelolaan lingkungan oleh industri. Seluruh
indikator yang ada dalam maturity model ini telah divalidasi oleh ahli di bidang
lingkungan (expert judgement). Untuk mengetahui apakah rancangan Maturity Model
ini dapat diaplikasikan pada industri, maka dilakukan pilot study pada 8 (delapan)
industri makanan dan minuman di Surabaya.
Hasil akhir dari penelitian ini nantinya adalah rancangan Maturity Model bidang
pengelolaan lingkungan untuk industri manufaktur di Indonesia.
Kata Kunci: Maturity Model, Expert Judgement, Sistem Manajemen, Input, Proses,
Output, Externalities dan Sistem Transfer.
ABSTRACT
Sustainable industry is an industry that always make improvements in its
operations in three areas, namely social, economic and environmental. Management in
these three areas must be balanced in order to reach sustainability. This research
focused on aspects of environment management by the industry and to facilitate industry
in making sustainable development is needed a guide that shows the level of
environmental achievement. Guide is meant is a model of maturity (Maturity Model).
Design Maturity Model in environmental management field should have a clear
path to facilitate the industry in making the application later. In this study, the flow of
environmental management will refer to industrial system consisting of Systems
Management (Internal Company), Input, Process, Output, Eksternalities and Transfer
System. The system is called a criterion. Of the existing criteria and then created sub
criteria and indicators that will be used to establish the level of maturity of
environmental management by industry. All the indicators are in the maturity model has
been validated by experts in the field of environment (expert judgment). To determine
whether the design maturity model can be applied in industry, the pilot study conducted
in 8 (eight), food and beverage industry in Surabaya.
Final results from this research is the design of Maturity Model in the
environmental field for the manufacturing industry in Indonesia.
Key Words : Maturity Model, Expert Judgement, Management System, Input, Process,
Output, Externalities and Transfer System.
PENDAHULUAN
Dalam memberikan arah dan motivasi bagi industri untuk berkembang dan
menjadi sustainable industry, salah satu pendekatan sistem yang dapat diterima dengan
baik adalah model kematangan (maturity model). Model ini mendefinisikan lima level
peningkatan kemampuan industri dan kematangannya dalam menerapkan suatu hal.
Level pertama adalah AdHoc, level kedua adalah initial, level ketiga adalah repeatable,
level keempat adalah managed dan level kelima adalah optimized. Setiap level memiliki
karakteristik dan definisi yang sangat berbeda (Hillson, 1997).
Sementara itu, beragam maturity model dalam konteks sumber daya manusia
(Curtis et al., 2009), industri konstruksi (Sarshar et al., 1999), marketing (Hutchinson &
Finnemore, 1999), dan optimasi proses bisnis (Susan & Matthew, 2008; Doss &
Kamery, 2006); semuanya didasarkan atas keyakinan yang sama bahwa pengadopsian
maturity model akan memberi imbalan positif pada peningkatan profit organisasi, baik
secara langsung ataupun tidak. Oleh karenanya, kesadaran untuk mengimplementasikan
best practice yang terkandung dalam maturity model telah terbentuk.
Saat ini model tingkat kematangan (Maturity Model) dalam ranah SM
(Sustainable Manufacturing) belum banyak dieksplorasi oleh para peneliti. Riset ini
akan mengkontribusikan desain maturity model dalam pengelolaan lingkungan (yang
merupakan bagian dari SM) dengan mempertimbangkan cara perancangan beberapa
model CMM (Capability Maturity Model) terkemuka. Ini semua akan memberikan
pijakan dan framework dasar yang kuat untuk pengembangan lebih lanjut dari model ini
ke depan .
Konteks perancangan maturity model pengelolaan lingkungan dasarnya adalah
bagaimana menghantarkan produk dan jasa sedemikian rupa dalam cara-cara yang aman
dan ramah lingkungan sehingga industri yang menghasilkan produk dan jasa tersebut
dapat menjadi sustainable industry nantinya. Untuk mengetahui apakah rancangan
maturity model ini bisa digunakan oleh industri untuk menilai tingkat kematangan
industri dalam pengelolaan lingkungan, maka harus dilakukan survei. Industri yang
menjadi obyek penelitian adalah sektor industri yang sedang berkembang pesat, produk
yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, mendapat dukungan penuh dari
pemerintah dan merupakan penghasil limbah (padat, cair dan gas) yang cukup besar di
wilayah penelitian (Bapedalda Propinsi Dati I dan Kanwil Perindag Propinsi Jawa
Timur, 1999). Sektor industri tersebut adalah sektor industri MakMin (Makanan dan
Minuman). Selain itu, industri MakMin yang menjadi obyek penelitian juga lebih
terbuka dalam hal memberikan informasi terkait pengelolaan lingkungan yang
dilakukan selama ini.
METODE PENELITIAN
Metode penelitain yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Studi Literatur
Perumusan Masalah
Pengembangan Model :
- Identifikasi indikator pengelolaan lingkungan
- Perancangan level kematangan pengelolaan lingkungan
Validasi Ahli
Perlu?
Direvisi
Ok
Penyusunan Kuesioner
Survei Industri
- Prosedur Pengumpulan Data
- Pengolahan dan Analisa Data
Intepretasi Data
Sistem Manajemen/Internal
T T
Input Proses Output Consumer
Indikator pengelolaan lingkungan yang telah di setujui oleh para expert adalah :
1. Kriteria internal dengan sub kriteria knowledge adalah Tingkat pengetahuan tentang
peraturan lingkungan yang bersifat lokal, Tingkat pengetahuan tentang peraturan
lingkungan yang bersifat nasional, Tingkat pengetahuan tentang peraturan
lingkungan yang bersifat global, Tingkat pengetahuan tentang perkembangan
teknologi dalam pengelolaan lingkungan, dll.
2. Kriteria input dengan sub kriteria bahan baku utama adalah Karakteristik bahan
baku yang ramah lingkungan, Persentase material yang digunakan, Persentase
material yang didaur ulang, dll.
3. Kriteria proses dengan sub kriteria teknologi proses adalah End of Pipe treatment,
Penggunaan teknologi yang telah memperoleh verifikasi teknologi ramah
lingkungan, Menerapkan metode cleaner production, Melakukan continuous
improvement, dll.
4. Kriteria Output dengan sub kriteria end of life product dan kemasan adalah
Persentase produk yang bisa di reduce, Persentase produk yang bisa di reuse,
Persentase produk yang bisa di recycle, Persentase bahan kemasan yang ramah
lingkungan, dll.
5. Kriteria externalities dengan sub kriteria compliance atau institusional adalah
Aturan pendirian perusahaan terkait pengelolaan lingkungan, Penggunaan/
pemanfaatan air, Pengelolaan limbah cair, dll.
6. Kriteria sistem transfer dengan sub kriteria sistem transfer adalah Upaya pemilihan
model transfer yang ramah lingkungan, Upaya pemilihan rute minimum, speed rate
dan safety untuk pengangkutan dan penurunan barang, Jumlah dampak signifikan
dari sistem transfer yang dilakukan oleh perusahaan, dll.
Rancangan model kematangan pengelolaan lingkungan yang terbentuk adalah :
Tabel 2. Rancangan Model Kematangan Pengelolaan Lingkungan
KRITE SUB LEVEL
KRITERIA INDIKATOR
RIA 0 1 2 3 4 5
1. Tingkat Tidak Mengetahui Mengetahui Mematuhi Mematuhi Mematuhi
pengetahuan tahu tentang tentang peraturan yang peraturan yang peraturan yang
tentang peraturan yang peraturan yang bersifat lokal bersifat lokal bersifat lokal,
peraturan bersifat lokal bersifat lokal dan mengetahui dan nasional, nasional dan
lingkungan tetapi tidak dan peraturan yang serta global
terkait proses melakukan apa- mematuhinya bersifat mengetahui
bisnis apa nasional peraturan global
perusahaan
2. Tingkat Tidak Mengetahui Mengetahui dan Mengetahui dan State of the art Departmen
pengetahuan tahu tentang berencana menerapkan dari teknologi R&D mampu
Knowledge tentang teknologi untuk investasi teknologi proses yang melakukan
teknologi proses yang teknologi proses yang ramah inovasi
proses yang ramah proses yang ramah lingkungan teknologi proses
ramah lingkungan ramah lingkungan serta mengukur yang ramah
lingkungan ingkungan serta keberhasilan lingkungan dan
memberikan pendidikan melakukan
pendidikan ramah peningkatan
ramah lingkungan terhadap
lingkungan yang diberikan pendidikan
kepada seluruh ramah
karyawan lingkungan
1. Adanya Tidak Ada keinginan Melakukan Memasukkan Menjadikan visi Meningkatkan
pengelolaan ada untuk persiapan untuk pengelolaan dan misi pengelolaan
In lingkungan memasukkan memasukkan lingkungan perusahaan lingkungan
dalam visi dan pengelolaan pengelolaan dalam visi dan sebagai sesuai dengan
misi lingkungan lingkungan misi perusahaan indikator visi dan misi
perusahaan dalam visi dan dalam visi dan kinerja perusahaan
misi misi perusahaan lingkungan
perusahaan tapi
belum
melakukan
apapun
2. Adanya Tidak Ada Memutuskan Mengalokasik Monitoring Melakukan
Perencanaan pengelolaan ada keinginan untuk an sejumlah dan mengukur revisi kinerja
Strategi lingkungan untuk memasukkan biaya dalam efektivitas lingkungan
dalam RKAP memasukkan pengelolaan RKAP untuk biaya untuk secara
(Rencana pengelolaan lingkungan pengelolaan pengelolaan periodik dan
Kegiatan dan lingkungan dalam RKAP lingkungan lingkungan membuat
Anggaran dalam RKAP perusahaan anggaran
Perusahaan) tapi belum biaya
melakukan pengelolaan
apapun lingkungan
dalam
perencanaan
RKAP tahun
mendatang
SURVEI INDUSTRI
Survei industri dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan maturity model
pengelolaan lingkungan yang dibuat dapat diaplikasikan pada industri manufaktur.
Untuk itu peneliti memilih sektor industri Makanan dan Minuman (MakMin) karena
sektor industri ini sedang berkembang pesat, produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan
oleh masyarakat, mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan merupakan penghasil
limbah (padat, cair dan gas) yang cukup besar di wilayah penelitian (Bapedalda Propinsi
Dati I dan Kanwil Perindag Propinsi Jawa Timur, 1999). Selain itu, industri MakMin
yang menjadi obyek penelitian juga lebih terbuka dalam hal memberikan informasi
terkait pengelolaan lingkungan yang dilakukan selama ini.
PENGOLAHAN DATA
Hasil survei terhadap industri MakMin yang dijadikan pilot study dapat
direkapitulasi sesuai dengan 2 (dua) bagian kuesioner.
Kuesioner Bagian I
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kuesioner bagian 1 berisi tentang
identitas perusahaan. Berikut ini adalah data industri yang menjadi pilot study.
Tabel 3. Data Industri
No. Nama Industri Kode Industri Alamat
1 PT. Orang Tua Group IBM Panjang Jiwo 48 - 50
2 PT. Bamboe Indonesia IBMk Kedinding Tengah II / 8
3 PT. Ramayana IBMk Dinoyo no. 80 - 82
4 PT. Jili Food Lestari IBMk Kedungsari no. 44 A
5 Jasmine Ice Cream IKMM Dharmahusada Indah Tengah II / 10C-24
6 PT. Carrefour Indonesia IKMMk Bubutan no. 1 – 7
7 Roti Handayani IKMMk Tenggilis Kauman IIA / 10
8 Bon Amy Bakery IKMMk Manyar Kertoarjo VIII / 2
Industri tersebut diatas harus diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan pengolahan data nantinya. Kode industri tersebut adalah :
a. IBM = Industri Besar Minuman
b. IBMk = Industri Besar Makanan
c. IKMM = Industri Kecil Menengah Minuman
d. IKMMk = Industri Kecil Menengah Makanan
Industri yang menjadi pilot study memiliki jumlah karyawan sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah Karyawan
No. Responden Kode Industri Jumlah Karyawan
1 IBM 150
2 IBMk 160
3 IBMk 120
4 IBMk 110
5 IKMM 16
6 IKMMk 31
7 IKMMk 29
8 IKMMk 22
Mengingat bahwa tujuan utama dari penelitian ini adalah merancang model
tingkat kematangan pengelolaan lingkungan industri manufaktur, maka pengolahan data
dilakukan hanya untuk mengetahui sampai dimana tingkat kematangan pengelolaan
lingkungan yang dilakukan oleh industri MakMin yang menjadi obyek penelitian dan
akhirnya dapat diketahui apakah rancangan model tingkat kematangan pengelolaan
lingkungan ini bisa diaplikasikan atau tidak.
Hasil pengolahan data untuk setiap indikator adalah sebagai berikut :
1. Indikator 1 (Tingkat pengetahuan tentang peraturan lingkungan terkait proses bisnis
perusahaan).
Tabel 7. Tingkat Kematangan Indikator 1
Count
Indikator 1
level 3 level 4 Total
Kode IBM 1 1
Industri IBMk 3 3
IKMM 1 1
IKMMk 2 1 3
Total 3 5 8
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai perancangan model
kematangan pengelolaan lingkungan oleh industri adalah sebagai berikut :
1. Indikator pengelolaan lingkungan yang terbentuk adalah pada kriteria internal
perusahaan terdapat 4 (empat) sub kriteria dan 14 (empat belas) indikator. Kriteria
input terdapat 3 (tiga) sub kriteria dengan 10 (sepuluh) indikator. kriteria proses
terdapat 1 (satu) sub kriteria dengan 1 (satu) indikator. Kriteria output terdapat 3
(tiga) sub kriteria dengan 8 (delapan) indikator. Kriteria externalities terdapat 3
(tiga) sub kriteria dengan 4 (empat) indikator. Dan kriteria sistem transfer terdapat 1
(satu) sub kriteria dengan 2 (dua) indikator. Sehingga total indikator yang terbentuk
adalah 39 (tiga puluh sembilan) indikator.
2. Perancangan instrumen self-assesment perusahaan pada model level kematangan
mengadopsi pada Risk Management Maturity model milik Hillson yang kemudian
digunakan oleh Indrajit dalam penelitiannya dengan parameter berikut ; level 0
adalah Ignore, level 1 adalah AdHoc atau Aware, level 2 adalah Initial atau Plan,
level 3 adalah Repeatable atau Execute , level 4 adalah Managed atau Measure,
level 5 adalah Optimized atau Excel.
3. Aplikasi rancangan model kematangan pengelolaan lingkungan pada 8 (delapan)
industri MakMin di Surabaya ternyata tidak ada kesulitan yang dialami. Bahkan
rancangan model kematangan tersebut dapat dipahami oleh responden walaupun
untuk membuktikan kesesuaian antara upaya pengelolaan lingkungan yang
dilakukan dengan jawaban yang diberikan masih sulit.
DAFTAR PUSTAKA