PENDAHULUAN
2.1.2. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2.1.3. Etiologi
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Febrianti|Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe I 4
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2.1.4. Patofisiologi
Pada Diabetes Melitus tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
Febrianti|Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe I 5
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
DM tipe I DM tipe II
Defisinsi Insulin
2.1.6. Komplikasi
1. Penglihatan kabur
2. Penyakit jantung
3. Penyakit ginjal
4. Gangguan kulit dan syaraf
5. Pembusukan
6. Gairah seks menurun
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabetes jangan
sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke
laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa
berakibat pada gangguan pembuluh darah
gangguan pembuluh darah otak (stroke),
pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Febrianti|Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe I 8
Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi
serta saluran kemih.
2.1.7. Penatalaksanaan
Pengobatan Diabetes milittus yang secara langsung terhadap kerusakan
pulau-pulau Langerhans di pankreas belum ada. Oleh karena itu pengobatan untuk
penderita DM berupa kegiatan pengelolaan dengan tujuan :
a. Menghilangkan keluhan dan gejala akibat defisiensi insulin ( gejala DM )
b. Mencegah komplikasi kronis yang dapat menyerang pembuluh darah,
jantung, ginjal, mata, syaraf, kulit, kaki dsb.
Tindakan pengelolaan yang dilakukan :
c. Menormalkan kadar glukosa, lemak, dan insulin di dalam darah serta
memberikan pengobatan penyakit kronis lainnya. Langkah yang dilakukan
terutama : Diet; Mengurangi kalori dan meningkatkan konsumsi vitamin.
aktivitas fisik; olahraga teratur, pengelolaan glukosa dan meningkatkan
kepekaan terhadap insulin.
d. Obat-obat hipoglikemia oral : Sulfonylurea untuk merangsang pankreas
menghasilkan insulin dan mengurangi resistensi terhadap insulin.
e. Terapi insulin
Tanaman obat memiliki kelebihan dalam pengobatan DM karena
umumnya tanaman obat memiliki fungsi konstruktif yaitu membangun
kembali jaringan-jaringan yang rusak serta menyembuhkan penyakit
komplikasi yang lain.
Dengan demikian dari tanaman obat diharapkan :
f. Perbaikan kerusakan fungsi pankreas
g. Peningkatan efektifitas insulin yang dihasilkan
h. Penyembuhan penyakit komplikasi akibat DM
i. Seksualitas
a. Nyeri akut b/d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
menggunakan glukosa (tipe 1)
c. Defisit Volume Cairan b/d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan
d. Perfusi jaringan tidak efektif b/d hipoksemia jaringan.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
4 Perfusi jaringan tidak efektif b/d Tujuan : - perawatan sirkulasi: insufisiensi arteri:
hipoksemia jaringan ( D.0009 ) • Status Sirkulasi : Aliran darah yang meningkatkan sirkulasi arteri
tidak obstruksi dan satu arah pada - perawatan sirkulasi: insufisiensi vena :
Defenisi :penurunan sirkulasi darah tekanan yang sesuai melalui pembuluh meningkatkan sirkulasi vena
ke perifer yang dapat mengganggu darah besae sirkulasi sistemik dan -pencegahan sirkulasi : melindungi area
kesehatan pulmonal terlokalisai yang mengalami perfusi yang
- diabetes mellitus
-hipertensi
-gaya hidup kurang gerak
- merokok
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Identitas Pasien
Seorang pasien perempuan bernama Ny. H, berumur 71 Tahun, agama Kristen, suku
Batak, pekerjaan PNS Pertamina, alamat rumah Jl. Air Bersih, komp. Pertamina blok IV
Medan, tanggal masuk rumah sakit 25 mei 2018 di ruangan/kutilang S-1, No. Register
08.09.96, Diagnosa Medis Diabetes Melitus (DM) Tp.I, dan penulis mengkaji pasien tanggal
28 Mei 2018. Penanggung jawab pasien Tn. C, berumur 73 Tahun, agama Kristen, suku
Batak, alamat rumah Jl. Air Bersih, komp. Pertamina blok IV Medan, hubungan dengan
pasien adalah Suami.
C. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien merasa kesakitan pada kaki yang bengkak.
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat meringis kesakitan karena pembengkakkan pada kaki, lemas, dan
susah untuk menggerakkan kaki bagian kanan.
D. Region
Febrianti|Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe I 23
1. Dimana lokasinya
Klien mengalami sakit pada kaki bagian kiri.
2. Apakah menyebar
Tidak, karena rasa sakit hanya dirasakan pada kaki bagian kiri.
F. Time
Penyakit klien timbul + 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Laki-laki Meninggal
= Perempuan Meninggal
= Klien/pasien
= Tinggal serumah
Pols : 90 x/menit
Temp : 39o C
RR : 20 x/menit
BB sebelum : 55 kg
BB sesudah : 40 kg
Kesadaran : Composmentis
B. Pemeriksaan Persistem
- Kepala dan rambut : Simetris, tidak ada benjolan, ubun-ubun tidak lunak
jika ditekan, penyebaran rambut rata, kurang bersih
dan bau.
- Mulut dan tenggorokan : Fungsi pengecapan kurang baik lidah tampak kotor,
bibir pucat dan terkelupas, jumlah gigi lengkap.
Keadaan bibir sariawan pada leher tidak ada
kelainan, tidak dijumpai adanya pembesaran kelenjar
gondok.
C. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran: GCS: 15, E: 4, M: 6, V: 5
2. Nervus Cranialis:
E. Pemeriksaan Penunjang
GINJAL :
Ureum Mg/dL 100,70 <50
Creatinin Mg/dL 9,38 0,70-1,20
ELEKTROLIT :
Natrium mEq/L 125 135-155
Kalium mEq/L 4,1 3,6-5,5
Klorida mEq/L 97 96-106
HEMATOLOGI :
Intoleransi aktivitas
Perfusi jaringan perifer tidak efektif 09.00 WIB Mengkaji Vitalsign dgn hasil : T/D S : klien mengatakan masih sakit
b/d adanya pembengkakan pada 130/80 mmHg, Pols 90 x/i, RR 20 pada bagian kaki yang bengkak.
ekstremitas bawah bagian kiri d/d x/i, Temp. 390 C
klien mengatakan kaki bengkak 09.40 WIB Mengkaji pembengkakan pada kaki O: - klien tampak meringis
dan sakit, KGD: 200mg/dl, dan Hasilnya: kaki bengkak sebelah kiri dari kesakitan
adanya pembengkakan pada kaki telapak kaki sampai lutut. - KGD: 180 mg/dl
Febrianti|Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe I 38
bagian kiri. 10.00 WIB Membersihkan kaki yang bengkak A : masalah sebagian teratasi
dengan cairan NaCl 0,9%.
11.00WIB Melakukan kompres dengan air hangat P : rencana tindakan
pada kaki yang bengkak. dipertahankan dan dilanjutkan.
11.15 WIB Memberikan posisi kaki yang aman dan - Pemberian furosemid 40 mg/
terhindar dari tekanan 8 jam
11.30 WIB Memberikan posisi kaki lebih tinggi - Kompres kaki yang bengkak
dari kepala dengan air hangat.
13.00 WIB Memberikan furosemid 40 mg/8 jam.
Dinas sore
14.30 WIB Mengkaji Vitalsign dgn hasil :
Dinas Malam
20.30 WIB Mengkaji Vitalsign dgn hasil :
T/D 120/80 mmHg, Pols 80 x/i,
RR 20 x/i, Temp. 370 C
21.00 WIB Mengkaji tingkat kekuatan otot pada
kaki klien. Hasilnya: klien sudah
dapat menggerakakan kaki.
21.30 WIB Melatih klien untuk
menggerakkan/mengangkat
ekstrimitas bawah sesuai
kemampuan minimal 3x sehari.
22.00 WIB Mengatur posisi klien dengan
kaki lebih tinggi dari kepala.
Mengubah posisi tubuh setiap 2
22.30 WIB jam.
Dinas Malam
20.10WIB Mengkaji Vitalsign dgn hasil : T/D
120/80 mmHg, Pols 80 x/i, RR 20
x/i, Temp. 370 C
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan
dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di
Rumah Sakit Umum Herna Medan. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai
dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
4.1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan
data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan,
karena pasien dalam keadaan sadar walaupun masih merasakan kaki bengkak dan sakit.
1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya sariawan di bibir
d/d klien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri di bagian bibir dan sakit
kemudian terlihat pecah pecah, porsi makanan yang dihabiskan ½ / makan dan
BB ↓ 10 kg
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah bagian kiri d/d klien mengatakan kaki bengkak dan sakit, KGD:
200mg/dl, ekrimitas dingin dan area berwarna biru
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas d/d klien mengatakan susah
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, kaki bengkak, kaki sulit untuk
digerakkan, bedrest, T/D: 130/80 mmHg, Pols: 90x/menit, Temp: 39oC dan
RR: 20x/menit
4.3. Intervensi
4.4. Implementasi
Pada dasarnya dalam tahap pelaksaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang
disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik berkat
adanya kerjasama yang baik antara penulis dan klien, keluarga klien dan tim medis juga
tersedianya fasilitas yang memadai.
4.5. Evaluasi
Merupakan proses pencapain tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga klien,
dokter dan perawat ruangan, sehingga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas,
disamping itu klien memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya sariawan di bibir
d/d klien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri di bagian bibir dan sakit
kemudian terlihat pecah pecah, porsi makanan yang dihabiskan ½ / makan dan
BB ↓ 10 kg
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah bagian kiri d/d klien mengatakan kaki bengkak dan sakit, KGD:
200mg/dl, ekrimitas dingin dan area berwarna biru
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas d/d klien mengatakan susah
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tidak bisa berdiri sendiri, mandi
sendiri, kaki bengkak, kaki sulit untuk digerakkan, bedrest, T/D: 130/80
mmHg, Pols: 90x/menit, Temp: 39oC dan RR: 20x/menit