Makalah Bu Lisa
Makalah Bu Lisa
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah
MAKALAH.dengan.tepat.waktu.Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah
makalah dengan judul "PERDARAAN PERVAGINAM PADA MASA NIFAS",
yang..menurut..saya..dapat..memberikan..manfaat..yang...besa...bagi..kita.untuk.mem
pelajari.apa.yang.belum.kita.ketahui.
Melalui kata pengantar ini lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40 - 60%)
kematian ibu melahirkan di Indonesia. Insiden pendarahan akibat persalinan salah
satunya disebabkan oleh atonia uteri. Perdarahan postpartum adalah sebab penting
kematian ibu ; ¼ dari kematian ibuyang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan
postpartum, atonia uteri, plasenta previa,solution plasenta, kehamilan ektopik, abortus
dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahanpostpartum. Atonia uteri merupakan
penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%),dan merupakan alasan paling
sering untuk melakukan histerektomi peripartum.
Kontraksiuterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan
setelah melahirkan.Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Indonesia
tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih tinggi.Selain
faktor kemiskinan dan masalah aksesiblitas penanganan kelahiran, 75%hingga 85%
kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat perdarahan. Padahal
90% dari kematian itu bisa dihindari.
Walau kebanyakan ibu sudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan
kesehatan secara teratur, namun70% persalinan masih terjadi dirumah. Masalahnya,
sangat sedikit pihak yangmengetahui diagnosis dan pengelolaan perdarahan akibat
keadaan darurat ini.Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian
ibu dapat ditekan.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika..uterus...tidak..berkontraksi..maka..rujuk..segera..Jika....perdarahan terus
berlangsung setelah dilakukan kompresi:
Penatalaksanaan
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasikan laserasi dan
sumber perdarahan
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic
Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan, kemudian ikat
dengan benang yang dapat diserap
Lakukan penyatuan luka mulai dari bagian yang paling distal
terhadap operator
2) Perlukaan Vulva
a. Robekan vulva
Jika diperiksa sering terlihat robekan – robekan kecil pada labium
mius, vestibulun atau belakang vulva. Jika robekan tidak menimbulkan
perdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan – tindakan apa –
apa tetapi jika luka robekan agak besar dan banyak berdarah, perlu
dilakukan penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan.
b. Hematona vulva
Etiolog
Robeknya pembuluh darah, terutama vena yang terletak di bawah kulit
alat kelamin luar dan selaput vagina
Pecahnya varises yang terdapat dinding vagina dan vulva
3) Robekan..Dinding..Vagina
4) Robekan Serviks
5) Ruptor Uteri
3. Retensio Plasenta
. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
Penemuan secara dini hanya di mungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan
lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan
perdarahan setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus :
a) Penemuan secara dini hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan
lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan
perdarahan setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus.
b) Berikan antibiotika (sesuai intruksi dokter) karena perdarahan juga merupakan gejala
metritis. Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjukan 3x1 g oral
dikombinasi dengan metrodinazol 1 g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg oral
c) Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan) (bila serviks terbuka) dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase (dilakukan oleh
dokter obgyn)
d) Bila kadar HB < 8 g/dL berikan transfusi darah. Bila kadar HB > 8 g/dL, berkian sulfas
ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (sesuai petunjuk dokter kandungan).
5. Inversio plasenta
Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri )
memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum
uteri,bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah
luar.
Penyebab inversio plasenta :
1) Secara spontan :
Grandemultipara
Atonia uteri
Kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah,kanalis servikalis
longgar
Tekanan abdominal yang tinggi (misalnya mengedan dan batuk )
2) Karena tindakan :
Firasat Crede yang berlebihan
Tarikan tali pusat
manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan plasenta
pada dinding rahim.
Karna tindakan atraksi pada tali pusat yang berlebihan yang belum lepas
dari dinding rahim
PENATALAKSANAAN
Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong
rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam
menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
Bila telah terjadi maka terapinya :
90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan “life-
threatening”.
Bila terjadi syok atau perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus intravena
cairan elektrolit dan tranfusi darah.
Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan
maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
Segera lakukan tindakan resusitasi.
Bila plasenta masih melekat, jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu
perdarahan hebat .
Lakukan tindakan resusitasi dengan cara : Tangan seluruhnya dimasukkan ke
vagina sedang jari tengah dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks uteri
yang mungkin sudah mulai menciut, telapak tangan menekan korpus perlahan-
lahan tapi terus menerus kearah atas agak kedepan sampai korpus uteri melewati
serviks dan inversion.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Masa nifas ( puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil).Selama masa pemulihan tersebut berlangsung,ibu akan banyak mengalami
perubahan,naik fisik maupun fisiologis.
Perdarahan pervaginam yaitu perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bersalin.
Saran
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
kami dapat membuat makalah lebih baik kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA