Anda di halaman 1dari 7

2.

3 Etiologi penyakit pada cerebellum8

Vaskular: stoke atau serangan iskemik (TIA)

Biasanya berhubungan dengan batang otak


Infrak dari cerebellar inferor posterior cerebellar arteri karena syndrome medulary lateral
(wallenberg’s syndrome) dengan hemiataxia, vertigo, disatria, ptosis dan miosis
Ruang: Perbesaran massa pada cerebellum mungkin obstruksi akibat obtruksi aliran CSF, karena
hidrosefalus dan meningkatnya tekanan intrakranila. Cerebellar tonsil dapat terjadi dengan
cepat , akibat henti pernapasan

Hidrosefalus
Tumor fossa posterior atau abses
Nutrisi:

Defisensi tiamin-encephalopathy wernicke’s ( ataxia dan oftalmoplegia) memerlukan


treatment urgent thiamin
Devisiensi vitamin E (termasuk sebuah kelainan gentik)
Sensif gluten (ataksia gluten):
Disfungsi neurologi dapat hanya bermanifestasi dari coeliac disease dan pada situasi ini,
khas seperti pada ataksia cerebellar, kurang lebih neuropati peripheral.
Gejala intestinal dan perubahan histology mungkin tak tampak

Defisiensi zink (jarang terjadi)


Infeksi:
Bakteri: meningoensefalitis atau intracranial abses
Virus: infeksi akut (varisela); infeksi kronis seperti HIV; post sindrom viral (seperti post
infeksi cerebellar sindron pada anak)
Infeksi parasit (contohL: toxoplasma, falciparum malaria, lyme disease)
Creutzfelt-jakop disease (CJD)
Toxin: alcohol, merkuri, keracunan logam berat
Obat-obatan: Barbiturat, penitoin, piperazine, antineoplastic drugs dan deferiprone
Trauma
Multiple sklerosis
Paraneoplastik cerebellar degenasi:
Penyakit cerebellar terjadi dengan kanker, tapi karena ganguan otak sekunfer; mungkin
berhubungan dengan antibody
Itu dapat terjadi pada beberapa penyakit kanker tapu paling sering pada kanker paru-paru,
ginekologi dan kanker payudara serta hodgkin’s limfoma
Genetik: sejumlah cerebellar ataxia:
Beberapa terjadi pada orang dewasa
Contohnya pada ataksia fredreich (paling sering terjadi dan ataksia tangensial
Metabolic dan endokrin:
Cerebral odem dari hiposia kronik
Wilson disease
Hypotiroid
Gangguan inherediter contohnya leigh’s disease dan mitokondria disorder
Kongenital: berhubungan dengan developmental animali dan cerebral palsy
Gangguan metabolic dan idiopatik cerebellar ataksia

2.4 Lesi Cerebellum

Cerebellum berhubungan dengan control motorik, lesi yang menyebabkan gangguan gerak
(ataksia). Ini berbeda perjalanan penyakitnya. Lesi pada midline vemis dari cerebellum karena
truncal ataksia, sementara lesi dari hemisfer cerebelar karena ataksia dari sisi ipsilaterlar. Ataksia
dapat sulit didiagnosis pada anak-anak.9 Berikut macam-macam ataksia yang sering terjadi pada
pasien:

Gait ataksia: pasien akan sering berdiri dengan posisi berjauhan dan karena sering takut
untuk berdiri. Pasien cenderung mengarah dari sisi pada lesi unilateral, atau dari sisi ke
sisi jika pusat atau bilateral. Berjalan sepanjang sebuah garis pada lantai menunjukan
derajat dari gait ataksia.10
Truncal ataksi: pasien tidak dapat duduk atau berdiri tanpa bantuan dan cenderung untuk
jatuh ke belakang. Ini mungkin disebabkan oleh lesi midline cerebelar, atau mungkin
menjadi cirri dari syndrome post cacar air. Trunkal tremor mungkin jelas pada tubuh dan
kepala.
Limb ataksia: lesi dari hemisfer cerebellar karena tanda ipsilaterlar. Kadang lengan
cenderung hiperpronasi saat istirahat dan sedikit pada level yang tinggi pada sisi yang
tidak efektif. Dan dan menjulang ke atas jika lembut ditekan ke bawah dan kemudian
tiba-tiba dilakukan pemeriksaan oleh pemeriksa. finger-nose and heel-kneeshin tests akan
menunjukkan ataksia ringan pada tungkai, dengan terminal tremor niat dan dysmetria
(past pointing).
Ataksia akut: baik karena perdarahan serebelar atau infark. Perdarahan menyajikan
dengan oksipital sakit kepala, vertigo, muntah dan gangguan kesadaran.
Ataksia subakut mungkin disebabkan oleh:
infeksi virus- anak-anak 2-10 tahun; menyajikan pireksia, tungkai dan gait ataksia,
disatria muncul lebih dari beberapa jam hingga hari; dapat berlangsung hingga 6 bulan
dan dapat sembuh.
setelah infeksi ensefalomielitis- umumnya berhubungan dengan infeksi varisela tahi
organism lain mungkin bisa berhubungan.
infeksi lainnya – hidrosefaly,tumor fossa posterior , abses, infeksi parasit dan keracunan.
Ataksia episodeik: episode dari ataksia yang menetap beberapa menit hingga jam.
Mungkin terjadi suatu keanehan dan mungkin misdiagnosis sepertiberasal dari penyakit
saraf. Berbagai penyebab yaitu: pengaruh obat - obatan, multiple sclerosis, dan TIA.
Ataksia progresif kronik : Umumnya disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol kronis
yang berhubungan dengan malnutrisi, dapat meningkatkan dengan tiamin, dan Juga dapat
terjadi dengan kekurangan lainnya, termasuk zinc dan vitamin E.

Lesi di neocerebellum dapat memberikan gejala-gejala sebagai berikut :

Hipotonia: otot kehilangan kemampuan untuk melawan jika otot dimanipulasi secara
pasif. Pasien akan berjalan sempoyongan. Disebabkan oleh karena hilangnya pengaruh
fasilitas cerebellum terhadap stretch reflex.

Disequilibrium: kehilangan keseimbangan oleh karena tak ada kordinasi kontraksi otot
skelet.

Dissynergia: kehilangan koordinasi kontraksi otot, meliputi :

Disarthria : Penyakit serebelum dapat menghasilkan pidato berbicara tergagap. Bicara


tersendak-sendak dengan dengan suku kata terpisah dapat dibuktikan dengan meminta
pasien untuk mengulang kata-kata.10

Distaxia : tak bisa mengkoordinasikan kontraksi otot skelet

Dismetria : salah menafsir jarak, disebabkan karena kontraksi otot tidak di rem oleh otot-
otot antagonis. Tak mampu menghentikan gerakan pada titik yang diinginkan.

Disdiadokokinesis : tak mampu mengubah gerakan dengan cepat, disebabkan karena


adanya kontraksi dan relaksasi yang lambat atau berlebihan.(ex: dari fleksi ke extensi).

Intentio Tremor : tremor di tangan bila hendak melakukan sesuatu gerakan bertujuan.
Tremor ini terjadi karena ada gangguan dalam koordinasi gerakan, penderita sadar dan
berusaha untuk mengoreksinya. Tremor ini lebih tepat disebut sebagai tremor ataksik.

Titubasi : tremor yang ritmis pada kepala dengan kecepatan 3-4 kali per menit dapat
menyertai lesi cerebellum bagian tengah.

Nystagmus : bola mata distaxia kiri dan kanan, karena suatu iritasi vestibuler fiber atau
oleh karena penekanan nucleus vestibuler.
Gangguan pada mata : bisa berupa skew deviation dimana terjadi deviasi ke atas dan
keluar dari bola mata pada sisi yang berlawanan dengan lesi dan deviasi ke bawah dan ke
dalam dari bola mata pada sisi lesi.

Gerakan Rebound : ketidakmampuan mengontrol gerakan. Contoh: kalau lengan bawah


difleksikan dengan pasif, kalau dilepas lengan tersebut akan memukul dada.

Sindroma hemisfer cerebellaris : rusak satu hemisphaerum cerebella, Gejala : Distaxia


dan hipotonia anggota badan ipsilateral. etiologi : neoplasma dan infark.

Sindroma vermis rostralis : rusak lobus anterior, gejala : distaxia kaki dan truncus,
etiologi : keracunan alkohol, terjadinya degenerasi bagian anterior vermis.

Sindroma vermis caudalis : rusak lobus posterior dan flocculonodularis, gejala : distaxia
truncus sehingga tak mampu berdiri tegak dan nystagmus etiologi : Tumor.

Sindroma pancerebellaris : rusak pada kedua hemisphaerum cerebellaris, gejala : bilateral


distaxia, disarthria, nystagmus, hipotonia, etiologi : degenerasi, multiple sclerosis,
keracunan alcohol.

B. Lesi di paleocerebellum dapat memberikan gejala-gejala gangguan sikap tubuh dan tonus otot.

C. Lesi di archicerebellum dapat memberikan gejala-gejala berupa ataksia trunkal, yaitu dimana
penderita bila disuruh duduk tampak badannya bergoyang. Disamping itu dapat juga
memberikan gejala berupa vertigo dimana penderita merasa sekitarnya atau badannya
bergoyang.

2.5 Penyakit-penyakit pada cerebellum:11

Cerebellar agenesis
Rhombencephalosynapsis
Cerebello-cortical Heterotopia in the Dentate Nucleus
Phontocerebellar hypoplasia
Cerebelar hypoplasia
Dandy–Walker Syndrome
Joubert Syndrome
Pontocerebellar Hypoplasia
Cortical Dysplasias
Dysplasia of the Cerebellum with Extreme Hydrocephalu
2.6 Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang, dan Penatalaksanaan
Pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien adalah:

Dapat dilakukan pemeriksan pergerakan bola mata untuk melihat apakah terdapat
oftalmoplegia atau nistagmus.
Pemeriksaan funduskopi, dilakukan evaluasi apakah terdapat papil odem
Mengulang beberapa kata untuk mengidentifikasi kelainan disatria pada pasien
Dilakukan finger-nose test
Memeriksa kekuatan otot pasien, tonus otot dan refleks-refleks baik fisiologis maupun
patologis
Meminta pasien untuk duduk dengan lengan dilipat untuk mengidentifikasi adanya
kelainan trukal ataksia
Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis kerja dan menyingkirkan
diagnosis banding yaitu dengan melakukan pemeriksaan:

Laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, kolesterol, protein elektroforesis,


immunoglobulin, dan sebagainya.
Electroencephalogram (EEG)
Electromyogram (EMG)
Pemeriksaan radiologi: CT-SCAN dan MRI (tergantung penyebab yang mendasari)
Terapi dan prognosis dari kelainan pada cerebellum berdasarkan penyebab dari kelainan
pada cerebellum. Misalnya pada penyakit ataksia episode disfungsi cerebellar dikurangi
dengan pengobatan acetazolamide. Perkembangan ataksia pada beberapa pasien telah
diperlambat juga dengan pemberian amantadine. Baclofen dalam dosis rendah dapat
mengurangi kelenturan kaki. agen GABAergic seperti clonazepam, beta-blocker seperti
propranolol, atau primidone dapat mengurangi tremor yang dialami oleh pasien.

BAB III PENUTUP

Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum menempati fosa kranialis
posterior dan diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan dura mater yang
memisahkannya dart lobus oksipitalis serebri. Suatu gerakan volunter akan melibatkan
cerebellum (untuk penyusunan konsep gerakan), sistem penglihatan (untuk memberi informasi
tentang usaha yang harus dibuat dan pengarahan urutan gerakan), sistem motorik (sebagai
pelaksana), sistem sensorik (sebagai monitor), dan cerebellum (sebagai pengawas, pengatur dan
pengarah informasi). Disini akan dibahas tentang fungsi dan gangguan dari cerebellum yang
dianggap sebagai pusat koordinasi. Cerebellum rentan untuk mengalami penyakit yang tidak
spesifik itu efek dari area lain dari system saraf pusat. Gangguan pada cerebellum dapat
disebabkan idiopatik degeneration, neoplasma, infeksi, gangguan vascular, trauma dan
metabolic disorder. Yang paling menonjol dari destruksi cerebellar adalah tipe dari inkoordinasi
atau kekakuan pergerakan yang disebut dengan ataksia.

Daftar Pustaka

Marien P, Engelborghs S, De Deyn PP. Cerebellar neurocognition: A new avenue. Acta


Neurol Belg.2001; 101: 96–109.
Reeber SL, Otis TS, Silitoe RV. New roles for the cerebellum in health disease.2013;7:1-
11.
Bastian AJ. Moving, sensing and learning with cerebellar damage. Curr Opin
Neurobiol.2011;21: 596–601.
Lechtenberg, R: Signs and Symptoms of Cerebellar Disease. Chapter 4. In Lechtenberg, R (ed):
Handbook of Cerebellar Diseases, Marcel Dekker, New York, 1993.
Handel B, Thier P, Haarmeier T (2009) Visual motion perception deficits due to cerebellar
lesions are paralleled by specific changes in cerebrocortical activity. J Neurosci 29:15126 –
15133.
Duus, Topical Diagnosis in Neurology : Anatomy, Physiology, Signs & Sysmptons, 4th ed.
Thieme.2005
Voogd J (2003) The human cerebellum. J Chem Neuroanat26:243–252
National guifeline clearinghouse.Ataxia.2012 [cited 2016 Dec 7]. Available from:
https://www.guideline.gov/summaries/summary/37932.
Fogel BL. Childhood cerebellar ataxia. Child neurology. 2012; 27: 1-14.
Schmahmann JD. Disordes of the cerebellum: ataxia dysmetria of thought, and the cerebellar
cognitive affective. Neuropsychiatry. 2004; 16: 367-78.
Donkelaar HJ, Lammens M, Wasseling P, Hori A. Development and developmental disorder of
human cerebellum. 2009; 36: 513-30.

Anda mungkin juga menyukai