PMBHSN

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah
penyajiannya didasarkan pada suatu teori psikologi belajar yang saat ini
masih dikembangkan oleh ahli pendidikan. Kemampuan memahami teori-
teori belajar ini merupakan salah satu kompetensi pedagogik guru,
sehingga guru mampu mengembangkan pembelajaran yang memuat tiga
macam aktivitas, yaitu eksplorasi, klarifikasi, dan refleksi.
Belajar tentang Secara garis ada dua arus besar dalam
perkembangan teori belajar, yaitu aliran Behaviorisme dan aliran Kognitif.
Dua aliran ini memiliki dua pijakan berpikir yang sangat jelas
perbedaannya. Aliran behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan
tingkah laku, sehingga belajar merupakan rangkaian aktivitas mengelola
stimulus untuk mendapatkan respon yang diinginkan, sedangkan aliran
kognitif memandang belajar sebagai perubahan struktur kognitif. Cara
pandang tentang proses belajar tentunya akan mempengaruhi bagiamana
cara guru mengajar. Dari dua aliran teori belajar tersebut lahirlah
pendekatan belajar, model pembelajaran, strategi pengajaran, hingga
metodenya. Begitu pentingnya pengetahuan tentang teori belajar ini bagi
guru, sehingga guru mampu merancang pembelajarannya sesuai dengan
materi yang hendak dikembangkan, level pengetahuan siswa, dan teori
belajar yang dirujuk.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
antara lain:
1. Apa pengertian dari Derajat (Degree)?
2. Apa itu titik terisolasi, titik anting/ujung, dan graf nol?

1
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan masalahnya
antara lain:
1. Agar dapat mengetahui tentang pengertian tentang derajat (degree)
2. Agar dapat mengetahui tentang titik terisolasi, titik anting/ujung dan
graf nol.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Derajat (Degree)
Jumlah atau banyaknya sisi yang menempel dengan suatu titik vi
(Loop dihitung dua kali) disebut derajat (Degree) dari titik tersebut di
notasikan d (vi ) . derajat suatu titik sering juga disebut valensi dari titik

tersebut. Derajat minimum dari graf G dinotasikan dengan  (G ) dan


derajat maksimumnya dinotasikan dengan  (G ) .

Sebagai contoh, dalam gambar 5.1 d (v1 ) = d (v3 ) = d=3, d (v2 ) =4 dan d (v5 )

=1. Jadi,  (G ) =1 dan  (G ) =4.


Selanjutnya pandang sebuah garf G dengan m sisi dan n titik : v1, v2,............vn

karena tiap sisi menyambungkan dua derajat, maka jumlah derajat dari
semua titik dalam G sama dengan dua kali jumlah sisi dalam G. Dengan
demikian


n
i 1
d (vi )  2m

Sebagai contoh pada gambar 5.1


d  v1   d  v2   d  v3   d  v4   d  v5   3  4  3  3  1  14

= dua kali jumlah sisi


Perhatikan bahwa terdapat empat buah titik yang berderajat ganjil.
Persamaan gambar diatas dinyatakan dalam lemma berikut. Lemma Jabat.
Tangan (Handshaking Lemma). Untuk setiap graf G dengan n titik dan m
sisi berlaku:


n
i 1
d (vi )  2m

Dengan lemma ini kita akan lebih mudah dan terstruktur dalam
membuktikan teorema gambar 5.1.
Teorema 5.1
Banyaknya titik berderajat ganjil dalam sebuah graf selalu genap.
Bukti:

3
Jika titik-titik berderajat ganjil dan genap kita pisahkan, maka jumlah ruas
kiri persamaan (5.1) dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua bilangan.
Pertama diperoleh dari titik-titik berderajat ganjil dan kedua dari titik-titik
berderajat genap. Jadi untuk suatu graf dengan n titik berlaku.

 d v    d v    d v 
n
i 1 i j k

Dengan  d  v  adalah jumlah derajat titik-titik yang berderajat


j

genap dan  d  v  adalah jumlah derajat titik-titik yang berderajat ganjil.


k

Karena ruas kiri persamaan 5.2 genap, dan suku pertama dari ruas kanan

 d  v  adalah sebuah bilangan genap.


k

Karena dalam (5.3) tiap d  vk  adalah bilangan ganjil, maka

banyaknya titik berderajat pastilah genap.


Sebuah graf dengan titiknya berderajat sama disebut graf teratur (Reguler
graph).

Contoh 1:
Diketahui graf dengan lima buah simpul. Dapatkah kita menggambar graf
tersebut jika derajat masing-masing simpul sebagai berikut:
1. 2, 3, 1, 1, 2
2. 2, 3, 3, 4, 4
Penyelesaian:
Tidak dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya ganjil.
(2+3+1+!+2=9)
Dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya genap
(2+3+3+4+4=16)

4
Contoh 2:
Perhatikan graf berikut:
P

S Q

R
Pada graf diatas jumlah sisi pada graf sebanyak 9. Dan terdapat d  P  =

d  Q  = d  S   5 , sedangkan d  R   3 . PS QR, sehingga jumlah derajat

pada graf tersebut adalah:

 d  v   2. E
vV

=2 . 9
=18
Atau

 d  v   d ( P)  d (Q)  d (S )
vV

=5+5+5+3
=18

B. Titik Terisolasi, Titik Anting/Ujung (Daun), dan Graf Nol.


Sebuah titik yang tidak memiliki sisi menempel terhadapap titik
tersebut disebut titik terisolasi. Dengan kata lain, titik terisolasi adalah
titik yang berderajat nol. Titik v4 dan v7 dalam gambar 5.5 dibawah ini
adalah dua contoh titik terisolasi. Sebuah titik berderajat satu disebut
Anting/Ujung, yang selanjutnya disebut daun. Titik v3 dalam gambar
disebut seri jika titik sekutunya berderajat dua. Dalam gambar 5.5, dua sisi
yang menempel dengan v1 adalah seri.

5
Gambar 5.5 Graf yang Memuat Titik Terisolasi, Sisi Seri, dan Daun

Dalam defenisi graf G=(V,F), himpunan sisi E dimungkinkan


merupakan sebuah koleksi kosong. Graf seperti ini, yakni graf yang tidak
memiliki sisi, disebut graf nol atau graf kosong (null graph). Garf nol
dengan n titik, dinotasikan N n . dengan kata lain, tiap titik dalam sebuah
graf nol merupakan terisolasi. Sebuah graf nol dengan enam titik dapat
dilihat pada gambar 5.6 walaupun himpunan sisi dimungkinkan kosong,
himpunan titik dari suatu graf tidak boleh kosong. Dengan kata lain,
sebuah graf paling tidak harus memiliki sebuah titik.

Gambar 5.6 Sebuah Graf Nol dengan Enam Titik

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah atau banyaknya sisi yang menempel dengan suatu titik vi
(Loop dihitung dua kali) disebut derajat (Degree) dari titik tersebut di
notasikan d (vi ) . derajat suatu titik sering juga disebut valensi dari titik

tersebut. Derajat minimum dari graf G dinotasikan dengan  (G ) dan


derajat maksimumnya dinotasikan dengan  (G ) .
Persamaan gambar diatas dinyatakan dalam lemma berikut. Lemma Jabat
Tangan (Handshaking Lemma). Untuk setiap graf G dengan n titik dan m


n
sisi berlaku: i 1
d (vi )  2m . Jika titik-titik berderajat ganjil dan genap

kita pisahkan, maka jumlah ruas kiri persamaan (5.1) dapat dinyatakan
sebagai jumlah dari dua bilangan. Pertama diperoleh dari titik-titik
berderajat ganjil dan kedua dari titik-titik berderajat genap. Jadi untuk

 d  vi    d  v j    d  vk  .
n
suatu graf dengan n titik berlaku. i 1

Dalam defenisi graf G=(V,F), himpunan sisi E dimungkinkan


merupakan sebuah koleksi kosong. Graf seperti ini, yakni graf yang tidak
memiliki sisi, disebut graf nol atau graf kosong (null graph).

B. Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca dan seorang calon guru
agar bisa memahami apa yang dibicarakan/dibahas dalam pembahasan
makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan terkhusus
bagi para pembaca, dan apabila ada suatu kekurangan dalam makalah ini
penulis meminta maaf atas kekurangan tersebut dan penulis menunggu
atau menanti kritikan yang sifatnya membangun dari para pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/fatmaqolbi/matematika-diskrit-dual-graf-lintasan-dan-
sirkuet-euler-lintasan-dan-sirkuet-hamilton-lintasan-terpendek-
Kuliahmsi.blogspot.co.id/2010/0/lintasan-dan-sirkuit-euler.html?m=1

http://saidangsaid.blogspot.com/2013/03/teori-belajar-gagne.html. Diaskes pada


12 Maret 2018

http://satulagi.com/pendidikan/teori-belajar-gagne/. Diaskes Pada 12 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai